Islam di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pineapplethen (bicara | kontrib)
Politik: statement yang subjektif, lebih baik alih subjeknya agar tidak membuat kontroversi tentang sesuatu yang tidak dapat dipastikan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(349 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religious group
{{gabungdari|Penyebaran agama islam di nusantara}}
{{gabungdari|group= Islam di Nusantara}}Indonesia
|population={{increase}} '''231,069,932''' (2018)<br/> '''87.02%''' dari populasi.
{{Islam by country}}
| name = '''Islam di Indonesia'''
'''Islam di Indonesia''' merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di [[dunia]]. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun [[Indonesia]] bukanlah negara yang berasaskan [[Islam]].
| image = Collectie NMvWereldculturen, TM-20023589, Dia, 'De Istiqlal moskee', fotograaf Paul Romijn, 02-1993 - 03-1993.jpg
| image_size = 250px
| caption = Masjid Istiqlal<br>''مسجد الاستقلال'', [[masjid]] terbesar di [[Indonesia]] dan [[Asia Tenggara]].
|languages= {{Plainlist|
'''Liturgi'''<br>{{Hlist| [[Bahasa Arab Klasik]]<ref>{{cite encyclopedia |last=Al-Jallad |first=Ahmad |title=Polygenesis in the Arabic Dialects |encyclopedia=Encyclopedia of Arabic Language and Linguistics |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopedia-of-arabic-language-and-linguistics/polygenesis-in-the-arabic-dialects-EALL_SIM_000030?s.num=1&s.f.s2_parent=s.f.book.encyclopedia-of-arabic-language-and-linguistics&s.q=neo-arabic |date= 30 May 2011|publisher=BRILL |isbn=9789004177024 |doi=10.1163/1570-6699_eall_EALL_SIM_000030}}</ref>}}
*'''Common'''<br />{{Hlist| [[bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi), bermacam-macam [[:en:Languages of Indonesia|bahasa daerah]]}}
|
|rels= Majority [[Sunni Islam]]
}}
}}[[Islam]] adalah agama terbesar di [[Indonesia]], dengan 87.02% penduduk Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai [[Muslim]] dalam survei tahun [[2018|2022]].<ref>{{cite web |url= go.id/agamadanstatistik/umat
|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut |date=15 May 2018 |work=Sensus Penduduk 2018 |publisher=Badan Pusat Statistik |location=Jakarta, Indonesia |trans-title=Population by Region and Religion |access-date=3 September 2020 |quote=Religion is belief in Almighty God that must be possessed by every human being. Religion can be divided into Muslim, Christian (Protestant), Catholic, Hindu, Buddhist, Hu Khong Chu, and Other Religions.}} Muslim 231,069,932 (86.7), Christian (Protestant)20,246,267 (7.6), Catholic 8,325,339 (3.12), Hindu 4,646,357 (1.74), Buddhist 2,062,150 (0.72), Confucianism 71,999 (0.03),Other Religions/no answer 112,792 (0.04), Total 266,534,836</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.cia.gov/donutslications/the-world-factbook/geos/id.html|title=The World Factbook — Central Intelligence Agency|website=www.cia.gov|language=en|access-date=24 May 2017}}{{dead link|date=July 2022|bot=medic}}{{cbignore|bot=medic}}</ref> [[Indonesia]] adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar kedua di Dunia setelah Pakistan, dengan sekitar 231 juta penganut.<ref>{{cite web |url=https://pkub.kemenag.go.id/files/pkub/file/file/Data/zuqi1368036766.pdf |date=15 May 2018 |work=Sensus Penduduk 2018 |publisher=Badan Pusat Statistik |location=Jakarta, Indonesia |title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut |trans-title=Population by Region and Religion |access-date=3 September 2020 |quote=Religion is belief in Almighty God that must be possessed by every human being. Religion can be divided into Muslim, Christian (Protestant), Catholic, Hindu, Buddhist, Hu Khong Chu, and Other Religions. |archive-date=28 July 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210728160614/https://pkub.kemenag.go.id/files/pkub/file/file/Data/zuqi1368036766.pdf |url-status=dead }} Muslim 231,069,932 (86.7), Christian (Protestant)20,246,267 (7.6), Catholic 8,325,339 (3.12), Hindu 4,646,357 (1.74), Buddhist 2,062,150 (0.72), Confucianism 71,999 (0.03),Other Religions/no answer 112,792 (0.04), Total 266,534,836</ref>
 
Dalam hal denominasi, mayoritas (98,8%) adalah [[Sunni|Muslim Sunni]], sementara 1-3 juta (1%) adalah [[Syiah]], dan terkonsentrasi di sekitar [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]],<ref name="imamreza">{{cite web | last=Reza | first=Imam | title=Shia Muslims Around the World | url=http://www.imamreza.net/eng/imamreza.php?id=3591 | quote=approximately 400,000 persons who subscribe to the Ahmadiyya | access-date=11 June 2009 | url-status=dead | archive-url=https://web.archive.org/web/20090522073804/http://www.imamreza.net/eng/imamreza.php?id=3591 | archive-date=22 May 2009 | df=dmy-all }}</ref> dan sekitar 400.000 (0,2%) [[Ahmadiyаh|Muslim Ahmadiyah]].<ref name="St">{{cite web|url=https://2009-2017.state.gov/j/drl/rls/irf/2008/108407.htm | title=International Religious Freedom Report 2008 | publisher=US Department of State| access-date=31 March 2014}}</ref> Dari segi [[Mazhab|mazhab fikih]], berdasarkan statistik demografi, 99% umat Islam Indonesia sebagian besar mengikuti [[mazhab Syafi'i]],<ref name="pe">{{Cite web | url=http://www.pewforum.org/2011/01/27/future-of-the-global-muslim-population-sunni-and-shia/ |title = Sunni and Shia Muslims|date = 27 January 2011}}</ref><ref>Religious clash in Indonesia kills up to six, Straits Times, 6 February 2011</ref> meskipun ketika ditanya, 56% lainnya tidak mengikuti mazhab tertentu.<ref>{{cite web|url=http://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-diversity-1-religious-affiliation/#identity|title=Chapter 1: Religious Affiliation|date=9 August 2012|website=The World’s Muslims: Unity and Diversity|publisher=[[Pew Research Center]]'s Religion & Public Life Project|access-date=6 September 2015}}</ref>
== Sejarah masuknya Islam == Islam racun dunia
=== Penyebaran Islam (1200 - 1600) ===
{{utama|Penyebaran Islam di Indonesia (1200 - 1600)}}
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.<ref name="fr">[http://peziarah.wordpress.com/2007/02/02/masuknya-islam-ke-indonesia/ ''Masuknya Islam di Indonesia'', situs Kidung Peziarah]</ref> Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. [[Ahmad Mansur Suryanegara]] mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori [[Gujarat, India]]. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori [[Makkah]]. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari [[Timur Tengah]] melalui jasa para pedagang [[Arab]] muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori [[Persia]]. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.<ref name="fr">[http://peziarah.wordpress.com/2007/02/02/masuknya-islam-ke-indonesia/ ''Masuknya Islam di Indonesia'', situs Kidung Peziarah]</ref>. Melalui [[Kesultanan Tidore]] yang juga menguasai [[Tanah Papua]], sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung [[Onin]] di [[Kabupaten Fakfak]], [[Papua Barat]].
 
