Cetbang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
Image
k clean up, removed stub tag
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 32:
Kerajaan tetangga Majapahit, [[Kerajaan Sunda|Sunda]], dicatat menggunakan bedil selama [[pertempuran Bubat]] tahun 1357. Kidung Sunda pupuh 2 bait 87–95 menyebutkan bahwa orang Sunda memiliki ''juru-modya ning bedil besar'' ''ing Bahitra'' (pembidik / operator meriam besar pada kapal-kapal) di sungai dekat alun-alun Bubat. Pasukan Majapahit yang berada di dekat sungai itu tidak beruntung: Mayat-mayat mereka hampir tidak bisa disebut mayat, mereka cacat, tercabik-cabik dengan cara yang paling mengerikan, lengan dan kepala terlempar. Bola meriam dikatakan dilepaskan seperti hujan, yang memaksa pasukan Majapahit mundur di bagian pertama pertempuran.<ref>Berg, C. C., 1927, [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up?q= Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen], ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|34, 104-105}}
 
[[Ma Huan]] (penerjemah [[Cheng Ho]]) mengunjungi Jawa pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, [[Yingyai Shenglan|''Yingyai Shenlan'']], menjelaskan bahwa meriam ditembakan dalam upacara pernikahan Jawa ketika sang suami mengawal istri barunya ke rumah perkawinan bersamaan dengan suara gong, drum, dan petasan.<ref name=":7" />{{Rp|245}} ''Haiguo Guangji'' (海国广记) dan ''Shuyu zhouzi lu'' (殊域周咨錄) mencatat bahwa Jawa sangat luas dan padat penduduknya, serta tentara ber[[baju zirah]] dan meriam tangan (火銃—huǒ chòng) milik mereka mendominasi lautan timur.<ref>{{Cite book|last=Hesheng|first=Zheng|last2=Yijun|first2=Zheng|year=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|title=郑和下西洋资料汇编 (A Compilation of Materials on Zheng He's Voyages to the West) Volume 2, Part 1|publisher=齐鲁书社 (Qilu Publishing House)|quote=《海国广记·爪哇制度》有文字,知星历。其国地广人稠,甲兵火铳为东洋诸番之雄。其俗尚气好斗,生子一岁,便以匕首佩之。刀极精巧,名日扒刺头,以金银象牙雕琢人鬼为靶。男子无老幼贫富皆佩,若有争置,即拔刀相刺,盖杀人当时拿获者抵死,逃三日而出,则不抵死矣。}}</ref>{{Rp|755}}<ref>{{Cite book|last=Congjian|first=Yan|year=1583|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|title=殊域周咨錄 (Shuyu Zhouzilu) 第八卷真臘 (Volume 8 Chenla)|pages=111|quote=其國地廣人稠,甲兵火銃,為東洋諸番之雄。其俗尚氣好鬥。}}</ref><ref>{{Cite book|year=2019|url=https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|title=南海文明圖譜:復原南海的歷史基因◆繁體中文版 (Map of South China Sea Civilization: Restoring the Historical Gene of the South China Sea. Traditional Chinese Version)|publisher=Rúshì wénhuà|isbn=9789578784987|editor-last=Wenbin|editor-first=Yan|page=70|quote=《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。}}</ref>
 
Karena dekatnya hubungan maritim Nusantara dengan wilayah India barat, setelah tahun 1460 jenis senjata bubuk mesiu baru masuk ke Nusantara melalui perantara orang Arab. Senjata ini sepertinya adalah meriam dan bedil tradisi Turki Usmani, misalnya prangi, yang merupakan meriam putar isian belakang.<ref name=":10" />{{Rp|94-95}}
Baris 41:
