Sri Jayanasa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k r2.7.1) (bot Menambah: en:Dapunta Hyang Sri Jayanasa |
Wadaihangit (bicara | kontrib) k Menambahkan foto ke infobox #WPWP |
||
(47 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox royalty
| title =
'''Dapunta Hyang Sri Jayanasa''' adalah [[maharaja]] [[Sriwijaya]] pertama yang dianggap sebagai pendiri Kadatuan Sriwijaya. Namanya disebut dalam beberapa prasasti awal Sriwijaya dari akhir abad VII yang disebut sebagai "prasasti-prasasti Siddhayatra", karena menceritakan perjalanan sucinya mengalap berkah dan menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Ia berkuasa sekitar perempat terakhir abad VII hingga awal abad VIII, tepatnya antara kurun 671 masehi hingga 702 masehi.▼
| caption = Dapunta Hyang Sri Jayanasa
| succession = Pendiri [[Kerajaan Sriwijaya]]
| reign = 671 - 692 M
| predecessor = Jabatan Baru
| successor = [[Sri Indrawarman]]
| birth_name =
| birth_date =
| death_date = 692 M
| spouse = [[Sobakancana]] <br>(Putri [[Linggawarman]])
| issue =
| regnal name = ''Punta Hyang Shrī Jayanāsa''
| house =
| father =
| mother =
}}
▲'''
== Biografi ==
Menurut
Menurut [[Prasasti Kedukan Bukit]] berangka tahun 605 saka
==
Rangkaian peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahannya :
''Dapunta Hyang'' dipercayai sebagai suatu gelar penguasa yang dipakai maharaja Sriwijaya periode awal.<ref name="Caspa">Casparis, J.C., (1956), ''Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th century A.D.'', Vol. II. Bandung: Masa Baru.</ref> Gelar ''Dapunta'' juga ditemukan dalam [[Prasasti Sojomerto]] (akhir abad ke-7) yang ditemukan di daerah [[Batang, Batang|Batang]], pesisir utara Jawa Tengah, yaitu Dapunta Selendra yang dipercaya sebagai nama leluhur wangsa [[Sailendra]]. Istilah ''[[hyang]]'' sendiri dalam kebudayaan asli Nusantara merujuk kepada keberadaan spiritual supernatural tak kasat mata yang dikaitkan dengan roh leluhur atau [[dewata]], sehingga diduga Dapunta Hyang melakukan perjalanan "mengalap berkah" untuk memperoleh kekuatan spiritual atau kesaktian. Kesaktian ini ditambah dengan kekuatan bala tentaranya, dijadikan sebagai legitimasi untuk menaklukkan daerah-daerah atau kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Kekuatan spiritual ini pula yang menjadikan persumpahan Dapunta Hyang dianggap bertuah dan ditakuti para datu (penguasa daerah) bawahannya, yang kebanyakan diikat kesetiaannya kepada Sriwijaya dalam suatu prasasti dan upacara persumpahan disertai kutukan bagi siapa saja yang mengkhianati Sriwijaya.▼
- Menerima kedatangan seorang pendeta Buddha asal Cina bernama I-Tsing, pada tahun 671 M. Ia menetap di kota Foshih (Musi?), ibukota Sriwijaya selama enam bulan. Dari Shih-li-foshih", Ia melanjutkan perjalanannya ke Moloyou dan Kataha (Kedah), sebelum melanjutkan perjalanannya ke Nagapattinam di India untuk mempelajari agama Buddha. I-Tsing menyebut Sriwijaya dengan nama "Shih-li-foshih". ( Catatan I-Tsing )<ref>{{cite book|last=Takakusu|first=Junjiro|year=1896|title=A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing|location=London|publisher=Oxford}}</ref>
- Membangun Vanua di Palembang ([[Prasasti Kedukan Bukit]], 683 M)<ref>{{cite book|last=Casparis|first=J.G.|year=1975|title=Indonesian palaeography: a history of writing in Indonesia from the beginnings to C. A, Part 1500|publisher=E. J. Brill|id=ISBN 90-04-04172-9|authorlink=Johannes Gijsbertus de Casparis}}</ref>
- Membangun Taman Sriksetra, menundukkan kerajaan Tulang Bawang dan Skala Brak di Lampung, pada tahun 684 M. ([[Prasasti Talang Tuo]], 684 M)
== Rujukan ==▼
{{reflist}}▼
- Menghentikan Pemberontakan Kandra Kayet pada tahun 685 M. Namun, sebelumnya Kandra Kayet telah berhasil membunuh Tandrun Luah. Sang Maharaja pun harus rela kehilangan dua panglimanya sekaligus. Di tahun Itu Pula, I-Tsing kembali datang ke Sumatra setelah menyelesaikan studinya dari India. Ia singgah di Sriwijaya selama 4 tahun.
