[[Berkas:Bedil kuno atau meriam kuno Jawa cetbang.png|jmpl|Cetbang berjenis [[meriam tangan]] dari perunggu, ditemukan di sungai Brantas, dengandesa lubangSumberagung, penggalak[[Jombang]], timbul[[Jawa berbentuk lingkaranTimur]]. Mulut meriam ada di bagian kanan, sedangkan bagian kiri adalah tempat menancapkan galah.]]
'''Cetbang''' (jugaawalnya dikenaldisebut sebagai '''bedil''', juga dikenal sebagai '''warastra''', atau '''meriam''' '''coak''') merupakan senjata jenis [[meriam]] yang diproduksi dan digunakan pada masa [[Majapahit|kerajaan Majapahit]] (1293–1527 M) dan kerajaan-kerajaan di [[Nusantara]] setelahnya. Ada 2 jenis utama dari cetbang: Cetbang bergaya timur yang bentuknya mirip meriam Cina dan diisi dari depan, dan cetbang bergaya barat yang berbentuk mirip meriam [[Turki]] dan [[Portugal|Portugis]], diisi dari belakang.<ref name=":10">Averoes, Muhammad (2020). Antara Cerita dan Sejarah: Meriam Cetbang Majapahit. ''Jurnal Sejarah'', 3(2), 89 - 100.</ref>{{Rp|97-98}}
== Etimologi ==
Kata "cetbang" tidak ditemukan dalam bahasa Jawa kuno, ia kemungkinan berasal dari kata Cina ''chongtong'' (銃筒), yang juga mempengaruhi kata Korea 총통 (''chongtong'').<ref name=":10" />{{Rp|93}} Istilah "'''meriam coak'''" berasal dari bahasa Betawi yang berarti meriam terbuka/terkuak, merujuk pada bagian belakangnya.<ref>Museum Nasional (1985). ''Meriam-Meriam Kuno di Indonesia''. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> Ia juga bisa secara sederhana disebut sebagai '''coak'''.<ref name=":3">{{Cite book|title=Dundee Beach Swivel Gun: Provenance Report|last=Clark|first=Paul|publisher=Northern Territory Government Department of Arts and Museums|year=2013|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|10}}
Cetbang dalam [[Bahasa Jawa Kuno|bahasa Jawa kuno]] disebut sebagai '''[[bedil]]'''.<ref name=":10" />{{Rp|93}}<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/13308593/mengejar-jejak-majapahit-di-tanadoang-selayar|title=Mengejar Jejak Majapahit di Tanadoang Selayar - Semua Halaman - National Geographic|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.kompilasitutorial.com/2019/11/mengenal-cetbang-meriam-kerajaan.html|title=MENGENALMengenal CETBANGCetbang / MERIAMMeriam KERAJAANKerajaan MAJAPAHITMajapahit DARIdari JENISJenis , TIPETipe DAN FUNGSINYA ~dan KOMPILASITUTORIAL.COMFungsinya|last=arthomoroArthomoro|access-date=2020-03-22|date=14 November 2019|website=kompilasitutorial.com}}</ref> Ia juga disebut sebagai '''warastra''', yang bersinonim dengan bedil.<ref name=":7">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>{{Rp|246}} Warastra adalah kata Jawa kuno, ia berarti panah sakti, panah ampuh, panah dahsyat, atau panah unggul.<ref>{{Cite book|last=Mardiwarsito|first=L.|year=1992|title=Kamus Indonesia-Jawa Kuno|location=Jakarta|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|url-status=live}}</ref>{{Rp|108, 132}}
== Deskripsi ==
Ada 2 jenis utama cetbang:
=== Cetbang bergaya Timurtimur ===
[[Berkas:Bedil kuno atau meriam kuno Jawa cetbang, nomor 2, dengan dudukan.png|jmpl|Meriam perunggu yang ditemukan dari sungai Brantas. Terbuat dari bahan perunggu, dengan lubang penggalak timbul berbentuk segitigaJombang. Bagian kayunya dibuat baru-baru ini untuk pajangan.]]
Pendahulunya dibawa oleh pasukan Mongol-Cina ke Jawa, sehingga bentuknya mirip meriam dan meriam tangan Cina. Cetbang bergaya Timurtimur kebanyakan dibuat dari bahan perunggu dan merupakan meriam isian depan. Ia menembakkan proyektil berupa panah, namun peluru bulat dan proyektil ''co-viative''<ref group="catatan">Salah satu jenis peluru sebar—saat ditembak mengeluarkan semburan api, serpihan dan butiran peluru, dan bisa juga panah. Ciri-ciri proyektil ini adalah pelurunya tidak menutupi keseluruhan lubang laras. Needham, Joseph (1986). ''Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic''. Cambridge: Cambridge University Press. Hal. 9 dan 220.</ref> juga dapat digunakan. Panah ini dapat berujung pejal tanpa peledak, maupun disertai bahan peledak dan pembakar di belakang ujungnya. Di bagian dekat belakang, terdapat kamar atau bilik bakar, yang merujuk kepada bagian yang menggelembung dekat belakang meriam, dimana [[mesiu]] ditempatkan. Cetbang ini dipasang pada dudukan tetap, ataupun sebagai meriam tangan yang diletakkan di ujung galah. Ada bagian mirip tabung di bagian belakang meriam. Pada cetbang jenis meriam tangan, tabung ini digunakan sebagai tempat untuk menancapkan galah.<ref name=":10" />{{Rp|94}} Cetbang pelontar panah pastilah berguna dalam pertempuran laut terutama sebagai senjata yang digunakan untuk melawan kapal (dipasang di bawah perisai meriam haluan atau apilan), dan juga dalam pengepungan (''siege''), karena kemampuan proyektilnya untuk diisi peledak dan bahan pembakar.<ref name=":10" />{{Rp|97}}
=== Cetbang bergaya Baratbarat ===
[[Berkas:Madrid canons indiens.png|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Madrid%20canons%20indiens.png<nowiki/>|al=|jmpl|270x270px|Sebuah cetbang berlaras ganda di atas [[pedati meriam]] (''gun carriage''), dengan garpu putar, sekitar 1522. Mulut meriam berbentuk [[Naga Jawa|Nāga Jawa]].]]
