Trenggana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(153 revisi perantara oleh 57 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =
| name = Raden Trenggana <br>
Sultan Ahmad Abdullah Arifin
| image =
| alt =
| caption =Lukisan Potret Raden Fatah
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| known_for = [[Wali Songo]]
| birth_name =
| birth_date = 1483
| birth_place = [[Demak]], [[Kesultanan Demak]]
| death_date = 1546
| death_place = Pertempuran [[Panarukan]], [[Kerajaan Blambangan]]
| children = *[[Sunan Prawoto]]
*[[Ratu Kalinyamat]]
*[[Pangeran Timur]]
*[[Ratu Mas Cempaka]], Istri dari [[Sultan Hadiwijaya]]
| father = [[Raden Fatah]]
| mother = [[Dewi Murthasimah]] binti [[Sunan Ampel]]
| spouse =Ratu Pembayun binti [[Sunan Kalijaga]]
|predecessor=[[Raden Fatah]]|successor=[[Sunan Prawoto]]|office1=Sultan [[Demak]] ke-3|term_start1=1521|term_end1=1546|predecessor1=[[Pati Unus]]|successor1=[[Sunan Prawoto]]|title=|region=}}
'''Sultan Trenggana''' alias '''Pate Rodim''' (lahir: [[1483]]; wafat: [[1546]]) adalah sultan [[Kerajaan Demak|Demak]] ketiga, yang memerintah tahun 1505-1513 dan 1521-1546. Di antara kedua masa takhta tersebut, Demak dipimpin [[Pati Unus]] dari [[Jepara]], adik Trenggana. Trenggana menikah dengan putri dari bupati Palembang [[Arya Damar]] (ayah dari Kin San/Raden Kusen). Di bawah Trenggana, wilayah kekuasaan [[Demak]] meluas sampai ke [[Jawa Timur]].<ref name="Slamet Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=LHFaDwAAQBAJ&pg=PA70&dq=tung+ka+lo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi14aCP6J_hAhWJPY8KHS8bBEUQuwUIKzAA#v=onepage&q=tung%20ka%20lo&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=70|authorlink=Slamet Muljana}} ISBN 978-979-8451-16-4</ref><ref name="Tuanku Rao">{{id}} {{cite book|last=Parlindungan|first=Mangaraja Onggang|date=1 Januari 2007|url=https://books.google.co.id/books?id=yt5iDwAAQBAJ&pg=PA662&dq=tung+ka+lo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi14aCP6J_hAhWJPY8KHS8bBEUQuwUIMTAB#v=onepage&q=tung%20ka%20lo&f=false|title=Tuanku Rao|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9789799785336|pages=662|authorlink=Mangaraja Onggang Parlindungan}} ISBN 9799785332</ref><ref name="Chinese Muslims in Java">{{en}} {{cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|year=1984|url=https://books.google.co.id/books?id=kGNxAAAAMAAJ&q=tung+ka+lo&dq=tung+ka+lo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi14aCP6J_hAhWJPY8KHS8bBEUQ6AEIPjAE|title=Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries: The Malay Annals of Sĕmarang and Cĕrbon|publisher=Monash University|isbn=9780867464191|pages=32|contribution=Theodore Gauthier Th. Pigeaud|authorlink=Merle Calvin Ricklefs}} ISBN 0867464194</ref>
== Nama ==
Gelar "[[Sultan]]" yang diberinya dalam tradisi Jawa sebetulnya belum disandang pada masa itu.<ref>[[M. C. Ricklefs]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', halaman 38</ref> Di Jawa, penguasa yang pertama memakai gelar "Sultan" adalah [[Pangeran Ratu]] dari [[Kesultanan Banten|Banten]], tahun 1638.
==
Menurut sumber Banten atau Portugis atau sumber-sumber Non-Mataram ini, pendiri Demak bukan anak kandung raja Majapahit.
Catatan tentang para adipati pesisir Jawa, dari buku Suma Oriental, tulisan Tome Pires, yaitu orang Portugis yang mengunjungi Jawa tahun 1513.
=== DEMAK (DEMAA) ===
Negeri Demak merupakan yang terbesar. Kotanya memiliki 8.000 – 10.000 rumah. Penguasa negeri ini bernama Pate Rodim yang merupakan pate tertinggi di Jawa. Para pate lainnya telah memilih dia sebagai pemimpin.
Ayah Pate Rodim adalah kesatria yang bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan kakeknya berasal dari Gresik. Sebagian mengatakan kakek Pate Rodim adalah budak dari penguasa Demak sebelumnya, dan sebagian lagi mengatakan dia seorang pedagang.
Pate Rodim memiliki hubungan erat dengan para penguasa lainnya, karena semua putri dari ayahnya dan kakeknya menikah dengan pate-pate di Jawa. Pate Rodim bahkan telah menaklukkan Palembang, Jambi, Kepulauan Monomby, dan banyak pulau lainnya. Penaklukan ini diawali dengan penaklukan Tanjungpura terlebih dulu, sehingga yang lain pun tunduk kepadanya.
