Kakao di Sulawesi Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Proyek PRIMA: menambahkan pranala dalam
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kakao di Sulawesi Selatan''' telah menjadi salah satu [[komoditas]] unggulan di [[Indonesia]]. [[Sulawesi Selatan|Provinsi Sukawesi Selatan]] merupakan salah satu sentra [[produksi kakao di Indonesia]]. Salah satu [[Varietas (botani)|varietas]] kakao yang termasuk jenis varietas unggulan ialah kakao masamba yang diproduksi di [[Kabupaten Luwu Utara]]. Peningkatan [[ekspor]] kakao di Sulawesi Selatan sempat terjadi pada dekade 1990-an dan berakhir pada dekade 2000-an akibat [[hama]] dan penyakit tumbuhan.
 
== Produksi ==
[[Kakao]] telah menjadi salah satu komoditas utama di [[Sulawesi Selatan|Provinsi Sulawesi Selatan]]. Karena itu, [[Pemerintah Indonesia]] telah menetapkan Provinsi Sulawei Selatan sebagai salah satu dari empat provinsi yang menjadi sentra produksi kakao nasional. [[Kementerian Pertanian Republik Indonesia]] telah memberikan anggaran untuk penyediaan fasilitas pengembangan kakao dan industri pengolahan kakao. Peningkatan produksi juga diusahakan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan memberikan bantuan [[benih]] kakao dari klona unggulan.{{Sfn|Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian|2019|p=6}}
 
== Varietas unggulan ==
 
=== Kakao masamba ===
Kakao masamba memiliki dua varietas yakni kakao MCC 01 dan kakao MCC 02. Kedua varietas ini dibudidayakan di [[Kabupaten Luwu Utara]]. Salah satu desa penghasil kakao masamba di Kabupaten Luwu Utara yakni [[Salulemo, Baebunta, Luwu Utara|Desa Salulemo]] di [[Baebunta, Luwu Utara|Kecamatan Baebunta]]. Ukuran buah yang dihasilkan oleh kakao masamba MCC 01 dan kakao masamba MCC 02 lebih besar dibandingkan dengan ukuran kakao pada umumnya. Petani dapat memperoleh satu [[kilogram]] kakao tiap 11 hingga 13 buah kakao dengan rata-rata berat kakao sebanyak 700 hingga 900 [[gram]] per buah. Sementara varietas kakao lain hanya dapat memproduksi sekitar separuh dari berat produksi kakao masamba. Setiap kilogram dihasilkan dari 20-23 buah kakao.{{Sfn|Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian|2019|p=14}}
 
== Perdagangan ==
Pada tahun 1996, harga jual kakao di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan. Penyebabnya ialah kondisi menurunnya [[nilai tukar]] dari [[rupiah]] terhadap [[dolar]]. [[Petani]] di Sulawesi Selatan memfokuskan kakao sebagai komoditas utama untuk ekspor dengan penjualan terhitung dalam dolar. Kondisi ini hanya bertahan hingga mendekati tahun 2000. Pada awal tahun 2000, pohon kakao milik petani di Sulawesi Selatan mengalami [[penuaan]] dan mulai terserang hama dan penyakit tumbuhan.<ref>{{Cite book|date=2012|url=http://www.academia.edu/10242510/Merancang-bangun_Sistem_Keselamatan_Rakyat_Pengalaman_Kelola_Bencana_di_Lima_Kabupaten_Maluku_Tenggara_Sinjai_Ende_Bengkulu_Utara_Bengkulu_Tengah_|title=Merancang-bangun Sistem Keselamatan Rakyat: Pengalaman Kelola Bencana di Lima Kabupaten (Maluku Tenggara, Sinjai, Ende, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah)|location=Sleman|publisher=INSIST Press|editor-last=Salim, I., dan Ni'am, L.|pages=30|url-status=live}}</ref>
 
== Penanganan penyakit ==
 
=== Proyek PRIMA ===
Pada tahun 2003, Kementerian Luar Negeri Belanda mendanai sebuah [[proyek]] bernama Proyek Pest Reduction and Integrated Management (Proyek PRIMA). Proyek ini bertujuan untuk mengadakan pengendalian terpadu yang menurunkan serangan hama. Pengadaan Proyek PRIMA merupakan bagian dari penyelesaian masalah keberadaan spesies ngengat penggerek buah kakao yakni ''Conopomorpha cramerella'' yang merusak dan mengurangi hasil panen kakao di Indonesia sebesar 40%. Proyek PRIMA dikelola oleh [[Mars, Incorporated|Mars Incorporated]] dengan memberikan hasil penelitian dan mengadakan penyuluhan atasnya.{{Sfn|Pye-Smith|2013|p=7}}
 
Proyek PRIMA di Sulawesi Selatan dirintis di wilayah sekitar [[Noling, Bua Ponrang, Luwu|Kelurahan Noling]]. Sebanyak 734 petani dilibatkan dengan lahan kebun kakao sekitar 1.000 hektar yang saling berdekatan. Kawasan Proyek PRIMA kemudian dibagi menjadi 8 zona yang memiliki staf lapangan pada masing-masing zona.{{Sfn|Pye-Smith|2013|p=7-8}} Mars Incorporated juga membangun sebuah pusat pengembangan kakao bernama Pusat Pengembangan Kakao Mars di [[Kota Palopo]], Sulawesi Selatan.{{Sfn|Pye-Smith|2013|p=2}}
 
== Referensi ==
Baris 29:
* {{Cite book|last=Pye-Smith|first=Charlie|date=2013|url=https://apps.worldagroforestry.org/downloads/Publications/PDFS/B17661.pdf|title=Kakao untuk Masa Depan: Program penelitian dan pelatihan inovatif untuk mengubah kehidupan masa depan petani kakao di Indonesia dan tempat lainnya|location=Nairobi|publisher=World Agroforestry Centre|isbn=978-92-9059-353-9|editor-last=Tarman, A. E., dkk.|translator-last=Tarman|translator-first=Ariyantri E.|ref={{sfnref|Pye-Smith|2013}}|url-status=live}}
 
[[Kategori:KakaoCokelat di Sulawesi SelatanIndonesia]]
[[Kategori:Perkebunan di Indonesia]]
[[Kategori:Ekonomi Sulawesi Selatan]]