Cerita rakyat [[Maluku]] dan [[Maluku Utara]] adalah [[legenda]] atau cerita kuno yang dipercayai sakral dan mistis, yang mencerminkan [[budaya]], [[adat]], dan kehidupan masa lampau masyarakat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.<ref name="Adicita">{{cite web| url= http://www.sejarahkota.com/2013/02/jenis-dan-definisi-cerita-rakyat.html| title= ''Pengertian Legenda/Cerita Rakyat''| publisher= Adicita.com| accessdate= 30 April 2014.19.00}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Cerita rakyat masih populer di tengah kehidupan masyarakat Maluku dan Maluku Utara hingga saat ini.<ref name="Adicita" /> Cerita rakyat Maluku seperti Nenek Luhu, Batu Badaong, Bulu Pamali, Legenda Tanifai, Buaya Tembaga, Petualangan Empat KapitenKapitan dari Maluku, dan lain sebagainya.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara">{{cite web|url= http://ceritarakyatnusantara.com/id/browse/25-Maluku| title= ''Maluku''|publisher= Cerita Rakyat Nusantara| accessdate= 30 April 2014|archive-date= 2014-06-26|archive-url= https://web.19archive.15org/web/20140626223204/http://ceritarakyatnusantara.com/id/browse/25-Maluku|dead-url= no}}</ref> Sedangkan cerita rakyat Maluku Utara adalah Asal Mula Telaga Biru, dan Batu Belah.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" />
== Nenek Luhu ==
<!--[[Berkas:Nenek Luhu.jpg| thumbjmpl|Nenek Luhu|kiri|150 px]] -->▼
'''Nenek Luhu''' adalah seorang tokoh yang dikisahkan hilang secara misterius menurut kepercayaan masyarakat [[Ambon ]], Maluku, [[Indonesia ]].<ref name="Cerita Rakyat Nusantara">{{cite web| url= http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/199-Nenek-Luhu| title= ''Nenek Luhu''| publisher= Cerita Rakyat Nusantara| accessdate= 1 MeriMei 2014 | archive-date= 2023-06-05| archive-url= https://web. 10archive. 30org/web/20230605031944/http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/199-Nenek-Luhu| dead-url= no}}</ref> Konon katanya pada zaman Belanda, di [[Negeri ]] [[Luhu ]], [[Pulau Seram ]], Maluku diperintah oleh seorang raja yang bernama [[Raja Gimelaha Luhu Tuban ]] yang lebih dikenal dengan nama [[Raja Luhu ]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat">{{cite web| url= http://indofiles.web.id/showthread.php/74803-Kumpulan-Cerita-Rakyat/page4| title= '' NenekNene Luhu''| publisher= Indofile| accessdate= 1 April 2014 .11.00}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sang Raja memiliki seorang permaisuri yang bernama ''Puar Bulan''.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Sang Raja dan Sang [[Permaisuri ]] dikaruniai 3 orang anak.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Anak sulung adalah perempuan yang bernama ''Ta Ina (Luhu )'', dan dua anak yang lain adalah laki-laki yang bernama ''Sabadin (Luhu )'' dan ''Kasim (Luhu )''.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda">''Rangkuman 100 Cerita Rakyat dari Sabang sampai Merauke'', PT TransMedia, 2013</ref> Ta Ina Luhu memiliki perangai yang baik, penurut, rajin beribadah, [[mandiri ]], serta sayang kepada keluarga.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Suatu ketika kabar tentang kekayaan dan ketentraman Negeri Luhu didengar oleh penjajah Belanda yang berkedudukan di Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Belanda pun menyerang Negeri Luhu dengan persenjataan lengkap.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan pasukannya berusaha melakukan perlawanan, tetapi belanda berhasilkan menjatuhkan Negeri Luhu dan menguasainya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan keluarganya serta seluruh rakyatnya tewas dalam pertempuran tersebut.