Cetbang bergaya Baratbarat berasal dari meriam [[prangi]] Turki yang datang ke Nusantara setelah tahun 1460. Sama seperti prangi, cetbang ini merupakan [[meriam putar isian belakang]] yang terbuat dari perunggu maupun besi, menembakan peluru tunggal berbentuk bulat maupun peluru sebar (peluru kecil berjumlah banyak). Untuk mencapai kecepatan penembakan yang tinggi, dapat digunakan 5 kamar pengisian peluru secara bergantian.<ref name=":10" />{{Rp|94-95, 98}}
Untuk cetbang jenis meriam putar isian belakang, yang terkecil mungkin memiliki panjang sekitar 60 cm, dan yang terbesar sekitar 2,2 m. Kaliber mereka berkisar antara 22 mm sampai 70 mm.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Mereka adalah meriam yang ringan dan mudah dipindahkan, sebagian besar dari mereka dapat dibawa dan ditembak oleh satu orang,<ref name=":1">{{Cite book|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor|last=Ooi|first=Keat Gin|url=https://books.google.co.id/books?id=QKgraWbb7yoC&q=cannon#v=snippet&q=cannon&f=false|publisher=ABC-CLIO|year=2004|isbn=9781576077702|location=|pages=}}</ref>{{Rp|505}} namun penggunaannyaia tidak ditembakkan dari bahu seperti [[bazooka]] karena daya [[tolak balik]] yang terlalu tinggi dapat mematahkan tulang manusia.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Meriam ini dipasang di garpu putar (disebut ''cagak''), bagian bawahnya dipasang ke lubang atau soket di [[kota mara]] kapal atau tembok benteng.<ref>{{Cite web|url=http://www.acant.org.au/Articles/MalayCannons.html|title=Cannons of the Malay Archipelago|website=www.acant.org.au|access-date=2020-01-25}}</ref> Sebuah "kemudi" atau lebih tepatnya popor dari kayu dimasukkan ke lubang bagian belakang meriam dengan [[rotan]], untuk memungkinkannya diarahkan dan dibidik.<ref name=":1" />{{Rp|505}}
Cetbang dipasang sebagai meriam tetap, [[meriam putar]], atau dipasang pada pedati meriam. Cetbang ukuran kecil dapat dengan mudah dipasang di kapal kecil yang disebut [[penjajap]] (Portugis: ''pangajaua'' atau ''pangajava'') dan juga [[Lancaran (kapal)|lancaran]]. Meriam ini dipergunakan sebagai senjata anti personil, bukan anti kapal. Pada zaman ini, bahkan sampai abad ke-17, prajurit laut Nusantara bertempur di panggung di kapal yang biasa disebut ''balai'' (lihat gambar kapal di bawah). Ditembakan pada kumpulan prajurit dengan peluru ''scattershot'' (peluru sebar atau peluru [[gotri]], dapat berupa ''grapeshot'', ''case shot'', atau paku dan batu), cetbang sangat efektif untuk pertempuran jenis ini.<ref name=":7" />{{Rp|241}}<ref name=":0">Wade, Geoff. (2012). ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past''. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-4311-96-0</ref>{{Rp|162}}
== Sejarah ==
=== Masa Majapahit (1300-an sampai 1478) ===
[[Berkas:Majapahit_treasure_a_pair_of_Javanese_hand_cannons.png|kiri|jmpl|350x350px|Meriam tangan zaman Majapahit, dari [[Kabupaten Mojokerto|Mojokerto]], Jawa Timur.]]