{{Pie chart
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus) <ref>{{cite book |last=Prof Dr HAMKA|title=Sejarah Umat Islam}} </ref>. Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
|thumb = right
|caption = '''[[Islam]] di [[Indonesia]]:'''
|title=
|label1 = [[Sunni]]
|value1 = 98.8
|color1 = Green
|label2 = [[Syiah]]
|value2 = 1
|color2 = White
|label3=[[Ahmadiyah]]|color3=Black|value3=0.2}}
 
Kecenderungan pemikiran dalam Islam di Indonesia secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua orientasi: "[[modernisme]]", yang menganut erat [[Ortodoksi|teologi ortodoks]] sambil merangkul pembelajaran modern, dan "tradisional", yang cenderung mengikuti interpretasi tokoh agama setempat dan [[ustaz]] di [[pesantren]]. Ada juga kehadiran penting secara historis dari bentuk [[Sufi|sinkretis Islam]] yang dikenal sebagai ''[[kejawen]]''.
Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bi Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima ptra ratu Sima dari Kalingga masuk Islam <ref>{{cite book |last=H Zainal Abidin Ahmad|title=Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Bulan Bintang, 1979}} </ref>.
 
Islam di Indonesia dianggap telah menyebar secara bertahap melalui aktivitas pedagang oleh para pedagang [[Bangsa Arab|Muslim Arab]], adopsi oleh penguasa lokal, dan pengaruh [[sufisme]] sejak abad ke-13.<ref name="Ha" /><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=Ma38W_8unrUC|title=Islam in Indonesia: Contrasting Images and Interpretations|first1=Jajat|last1=Burhanudin|first2=Kees van|last2=Dijk|date=31 January 2013|publisher=Amsterdam University Press|via=Google Books|isbn=9789089644237}}</ref><ref>{{cite book|url=https://archive.org/details/indonesiaglobals0000lamo|url-access=registration|title=Indonesia: A Global Studies Handbook|first=Florence|last=Lamoureux|date=1 January 2003|publisher=ABC-CLIO|via=Internet Archive|isbn=9781576079133}}</ref> Selama era kolonial akhir, itu diadopsi sebagai panji melawan [[kolonialisme]].<ref name="ReferenceA" /> Sekarang, meskipun Indonesia mempunyai mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia bukanlah sebuah [[Negara Islam]], namun secara konstitusional merupakan negara sekuler (tidak berkaitan agama) yang pemerintahannya secara resmi mengakui enam agama formal. Pemerintah secara resmi mengakui enam agama: Islam, Protestan, Katolik Roma, Hindu, Budha, dan Konghucu. <ref name="Yang">{{cite journal|last=Yang|first=Heriyanto|title=The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia|journal=Marburg Journal of Religion|volume=10|issue=1|page=8|date=August 2005|url=http://archiv.ub.uni-marburg.de/mjr/pdf/2005/yang2005.pdf|access-date=2 October 2006}}</ref> meskipun pemerintah juga secara resmi mengakui [[agama lokal]] Indonesia. <ref>{{cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-3494938/pemerintah-setuju-penghayat-kepercayaan-tertulis-di-kolom-agama-ktp |title=Pemerintah Setuju Penghayat Kepercayaan Tertulis di Kolom Agama KTP |publisher=Detikcom |date=8 May 2017 |access-date=11 July 2017}}</ref>
Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).
 
== Persebaran ==
;Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat
[[File:Religion in Indonesian Provinces.jpg|thumb|350px|Peta menunjukan komposisi keagamaan di Indonesia. Islam mewakili keyakinan spiritual 86,7% dari [[Demografi Indonesia|orang Indonesia]]]].
Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat adalah tidaklah benar, apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syiah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mashab Safi'i.
{{Pie chart
|thumb = right
|caption = Islam di Indonesia berdasarkan kelompok etnis (2010)<ref name=2010census>Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. ''Demography of Indonesia's Ethnicity''. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies, 2015. p. 273.</ref>
|label1 = [[Suku jawa|jawa]]
|value1 = 44.7
|color1 = Blue
|label2 = [[Suku sunda|Sunda]]
|value2 = 17.6
|color2 = DarkOrchid
|label3 = [[Suku Melayu|Melayu]]
|value3 = 4.17
|color3 = Firebrick
|label4 = [[Suku madura|Madura]]
|value4 = 3.46
|color4 = Red
|label5 = [[Suku Betawi|Betawi]]
|value5 = 3.19
|color5 = Gold
|label6 = [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]
|value6 = 3.11
|color6 = LightCoral
|label7 = [[Suku bugis|Bugis]]
|value7 = 3.06
|color7 = Green
|label8 = [[Suku banten|Banten]]
|value8 = 2.24
|color8 = Red
|label9 = [[Suku banjar|Banjar]]
|value9 = 1.98
|color9 = Brown
|label10 = [[Suku batak|Batak]]
|value10 = 1.81
|color10 = DodgerBlue
|label11 = [[Suku aceh|Aceh]]
|value11 = 1.64
|color11 = Yellow
|label12 = [[Suku sasak|Sasak]]
|value12 = 1.52
|color12 = Black
|label13 = [[Suku dayak|Dayak]]
|value13 = 0.49
|color13 = LightGreen
|label14 = [[Etnis Tionghoa|Tionghoa]]
|value14 = 0.06
|color14 = DarkBlue
|label15 = [[Suku bali|Bali]]
|value15 = 0.06
|color15 = DarkOrange
|label16 = Others
|value16 = 11.2
|color16 = Gray
}}
Muslim merupakan mayoritas di sebagian besar wilayah [[Jawa (pulau)|Jawa]], [[Sumatera]], [[Nusa Tenggara Barat]], [[Sulawesi]], wilayah pesisir [[Kalimantan]], dan [[Maluku Utara]]. Muslim membentuk minoritas yang berbeda di [[Papua (provinsi Indonesia)|Papua]], [[Bali]], [[Nusa Tenggara Timur]], sebagian [[Sumatera Utara]], sebagian besar wilayah pedalaman Kalimantan, dan [[Utara Sulawesi]]. Bersama-sama, daerah non-Muslim ini awalnya merupakan lebih dari sepertiga dari Indonesia sebelum [[upaya transmigrasi]] besar-besaran yang disponsori oleh pemerintah [[Suharto]] dan migrasi internal spontan baru-baru ini.{{citation needed|date=October 2017}}
 
Migrasi internal telah mengubah susunan demografis negara selama tiga dekade terakhir. Ini telah meningkatkan persentase Muslim di bagian timur negara yang sebelumnya didominasi Kristen. Pada awal 1990-an, orang Kristen menjadi minoritas untuk pertama kalinya di beberapa wilayah [[Kepulauan Maluku]]. Sementara transmigrasi yang disponsori pemerintah dari Jawa yang berpenduduk padat dan [[Madura]] ke daerah berpenduduk lebih sedikit berkontribusi pada peningkatan populasi Muslim di daerah pemukiman kembali, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah bermaksud untuk menciptakan mayoritas Muslim di daerah Kristen peninggalan Belanda itu.{{citation needed|date=October 2017}}
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam di masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M)di Gresik.
 