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Satu-satunya orang yang selamat pada saat itu adalah putri raja, Ta Ina Luhu.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Namun, ia ditangkap dan dibawa oleh [[penjajah ]] Belanda ke Ambon, untuk dijadikan istri [[panglima ]] [[perang ]] Belanda.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Dengan penolakkan untuk dijadikan istri, Ta Ina Luhu diperkosa oleh [[Panglima ]] Belanda.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Karena selalu diperlakukan tidak senonoh oleh panglima tersebut, Ta Ina Luhu berusaha melarikan diri.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Suatu malam, Ta Ina Luhu berhasil melarikan diri dari Kota Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Pada malam itu juga Ta Ina Luhu berjalan menuju ke sebuah negeri yang bernama Negeri [[Soya ]].<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Di Negeri Soya Ta Ina Luhu disambut baik oleh Keluarga Raja Soya, bahkan dianggap sebagai keluarga istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Setelah beberapa bulan tinggal di istana Soya, Ta Ina Luhu hamil dan berniat melarikan diri dari istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Esoknya, saat suasana istana sedang sepi di malam hari, ia mengendap-endap menuju pintu belakang dan menaiki kuda Sang Raja.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Ia sengaja tak memberitahu kepergiannya kepada keluarga [[Raja Soya ]], karena pastinya keluarga Raja Soya tidak akan mengizinkannya.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> ▼
▲[[Berkas:Nenek Luhu.jpg|thumb|Nenek Luhu|kiri|150 px]]
Sesampainya di puncak [[gunung ]], Ta Ina Luhu beristirahat di bawah pohon [[jambu ]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ketika hari menjelang siang ia mendengar suara para pasukan Raja Soya memanggilnya dari kejauhan.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ia akhirnya meninggalkan tempat itu. Tak begitu lama seteleh kepergiannya, sebagian rombongan pengawal Raja Soya tiba ditempat itu dan menemukan kulit jambu bekas Ta Ina Luhu.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Konon, rombongan itulah yang menamakan gunung tersebut dengan nama ''Gunung Nona''.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Sementara itu, Ta Ina Luhu terus memacu kudanya menuruni lereng gunung menuju pantai [[Amahusu ]] dengan kencang sehingga topinya diterbangkan [[angin ]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ketika sang putri hendak mengambil topi itu, tiba-tiba topinya berubah menjadi batu.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Batu itu dinamakan ''Batu Capeu'' hingga sekarang.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Setelah itu Ta Ina Luhu melanjutkan perjalanannya. Namun, begitu ia hendak memacu kudanya, ia dihadang oleh pengawal Raja Soya.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ta Ina Luhu memohon agar tidak dibawa pulang ke istana Soya, karena ia tak mau merepotkan orang lain.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> ▼
▲'''Nenek Luhu''' adalah seorang tokoh yang dikisahkan hilang secara misterius menurut kepercayaan masyarakat [[Ambon]], Maluku, [[Indonesia]].<ref name="Cerita Rakyat Nusantara">{{cite web|url= http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/199-Nenek-Luhu| title= ''Nenek Luhu''| publisher= Cerita Rakyat Nusantara| accessdate= 1 Meri 2014.10.30}}</ref> Konon katanya pada zaman Belanda, di [[Negeri]] [[Luhu]], [[Pulau Seram]], Maluku diperintah oleh seorang raja yang bernama [[Raja Gimelaha Luhu Tuban]] yang lebih dikenal dengan nama [[Raja Luhu]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat">{{cite web|url=http://indofiles.web.id/showthread.php/74803-Kumpulan-Cerita-Rakyat/page4| title= ''Nenek Luhu''| publisher= Indofile| accessdate= 1 April 2014.11.00}}</ref> Sang Raja memiliki seorang permaisuri yang bernama ''Puar Bulan''.