Kerajaan Melayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Udinadut (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Udinadut (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 92:
[[Berkas:Candi Gumpung Muarojambi.jpg|ka|jmpl| Candi Gumpung, kuil Buddha di [[Muaro Jambi]].]]
 
[[Prof. Slamet Muljana]] berpendapat, istilah ''Malayu'' berasal dari kata ''Malaya'' yang dalam [[bahasa Sanskerta]] bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di [[Kota Jambi]], karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Menurut [[prasasti Tanjore]] yang dikeluarkan oleh [[Rajendra Chola I]] bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit. Lokasi pastinya adalah [[Muara Tebo, Tebo Tengah, Tebo|Muara Tebo]]. Muljana berpendapat, "... baik ditinjau dari peninggalan-peninggalan kuno yang berupa piagam maupun dari pemberitaan piagam Tanyore dan piagam Kedukan Bukit, maka letak pusat kerajaan Melayu bukan di sekitar Muara Tebo seperti yang di klaim selama ini karena tebo bukan dataran dan tidak ada satupun bukti yang mendukung pendapat ini, dari seluruh bukti sejarah Dharmasraya tanah Minanga yang merupakan hulu Sungai Batang Hati lebih menguntungkankuat daripadasebagai dipusat dari kotaKerajaan Jambi.Melayu" (hal. 147).<ref name="Muljana"/>.
<!-- SEMENTARA DISEMBUNYIKAN KARENA MENGANGGU ALUR CERITA
Slamet Muljana memakai rujukan berdasarkan tulisan kronik '''I-tsing''' tahun [[671]] sedangkan menurut kronik '''Hsin-T’ang-shu''' bahwa pada periode tahun [[670]]-[[673]] Kerajaan Sriwijaya telah pernah mengirim utusan ke Tiongkok <ref> {{cite book | first=Denis | last=Twitchett | coauthors= | title=Deux Itineraires de Chine en Inde a la Fin du VIIIe Siecle, Tome 4| publisher= Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient | year=1904 | isbn= |pages='''333-334'''| chapter='''XXXVI'''}}</ref> demikian pula dengan maksud askara ''Marwuat Wanua'' yang dipakai rujukan Slamet Muljana dalam prasasti Kedukan Bukit, ''Marwuat'' yakni dapat berarti membuat atau membangun, sedangkan ''Wanua '' mempunyai arti ganda dapat berarti bangunan rumah atau negeri (kota) <ref>{{cite book | first=Philippus Samuel | last=van Ronke | coauthors= | title=A Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde Vol VI| publisher=University of California Press | year=1920 | isbn= |pages='''12-21'''| chapter=}}</ref> sumber pada pecahan prasasti nomor D.161 yang ditemukan di Palembang, yang isinya serupa dengan isi prasasti tersebut diatas tertulis: ... wihara ini, di wanua ini <ref>{{cite book | first=J. G. | last=de Casparis | coauthors= | title=Indonesian chronology Vol 3| publisher=University of Michigan Press | year=1978 | isbn=9004057528, 9789004057524 |page=69| |pages='''14-15''' | chapter=}}</ref> dengan demikian dapat diartikan bahwa ''Marwuat Wanua'' pada tahun 682 adalah membangun sebuah bangunan tempat peribadatan bukan sebuah negeri (kota).-->