=== Islam di Indonesia berdasarkan provinsi & kawasan ===
Ini data tabel presentase muslim di Indonesia menurut provinsi, disediakan oleh [[Kementerian Dalam Negeri (Indonesia)|Kementerian Dalam Negeri]]:<ref>{{Cite web|title=ArcGIS Web Application|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|access-date=2021-08-17|website=gis.dukcapil.kemendagri.go.id}}</ref>
 
{| class="wikitable sortable" style="font-size:100;" cellspacing="4"
|- valign="top"
! Provinsi
!Populasi Muslim
!Total populasi
! data-sort-type="number" style="max-width:8em" | Presentase Muslim
|-
| '''Aceh''' ''(Presentase Muslim tertinggi)''
|'''5,248,397'''
|5,325,010
| '''98.56'''
|-
| '''Bali''' ''(Populasi Muslim terendah)''
|'''430,918'''
|4,273,992
| '''10.08'''
|-
| Kepulauan Bangka Belitung
|1,309,857
|1,455,485
| 89.99
|-
| Banten
|11,177,615
|11,788,728
| 94.81
|-
| Bengkulu
|1,985,322
|2,032,767
| 97.66
|-
| Jawa Tengah
|36,208,129
|37,227,604
| 97.26
|-
| Kalimantan Tengah
|1,956,985
|2,639,990
| 74.12
|-
| Sulawesi Tengah
|2,394,259
|3,034,513
| 78.90
|-
| Jawa Timur
|39,852,053
|40,994,515
| 97.21
|-
| Kalimantan Timur
|3,324,889
|3,803,972
| 87.40
|-
| '''Nusa Tenggara Timur''' ''(Presentasi Muslim terendah)''
|'''517,744'''
|5,484,580
| '''9.43'''
|-
| Gorontalo
|1,175,051
|1,198,765
| 98.02
|-
| Ibukota Jakarta
|9,391,996
|11,204,714
| 83.82
|-
| Jambi
|3,381,844
|3,557,073
| 95.07
|-
| Lampung
|8,502,231
|8,853,275
| 96.03
|-
| Maluku
|990,547
|1,875,506
| 52.81
|-
| Kalimantan Utara
|507,775
|692,239
| 73.35
|-
| Maluku Utara
|981,118
|1,316,973
| 74.49
|-
| Sulawesi Utara
|843,682
|2,655,970
|31.76
|-
| Sumatera Utara
|10,064,383
|15,180,796
| 66.29
|-
| Papua
|644,175
|4,552,037
|14.15
|-
| Riau
|5,622,998
|6,454,751
|87.11
|-
| Kepulauan Riau
|1,609,210
|2,055,278
|78.29
|-
| Kalimantan Selatan
|3,981,492
|4,103,719
|97.02
|-
| Sulawesi Selatan
|8,261,698
|9,192,621
|89.87
|-
| Sumatera Selatan
|8,250,366
|8,490,335
|97.17
|-
| Sulawesi Tenggara
|2,556,327
|2,669,840
|95.74
|-
| '''Jawa Barat''' ''(Populasi Muslim Tertinggi)''
|'''46,297,810'''
|47,586,943
|'''97.29'''
|-
| Kalimantan Barat
|3,284,816
|5,461,993
|60.13
|-
| Nusa Tenggara Barat
|5,234,183
|5,405,385
|96.83
|-
| Papua Barat
|437,110
|1,148,538
|38.05
|-
| Sulawesi Barat
|1,207,743
|1,441,407
|83.78
|-
| Sumatera Barat
|5,461,836
|5,596,336
|97.59
|-
| D. I. Yogyakarta
|3,413,493
|3,675,662
|92.86
|-
|}
 
{| class="wikitable"
!Kawasan
!populasi Muslim
!Total populasi
!Muslim %
|-
|Jawa
|146,341,096
|152,478,166
|95.97
|-
|Kalimantan
|13,055,957
|16,701,913
|78.17
|-
|Kepulauan Sunda Kecil
|6,182,845
|15,163,957
|40.77
|-
|Kepulauan Maluku
|1,971,665
|3,192,479
|61.75
|-
|Sumatra
|51,436,444
|59,001,106
|87.17
|-
|Sulawesi
|16,438,760
|20,193,116
|81.40
|-
|Nugini Barat
|1,081,285
|5,700,575
|18.96
|-
|'''Indonesia'''
|'''236,508,052'''
|'''272,431,312'''
|'''86.81'''
|}
===Perbedaan Islam di Indonesia===
{{main|Tradisionalisme (Islam di Indonesia)|Modernisme (Islam di Indonesia)}}
Dokumentasi klasik membagi Muslim Indonesia antara Muslim "nominal", atau ''[[abangan]]'', yang gaya hidupnya lebih berorientasi pada budaya non-Islam, dan Muslim "ortodoks", atau ''[[santri]]'', yang menganut norma-norma Islam Ortodoks.<ref name="LOC">{{cite encyclopedia|title=Indonesia: a country study|publisher=[[Federal Research Division]], [[Library of Congress]]|location=Washington, D.C.|url=https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=umn.31951d00276008p|last=Kuipers|first=Joel C.|series=Area handbook series1057-5294|date=1993|editor1-last=Frederick|editor1-first=William H.|edition=5th|isbn=9780844407906|entry=Islam|editor2-first=Robert L.|editor2-last=Worden}} {{PD-notice}}</ref><ref>{{cite book | title = Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat Jawa, Issue 4 of Siri Pustaka Sarjana | author1 = Clifford Geertz | author2 = Aswab Mahasin | author3 = Bur Rasuanto | publisher = Pustaka Jaya, original from the University of Michigan, digitized on 24 June 2009 | year = 1983 | url = https://books.google.com/books?id=7MTXAAAAMAAJ}}</ref> Di [[Jawa]], ''santri'' tidak hanya merujuk pada orang yang secara sadar dan eksklusif Muslim, tetapi juga menggambarkan orang-orang yang telah melepaskan diri dari dunia sekuler untuk berkonsentrasi pada kegiatan kebaktian di sekolah-sekolah Islam yang disebut '' pesantren''—secara harafiah berarti "tempat santri".<ref name="LOC" /> Istilah dan sifat yang tepat dari diferensiasi ini diperdebatkan sepanjang sejarah, dan hari ini dianggap usang.<ref name="Jo" />
[[File:Pesantren Tebuireng, Jombang.jpg|thumb|left| Pesantren Tebuireng di Jombang. [[Pesantren]] adalah tempat para santri tinggal dan mempelajari ajaran Islam dan ilmu lainnya.]]
 