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Sang Raja dan Sang [[Permaisuri]] dikaruniai 3 orang anak.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Anak sulung adalah perempuan yang bernama ''Ta Ina Luhu'', dan dua anak yang lain adalah laki-laki yang bernama ''Sabadin Luhu'' dan ''Kasim Luhu''.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda">''Rangkuman 100 Cerita Rakyat dari Sabang sampai Merauke'', PT TransMedia, 2013</ref> Ta Ina Luhu memiliki perangai yang baik, penurut, rajin beribadah, [[mandiri]], serta sayang kepada keluarga.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Suatu ketika kabar tentang kekayaan dan ketentraman Negeri Luhu didengar oleh penjajah Belanda yang berkedudukan di Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Belanda pun menyerang Negeri Luhu dengan persenjataan lengkap.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan pasukannya berusaha melakukan perlawanan, tetapi belanda berhasilkan menjatuhkan Negeri Luhu dan menguasainya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan keluarganya serta seluruh rakyatnya tewas dalam pertempuran tersebut.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Satu-satunya orang yang selamat pada saat itu adalah putri raja, Ta Ina Luhu.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Namun, ia ditangkap dan dibawa oleh [[penjajah]] Belanda ke Ambon, untuk dijadikan istri [[panglima]] [[perang]] Belanda.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Dengan penolakkan untuk dijadikan istri, Ta Ina Luhu diperkosa oleh [[Panglima]] Belanda.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Karena selalu diperlakukan tidak senonoh oleh panglima tersebut, Ta Ina Luhu berusaha melarikan diri.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Suatu malam, Ta Ina Luhu berhasil melarikan diri dari Kota Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Pada malam itu juga Ta Ina Luhu berjalan menuju ke sebuah negeri yang bernama Negeri [[Soya]].<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Di Negeri Soya Ta Ina Luhu disambut baik oleh Keluarga Raja Soya, bahkan dianggap sebagai keluarga istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Setelah beberapa bulan tinggal di istana Soya, Ta Ina Luhu hamil dan berniat melarikan diri dari istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Esoknya, saat suasana istana sedang sepi di malam hari, ia mengendap-endap menuju pintu belakang dan menaiki kuda Sang Raja.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Ia sengaja tak memberitahu kepergiannya kepada keluarga [[Raja Soya]], karena pastinya keluarga Raja Soya tidak akan mengizinkannya.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" />
▲Sesampainya di puncak [[gunung]], Ta Ina Luhu beristirahat di bawah pohon [[jambu]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ketika hari menjelang siang ia mendengar suara para pasukan Raja Soya memanggilnya dari kejauhan.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ia akhirnya meninggalkan tempat itu. Tak begitu lama seteleh kepergiannya, sebagian rombongan pengawal Raja Soya tiba ditempat itu dan menemukan kulit jambu bekas Ta Ina Luhu.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Konon, rombongan itulah yang menamakan gunung tersebut dengan nama ''Gunung Nona''.