[[Berkas:Cetbang Majapahit of 1470-1478, collection of The Metropolitan Museum of Art.jpg|jmpl|435x435px|Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di [[Metropolitan Museum of Art]] di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470-1478. Perhatikan lambang [[Surya Majapahit]]. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu.]] ▼
Teknologi senjata bubuk mesiu diperkirakan masuk ke Majapahit pada saat invasi tentara [[Kubilai Khan]] dari [[Tiongkok]] di bawah pimpinan [[Ike Mese]] yang bekerjasama dengan [[Raden Wijaya]] saat menggulingkan [[Jayakatwang]] pada tahun 1293. Saat itu, tentara Mongol menggunakan senjata yang disebut 炮 (Pào) ketika menyerang pasukan Daha.<ref name="Schlegel">Schlegel, Gustaaf (1902). "On the Invention and Use of Fire-Arms and Gunpowder in China, Prior to the Arrival of European". ''T'oung Pao''. 3: 1–11.</ref>{{Rp|1–2}}<ref>Lombard, Denys (2005). ''Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 208.</ref><ref>Reid, Anthony (2011). ''Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global''. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 255.</ref> Senjata ini ditafsirkan berbeda oleh peneliti, ia mungkin merupakan manjanik yang melempar bom petir, senjata api, meriam, atau roket. Tidak menutup kemungkinan bahwa senjata bubuk mesiu yang dibawa pasukan Mongol-Cina berjumlah lebih dari 1 jenis.<ref name=":10" />{{Rp|97}}
Kerajaan Majapahit diperkirakan mendominasi nusantara karena keahlian & teknologi unik menempa perunggu serta keahlian produksi massal melalui industri rumahan yang digabungkan ke gudang persenjataan utama. Kerajaan Majapahit juga mempelopori pembuatan dan penggunaan senjata berbasis bubuk mesiu secara massal sehingga menjadi bagian umum dari peperangan. [[Stamford Raffles]] menulis dalam bukunya ''[[The History of Java]]'' bahwa pada tahun 1247 [[Tahun Saka|saka]] (1325 M), meriam telah banyak digunakan di Jawa terutama oleh Majapahit. Tercatat bahwa kerajaan-kerajaan kecil di Jawa yang meminta perlindungan pada Majapahit harus menyerahkan meriam mereka kepada Majapahit.<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/historyofjava02raff/page/n115/mode/2up?q=|title=The History of Java|last=Raffles|first=Thomas Stamford|publisher=John Murray, Albemarle Street|year=1830|isbn=|location=London|pages=}}</ref>{{Rp|106}}<ref>{{Cite journal|last=Yusof|first=Hasanuddin|date=September 2019|title=Kedah Cannons Kept in Wat Phra Mahathat Woramahawihan, Nakhon Si Thammarat|url=|journal=Jurnal Arkeologi Malaysia|volume=32|pages=59-75|via=}}</ref>{{Rp|61}} Majapahit di bawah ''Mahapatih'' (perdana menteri) [[Gajah Mada]] (bertugas tahun 1334-13591331–1359) memanfaatkan teknologi senjata bubuk mesiu yang diperoleh dari [[dinasti Yuan]] untuk digunakan dalam armada laut.<ref>{{Cite book|title=Budaya Bahari|last=Pramono|first=Djoko|publisher=Gramedia Pustaka Utama|year=2005|isbn=9789792213768|location=|pages=}}</ref>{{Rp|57}} Salah satu catatan paling awal tentang adanya meriam dan penembak [[artileri]] di Jawa adalah dari tahun 1346.<ref>{{Cite book|last=Beauvoir|first=Ludovic|year=1870|title=A Voyage Round the World, Volume 2.|location=|publisher=J. Murray.|isbn=|pages=91|url-status=live}}</ref> Penggunaan meriam umum digunakan oleh armada laut kerajaan Majapahit dan juga bajak laut serta kerajaan pesaing di Nusantara.<ref name=":2">Apoorv shelke, Kalpesh Khatavkar, Nikhil Rane & Paresh Patil. ''The Bullet'': ''Contains all basic Information''. PediaPress.</ref><ref name="Thomas Stamford Raffles 1965">Thomas Stamford Raffles, ''The History of Java'', Oxford University Press, 1965, {{ISBN|0-19-580347-7}}, 1088 pages.</ref>
Kerajaan tetangga Majapahit, [[Kerajaan Sunda|Sunda]], dicatat menggunakan bedil selama [[pertempuran Bubat]] tahun 1357. Kidung Sunda pupuh 2 bait 87-9587–95 menyebutkan bahwa orang Sunda memiliki ''juru-modya ning bedil besar'' ''ing Bahitra'' (pembidik / operator meriam besar pada kapal-kapal) di sungai dekat alun-alun Bubat. Pasukan Majapahit yang berada di dekat sungai itu tidak beruntung: Mayat-mayat mereka hampir tidak bisa disebut mayat, mereka cacat, tercabik-cabik dengan cara yang paling mengerikan, lengan dan kepala terlempar. Bola meriam dikatakan dilepaskan seperti hujan, yang memaksa pasukan Majapahit mundur di bagian pertama pertempuran.<ref>Berg, C. C., 1927, [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up?q= Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen], ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|34, 104-105}}