Di era kontemporer, sering dibuat perbedaan antara "tradisionalisme" dan "modernisme". Tradisionalisme, yang dicontohkan oleh organisasi masyarakat [[Nahdlatul Ulama]], dikenal sebagai pendukung setia [[Islam Nusantara]], sebuah merek khas Islam yang telah mengalami interaksi, kontekstualisasi, pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sejalan dengan [[budaya Indonesia|sosial budaya]] kondisi di Indonesia.<ref name="NU-Islam Nusantara">{{cite web | title = Apa yang Dimaksud dengan Islam Nusantara? | date = 22 April 2015 | work = Nahdlatul Ulama| url = http://www.nu.or.id/post/read/59035/apa-yang-dimaksud-dengan-islam-nusantara| language = id}}</ref>.<ref name="BBC-Islam Nusantara">{{cite news | title = Polemik di balik istiIah 'Islam Nusantara' | author = Heyder Affan | newspaper = BBC Indonesia | date = 15 June 2015 | url = http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150614_indonesia_islam_nusantara | language = id}}</ref> Di spektrum lain adalah modernisme, yang sangat diilhami oleh [[Modernisme Islam]], dan organisasi masyarakat [[Muhammadiyah]] dikenal sebagai pendukung [[Islam Berkemajuan]].<ref name="Palmier-1954-257">{{cite journal|last1=Palmier|first1=Leslie H.|title=Modern Islam in Indonesia: The Muhammadiyah After Independence|url=https://archive.org/details/sim_pacific-affairs_1954-09_27_3/page/257|journal=Pacific Affairs|date=September 1954|volume=27|issue=3|page=257|jstor=2753021}}</ref> Muslim modernis mengadvokasi reformasi Islam di Indonesia, yang dianggap telah menyimpang dari ortodoksi Islam historis. Mereka menekankan otoritas [[Qur'an]] dan [[Hadits]], dan menentang [[sinkretisme]] dan taqlid kepada [[ulama]]. Pembagian ini, bagaimanapun, juga telah dianggap sebagai penyederhanaan yang berlebihan dalam analisis baru-baru ini.<ref name="Jo">Von Der Mehden, Fred R. (1995). "Indonesia.". In John L. Esposito. ''The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World''. Oxford: Oxford University Press.</ref> Sejak 1990-an, Muhammadiyah telah bergerak ke arah yang lebih berorientasi [[Salafi]]. Salafisme adalah cabang Islam yang menyerukan untuk memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut generasi pertama umat Islam, dan untuk menghindari hal-hal yang diperkenalkan kemudian dalam agama, telah terlihat ekspansi dalam masyarakat Indonesia.<ref>Hasan, Noorhaidi, ''The Salafi Movement in Indonesia''. Project Muse, 2007. Retrieved 3 October 2017.</ref>
[[File:Mesjid Tiban, Pondok Pesantren Salafiya, Sananrejo, Turen, Malang - panoramio.jpg|thumb|235px|right| Masjid Tiban dan Pesantren Salafi, Turen, [[Jawa Timur]]]]
 
== Denominasi ==
[[File:Muslim self-identification.jpg|thumb|400px|Banyak denominasi Islam yang beragam dipraktikkan di Indonesia.]]
[[File:Pengurus Besar Nahdlatul Ulama - panoramio.jpg|thumb|right|Markas besar [[Nahdlatul Ulama]], gerakan Islam Sunni [[Tradisionalisme (Islam di Indonesia)|tradisionalis]] yang berpengaruh di negara ini.]]
[[Sekolah dan cabang Islam]] di Indonesia mencerminkan aktivitas doktrin dan organisasi Islam yang beroperasi di Indonesia. Dari segi denominasi, Indonesia adalah negara mayoritas Sunni dengan minoritas sekte lain seperti [[Islam Syiah]] dan [[Ahmadiyah]]. Dalam hal [[maddhab|mazhab fiqih]], mazhab [[Syafi'i]] dominan di Indonesia pada umumnya.
<ref name="pe" /> Berkembang biaknya madzhab Syafi'i dianggap karena para saudagar Arab dari selatan [[Semenanjung Arab]] yang mengikuti madzhab fiqih ini.<ref>Randall L. Pouwels (2002), Horn and Crescent: Cultural Change and Traditional Islam, Cambridge University Press, {{ISBN|978-0521523097}}, pp 88–159</ref><ref>MN Pearson (2000), ''The Indian Ocean and the Red Sea'', in The History of Islam in Africa (Ed: [[Nehemia Levtzion]], Randall Pouwels), Ohio University Press, {{ISBN|978-0821412978}}, Chapter 2</ref>
 
== Sejarah awal ==
{{utama|Penyebaran Islam di Nusantara}}
 
=== Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan ===
[[Berkas:Islam Indonesia Percentage Sensus2010.svg|jmpl|kiri|300px|Peta persebaran Islam di Indonesia]]
Menurut [[Thomas Walker Arnold]], sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 [[Sebelum Masehi]] orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke [[Kanton]].{{sfn|Arnold|1985|p=317}} Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8 Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12.{{sfn|Mahfud|Astari|Kasdi|Mu'ammar|Muyasaroh|Wajdi|2021|p=227}} Artinya dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal.{{sfn|Mahfud|Astari|Kasdi|Mu'ammar|Muyasaroh|Wajdi|2021|p=227}} Indonesia sendiri pada masa-masa itu, tidaklah asing dari pandangan musafir Arab. [[Sulaiman at-Tajir]] misalnya, sampai ke kawasan ''Zabij'' yang ada di timur India.{{sfn|Amnan|2021|p=3}} Dilengkapi pula oleh catatan ahli geografi sejaman, [[Ibnu Khurdadzbih]] bahwa Zabij dipimpin seorang Maharaja, yang juga disetujui oleh pendapat [[Yaqut al-Hamawi]] dan [[Al-Mas'udi]].{{sfn|Amnan|2021|p=4}} Belakangan, pendapat soal negeri Maharaja ini disetujui sejarawan Arab modern, [[Husain Mu'nis]], bahwa ia merujuk pada daerah yang kini ada di kawasan Indonesia modern.{{sfn|Amnan|2021|p=5}} Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. [[Ahmad Mansur Suryanegara]] mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori [[Gujarat]]. Islam dipercayai datang dari wilayah [[Gujarat]] – [[India]] melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori [[Makkah]]. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari [[Timur Tengah]] melalui jasa para pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori [[Persia]]. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal [[Persia]] yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.{{sfn|Saifullah|2010|p=15}} Selain itu pula, temuan [[Marco Polo]] juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang [[Perlak]] di [[Aceh]], mereka telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga.{{sfn|Reid|2019|p=22}} Pandangan lain dari AH Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami.{{sfn|Reid|2019|p=23}} Peranan agamawan itu yang bisa dilihat dalam proses sejarah Islamisasi kawasan. Di [[Samudera Pasai]] misalnya, pelopor dakwah Islam adalah seorang ulama yang disebut Syekh Ismail dan bertanggung jawab memperkenalkan Islam sampai kepada rajanya, Merah Silu dan masuk Islam dengan nama Malik al-Saleh. Begitu pun pada kasus Islamisasi kerajaan Malaka, yang raja pertamanya adalah Iskandar Syah, masuk Islam dengan perantara ulama yang dalam catatan ''[[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]]'' adalah Maulana Sadar Jahan.{{sfn|Burhanudin|Baedowi|2003|pp=2—3}} Dari kondisi-kondisi di atas, hal itu menjelaskan bahwa Islam telah menjadi posisi sentral dalam sosial politik dan budaya tempatan, malahan hingga menjadi unsur terbentuknya kerajaan. Selain itu pula, sejarah di atas menunjukkan bahwa masa awal sejarah dakwah Islam di Nusantara berlangsung dari kawasan pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, dan terlibat secara intensif dalam kawasan dagang jarak jauh [[Samudera Hindia]] dan [[Laut Cina Selatan]].{{sfn|Burhanudin|Baedowi|2003|p=5}}
[[File:Map of the Indian Ocean and the China Sea was engraved in 1728 by Ibrahim Müteferrika.jpg|jmpl|300px|Peta Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal Turki Utsmani.|al=]]Di Pulau [[Sulawesi]], Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Selain itu, pengaruh dari Ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan [[Kesultanan Gowa]] dan [[Kesultanan Bone]] untuk memeluk agama Islam.<ref>Abdullah, A. (2016). Islamisasi Di Sulawesi Selatan Dalam Perspektif Sejarah. ''Paramita: Historical Studies Journal'', ''26''(1), 86-94.</ref> Sementara itu, pengaruh dari [[Kesultanan Ternate]] turut berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi [[Kesultanan Gorontalo]] sebagai salah satu [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|Kerajaan Islam]] paling berpengaruh di [[Semenanjung Utara, Sulawesi|Semenanjung Utara Sulawesi]] hingga ke Sulawesi bagian Tengah dan Timur.<ref>Mashadi, M., & Suryani, W. (2018). Jaringan Islamisasi Gorontalo (Fenomena Keagamaan dan Perkembangan Islam di Gorontalo). ''Al-Ulum'', ''18''(2), 435-458.</ref> Selain pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Selain itu, [[Kesultanan Tidore]] yang juga menguasai [[Tanah Papua]], sejak abad ke-17, telah berhasil melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai wilayah Semenanjung [[Onin]] di [[Kabupaten Fakfak]], [[Papua Barat]].
 
Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, [[Abdul Malik Karim Amrullah]] berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah [[Tiongkok]] mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat [[Sumatra]] ([[Barus]]).{{sfn|Amrullah|2017|pp=3-4}} Pernyataan yang hampir senada dikemukakan Arnold, bahwa mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di [[Pesisir Barat Sumatra|pantai barat Sumatra]].{{sfn|Arnold|1985|pp=318{{spaced ndash}}319}}
 
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan [[Khilafah]] Islam [[Utsman bin Affan]] (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah [[Jawa]] yaitu ke [[Jepara]] (pada saat itu namanya [[Kalingga]]). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu [[Sima]] dari Kalingga, masuk Islam.<ref>{{cite book|last=H Zainal Abidin Ahmad|title=Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Bulan Bintang, 1979}}</ref> Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.{{sfn|Amrullah|2017|p=3}}
 
Pada tahun 718 M raja Sriwijaya Sri Indravarman setelah pada masa [[khalifah]] [[Umar bin Abdul Aziz]] (717 - 720 M) ([[Dinasti Umayyah]]) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut.{{sfn|Amrullah|2017|p=136}} Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan ''The Forgotten Kingdom'' Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang [[Muara Takus]], yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di sana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.{{sfn|Amrullah|2017|p=137}}
 
Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab ''Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak'' yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari daerah [[Makran]], [[Balochistan]] menyebut bahwa [[Kerajaan Perlak]] didirikan pada 225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.{{sfn|Saifullah|2010|p=11}}
 
Bukti lain memperlihatkan telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan [[Fatimah binti Maimun]] (1082M) di [[Gresik]].{{sfn|Saifullah|2010|p=10}}[[Berkas:Istiqlal Mosque Reciting Al Quran.JPG|jmpl|Umat Islam Indonesia tengah membaca Al Quran setelah menunaikan salat di Masjid [[Istiqlal]], Jakarta. Indonesia memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia]]
 
Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan adat istiadat orang tempatan. Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak, maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya.{{sfn|Arnold|1985|pp=318{{spaced ndash}}319}} Para pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai kelas atas guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan, dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah.{{sfn|Arnold|1985|pp=318{{spaced ndash}}319}}
 
Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari [[Dinasti Ming]], [[Gresik]], [[Malaka]], dan [[Makassar]] berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitupun untuk [[Aceh]], [[Patani]], dan [[Banten]].{{sfn|Reid|2019|p=31}}
 
=== Masa kolonial ===
Pada abad ke-1718 [[masehi]] atau tahun [[1601]]1700 kerajaan [[Hindia Belanda]] datang ke [[Nusantara]] untuk berdagang, namuntetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini dan memaksakan penyebaran ajaran agama mereka. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, [[VOC]] (1602-1799), sejaknamun pada waktu itu hampirmereka seluruhbelum wilayahmenjajah daerah Nusantara. dikuasainyaPada kecualitahun 1800, [[AcehVOC]] dibubarkan dan [[Hindia Belanda]] didirikan, sejak itu seluruh wilayah Nusantara dikuasainya. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Koranschool op Java TMnr 10002385.jpg|jmpl|Anak-anak mengaji Al Quran di [[Jawa]] pada masa kolonial [[Hindia Belanda]]]]
 
Dengan ''sumuliayatul'' (kesempurnaan) [[Islam]] yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi ''jundullah'' (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah [[Belanda]]. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:
*Politik ''devide et impera'', yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan ulama dengan [[adat]], contohnya [[perang Padri]] di [[Sumatera Barat]] dan [[perang Diponegoro]] di [[Jawa]].
*Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang [[orientalis]] yang pernah mempelajari Islam di [[Mekkah]]. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah ''mahdhoh'' (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.<ref>{{cite web|title=Mustafa Kamal, SS, ''Sejarah Islam di Indonesia''|url=http://www.dakwatuna.com/2007/sejarah-islam-di-indonesia/|work=Dakwatuna.com|accessdate=January 4|accessyear=2009}}</ref>
 
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh [[Jamal-al-Din Afghani]] dan [[Muhammad Abduh]]. Ulama-ulama [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang belajar di [[Kairo]], [[Mesir]] banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, diantaradi antara mereka ialah [[Muhammad Djamil Djambek]] dan [[Abdul Karim Amrullah]]. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), [[Diniyah Putri]] (1911), dan Sumatera[[Sumatra]] [[Thawalib]] (1915). Pada tahun 1906, [[Syeikh Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir bin Jalaluddin]] menerbitkan koran pembaruan ''al-Iman'' di [[Singapura]] dan lima tahun kemudian, di [[Padang]] terbit koran dwi-mingguan ''[[Al-Munir (majalah)|al-Munir]]''.<ref name="RICKLEFS_p353-356">{{cite book sfn| last =Ricklefs | first =M.C. | authorlink = | coauthors = | title =A History of Modern Indonesia 1200-2004 | publisher =MacMillan | date =1991 | location =London | url = | doi = | isbn = | page pp=353-356}}</ref>
 
Setidak-tidaknya dalam tren menuju masa kebangkitan nasional pada awal abad ke-20, pergumulan umat Islam di Indonesia berlangsung dalam 3 jalan: organisasi, konsepsi pemikiran-pemikiran ortodoks, dan politik. Organisasi di Hindia Belanda dari berbagai spektrum Keislaman muncul, tapi yang menentukan tren keumatan ke depan sejarah kala itu adalah NU dan Muhammadiyah.{{sfn|Fogg|2020|p=69}} Organisasi-organisasi itu bergerak dengan beberapa cara, antaranya menghubungkan masyarakat dari pelbagai daerah, menyuarakan persamaan gagasan komunitas umat Islam secara global dengan mengirimi buletin perkabaran umat Islam dari penjuru bumi, ataupun mengumpulkan orang banyak untuk kegiatan reli massa.{{sfn|Fogg|2020|PP=71—72}}
 
== Demografi ==
Sebagian besar ummat Islam di [[Indonesia]] berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di pulau [[SumateraSumatra]], [[Jawa]], [[Pulau Madura|Madura]] dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah [[Sulawesi]], [[Nusa Tenggara Barat]], dan [[Maluku Utara]] dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti [[Kabupaten Alor]], [[Fakfak]], [[Haruku]], [[Banda]], [[Leihitu]], [[Tual]] dan lain-lain.
 
