Keris Pusaka Nagasasra Sabuk Inten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Komik: clean up
Tag: AWB Pengembalian manual
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
 
== Bentuk ==
Bagian [[gandik]] keris ini diukir dengan bentuk kepala [[naga]] ( biasanya dengan bentuk [[mahkota]] raja yang beragam ), sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Dengan ciri-ciri antara lain adalah ''kruwingan'', ''ri pandan'' dan ''greneng'', dan beberapa [[empu]] (berdasarkan zamannya seperti [[Majapahit]] , [[Mataram]] dan [[Mataram Nom]]) membuat keris ber-dapur nagasasra.
 
Pada keris dapur Nagasasra yang baik, sebagian besar bilahnya diberi [[kinatah]] emas, dan pembuatan kinatah emas semacam ini tidak disusulkan setelah [[wilah]] ini selesai, tetapi telah dirancang oleh sang [[empu]] sejak awal pembuatannya. Pada tahap penyelesaian akhir, sang empu sudah membuat bentuk kinatah ( yang benar adalah '''tinatah''' = kata 'tatah' yang artinya dalam bahasa Indonesia = pahat,dengan sisipan in, menjadi tinatah )sesuai rancangannya . Bagian-bagian yang kelak akan dipasang emas diberi alur khusus untuk "tempat pemasangan kedudukan emas" dan setelah penyelesaian wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas oleh [[pande emas]].
Baris 9:
 
== Sabuk Inten ==
Dapur '''Sabuk Inten''', seperti juga dapur Nagasasra mempunyai luk tiga belassebelas dengan ciri-ciri yang berbeda yaitu mempunyai ''sogokan'', ''kembang kacang'', ''lambe gajah'' dan ''greneng''.
 
== Komik ==
Nama keris Nagasasra (tanpa menyebutkan dapur) menjadi terkenal karena menjadi topik dalam cerita silat karya [[S.H. Mintarja]], diceritakan bahwa [[Mahesa Jenar]], salah satu muridnya [[Syeh Siti Jennar]], mantan perwira tinggi kerajaan [[Demak]] pada masa [[kerajaan Demak Bintoro]] mencari kedua benda pusaka tersebut yang konon bagi siapa yang mendapatkannya akan menjadi pewaris sah tahta kerajaan Demak.
 
<!--
 
'''Keris Nagasasra dan Sabuk Inten''' adalah sepasang keris pusaka dari zaman [[Majapahit]]. Kedua bilah keris ini menjadi simbol kekuasaan raja-raja Majapahit yang diperkirakan dibuat pada abad ketigabelas. Keris ini tidak bia berdiri terpisah, dan merupakan lambang menyatunya Kawula Gusti (Abdi dan Raja) atau juga sering dianggap sebagai simbol penyatuan antara manusia dan Tuhan.
 
Keris Kyai Nagasasra berwarna putih kekuningan, dibuat oleh [[Mpu Supa Madrangki]]. Disebut dengan julukan Kyai Nagasasra karena pada badan keris ini tergambar seekor ular naga berwarna keemasan dengan banyak sisik. Keris ini memiliki luk 13, simbolisasi kebangunan jiwa dan keselarasan.
 
Sementara Kyai Sabuk Inten dibuat oleh [[Mpu Domas]], memiliki luk 11, berwarna kebiru-biruan. Keris ini menjadi simbolisasi welas asih. Disebut dengan julukan Sabukinten karena pada bagian bawah keris terdapat selapis garis pamor berwarna putih intan.
Baris 24:
Ketika Majapahit runtuh, kedua bilah keris itu dibawa ke keraton Demak oleh [[Raden Patah]]. Kemudian ketika Kerajaan Demak runtuh, keris keris tersebut dibawa oleh [[Jaka Tingkir]] yang kemudian menjadi raja di Keraton Pajang. Dan seterusnya kedua keris tersebut berada di bawah penguasaan raja-raja Mataram dan keturunannya sampai sekarang.
Saat ini keris-keris tersebut disimpan di Keraton Solo (tahun 1974, menurut Ensiklopedia Keris karya Bambang Harsrinuksmo, keris ini dibuatkan warangka baru--dari kayu cendana wangi). Banyak tiruan keris ini, yang beredar di mana-mana sampai kini--dimiliki perseorangan kolektor ataupun pejabat dan diperjualbelikan dengan harga beragam dari Rp 200 ribu hingga sekitar Rp 4 miliar.
 
Kedua keris ini memang menjadi makin populer saat [[S.H. Mintardja]] mencipta kisah roman silat [[Nagasasra Sabukinten]]
KALAU BISA ... DI GAMBARKAN SEDIKIT bentuk dan model keris tersebut ?
 
 
-->
 
{{senjata-stub}}
 
[[Kategori:Keris]]
 
 
{{senjata-stub}}