[[Ma Huan]] (penerjemah [[Cheng Ho]]) mengunjungi Jawa pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, [[Yingyai Shenglan|''Yingyai Shenlan'']], menjelaskan bahwa meriam ditembakan dalam upacara pernikahan Jawa ketika sang suami mengawal istri barunya ke rumah perkawinan bersamaan dengan suara gong, drum, dan petasan.<ref name=":7" />{{Rp|245}} ''Haiguo Guangji'' (海国广记) dan ''Shuyu zhouzi lu'' (殊域周咨錄) mencatat bahwa Jawa sangat luas dan padat penduduknya, serta tentara ber[[baju zirah]] dan meriam tangan (火銃—huǒ chòng) milik mereka mendominasi lautan timur.<ref>{{Cite book|last=Hesheng|first=Zheng|last2=Yijun|first2=Zheng|year=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|title=郑和下西洋资料汇编 (A Compilation of Materials on Zheng He's Voyages to the West) Volume 2, Part 1|publisher=齐鲁书社 (Qilu Publishing House)|quote=《海国广记·爪哇制度》有文字,知星历。其国地广人稠,甲兵火铳为东洋诸番之雄。其俗尚气好斗,生子一岁,便以匕首佩之。刀极精巧,名日扒刺头,以金银象牙雕琢人鬼为靶。男子无老幼贫富皆佩,若有争置,即拔刀相刺,盖杀人当时拿获者抵死,逃三日而出,则不抵死矣。}}</ref>{{Rp|755}}<ref>{{Cite book|last=Congjian|first=Yan|year=1583|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|title=殊域周咨錄 (Shuyu Zhouzilu) 第八卷真臘 (Volume 8 Chenla)|pages=111|quote=其國地廣人稠,甲兵火銃,為東洋諸番之雄。其俗尚氣好鬥。}}</ref><ref>{{Cite book|year=2019|url=https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|title=南海文明圖譜:復原南海的歷史基因◆繁體中文版 (Map of South China Sea Civilization: Restoring the Historical Gene of the South China Sea. Traditional Chinese Version)|publisher=Rúshì wénhuà|isbn=9789578784987|editor-last=Wenbin|editor-first=Yan|page=70|quote=《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。}}</ref>
[[Ma Huan]] (penerjemah [[Cheng Ho]]) mengunjungi Jawa pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, [[Yingyai Shenglan|Yingyai Shenlan]], menjelaskan bahwa meriam ditembakan dalam upacara pernikahan Jawa ketika sang suami mengawal istri barunya ke rumah perkawinan bersamaan dengan suara gong, drum, dan petasan.<ref name=":7" />{{Rp|245}}
Karena dekatnya hubungan maritim Nusantara dengan wilayah India Baratbarat, setelah tahun 1460 jenis senjata bubuk mesiu baru masuk ke Nusantara melalui perantara orang Arab. Senjata ini sepertinya adalah meriam dan bedil tradisi Turki Usmani, misalnya prangi, yang merupakan meriam putar isian belakang.<ref name=":10" />{{Rp|94-95}}
=== Munculnya Islam (1478-16001478–1600) ===
[[Berkas:Warship of Madura.jpg|jmpl|Sebuah [[Ghali (kapal)|ghali]] atau lancaran dari Madura, dengan setidaknya 4 buah cetbang.]]Pada masa memudarnya kekuasaan Majapahit, terutama setelah [[Perang Regreg|perang regreg]] (1404-1406),<ref>{{Cite book|title=Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru: Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur|last=Hidayat|first=Mansur|publisher=Pustaka Larasan|year=2013|isbn=|location=Denpasar|pages=}}</ref>{{Rp|174-175}} banyak dari ahli meriam perunggu yang tidak puas dengan kondisi di kerajaan di Jawa yang lari ke [[Brunei Darussalam|Brunei]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]] dan [[kepulauan Filipina]], yang menyebabkan meluasnya penggunaan meriam cetbang. Terutama pada kapal dagang untuk perlindungan dari bajak laut, terutama di [[Selat Makassar]].<ref name=":2" /><ref name="Thomas Stamford Raffles 1965" /> Menurut catatan Portugis yang datang ke MalakaMelaka pada abad ke-16, telah terdapat perkampungan besar dari pedagang Jawa yang diketuai oleh seorang kepala kampung. Orang-orang Jawa di MalakaMelaka juga membuat meriam sendiri secara swadaya, dimana meriam pada saat itu sama bergunanya dengan layar pada kapal dagang.<ref name=":2">Furnivall, J. S. (2010). ''[https://books.google.co.id/books?id=qiARYzj_QL8C&dq= Netherlands India: A Study of Plural Economy]''. Cambridge University Press. Halaman 9: "''when Portuguese first came to Malacca they noticed a large colony of Javanese merchants under its own headman; the Javanese even founded their own cannon, which then, and for long after, were as necessary to merchant ships as sails''."</ref> [[Duarte Barbosa]] mencatat berlimpahnya senjata berbasis bubuk mesiu di [[Jawa]] sekitar tahun 1514. Orang Jawa dianggap sebagai ahli pembuat senjata api dan penembak artileri yang baik. Senjata yang ditemukan di sana diantaranya meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.<ref name=":23">{{Cite book|last=Jones|first=John Winter|year=1863|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|location=|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|254}}<ref>{{Cite book|last=Barbosa|first=Duarte|year=1866|url=https://archive.org/details/bub_gb_oGcMAAAAIAAJ|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|198}}<ref name=":8" />{{Rp|224}} Ketika [[Perebutan Malaka (1511)|Melaka jatuh ke tangan Portugis]] pada tahun 1511 M, meriam putar yang diisi dari belakang (cetbang) dan meriam putar isian depan ([[lela]] dan [[rentaka]]) ditemukan dan dirampas oleh [[Portugal|Portugis]].<ref name=":13" />{{Rp|50}} Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh [[Pati Unus]], [[Invasi Kesultanan Demak ke Melaka Portugis|berlayar untuk menyerang]] [[Melaka Portugis]] "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".<ref name=":0">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|162}}<ref name=":22" />{{Rp|23}}