[[João de Barros|De Barros]] dan Faria e Sousa menyebutkan bahwa saat jatuhnya kesultanan Melaka (1511), Albuquerque merebut 3.000 dari 8.000 artileri. Di antaranya, 2.000 terbuat dari kuningan dan sisanya dari besi, dalam gaya meriam ''berço'' Portugis. Semua artileri memiliki pedati meriam yang tepat yang tidak dapat disaingi bahkan oleh Portugal.<ref name=":8">{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&dq|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|year=|isbn=978-0-8018-5954-0|location=|pages=|language=en}}</ref>{{rp|279}}<ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|url=https://archive.org/details/adescriptivedic00crawgoog/page/n8/mode/2up?q=|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|22}}<ref name=":4">{{Cite book|last=Birch|first=Walter de Gray|year=1875|url=https://archive.org/details/commentariesgre02unkngoog/page/n7/mode/2up?q=|title=The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774 volume 3|location=London|publisher=The Hakluyt society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|127-128}} [[Afonso de Albuquerque]] menganggap pembuat senjata api dan meriam di Melaka berada di level yang sama dengan Jerman. Namun, dia tidak menyebutkan etnis apa yang membuat senjata api dan meriam Melaka.<ref name=":4" />{{rp|128}}<ref>{{cite book|last=Reid|first=Anthony|year=1993|title=Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680. Volume Two: Expansion and Crisis|location=New Haven and London|publisher=Yale University Press}}</ref>{{Rp|221}}<ref name=":12" />{{rp|4}} Duarte Barbosa menyatakan bahwa pembuat arquebus di Melaka adalah orang Jawa.<ref name=":11">Reid, Anthony (1989). [https://archive.org/details/reid-anthony-the-organization-of-production-1989/mode/2up?q The Organization of Production in the Pre-Colonial Southeast Asian Port City]. In Broeze, Frank (Ed.), ''Brides of the Sea: Asian Port Cities in the Colonial Era'' (pp. 54–74). University of Hawaii Press.</ref>{{Rp|69}} Orang Jawa juga membuat meriam secara mandiri di Melaka.<ref name=":2" /> Anthony Reid berpendapat bahwa orang Jawa menangani banyak pekerjaan produktif di Melaka sebelum tahun 1511 dan di Pattani pada abad ke-17.<ref name=":11" />{{Rp|69}}
 
Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah menjelaskan beberapa fakta akan keadaan persenjataan bubuk mesiu di Melaka dan negara Melayu lainnya sebelum kejatuhannyakedatangan padabangsa 1511Portugis:<ref>{{Cite book|last=Hasbullah|first=Wan Mohd Dasuki Wan|date=2020|title=Senjata Api Alam Melayu|publisher=Dewan Bahasa dan Pustaka|pages=}}</ref>{{rp|97-98}}
 
# Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa [[bedil]], meriam, dan bubuk mesiu dibuat di negara-negara Melayu.
# Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa bedil pernah digunakan oleh Kesultanan Melaka sebelum penjarahan Portugis, bahkan dari sumber-sumber Melayu sendiri.
# Berdasarkan laporan banyaknya meriam yang ditemukan dan ditangkap oleh Portugis, mereka masuk dalam kategori artileri kecil (meriam kecil), jenis inilah yang lebih banyak digunakan oleh orang Melayu.