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Sementara itu, Ta Ina Luhu terus memacu kudanya menuruni lereng gunung menuju pantai [[Amahusu]] dengan kencang sehingga topinya diterbangkan [[angin]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ketika sang putri hendak mengambil topi itu, tiba-tiba topinya berubah menjadi batu.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Batu itu dinamakan ''Batu Capeu'' hingga sekarang.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Setelah itu Ta Ina Luhu melanjutkan perjalanannya. Namun, begitu ia hendak memacu kudanya, ia dihadang oleh pengawal Raja Soya.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Ta Ina Luhu memohon agar tidak dibawa pulang ke istana Soya, karena ia tak mau merepotkan orang lain.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" />
Ketika salah seorang pengawal akan menarik tangannya, tiba-tiba Ta Ina Luhu menghilang secara gaib.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Para pengawal Raja Soya kaget dan terperangah menyaksikan peristiwa ajaib itu.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Sejak peristiwa itu, jika hujan bersamaan dengan cuaca panas, sering ada anak-anak yang hilang.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Menurut kepercyaan masyarakat Ambon, makhluk halus yang suka menculik anak-anak adalah jelmaan dari Ta Ina Luhu.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Hingga saat ini Ta Ina Luhu dikenal dengan Nenek Luhu.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" />
== Si Rusa dan Si Kulomang ==
'''Si Rusa dan Si Kulomang''' adalah cerita rakyat yang berasal dari Maluku juga Maluku Utara.<ref name="Tim Optima Pictures">''101 Cerita Nusantara'', Tansmedia</ref> Pada zaman dulu di [[Kepulauan Aru]] hidup sekelompok Rusa yang sangat berkuasa.<ref name="Marina Asril Reza">''108 Cerita Rakyat Terbaik dari Nusantara'', Transmedia Pustaka, September 2010.</ref> Selain mencari [[rumput]] untuk hidup sehari-hari, mereka juga sering manantang [[hewan]] lain untuk adu lari.<ref name="Marina Asril Reza" /> Pada suatu hari, [[pemimpin]] Rusa mengajak Si Kulomang ([[siput]]) adu lari.<ref name="Marina Asril Reza" /> Taruhan pertandingannya adalah tempat tinggal si siput di [[laut]].<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Si Kulomang menerima tantangan Si Rusa.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin">''Kumpulan Cerita Nusantara Terpopuler'', Penerbit Ruang Kata, Bandung, 2009</ref>. Si Rusa pun tertawa senang karena membayangkan harus adu [[lari]] dengan seekor siput tua.<ref name="Marina Asril Reza" /> Si Rusa mengajak teman-temannya untuk menonton pertandingan.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin" /> Si Kulomang juga mempersiapkan 10 temannya dan menyiapkan masing-masing di setiap ujung [[tanjung]].<ref name="Tim Optima Pictures" /> Saat pertandingan dimulai, Rusa berlari dengan sangat cepat.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Dalam waktu singkat ia sudah tiba di ujung tanjung yang pertama.<ref name="Marina Asril Reza" /> Ia pun tertawa terpingkal-pingkal membayangkan Kulomang yang tertinggal jauh darinya.<ref name="Marina Asril Reza" /> Tiba-tiba Rusa mendengar suara Kulomang yang mengatakan bahwa ia sedang di belakang Rusa.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Rusa sangat kaget mendengar suara Kulomang tersebut, dan Rusa pun segera berlari menuju tanjung kedua.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin" /> Di ujung tanjung kedua, Rusa berhenti dan beristirahat.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Ia yakin Kulomang tak dapat menyusulnya.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Namun, tiba-tiba terdengar lagi suara Kulomang mengatakan bahwa ia sedang berada di belakang Rusa.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Rusa berlari sekuat tenaga menuju tanjung-tanjung berikutnya.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin" /> Setiap ia sampai di ujung tanjung, ia selalu mendengar suara Si Kulomang yang lebih dahulu sampai.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin" />