===Distribusi geografi===
Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh pemerintahan [[Suharto]] selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana. Untuk pertamakalinya, pada tahun 1990an ummat [[Kristen]] menjadi minoritas di Maluku. Kebijakan transmigrasi ini, yang telah melebarkan kesenjangan [[sosial]] dan [[ekonomi]], mengakibatkan sejumlah konflik di [[Maluku]], [[Sulawesi Tengah]], dan sebagian wilayah [[Papua]].
Berikut merupakan persebaran umat Islam per provinsi Indonesia. Sensus dihadirkan pada tahun 2010.
{| class="wikitable"
|+
!Provinsi
!Muslim<ref>{{Cite web|last=admin|date=2017-11-07|title=Jumlah Penganut Agama di Indonesia Tiap Provinsi|url=https://tumoutounews.com/2017/11/08/jumlah-penganut-agama-di-indonesia-tiap-provinsi/|website=TUMOUTOUNEWS|language=id-ID|access-date=2021-08-08}}</ref>
!%
|-
|{{Flag|Aceh}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|4.413.244
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|98.2%
|-
|{{Flag|Sumatera Utara}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|8.579.830
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|60.4%
|-
|{{Flag|Sumatera Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|4.721.924
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|97.4%
|-
|{{Flag|Riau}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|4.872.873
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|88%
|-
|{{Flag|Jambi}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|2.950.195
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|95.4%
|-
|{{Flag|Sumatera Selatan}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|7.218.951
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.9%
|-
|{{Flag|Bengkulu}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|1.669.081
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|97.3%
|-
|{{Flag|Lampung}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|7.264.783
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|95.5%
|-
|{{Flag|Bangka Belitung}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|1.088.791
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|89%
|-
|{{Flag|Kepulauan Riau}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|1.332.201
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|77,5%
|-
|{{Flag|DKI Jakarta}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|8.200.796
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|83.4%
|-
|{{Flag|Jawa Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|41.763.592
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|97%
|-
|{{Flag|Jawa Tengah}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|31.328.341
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.7%
|-
|{{Flag|Daerah Istimewa Yogyakarta}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|3.179.129
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|91.9%
|-
|{{Flag|Jawa Timur}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|36.113.396
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.4%
|-
|{{Flag|Banten}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|10.065.783
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|94.7%
|-
|{{Flag|Bali}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|520.244
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|13.4%
|-
|{{Flag|Nusa Tenggara Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|4.341.284
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.5%
|-
|{{Flag|Nusa Tenggara Timur}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|423.925
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|9%
|-
|{{Flag|Kalimantan Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|2.603.318
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|59.2%
|-
|{{Flag|Kalimantan Tengah}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|1.643.715
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|74.3%
|-
|{{Flag|Kalimantan Selatan}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|3.505.846
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.7%
|-
|{{Flag|Kalimantan Timur}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|3.033.705
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|85.4%
|-
|{{Flag|Sulawesi Utara}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|701.699
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|30.9%
|-
|{{Flag|Sulawesi Tengah}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|2.047.959
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|77.7%
|-
|{{Flag|Sulawesi Selatan}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|7.200.938
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|89.6%
|-
|{{Flag|Sulawesi Tenggara}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|2.126.126
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|95.2%
|-
|{{Flag|Gorontalo}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|1.017.396
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|97.8%
|-
|{{Flag|Sulawesi Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|957.735
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|82.6%
|-
|{{Flag|Maluku}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|776.130
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|49.6%
|-
|{{Flag|Maluku Utara}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|771.110
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|74.3%
|-
|{{Flag|Papua Barat}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|292.026
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|38.4%
|-
|{{Flag|Papua}}
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|450.096
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|15.9%
|-
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|'''TOTAL'''
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|'''207.176.162'''
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|'''87.2%'''
|}
 
== ArsitekturBudaya ==
=== Bahasa & adat istiadat===
Di Indonesia, telah diketahui bahwa Islam sampai ke Kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 dan berkembang pada abad ke-12 dan kemudian ke-16. Pada masa ini, selain kata serapan, sistem aksara yang disebut [[huruf Jawi]] dan aksara daerah juga tercipta, suatu hal yang sebelumnya tidak ada. Pada masa ini, [[bahasa Melayu]] sebagai ''[[lingua franca]]'' berpadu mengembangkan kebudayaan Islam di jazirah ini. Pengaruh Islam, lewat bahasa Arab, juga memengaruhi perkembangan daerah di Indonesia, seperti [[bahasa Jawa]], [[bahasa Sunda]], [[bahasa Bima]], [[bahasa Bugis]], [[bahasa Lampung]] dan [[bahasa Sasak]].{{sfn|Mahfud|Astari|Kasdi|Mu'ammar|Muyasaroh|Wajdi|2021|pp=227, 230}}
 
=== Arsitektur ===
{{Utama|Arsitektur Islam di Indonesia}}
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap [[arsitektur]] bangunan di Indonesia. [[Rumah Betawi]] salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim<ref>[http://www.eramuslim.com/konsultasi/arc/7b04134035-pengaruh-arsistektur-peradaban-islam-indonesia.htm ''Pengaruh Arsistektur Peradaban Islam di Indonesia'', situs Era Muslim]</ref>, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada ''bale-bale'' untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
 
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap [[arsitektur]] bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim,<ref>[http://www.eramuslim.com/konsultasi/arc/7b04134035-pengaruh-arsistektur-peradaban-islam-indonesia.htm ''Pengaruh Arsistektur Peradaban Islam di Indonesia'', situs Era Muslim]</ref> disebutkan bahwa Rumah [[Betawi]] yang memiliki teras lebar, dan ada ''bale-bale'' untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
=== Masjid ===
 
[[Berkas:Great mosque in Medan.JPG|left|thumb|250px|[[Masjid Raya Medan]] al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di Indonesia]]
==== Masjid ====
[[Masjid]] adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data [[Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia]], saat ini terdapat 125 ribu<ref name="Ta'mir">[http://www.webspawner.com/users/saefudin/ Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia]</ref> masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.<ref>[http://www.immasjid.com/cetak.php?id=249 ''Gerakan Memakmurkam Masjid'', Institut Manajemen Masjid]</ref>
[[Berkas:Great mosque in Medan.JPG|jmpl|250px|[[Masjid Raya Medan]] al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di Indonesia]]
 
[[Masjid]] adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data [[Departemen Agama]] tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.<ref>[http://www.immasjid.com/cetak.php?id=249 ''Gerakan Memakmurkam Masjid'', Institut Manajemen Masjid]</ref> Adapun menurut penuturan Komjen Pol [[Syafruddin]] Wakil Ketum [[Dewan Masjid Indonesia]] menyebut sesuai data tahun 2017, bahwa Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid. Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah tak secara langsung membangun dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal pengelolaannya.{{sfn|Tejomukti|2018|p=12}}
 
== Pendidikan ==
[[Pesantren]] adalah salah satu sistem pendidikan [[Islam]] yang ada di [[Indonesia]] dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.<ref name="Pes">{{Cite web |url=http://nusyria.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=28 |title=Nurun Maksuni, ''Pesantren dalam wajah Islam Indonesia'', nusyria.net:2007 |access-date=2008-06-12 |archive-date=2008-05-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080507195905/http://nusyria.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=28 |dead-url=yes }}</ref> Pendidikan Islam dalam konteks institusi mengacu pada lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti [[Pesantren|Pondok Pesantren]], [[Madrasah diniyah|Madrasah Diniyah]], dan Madrasah sebagai sekolah umum yang memiliki ciri khas Islam. Peran strategis [[Pesantren|Pondok Pesantren]] dalam pendidikan Islam telah diakui, dan hal ini terlihat dari beberapa aspek:<ref name=":0">{{Cite journal|last=Rahman|first=Kholilur|date=2018-02-15|title=Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia|url=https://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/tarbiyatuna/article/view/130|journal=Jurnal Tarbiyatuna : Kajian Pendidikan Islam|language=en|volume=2|issue=1|pages=1–14|issn=2622-1942}}</ref>
[[Berkas:MIN anak sekolah.JPG|thumb|250px|left| Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) [[Kecamatan Gambut]], [[Kabupaten Banjar]], [[Kalimantan Selatan]]. Gambar diambil akhir Januari 2006.]]
 