[[Berkas:Cetbang Majapahit of 1470-1478, collection of The Metropolitan Museum of Art.jpg|jmpl|435x435px|Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di [[Metropolitan Museum of Art]] di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470–1478. Perhatikan lambang [[Surya Majapahit]]. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu.|kiri]]Meriam yang ditemukan di Melaka berasal dari berbagai jenis: ''esmeril'' (meriam putar 1/4 sampai 1/2 pon,<ref name=":14">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=yYupSOK0BgIC&printsec=|title=Artillery Through the Ages: A Short Illustrated History of the Cannon, Emphasizing Types Used in America|last=Manucy|first=Albert C.|publisher=U.S. Department of the Interior Washington|year=1949|isbn=|location=|page=34}}</ref> mungkin merujuk pada ''cetbang'' atau ''lantaka''), ''falconet'' (meriam putar cor perunggu yang lebih besar dari ''esmeril'', 1 sampai 2 pon,<ref name=":14" /> mungkin merujuk pada ''[[lela]]''), ''saker'' berukuran sedang (meriam panjang atau ''culverin'' diantara 6–10 pon),<ref>''Lettera di Giovanni Da Empoli'', with introduction and notes by A. Bausani, Rome, 1970, page 138.</ref><ref name=":9" />{{Rp|385}} dan ''bombard'' (meriam yang pendek, gemuk, dan berat).<ref name=":13">{{Cite book|last=Charney|first=Michael|date=|year=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=tdJ7DwAAQBAJ&source=gbs_navlinks_s|title=Southeast Asian Warfare, 1300-1900|location=|publisher=BRILL|isbn=9789047406921|url-status=live}}</ref>{{Rp|46}} Orang Melayu juga memiliki 1 buah meriam besar yang cantik, dikirim oleh raja [[Kalikut]].<ref name=":13" />{{Rp|47}}<ref name=":22" />{{Rp|22}}
 
[[Berkas:Cetbang Majapahit of 1470-1478, collection of The Metropolitan Museum of Art.jpg|jmpl|435x435px|Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di [[Metropolitan Museum of Art]] di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470–1478. Perhatikan lambang [[Surya Majapahit]]. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu.|kiri]]
Perlu dicatat bahwa, meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata [[kesultanan Melaka]] umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu kekurangan senjata bubuk mesiu. ''[[Sejarah Melayu]]'' menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.<ref name=":12">Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Di ''Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten''. Hamburger Edition.</ref>{{Rp|3}} Sebagaimana dicatat ''Sejarah Melayu'':<blockquote>''Setelah datang ke Melaka, maka bertemu, ditembaknya dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?" <ref>Kheng, Cheah Boon (1998). ''Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd.</ref>{{Rp|254-255}}''</blockquote>Buku ''Asia Portuguesa'' oleh Manuel de Faria y Sousa mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.<ref>{{Cite journal|last=Koek|first=E.|date=1886|title=Portuguese History of Malacca|url=https://archive.org/details/portuguese-history-of-malacca/page/n1/mode/2up|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|volume=17|pages=117–149}}</ref>{{Rp|120–121}} ''[[Hikayat Hang Tuah]]'' menceritakan ekspedisi Melaka ke benua Rum ([[Kekaisaran Ottoman]]) untuk membeli bedil dan meriam-meriam besar setelah pertemuan pertama mereka dengan Portugis pada 1509 M, menunjukkan kekurangan mereka akan senjata api dan senjata mesiu.<ref>{{Cite book|year=2010|url=https://archive.org/details/hikayat-hang-tuah-ii-2010/page/n1/mode/2up?q=|title=Hikayat Hang Tuah II|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa|isbn=978-979-069-058-5|editor-last=Schap|editor-first=Bot Genoot|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|205–248}}<ref group="catatan">Maka kata Laksamana, "Adapun hamba sekalian datang ini dititahkan oleh Sultan Melaka membawa surat dan bingkisan tanda berkasih-kasihan antara Sultan Melaka dan duli Sultan Rum, serta hendak membeli bedil dan meriam yang besar-besar. Adalah kekurangan sedikit bedil yang besar-besar di dalam negeri Melaka itu. Adapun hamba lihat tanah di atas angin ini terlalu banyak bedil yang besar-besar.”