Rusa pun panik dan semakin berlari kencang tanpa beristirahat lagi.<ref name="Marina Asril Reza" /> Ia pun kelelahan, dadanya sesak dan tersungkur kecapaian, dan pada akhirnya tak bernapas lagi.<ref name="Marina Asril Reza" /> Kawanan rusa yang melihat memimpinnya mati melarikan diri dengan segera.<ref name="Marina Asril Reza" /> Mereka yakin Kulomang adalah siput yang sakti, karena bisa lari dengan sangat cepat.<ref name="Tim Optima Pictures" /> Mereka tidak mengetahui bahwa yang bersuara di setiap ujung tanjung adalah teman-teman Kulomang.<ref name="Lia Nuralia & Lim Imadudin" />
== Asal Mula Telaga Biru ==
'''Asal Mula Telaga Biru''' adalah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari Maluku Utara.<ref name="Marina Asril Reza" /> Di wilayah [[Gelela ]], [[Dusun|Lisawa ]], daerah [[Halmahera ]] Maluku Utara ada sebuah [[telaga ]] yang dulunya adalah [[mata air ]] yang berair jernih dan berkilau berwarna biru.<ref name="Marina Asril Reza" /> Pinggiran telaga itu dikelilingi [[pohon beringin ]] dan bebatuan.<ref name="Marina Asril Reza" /> Setiap daun jatuh di sekitar telaga, [[daun ]] tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat bersih.<ref name="Marina Asril Reza" /> ▼
[[Berkas:Telaga-biru-2-warna.jpg|thumb|Telaga Biru, Maluku Utara|250px|kanan]]
Konon, kekeringan pernah melanda Galela.<ref name="Superkids Indonesia">{{cite web| url= http://dev.superkidsindonesia.com/ina/super-fun/7316022012120715/1808092012135727/| title= ''Asal Mula Telaga Biru'',| publisher= SuperkidsIndonesia.com| accessdate= 4 Mei 2014 .18.26}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Penduduk kesulitan [[air ]] berbulan-bulan lamanya.<ref name="Superkids Indonesia" /> Pada suatu hari mereka dikejutkan dengan keluarnya air dari sela bebatuan yang terbentuk dari [[pembekuan ]] [[lahar panas ]].<ref name="Superkids Indonesia" /> Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah telaga.<ref name="Marina Asril Reza" /> Letak telaga ini tepat di bawah sebuah pohon beringin yang sangat rimbun.<ref name="Marina Asril Reza" /> Karena peristiwa ini aneh, maka penduduk desa di itu melakukan acara ritula untuk mengetahui jawaban atas kejadian ini.<ref name="Cerita Rakyat">{{cite web|url= http://www.cerita-rakyat.com/2012/07/asal-mula-telaga-biru/| title= ''Asal Mula Telaga Biru''| publisher= Cerita-rakyat.com|accessdate= 10 Mei 2014 .16.00}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Setelah ritual dilakukan, masyarakat Galela mengetahui bahwa air tersebut timbul dari ''Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu''.<ref name="Cerita Rakyat" /> Artinya adalah mata air itu timbul akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan terus mengalir menjadi sumber mata air.<ref name="Cerita Rakyat" /> ▼
▲'''Asal Mula Telaga Biru''' adalah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari Maluku Utara.<ref name="Marina Asril Reza" /> Di wilayah [[Gelela]], [[Dusun|Lisawa]], daerah [[Halmahera]] Maluku Utara ada sebuah [[telaga]] yang dulunya adalah [[mata air]] yang berair jernih dan berkilau berwarna biru.<ref name="Marina Asril Reza" /> Pinggiran telaga itu dikelilingi [[pohon beringin]] dan bebatuan.<ref name="Marina Asril Reza" /> Setiap daun jatuh di sekitar telaga, [[daun]] tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat bersih.<ref name="Marina Asril Reza" />