[[João de Barros|De Barros]] dan Faria e Sousa menyebutkan bahwa saat [[Perebutan Malaka (1511)|jatuhnya kesultanan Malaka]]Melaka (1511), Albuquerque merebut 3.000 dari 8.000 artileri. Di antaranya, 2.000 terbuat dari kuningan dan sisanya dari besi, dalam gaya meriam ''berço'' Portugis. Semua artileri memiliki pedati meriam yang tepat yang tidak dapat disaingi bahkan oleh Portugal.<ref name=":8">{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&dq|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|year=|isbn=978-0-8018-5954-0|location=|pages=|language=en}}</ref>{{rp|279}}<ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|url=https://archive.org/details/adescriptivedic00crawgoog/page/n8/mode/2up?q=|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|22}}<ref name=":4">{{Cite book|last=Birch|first=Walter de Gray|year=1875|url=https://archive.org/details/commentariesgre02unkngoog/page/n7/mode/2up?q=|title=The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774 volume 3|location=London|publisher=The Hakluyt society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|127-128}} Meriam[[Afonso yangde ditemukanAlbuquerque]] berasalmenganggap daripembuat berbagaisenjata jenis:api ''esmeril''dan (meriam putardi 1/4Melaka sampaiberada 1/2di pon,<reflevel name=":14">{{Citeyang book|url=https://books.google.co.id/books?id=yYupSOK0BgIC&printsec=|title=Artillerysama Through the Ages: A Short Illustrated History of the Cannon, Emphasizing Types Used in America|last=Manucy|first=Albertdengan C.|publisher=U.SJerman. Department of the Interior Washington|year=1949|isbn=|location=|pages=34}}</ref> mungkin merujuk pada ''cetbang'' atau ''lantaka'')Namun, ''falconet''dia (meriamtidak putarmenyebutkan coretnis perungguapa yang lebihmembuat besarsenjata dariapi ''esmeril'',dan 1 sampai 2 pon,<ref name=":14" /> mungkin merujuk pada ''[[lela]]''), ''saker'' berukuran sedang (meriam panjang atau ''culverin'' diantara 6-10 pon),<ref>''Lettera di Giovanni Da Empoli'', with introduction and notes by A. Bausani, Rome, 1970, page 138Melaka.</ref><ref name=":94" />{{Rprp|385128}} dan ''bombard'' (meriam yang pendek, gemuk, dan berat).<ref name=":13">{{Citecite book|last=CharneyReid|first=Michael|date=Anthony|year=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=tdJ7DwAAQBAJ&source=gbs_navlinks_s1993|title=Southeast AsianAsia Warfare,in the Age of Commerce 13001450-19001680. Volume Two: Expansion and Crisis|location=New Haven and London|publisher=BRILL|isbn=9789047406921|pages=|url-status=liveYale University Press}}</ref>{{Rp|46221}} Orang Melayu juga memiliki 1 buah meriam besar yang cantik, dikirim oleh raja [[Kalikut]].<ref name=":1312" />{{Rprp|474}} Duarte Barbosa menyatakan bahwa pembuat arquebus di Melaka adalah orang Jawa.<ref name=":22211">{{CiteReid, book|last=Crawfurd|first=John|date=|year=1856|url=Anthony (1989). [https://archive.org/details/adescriptivedic00crawgoog/page/n8reid-anthony-the-organization-of-production-1989/mode/2up?q=|title=A DescriptiveThe DictionaryOrganization of Production in the IndianPre-Colonial IslandsSoutheast andAsian AdjacentPort Countries|location=|publisher=BradburyCity]. andIn Evans|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|22}}Broeze, BanyaknyaFrank artileri(Ed.), di''Brides Malakaof berasalthe dariSea: berbagaiAsian sumberPort diCities kepulauanin Nusantara:the Pahang,Colonial Jawa,Era'' Brunei,(pp. Minangkabau,54–74). danUniversity Acehof Hawaii Press.</ref name=":8" />{{rpRp|27969}} Orang Jawa juga membuat meriam secara mandiri di Melaka.<ref name=":322" />{{Cite book|title=PeperanganAnthony dalamReid Historiografiberpendapat Johor:bahwa Kajianorang TerhadapJawa Tuhfatmenangani Al-Nafis|last=Ismail|first=Norainbanyak B.T.|publisher=Akademipekerjaan Pengajianproduktif Islamdi UniversitiMelaka Malaya|year=2012|isbn=|location=Kualasebelum Lumpur|pages=}}</ref>{{rp|124}}<ref>{{Citetahun book|title=Senjata1511 dan Alatdi Tradisional|last=Ayob|first=Yusman|publisher=PenerbitPattani Prismapada Sdnabad Bhd|yearke-17.<ref name=1995|isbn=|location=Selangor|pages=}}<":11" /ref>{{rpRp|3069}}
Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah menjelaskan beberapa fakta akan keadaan persenjataan bubuk mesiu di Melaka dan negara Melayu lainnya sebelum kedatangan bangsa Portugis:<ref>{{Cite book|last=Hasbullah|first=Wan Mohd Dasuki Wan|date=2020|title=Senjata Api Alam Melayu|publisher=Dewan Bahasa dan Pustaka|pages=}}</ref>{{rp|97-98}}
Perlu dicatat bahwa, meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata [[Kesultanan Melaka|kesultanan Malaka]] umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu adalah orang-orang tanpa senjata bubuk mesiu. ''[[Sejarah Melayu]]'' menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.<ref>Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Di ''Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten''. Hamburger Edition.</ref>{{Rp|3}} Sebagaimana dicatat ''Sejarah Melayu'':<blockquote>''Setelah datang ke Melaka, maka bertemu, ditembaknya dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?" <ref>Kheng, Cheah Boon (1998). ''Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd.</ref>{{Rp|254-255}}''</blockquote>Buku ''Asia Portuguesa'' oleh Manuel de Faria y Sousa mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.<ref>{{Cite journal|last=Koek|first=E.|date=1886|title=Portuguese History of Malacca|url=https://archive.org/details/portuguese-history-of-malacca/page/n1/mode/2up|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|volume=17|pages=117–149}}</ref>{{Rp|120–121}} ▼
# Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa [[bedil]], meriam, dan bubuk mesiu dibuat di negara-negara Melayu.