'''Kiblat Umat Islam'''
[[Pesantren]] adalah salah satu sistem pendidikan [[Islam]] yang ada di [[Indonesia]] dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia.<ref name="Pes">[http://nusyria.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=28 Nurun Maksuni, ''Pesantren dalam wajah Islam Indonesia'', nusyria.net:2007]</ref> Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya [[Madrasah Ibtidaiyah]] (dasar), [[Madrasah Tsanawiyah]] (lanjutan), dan [[Madrasah Aliyah]] (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap [[provinsi]] di Indonesia dapat dijumpai [[Institut Agama Islam Negeri]] serta beberapa universitas Islam lainnya.
 
Pondok Pesantren masih dianggap sebagai kiblat utama bagi [[Muslim|umat Islam]] [[Indonesia]]. Hal ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat bahwa penuntutan [[ilmu agama]] akan lebih berkualitas jika dilakukan di [[pesantren]].
== Organisasi ==
Terdapat beberapa organisasi Islam di [[Indonesia]], diantaranya adalah [[Nahdatul Ulama|Nahdlatul Ulama (NU)]], [[Muhammadiyah]], Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para ulama dan aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali karir dakwahnya di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar pada berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari Sudan, membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua, dengan anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.
 
'''Pendidikan Integratif dan Komprehensif'''
Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya [[Front Pembela Islam]], [[Majelis Mujahidin Indonesia]], dan [[Hizbut Tahrir Indonesia]].
 
[[Pesantren]] telah mengembangkan program pendidikan yang mampu memberikan pendidikan yang [[integratif]] (penggabungan berbagai disiplin ilmu) dan [[komprehensif]] (menyeluruh). Ini terlihat dari paduan ilmu dengan [[moralitas]] [[santri]].
== Politik ==
{{Utama|Politik Islam di Indonesia}}
Dengan mayoritas berpenduduk [[Muslim]], [[politik]] di [[Indonesia]] tidak terlepas dari pengaruh dan peranan ummat [[Islam]]. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan [[syariat Islam]], seperti [[Aceh]].
 
'''Pendidikan Sepanjang Hidup'''
Seiring dengan [[reformasi]] [[1998]], di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni [[Partai Persatuan Pembangunan]]-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu [[Partai Persatuan Pembangunan]], [[Partai Keadilan Sejahtera]], [[Partai Bintang Reformasi]], [[Partai Amanat Nasional]], [[Partai Kebangkitan Bangsa]] dan [[Partai Bulan Bintang]].
 
Pesantren tidak membatasi usia pesertanya, menyelenggarakan pendidikan sepanjang hidup dengan waktu belajar 24 jam.
== Islam dalam kehidupan sosial di Indonesia ==
 
'''Moralitas dan Etika'''
== Kebebasan beragama ==
 
Pesantren menekankan pada kejujuran, keikhlasan, dan akhlak yang baik dalam proses pembelajaran.
== Catatan dan referensi ==
{{reflist}}
 
'''Persaudaraan Santri'''
== Lihat pula ==
 
Santri di pesantren hidup dalam suasana persaudaraan yang erat. Mereka tinggal dalam satu kompleks dengan banyak penghuni dan makan bersama dengan menu yang disediakan.
 
Jika melihat sejarah pendidikan di [[Jawa]] sebelum Islam, terdapat lembaga pendidikan yang disebut [[pawiyatan]]. [[Pawiyatan]] merupakan lembaga di mana seorang guru (Ki Ajar) mengajar beberapa murid (cantrik). Konsep ini mirip dengan model pesantren, di mana seorang guru (kiai) mengajar beberapa murid (santri) dan mereka hidup bersama dalam satu kompleks.
 
Meskipun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Model pendidikan seperti pawiyatan telah ada sebelum masuknya Islam. Dengan masuknya Islam, muncul kebutuhan akan sarana pendidikan, dan model pawiyatan dijadikan acuan dengan melakukan perubahan pada sistem pendidikan Islam.<ref name=":0" />
 
Pendidikan pesantren pada awalnya fokus pada ilmu agama dan sikap beragama. Setelah murid memiliki kecerdasan tertentu, mereka mulai diajarkan kitab-kitab klasik. [[Mahmud Yunus]] membagi pesantren ke dalam empat tingkatan: dasar, menengah, tinggi, dan khusus. Sistem administrasi pendidikan pesantren masih bersifat tradisional dan belum seperti sekolah umum yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Ada lima unsur pokok pesantren menurut [[Zamaksyari Dhofier]], yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab klasik.<ref name=":0" />
 
[[Pesantren]] sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki perjalanan tersendiri. Sejak awal, [[pesantren]] sering kali diabaikan atau dikucilkan dari sistem pendidikan nasional. Pada masa [[Orde Baru]], bahkan pesantren secara formal diputus hubungannya dengan pendidikan formal di [[Indonesia]]. Ijazah pesantren tidak diakui lagi sebagai kualifikasi untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Ini berlaku bahkan jika di dalam pesantren diselenggarakan pendidikan berjenjang seperti [[madrasah diniyah]]. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahkan secara tegas menguatkan pemutusan hubungan ini dari segi hukum.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Hanipudin|first=Sarno|date=2019-10-26|title=Pendidikan Islam di Indonesia dari Masa ke Masa|url=http://jos.unsoed.ac.id/index.php/matan/article/view/2037|journal=Matan : Journal of Islam and Muslim Society|language=en|volume=1|issue=1|pages=39–53|doi=10.20884/1.matan.2019.1.1.2037|issn=2715-0119}}</ref>
 
Meskipun ada kemungkinan pesantren atau madrasah diniyah dapat dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional, namun pengelompokannya sebagai pendidikan luar sekolah telah menimbulkan ketidaksesuaian dan kurangnya kesinambungan dengan [[lembaga pendidikan formal]], khususnya madrasah yang telah beralih fungsi menjadi sekolah.<ref name=":1" />
 
Hal ini menunjukkan bahwa pesantren telah mengalami penolakan atau ketidakpengakuan dalam konteks pendidikan nasional formal. Meskipun pesantren memiliki tradisi dan peran penting dalam pendidikan Islam, namun di beberapa periode sejarah pendidikan di Indonesia, pesantren menghadapi tantangan dalam memperoleh status dan pengakuan yang setara dengan lembaga pendidikan formal lainnya.<ref name=":1" />
 
== Politik ==
{{Utama|Politik Islam di Indonesia}}
Dengan mayoritas berpenduduk [[Muslim]], [[politik]] di [[Indonesia]] tidak terlepas dari pengaruh dan peranan umat [[Islam]]. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali kalangan kaum [[haji]] yang membawa kabar-kabar akan serangan Prancis terhadap Maroko, umat [[Islam]] [[Libya]] diserang, dan gerakan nasionalis [[Mesir]] melawan [[imperialis]] [[Inggris]]. Ini juga membentuk perasaan setia kawan sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan ketidaksukan terhadap kolonialisme dan imperialisme Eropa.{{sfn|Anwar|2011|p=19}} Meskipun Islam menjadi mayoritas, Indonesia tidak menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, tetapi napas Islam tetap diakui dalam sejumlah hukum perdata Indonesia dengan adanya undang-undang peradilan agama, perbankan syariah, wakaf dan pengelolaan zakat.
 