</ref> Ekspedisi Melaka ke Rum (Turki Utsmani) untuk membeli meriam sebenarnya tidak pernah terjadi, ia hanya disebutkan dalam sastra fiktif ''Hikayat Hang Tuah'', yang sebenarnya didasarkan pada pengiriman serangkaian kedutaan Aceh ke Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-16.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=Vladimir|date=2012-12-08|title=Co-opting the Rival Ca(n)non the Turkish Episode of Hikayat Hang Tuah|url=https://www.academia.edu/en/70569424/Co_Opting_the_Rival_Ca_N_Non_The_Turkish|journal=Malay Literature|volume=25|issue=2|pages=229–260|doi=10.37052/ml.25(2)no5|issn=0128-1186}}</ref>
[[Berkas:Cetbang Majapahit of 1470-1478, collection of The Metropolitan Museum of Art.jpg|jmpl|435x435px|Meriam cetbang Majapahit yang tersimpan di [[Metropolitan Museum of Art]] di New York, Amerika Serikat, berasal dari tahun 1470–1478. Perhatikan lambang [[Surya Majapahit]]. Tonjolan di bagian belakang kamar peluru sebenarnya merupakan lubang tempat dipasangnya popor kayu.|kiri]]Meriam yang ditemukan di Melaka berasal dari berbagai jenis: ''esmeril'' (meriam putar 1/4 sampai 1/2 pon,<ref name=":14">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=yYupSOK0BgIC&printsec=|title=Artillery Through the Ages: A Short Illustrated History of the Cannon, Emphasizing Types Used in America|last=Manucy|first=Albert C.|publisher=U.S. Department of the Interior Washington|year=1949|isbn=|location=|page=34}}</ref> mungkin merujuk pada ''cetbang'' atau ''lantaka''), ''falconet'' (meriam putar cor perunggu yang lebih besar dari ''esmeril'', 1 sampai 2 pon,<ref name=":14" /> mungkin merujuk pada ''[[lela]]''), ''saker'' berukuran sedang (meriam panjang atau ''culverin'' diantara 6–10 pon),<ref>''Lettera di Giovanni Da Empoli'', with introduction and notes by A. Bausani, Rome, 1970, page 138.</ref><ref name=":9" />{{Rp|385}} dan ''bombard'' (meriam yang pendek, gemuk, dan berat).<ref name=":13">{{Cite book|last=Charney|first=Michael|date=|year=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=tdJ7DwAAQBAJ&source=gbs_navlinks_s|title=Southeast Asian Warfare, 1300-1900|location=|publisher=BRILL|isbn=9789047406921|url-status=live}}</ref>{{Rp|46}} Orang Melayu juga memiliki 1 buah meriam besar yang cantik, dikirim oleh raja [[Kalikut]].<ref name=":13" />{{Rp|47}}<ref name=":22" />{{Rp|22}}
 
Perlu dicatat bahwa, meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata [[kesultanan Melaka]] umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu kekurangan senjata bubuk mesiu. ''[[Sejarah Melayu]]'' menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.<ref name=":12">Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Di ''Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten''. Hamburger Edition.</ref>{{Rp|3}} Sebagaimana dicatat ''Sejarah Melayu'':<blockquote>''Setelah datang ke Melaka, maka bertemu, ditembaknya dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?" <ref>Kheng, Cheah Boon (1998). ''Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd.</ref>{{Rp|254-255}}''</blockquote>
 