Meriam cetbang Majapahit tetap digunakan dan dilakukan improvisasi pada zaman [[Kesultanan Demak]], terutama pada [[invasi Kerajaan Demak ke Malaka]] (1513). Bahan baku besi untuk pembuatan meriam jawa tersebut diimpor dari daerah [[Provinsi Khorasan|Khurasan]] di Persia utara, terkenal dengan sebutan ''wesi kurasani''.<ref name=":4">{{Cite web|last=Anonymous|first=|date=2020|title=Cetbang, Teknologi Senjata Api Andalan Majapahit|url=https://1001indonesia.net/cetbang-teknologi-senjata-api-andalan-majapahit/?__cf_chl_jschl_tk__=de99139c4e7b73c4829ff10ef1415757cc4b2ff5-1584884077-0-Ad9PCvUMxHWnQtRVRnsFTVdW0FmIQKnYO727Al5pWjEVh4fkG4tSXfgUSGNDabAasQldm9zxkq5SIp3l2aJ7P0PyRQNpwmi-zfZWRYbJ21Lf86vUrmaxjQQmo-34_kjlF7zPE0yhT7t2EeJ2Hc6QxZk5ExJJF2LiQtBlhtaOZVHlmnR38fShbHabpotL9P9mtD5U8mj0Mu52QpL7K6jFmXxpP1cTA3KzCBvMxFFFilw75UwbPgcAjibB0kOOdx617xZOJxs9iXWtyw5D8sDZh765HhXg-eSdtlLZFVJe1yPMGx8QmfycDhPIchHkqi3lVUOeq_Fq0htxIvzYFq3y2Nc|url-status=live|archive-url=|archive-date=|access-date=22 March 2020|website=1001 Indonesia}}</ref> Saat [[Portugal|Portugis]] datang ke wilayah Nusantara, mereka menyebutnya sebagai ''berço'' (dibaca: berso), istlah yang juga digunakan untuk menyebut meriam putar isian belakang (''breech-loading swivel gun'') buatan manapun, sedangkan orang [[Spanyol]] menyebutnya sebagai ''Verso''.<ref name=":0" />{{rp|151}}
# Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa bedil pernah digunakan oleh Kesultanan Melaka sebelum penjarahan Portugis, bahkan dari sumber-sumber Melayu sendiri.
# Berdasarkan laporan banyaknya meriam yang ditemukan dan ditangkap oleh Portugis, mereka masuk dalam kategori artileri kecil (meriam kecil), jenis inilah yang lebih banyak digunakan oleh orang Melayu.
▲[[Berkas:Cetbang Majapahit of 1470-1478, collection of The Metropolitan Museum of Art.jpg|jmpl|435x435px|Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di [[Metropolitan Museum of Art]] di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470-14781470–1478. Perhatikan lambang [[Surya Majapahit]]. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu. |kiri]]
=== Masa kolonial (1600-1945) === ▼
Meriam yang ditemukan di Melaka berasal dari berbagai jenis: ''esmeril'' (meriam putar 1/4 sampai 1/2 pon,<ref name=":14">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=yYupSOK0BgIC&printsec=|title=Artillery Through the Ages: A Short Illustrated History of the Cannon, Emphasizing Types Used in America|last=Manucy|first=Albert C.|publisher=U.S. Department of the Interior Washington|year=1949|isbn=|location=|page=34}}</ref> mungkin merujuk pada ''cetbang'' atau ''lantaka''), ''falconet'' (meriam putar cor perunggu yang lebih besar dari ''esmeril'', 1 sampai 2 pon,<ref name=":14" /> mungkin merujuk pada ''[[lela]]''), ''saker'' berukuran sedang (meriam panjang atau ''culverin'' diantara 6–10 pon),<ref>''Lettera di Giovanni Da Empoli'', with introduction and notes by A. Bausani, Rome, 1970, page 138.</ref><ref name=":9" />{{Rp|385}} dan ''bombard'' (meriam yang pendek, gemuk, dan berat).<ref name=":13">{{Cite book|last=Charney|first=Michael|date=|year=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=tdJ7DwAAQBAJ&source=gbs_navlinks_s|title=Southeast Asian Warfare, 1300-1900|location=|publisher=BRILL|isbn=9789047406921|url-status=live}}</ref>{{Rp|46}} Orang Melayu juga memiliki 1 buah meriam besar yang cantik, dikirim oleh raja [[Kalikut]].<ref name=":13" />{{Rp|47}}<ref name=":22" />{{Rp|22}}
▲Perlu dicatat bahwa, meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata [[ Kesultanankesultanan Melaka |kesultanan Malaka]] umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu adalah orang-orang tanpakekurangan senjata bubuk mesiu. ''[[Sejarah Melayu]]'' menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.<ref name=":12">Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Di ''Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten''. Hamburger Edition.</ref>{{Rp|3}} Sebagaimana dicatat ''Sejarah Melayu'':<blockquote>''Setelah datang ke Melaka, maka bertemu, ditembaknya dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?" <ref>Kheng, Cheah Boon (1998). ''Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd.</ref>{{Rp|254-255}}''</blockquote> Buku ''Asia Portuguesa'' oleh Manuel de Faria y Sousa mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.<ref>{{Cite journal|last=Koek|first=E.|date=1886|title=Portuguese History of Malacca|url=https://archive.org/details/portuguese-history-of-malacca/page/n1/mode/2up|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|volume=17|pages=117–149}}</ref>{{Rp|120–121}}