Seiring dengan [[reformasi]] [[1998]], di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]], 17 partai Islam—yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan Pancasila—ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi—terkecuali PPP yang memang sudah tua—mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi. Dalam Pemilu tersebut, PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen) dan bercokol pada peringkat ketiga,<ref name=tirto1>{{Cite news|url=https://tirto.id/pemilu-1999-parpol-islam-dan-nasionalis-berlaga-tanpa-komunis-cMUE |title=Pemilu 1999: Parpol Islam dan Nasionalis Berlaga tanpa Komunis |author=Abdulsalam, Husein |work=[[Tirto|Tirto.id]] |date=25 Juni 2018 |access-date=28 Juli 2018|language=id }}</ref> karena itu Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar. Partai Bulan Bintang mampu membentuk fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai Keadilan hanya memperoleh 7 kursi DPR saja.{{sfn|Usman|2001|p=67}} Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni [[Partai Persatuan Pembangunan]]-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu [[Partai Persatuan Pembangunan]], [[Partai Keadilan Sejahtera]], [[Partai Bintang Reformasi]], [[Partai Amanat Nasional]], [[Partai Kebangkitan Bangsa]] dan [[Partai Bulan Bintang]].
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|2}}
* {{cite book|last=Amrullah|first=Abdul Malik Karim|authorlink=Abdul Malik Karim Amrullah|title=Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Indonesia|publisher=Gema Insani Press|location=Jakarta|year=2017|isbn=978-602-250-419-1|ref=harv}}
* {{cite book|last=Anwar|first=Rosihan|authorlink=Rosihan Anwar|title=Jatuh Bangun Pergerakan Islam di Indonesia|publisher=Fadli Zon Library|location=Jakarta|year=2011|orig-year=1971|isbn=978-602-99458-2-9|ref=harv}}
* {{cite book|title=Sejarah Da'wah Islam|year=1985|author=Thomas Walker Arnold|last=Arnold|first=Thomas W. |publisher=Widjaya|location=[[Jakarta]]|orig-year=1979|ref=harv}}
* {{cite book |title=Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia |last=Fogg |first=Kevin W. |year=2020 |publisher=Noura Books |location=[[Jakarta]] |isbn=978-623-242-186-8 |ref=harv |translator=Yanto Musthofa}}
* {{cite book|title=The History of Islam in Indonesia|year=2021|last=Imawan|first=Dzulkifli Hadi |publisher=Diva Press|location=[[Yogyakarta]]|isbn=978-623-293-363-7|ref=harv}}
*{{Cite book
|title=Transformasi Otoritas Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia
|year=2003
|isbn=979-22-0392-3
|location=Jakarta
|publisher=Gramedia Pustaka Utama
|editor-last1=Burhanudin
|editor-first1=Jajat
|editor-last2=Baedowi
|editor-first2=Ahmad
}}
* {{cite journal|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/914/pdf_155|title=Islamic cultural and Arabic linguistic influence on the languages of Nusantara; From lexical borrowing to localized Islamic lifestyles|journal=Wacana|volume=22|issue=1|pages=224{{spaced ndash}}248|issn=2407-6899|author1=Mahfud, Choirul|author2=Astari, Rika|author3=Kasdi, Abdurrohman|author4=Mu'ammar, Muhammad Arfan|author5=Muyasaroh|author6=Wajdi, Firdaus|year=2021|ref=harv|access-date=2021-07-16|archive-date=2021-07-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20210716040837/http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/914/pdf_155|dead-url=yes}}
* {{cite book|title=Nusa Jawa: Silang Budaya. Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia|volume=2|year=1996|last=Lombard|first=Denys|author=Denys Lombard|publisher=Gramedia|location=[[Jakarta]]|isbn=979-605-453-1|ref=harv}}
* {{cite book|last=Reid|first=Anthony|authorlink=Anthony Reid|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680|volume=2|year=1992|location=[[Jakarta]]|publisher=[[Yayasan Obor Indonesia]]|isbn=978-979-461-330-6|ref=harv}}
* {{cite book|last=Reid|first=Anthony|authorlink=Anthony Reid|title=Sejarah Modern Awal Asia Tenggara|orig-year=2004|year=2019|location=[[Jakarta]]|publisher=Pustaka LP3ES|isbn=979-3330-05-8|ref=harv}}
* {{cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|authorlink=M. C. Ricklefs|title =A History of Modern Indonesia 1200-2004|publisher =MacMillan|date =1991|location =London|ref=harv}}
* {{cite book|author=Saifullah|title=Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara|publisher=Pustaka Pelajar|location=Yogyakarta|year=2010|isbn=978-602-8764-68-1|ref=harv}}
* {{cite news|last=Tejomukti|first=Ratna Ajeng|editor-last=Handasah|editor-first=Wachidah|title=DMI Apresiasi Bantuan Saudi|newspaper=[[Republika]]|date=5 Juli 2018|ref=harv}}
* {{cite book|last=Usman|first=Syafaruddin|title=Keterlibatan Umat Islam dalam Sejarah Politik RI|publisher=Yayasan Insyaf|location=Pontianak|year=2001|ref=harv}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/default.htm ''Islam di Indonesia''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200216213720/http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/default.htm |date=2020-02-16 }}, dari seasite.niu.edu.
* {{en}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/BBC%20NEWS%20%20Asia-Pacific%20%20Islam%20in%20Indonesia.htm ''Islam in Indonesia''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200216003356/http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/BBC%20NEWS%20%20Asia-Pacific%20%20Islam%20in%20Indonesia.htm |date=2020-02-16 }}, dari BBC News.
* {{en}} Munjid, Achmad. "[http://www.thejakartapost.com/news/2012/09/14/is-indonesian-islam-tolerant.html Is Indonesian Islam tolerant?]" ( {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121028101339/http://www.thejakartapost.com/news/2012/09/14/is-indonesian-islam-tolerant.html |date=2012-10-28 }}) (Opinion) ''[[The Jakarta Post]]''. Friday September 14, 2012.
 
[[Kategori:{{Islam di Indonesia| ]]}}
{{Agama di Indonesia}}
 
[[deKategori:Islam indi Indonesia| Indonesien]]
[[en:Islam in Indonesia]]
[[fa:اسلام در اندونزی]]
[[fr:Islam en Indonésie]]
[[ms:Islam di Indonesia]]