Perlu dicatat bahwa, meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata [[kesultanan Melaka]] umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu kekurangan senjata bubuk mesiu.Buku ''[[SejarahLendas Melayu]]'' menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.<ref name=":12">Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Dida India''Waffen Wissenkarya Wandel:Gaspar AnpassungCorreia unddan Lernen in transkulturellen Erstkonflikten''. Hamburger Edition.</ref>{{Rp|3}} Sebagaimana dicatatAsia Portuguesa''Sejarah Melayu'':<blockquote>''Setelahkarya datangManuel kede Melaka,Faria makay bertemu,Sousa ditembaknyamengkonfirmasi dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?" <ref>Kheng, Cheah Boon (1998).catatan ''Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd.</ref>{{Rp|254-255}}''</blockquote>Buku ''Asia Portuguesa'' oleh Manuel de Faria y SousaMereka mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.<ref>{{Cite journal|last=Koek|first=E.|date=1886|title=Portuguese History of Malacca|url=https://archive.org/details/portuguese-history-of-malacca/page/n1/mode/2up|journal=Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society|volume=17|pages=117–149}}</ref>{{Rp|120–121}}<ref>{{cite book |last=Pintado |first=M.J. |title=Portuguese Documents on Malacca: 1509–1511 |year=1993 |publisher=National Archives of Malaysia |location= |isbn=9789679120257 |url=https://books.google.com/books?id=r6suAQAAIAAJ }}</ref>{{Rp|43}} ''[[Hikayat Hang Tuah]]'' menceritakan ekspedisi Melaka ke benua Rum ([[Kekaisaran Ottoman]]) untuk membeli bedil dan meriam-meriam besar setelah pertemuan pertama mereka dengan Portugis pada 1509 M, menunjukkan kekurangan mereka akan senjata api dan senjata mesiu.<ref>{{Cite book|year=2010|url=https://archive.org/details/hikayat-hang-tuah-ii-2010/page/n1/mode/2up?q=|title=Hikayat Hang Tuah II|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa|isbn=978-979-069-058-5|editor-last=Schap|editor-first=Bot Genoot|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|205–248}}<ref group="catatan">Maka kata Laksamana, "Adapun hamba sekalian datang ini dititahkan oleh Sultan Melaka membawa surat dan bingkisan tanda berkasih-kasihan antara Sultan Melaka dan duli Sultan Rum, serta hendak membeli bedil dan meriam yang besar-besar. Adalah kekurangan sedikit bedil yang besar-besar di dalam negeri Melaka itu. Adapun hamba lihat tanah di atas angin ini terlalu banyak bedil yang besar-besar.”</ref> Ekspedisi Melaka ke negara Rum (Turki Utsmani) untuk membeli meriam sebenarnya tidak pernah terjadi, ia hanya disebutkan dalam sastra fiktif ''Hikayat Hang Tuah'', yang sebenarnya didasarkan pada pengiriman serangkaian kedutaan Aceh ke Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-16.<ref>{{Cite journal|last=Braginsky|first=Vladimir|date=2012-12-08|title=Co-opting the Rival Ca(n)non the Turkish Episode of Hikayat Hang Tuah|url=https://www.academia.edu/en/70569424/Co_Opting_the_Rival_Ca_N_Non_The_Turkish|journal=Malay Literature|volume=25|issue=2|pages=229–260|doi=10.37052/ml.25(2)no5|issn=0128-1186}}</ref>
 
Saat [[Portugal|Portugis]] datang ke wilayah Nusantara, mereka menyebutnya sebagai ''berço'' (dibaca: berso), istlah yang juga digunakan untuk menyebut meriam putar isian belakang (''breech-loading swivel gun'') buatan manapun, sedangkan orang [[Spanyol]] menyebutnya sebagai ''Verso''.<ref name=":0" />{{rp|151}}
Baris 83 ⟶ 87:
Berkas:Javanese Kingdom cannon 812232.png|Meriam tangan Jawa bergaya Yuan, kemungkinan besar diproduksi secara lokal di Jawa.
Berkas:Javanese Kingdom cannon with carrying handle 812231.png|Meriam tangan dengan pegangan dari zaman Majapahit.
Berkas:A bowl-mouthed cannon found in Java, from Julian Permata colllection.png|Meriam gaya Cina yang ditemukan di Jawa, terbuat dari perunggu dan beratnya sekitar 15 &nbsp;kg. Asalnya tidak diketahui, mungkin buatan Cina atau tiruannya yang dibuat di Jawa. Ia dapat digunakan sebagai meriam anti-kapal atau sebagai [[mortir]], menembakkan peluru bundar besar atau bom.
Berkas:Sharben Sukatanya - Meriam kuno selayar.jpg|Meriam kuno jenis cetbang yang ditemukan di Pulau Selayar (Foto: Sharben Sukatanya—Selayar)
Berkas:Meriam museum bali.jpg|Cetbang yang tersimpan di pelataran Museum Bali. Panjang: 1833&nbsp;mm, kaliber: 43&nbsp;mm, panjang ekor: 315&nbsp;mm, bagian terlebar: 190&nbsp;mm (pada cincin pangkal).