Buku ''Lendas da India'' karya Gaspar Correia dan ''Asia Portuguesa'' karya Manuel de Faria y Sousa mengkonfirmasi catatan ''Sejarah Melayu''. Mereka mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.<ref>{{Cite journal|last=Koek|first=E.|date=1886|title=Portuguese History of Malacca|url=https://archive.org/details/portuguese-history-of-malacca/page/n1/mode/2up|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|volume=17|pages=117–149}}</ref>{{Rp|120–121}}<ref>{{cite book |last=Pintado |first=M.J. |title=Portuguese Documents on Malacca: 1509–1511 |year=1993 |publisher=National Archives of Malaysia |location= |isbn=9789679120257 |url=https://books.google.com/books?id=r6suAQAAIAAJ }}</ref>{{Rp|43}} ''[[Hikayat Hang Tuah]]'' menceritakan ekspedisi Melaka ke benua Rum ([[Kekaisaran Ottoman]]) untuk membeli bedil dan meriam-meriam besar setelah pertemuan pertama mereka dengan Portugis pada 1509 M, menunjukkan kekurangan mereka akan senjata api dan senjata mesiu.<ref>{{Cite book|year=2010|url=https://archive.org/details/hikayat-hang-tuah-ii-2010/page/n1/mode/2up?q=|title=Hikayat Hang Tuah II|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa|isbn=978-979-069-058-5|editor-last=Schap|editor-first=Bot Genoot|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|205–248}}<ref group="catatan">Maka kata Laksamana, "Adapun hamba sekalian datang ini dititahkan oleh Sultan Melaka membawa surat dan bingkisan tanda berkasih-kasihan antara Sultan Melaka dan duli Sultan Rum, serta hendak membeli bedil dan meriam yang besar-besar. Adalah kekurangan sedikit bedil yang besar-besar di dalam negeri Melaka itu. Adapun hamba lihat tanah di atas angin ini terlalu banyak bedil yang besar-besar.”</ref> Ekspedisi Melaka ke negara Rum (Turki Utsmani) untuk membeli meriam sebenarnya tidak pernah terjadi, ia hanya disebutkan dalam sastra fiktif ''Hikayat Hang Tuah'', yang sebenarnya didasarkan pada pengiriman serangkaian kedutaan Aceh ke Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-16.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=Vladimir|date=2012-12-08|title=Co-opting the Rival Ca(n)non the Turkish Episode of Hikayat Hang Tuah|url=https://www.academia.edu/en/70569424/Co_Opting_the_Rival_Ca_N_Non_The_Turkish|journal=Malay Literature|volume=25|issue=2|pages=229–260|doi=10.37052/ml.25(2)no5|issn=0128-1186}}</ref>
Saat [[Portugal|Portugis]] datang ke wilayah Nusantara, mereka menyebutnya sebagai ''berço'' (dibaca: berso), istlah yang juga digunakan untuk menyebut meriam putar isian belakang (''breech-loading swivel gun'') buatan manapun, sedangkan orang [[Spanyol]] menyebutnya sebagai ''Verso''.<ref name=":0" />{{rp|151}}
▲=== Masa kolonial ( 1600-19451600–1945) ===
[[Berkas:Galliot and Fusta of Java de Bry.jpg|jmpl|Sebuah [[Galai#Galai Asia Tenggara|galai]] dari Banten, 4 cetbang dapat terlihat.]]Ketika [[Belanda]] merebut benteng [[Somba Opu, Gowa|Somba Opu]] [[orang Makassar]] (1669), mereka merebut 33 meriam perunggu besar dan kecil, 11 meriam besi cor, 145 ''base'' (meriam putar isian belakang) dan 83 tabung pengisiannya, 60 [[senapan lontak]], 23 [[senapan sundut]], 127 laras senapan lontak, dan 8483 peluru.<ref name=":9">{{Cite book|last=Tarling|first=Nicholas|url=https://books.google.co.id/books?id=rOw8AAAAIAAJ&dq=|title=The Cambridge History of Southeast Asia: Volume 1, From Early Times to C.1800|publisher=Cambridge University Press|year=1992|isbn=9780521355056|location=|pages=}}</ref>{{Rp|384}}
Meriam putar isian belakang perunggu yang disebut ''ba'dili'',<ref name=":5" /><ref name=":6">{{Cite book|title=Surga kecil Bonea Timur|last=Amiruddin|first=Andi Muhammad Ali|publisher=Pusaka Almaida|year=2017|isbn=9786026253385|location=Makassar|pagespage=15}}</ref> dibawa oleh pelaut Makassar dalam pelayaran mencari [[teripang]] ke [[Australia]]. Matthew Flinders mencatat penggunaan meriam kecil di atas perahu Makassar di [[Northern Territory]] pada tahun 1803.<ref>{{Cite book|title=A Voyage to Terra Australis|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.46086|last=Flinders|first=Matthew|publisher=G & W Nichol|year=1814|isbn=|location=London|pages=}}</ref> Vosmaer (1839) menulis bahwa para nelayan Makassar kadang-kadang membawa meriam kecil mereka ke darat untuk membentengi kubu pertahanan yang mereka bangun di dekat kampung pengolahan mereka untuk mempertahankan diri melawan orang [[Aborigin Australia|Aborigin]] yang bermusuhan.<ref>{{Cite journal|last=Vosmaer|first=J. N.|date=1839|title=Korte beschrijving van het Zuid- Oostelijk schiereiland van Celebes, in het bijzonder van de Vosmaers-Baai of van Kendari|url=|journal=Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kusten en Wetenschapen|volume=17|pages=63-184|via=}}</ref> Dyer (sekitar tahun 1930) mencatat penggunaan meriam oleh orang Makassar, khususnya meriam isian belakang dari bahan perunggu dengan kaliber 2 inci (50,8 mm).<ref>{{Cite book|title=Unarmed Combat: An Australian Missionary Adventure|last=Dyer|first=A. J.|publisher=Edgar Bragg & Sons Pty. Ltd., printers 4-6 Baker Street Sydney|year=1930|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|64}}<ref name=":3" />{{rp|10}}
Amerika bertempur melawan [[suku Moro]] yang dilengkapi dengan meriam putar isian belakang di Filipina pada tahun 1904.<ref name=":1" />{{Rp|505}} Meriam-meriam ini biasanya disebut sebagai lantaka atau lantaka isian belakang.<ref>{{Cite web|url=https://wanderingbakya.com/national-museum-of-the-philippines-part-iii-museum-of-the-filipino-people/|title=National Museum of the Philippines, Part III (Museum of the Filipino People)|date=2014-08-15|website=Wandering Bakya|language=en-US|access-date=2020-06-18}}</ref>
Saat ini beberapa meriam cetbang tersimpan di:
# Museum Bali, Denpasar, Bali. Meriam Bali kategori cetbang ini terdapat di pelataran Museum Bali.
# Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat. Meriam yang tersimpan disana diperkirakan berasal dari abad ke -15, terbuat dari perunggu dan berdimensi 37,7x16 inchi atau panjang 0{{Convert|37,96 meter dan lebar 0,4 meter4375|in|cm|1}}.<ref>{{Cite web|url=http://metmuseum.org/art/collection/search/37742|title=Cannon {{!}} Indonesia (Java) {{!}} Majapahit period (1296–1520) {{!}} The Met|website=The Metropolitan Museum of Art, i.e. The Met Museum|access-date=2017-01-17}}</ref>
# Museum Luis de Camoes di Makau mempunyai cetbang yang sangat berornamen. Tahun pembuatannya tidak diketahui.
# Museum Talaga Manggung, Majalengka, Jawa Barat. Berbagai cetbang masih terawat dengan baik. Adanya ritual mandi pusaka, termasuk cetbang, menjadikan cetbang sangat terawat.<ref>{{Cite web|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=948&lang=id|title=Museum Talaga Manggung-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2018-06-30|archive-date=2015-09-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923215338/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=948&lang=id|dead-url=yes}}</ref>
== Galeri ==
<gallery mode="packed" widths="170" heights="170">
Berkas:Javanese Kingdom cannon 812232.png|Meriam tangan Jawa bergaya Yuan, kemungkinan besar diproduksi secara lokal di Jawa.
Berkas:Javanese Kingdom cannon with carrying handle 812231.png|Meriam tangan dengan pegangan dari zaman Majapahit.
Berkas:A bowl-mouthed cannon found in Java, from Julian Permata colllection.png|Meriam gaya Cina yang ditemukan di Jawa, terbuat dari perunggu dan beratnya sekitar 15 kg. Asalnya tidak diketahui, mungkin buatan Cina atau tiruannya yang dibuat di Jawa. Ia dapat digunakan sebagai meriam anti-kapal atau sebagai [[mortir]], menembakkan peluru bundar besar atau bom.
Berkas:Sharben Sukatanya - Meriam kuno selayar.jpg|Meriam kuno jenis cetbang yang ditemukan di Pulau Selayar (Foto: Sharben Sukatanya—Selayar)
Berkas:Meriam museum bali.jpg|Cetbang yang tersimpan di pelataran Museum Bali. Panjang: 1833 mm, kaliber: 43 mm, panjang ekor: 315 mm, bagian terlebar: 190 mm (pada cincin pangkal).
Berkas:Bedil Naga (Dragon Cannon).jpg|Bedil naga yang ditemukan di [[Great Barrier Reef]]. Berasal dari Indonesia dan diproduksi antara tahun 1630 dan 1680. Meriam ini menunjukkan bahwa kapal-kapal Asia mengunjungi garis pantai Australia timur sebelum pelayaran James Cook.
Berkas:Sacred gun of Java Comte de Beauvoir.png|Meriam keramat perunggu di Jawa, dengan blok pengisian terpasang, sekitar 1866. Wanita-wanita Melayu datang berbicara dengan makhluk halus penunggu meriam ini, dan berdoa meminta anak.
Berkas:Achterlaad lilla met twee kamers, NG-MC-1358.jpg|"Lilla" isian belakang, Rijksmuseum, sekitar tahun 1750 - 18501750–1850. Panjang 180,5 cm, lebar 21,5 cm, kaliber: 4,5 cm, berat: 120,8 kg.
Berkas:Jakarta History Museum Java12.jpg|Meriam coak yang dijuluki "Meriam Cirebon" dari Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah).
Berkas:Meriam dari Mongolia.jpg|Dua meriam di Keraton Kasepuhan, berlabel "Meriam dari Mongolia". Kepala naganya lebih mirip dengan [[naga Cina]] (''long'') daripada naga Jawa.
</gallery>
{{reflist}}{{Senjata Indonesia}}
[[Kategori:Senjata Abadabad Pertengahanpertengahan]]
[[Kategori:Meriam]]
[[Kategori:Senjata tradisional Indonesia]]
[[Kategori:PenemuanReka cipta Indonesia]]
|