▲Konon, kekeringan pernah melanda Galela.<ref name="Superkids Indonesia">{{cite web|url= http://dev.superkidsindonesia.com/ina/super-fun/7316022012120715/1808092012135727/| title= ''Asal Mula Telaga Biru'',| publisher= SuperkidsIndonesia.com| accessdate= 4 Mei 2014.18.26}}</ref> Penduduk kesulitan [[air]] berbulan-bulan lamanya.<ref name="Superkids Indonesia" /> Pada suatu hari mereka dikejutkan dengan keluarnya air dari sela bebatuan yang terbentuk dari [[pembekuan]] [[lahar panas]].<ref name="Superkids Indonesia" /> Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah telaga.<ref name="Marina Asril Reza" /> Letak telaga ini tepat di bawah sebuah pohon beringin yang sangat rimbun.<ref name="Marina Asril Reza" /> Karena peristiwa ini aneh, maka penduduk desa di itu melakukan acara ritula untuk mengetahui jawaban atas kejadian ini.<ref name="Cerita Rakyat">{{cite web|url= http://www.cerita-rakyat.com/2012/07/asal-mula-telaga-biru/| title= ''Asal Mula Telaga Biru''| publisher= Cerita-rakyat.com|accessdate= 10 Mei 2014.16.00}}</ref> Setelah ritual dilakukan, masyarakat Galela mengetahui bahwa air tersebut timbul dari ''Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu''.<ref name="Cerita Rakyat" /> Artinya adalah mata air itu timbul akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan terus mengalir menjadi sumber mata air.<ref name="Cerita Rakyat" />
Setelah mengetahui arti mata air tersebut, Kepala Desa menyuruh warga dusun Lisawa berkumpul.<ref name="Cerita Rakyat" /> Tetua adat menanyakan kelengkapan setiap anggota keluarga yang hadir.<ref name="Cerita Rakyat" /> Masing-masing sibuk menghitung anggota keluarganya.<ref name="Cerita Rakyat" /> Akhirnya diketahui ternyata ada dua keluarga yang belum lengkap.<ref name="Cerita Rakyat" /> Mereka adalah Majojaru (nona/cewek) dan Magohiduruu (nyong/cowok). Setelah itu, salah seorang warga yang ada di kumpulan tersebut bercerita tentang mereka berdua.<ref name="Cerita Rakyat" />
Konon, dahulu ada sepasang kekasih yang berjanji untuk sehidup semati.<ref name="Cerita Rakyat">{{cite web|url= http://www.cerita-rakyat.com/2012/07/asal-mula-telaga-biru/| title= ''Asal Mula Telaga Biru''| publisher= cerita-rakyat.com| accessdate= 4 Mei 2014.18.55}}</ref> Mereka bernama [[Mojojaru]] dan [[Magohiduruu]].<ref name="Cerita Rakyat" /> Pada suatu hari Magohiduruu pergi merantau ke negeri seberang.<ref name="Cerita Rakyat" /> Majojaru menanti dengan setia dan cemas, hampir satu tahun Magohiduruu tidak kembali.<ref name="Cerita Rakyat" /> Suatu hari Majojaru melihat [[kapal]] yang dinaiki Magohiduruu datang.<ref name="Cerita Rakyat" /> Majojaru bertanya tentang kekasihnya itu kepada [[awak]] kapal.<ref name="Cerita Rakyat" /> Awak kapal mengatakan bahwa ia mendengar kabar Magohiduruu telah meninggal dunia di negeri seberang.<ref name="Cerita Rakyat" /> Mendengar kabar tersebut, hati Majojaru sangat hancur dan pedih.<ref name="Marina Asril Reza" /> Dengan sedih, Majojaru berjalan mencari tempat berteduh untuk menenangkan diri.<ref name="Marina Asril Reza" /> Kemudian ia berteduh di bawah pohon Beringin sambil menangis meratapi kepergian kekasih hatinya.<ref name="Marina Asril Reza" />
[[Air mata]] Mojojaru mengalir sangat deras hingga menggenang dan menenggelamkan bebatuan yang ada di sekitar pohon Beringin.<ref name="Marina Asril Reza" /> Pada akhirnya, Mojojaru tenggelam oleh air matanya.<ref name="Marina Asril Reza" /> Saat itu juga, langsung terbentuk sebuah telaga.<ref name="Marina Asril Reza" /> Airnya sebening mata wanita-wanita Lisawa.<ref name="Marina Asril Reza" />