- Menaklukkan daerah Bangka-Belitung dan pesisir utara kerajaan Sunda. ([[Prasasti Kota Kapur]], 686 M)
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]▼
- Menaklukkan negeri-negeri Sigindo di pedalaman Bukit Barisan di Alam Kerinci yang kaya emas. Pasukan Sriwijaya berhasil menaklukkan sebagian besar negeri itu, kecuali di kawasan Telaga Darah di Kerinci Tinggi. Seluruh prajurit Sriwijaya yang menggempurnya dikalahkan dan dimusnahkan oleh laskar rakyat pimpinan negeri Sigindo Sigarinting. ([[Prasasti Karang Brahi]], 688 M).
▲[[en:Dapunta Hyang Sri Jayanasa]]
== Nama dan asal usul ==
▲''Dapunta Hyang'' dipercayai sebagai suatu gelar penguasa
Asal usul Raja Jayanasa dan letak sebenarnya dari Mināngatamwan yang berarti Tempat Pertemuan Mināng yang membawa rombongan. Ada yang berpendapat Mināngatamwan adalah sama dengan [[Minangkabau|Mināngkabwa]], yakni wilayah pegunungan di hulu sungai [[Batanghari]].<ref>{{cite book|last= Ismail|first= H.M Arian|author-link= |title= Periodisasi sejarah Sriwijaya bermula di Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan berjaya di Palembang berakhir di Jambi
|year= 2002|publisher= Unanti Press}}</ref>. Sementara Soekmono berpendapat Mināngatamwan bermakna pertemuan dua sungai (Tamwan berarti temuan), yakni [[sungai Kampar]] kanan dan sungai Kampar kiri di [[Riau]],<ref name="Soekmono">{{cite book|author= Drs. R. Soekmono,|title= ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed.|publisher = Penerbit Kanisius|year= 1973 5th reprint edition in 1988|location =Yogyakarta|page =38|id= ISBN 979-4132290X}}</ref> yakni wilayah sekitar [[Candi Muara Takus]]. G.Coedes berpendapat Sriwijaya selamanya berada di Palembang. Mināngatamwan adalah Tempat Pertemuan yang membawa rombongan dan Mināng adalah Orangnya. Berdasarkan catatan dinasti Tang pada tahun 670, Sriwijaya yang mereka sebut Shih-Li-Fo-Shih dengan ibukota San-fo-tsi, sudah mengirim utusan ke Cina. Dan catatan Itsing tahun 671 dan catatan Itsing tahun 685 yang menyebut Sriwijaya dan ibu kotanya dan letak ibu kotanya dengan sebutan yang sama. Artinya tahun 683 prasasti Kedukan Bukit itu bukan pemindahan ibu kota dari Mināngatamwan ke tempat ditemukannya prasasti Kedukan Bukit atau bukan pula pembuatan kadatuan atau kerajaan, sebab Sriwijaya tahun 670 sudah ada. Kalau memang Mināngatamwan adalah Sriwijaya kemudian tahun 683 Mendirikan wanua ke Palembang dan kerajaan berganti nama Sriwijaya, pastilah Itsing akan menyebut Sriwijaya dengan sebutan yang berbeda pada tahun 671 dan tahun 685.<ref>{{cite book|last=Coedes|first=George|title=The Indianized States of Southeast Asia|publisher= University of Hawaii Press|year=1996|location=|url=|doi=|pages= 82|id= ISBN 978-0-8248-0368-1}}</ref>
▲== Rujukan ==
▲{{reflist|2}}
▲[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]
|