== Batu Badaong ==
'''Batu Badaong''' adalah cerita rakyat yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara.<ref name="Marina Asril Reza" /> Batu Badaong adalah nama dari Maluku, sedangkan di Maluku Utara cerita ini bernama [[Batu Belah]].<ref name="Marina Asril Reza" /> Di sebelah utara kepulauan Maluku, tepatnya di daerah [[Tobelo]] hidup sebuah keluarga nelayan di rumah yang berdinding daun [[Rumbia]].<ref name="Marina Asril Reza" />
Ayah keluarga itu adalah seorang [[nelayan]] dan ibu adalah ibu rumah tangga.<ref name="Marina Asril Reza" /> Keluarga itu memiliki dua anak.<ref name="Marina Asril Reza" /> Yang sulung seorang anak perempuan yang bernama [[O Bia Moloku]] dan yang bungsu adalah laki-laki yang bernama [[O Bia Mokara]].<ref name="Marina Asril Reza" />
Pada suatu hari ayah mereka pergi melaut, dan ibu mereka pergi berkebun.<ref name="Anak Nusantara">{{cite web| url= http://anaknusantara.com/klasik-2/legenda-batu-badaong| title= ''Legenda Batu Badaong''| publisher= Anaknusantara.com| accessdate= 10 Mei 2014| archive-date= 2017-12-01| archive-url= https://web.22archive.47org/web/20171201043207/http://anaknusantara.com/klasik-2/legenda-batu-badaong| dead-url= no}}</ref> Sebelum ibu mereka pergi, dia berpesan kepada O Bia Moloku dan O Bia Mokara untuk tidak memakan [[telur ikan]] yang ada di dapur, karena akan membahayakan ayah mereka di laut.<ref name="Anak Nusantara" />
Tiga jam berlalu, O Bia Mokara merasa lapar, dan meminta telur ikan yang ada di dapur.<ref name="Anak Nusantara" /> O Bia Moloku tak mau memberikan telur ikan kepada adiknya.<ref name="Anak Nusantara" /> Namun, O Bia Mokara menangis dan makin lama tangisannya makin membesar.<ref name="Anak Nusantara" /> Karena merasa kasihan, O Bia Moloku memberikan telur ikan tersebut kepada adiknya.<ref name="Anak Nusantara" /> Tak lama kemudian, ibunya kembali dari [[kebun]] dengan membawa hasil kebun.<ref name="Anak Nusantara" /> Ibunya menggendong O Bia Mokara, dan menyanyi bersama di pangkuannya.<ref name="Anak Nusantara" /> Ibunya terkejut, melihat sisa-sisa telur ikan yang melekat di [[gigi]] O Bia Mokara dan memastikan telur ikan di dapur.<ref name="Anak Nusantara" /> Ibunya sangat kecewa, pesannya telah dilanggar, telur ikannya nihil.<ref name="Marina Asril Reza" /> Ibunya merasa telah melanggar aturan, dan pasti suaminya tidak akan selamat di lautan.<ref name="Anak Nusantara" /> Itu sudah merupakan adat dan pantangan yang dipercayai oleh seluruh masyarakat.<ref name="Anak Nusantara" /> Kemudian dia melarikan diri menyusuri pesisir [[pantai]].<ref name="Anak Nusantara" /> Sambil menggendong O Bia Mokara, O Bia Moloku mengejar ibunya, memanggil-manggil ibunya.<ref name="Anak Nusantara" /> Ibunya hanya menjawab, menyuruh O Bia Moloku memberikan susu kepada adiknya dari daun [[Katang-katang]].<ref name="Anak Nusantara" /> Pada saat itu O Bia Moloku melihat ibunya masuk ke dalam laut.<ref name="Anak Nusantara" /> Saat ibunya masuk ke laut, tiba-tiba muncul batu besar di permukaan air laut.<ref name="Marina Asril Reza" /> Ibunya merayap dan berdiri di atas batu tersebut.<ref name="Anak Nusantara" /> Lalu dia berteriak meminta batu tersebut membuka mulutnya.<ref name="Anak Nusantara" /> Tiba-tiba batu tersebut mengikuti perintah dan terbuka lebar.<ref name="Anak Nusantara" /> Kemudian ibu O Bia Moloku dan O Bia Mokara masuk ke dalam batu.<ref name="Anak Nusantara" /> Setelah itu, ibu mereka menyuruh batu itu menutup, dan batu itu pun menutup dan menelan ibu mereka dengan sendirinya.<ref name="Anak Nusantara" />
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
[[Kategori:Maluku]]
[[Kategori:SejarahCerita rakyat Maluku]]
|