Ayah Pate Rodim dulu memiliki 40 jung, namun kini Pate Rodim hanya memiliki kurang dari 10 jung. Ia terlalu berserah kepada selir-selirnya sehingga negerinya pun jatuh ke dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Bahkan, jung-jung yang tersisa itu pun telah terbakar di Malaka saat membantu Pate Unus menyerang negeri itu.
Pate Rodim memiliki banyak prajurit, paling tidak ada 30.000 di Jawa dan 10.000 di Palembang. Ia terus-menerus berperang melawan Guste Pate dan pate Tuban. Ia telah kehilangan banyak orang akibat perang, dilanda kemiskinan, sehingga harus memohon perlindungan dari Malaka. Jika tidak, ia akan benar-benar bangkrut karena tidak dapat menjalankan perdagangan apa pun selama tiga sampai empat tahun. Ia sudah sangat payah dan harus benar-benar menjadi bawahan Malaka demi kebaikannya sendiri. Rakyatnya banyak yang pergi meninggalkan dirinya, karena mereka tidak bisa mendapatkan barang-barang dagangan sesuai kebutuhan.
Dulu, Pate Rodim mengangkut hasil panen dengan jung ke Malaka, dan para pedagang Malaka juga datang ke Demak menggunakan jung. Sekarang ia tidak dapat lagi menjalankan perdagangan tersebut dan ini membuatnya bangkrut. Apalagi, ia dan Pate Unus konon menghabiskan lebih dari 100.000 cruzado untuk membiayai penyerangan ke Malaka. Tidak diragukan lagi, nasibnya kini sedang berada di ujung tanduk dan berita ini dibenarkan oleh orang-orang yang tinggal di Demak.<ref name="Suma Oriental">{{en}} {{cite book
|url=https://www.academia.edu/26639223/The_Suma_Oriental_of_Tome_Pires.pdf
|title= Suma Oriental
|authorlink= Tomé Pires
|last= Pires
|first= Tomé
|publisher=
|contribution= Francisco Rodrigues
|year= 1944
|isbn=
|pages= }}</ref>
== Silsilah ==
Raden Trenggono merupakan putra dari [[Raden Patah|Raden Fatah]] yang merupakan Sultan Pertama Kerajaan Demak.
Raden Trenggono memiliki beberapa orang anak, diantaranya ialah [[Sunan Prawoto]] yang nantinya akan meneruskan kerajaan Demak.
== Kenaikan tahta ==
Sepeninggal [[Pangeran Sabrang Lor]] tahun 1521 terjadi perebutan takhta antara Putra Mahkota [[P. Surowiyoto]] (R. Kikin) dan Raden Trenggana. Putra sulung Trenggana yaitu Raden Mukmin alias Muk Ming (nama kecil [[Sunan Prawoto]]) mengirim utusan bernama Surayata untuk membunuh [[Pangeran Surowiyoto/ Raden Kikin]] di tepi sungai sekitar Lasem. Sejak itu [[Pangeran Surowiyoto]] alias [[Raden Kikin]] terkenal sebagai Pangeran Sekar Seda ing Lepen (artinya, "bunga yang gugur di sungai").
Pada tahun 1524 datang seorang pemuda dari [[Pasai]] bernama [[Fatahillah]]. Trenggana menyukainya dan menjadikan nya Panglima Kerajaan Demak.
Sebaliknya, [[Fatahillah]] juga memperkenalkan pemakaian gelar bernuansa [[Bahasa Arab|Arab]] sebagaimana yang lazim dipakai oleh raja-raja [[Islam]] di [[Sumatra]]. Maka, Trenggana kemudian juga bergelar '''Sultan Ahmad Abdullah Arifin'''.
Tokoh [[Fatahillah]] inilah yang pada tahun 1527 dikirim menyerang Portugisa bersama pasukan [[Cirebon]] menghadapi [[Portugis]]. Ia berhasil membebaskan wilayah [[Sunda Kelapa]] dan mengganti namanya menjadi [[Jayakarta]] atau [[Jakarta]].
== Masa Pemerintahan ==
=== Penaklukan Majapahit ===
Upacara pernikahan [[Fatahillah]] tahun 1524 dikejutkan dengan berita kematian [[Sunan Ngudung]] dalam perang melawan [[Majapahit]]. Adapun ibu kota [[Majapahit]] saat itu sudah pindah ke [[Daha]] di bawah pemerintahan [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana]]. Raja [[Majapahit]] ini hanyalah bersifat simbol, karena pemerintahan dikendalikan penuh oleh [[Patih Udara]]. Sang Patih juga menjalin persahabatan dengan [[Portugis]] untuk memerangi [[Demak]].
Akhirnya pada tahun 1527 pasukan [[Demak]] berhasil mengalahkan [[Majapahit]]. Kerajaan yang pernah berjaya pada masa lalu itu akhirnya musnah sama sekali. Terjadi arus pelarian besar-besaran dari kerabat kerajaan Majapahit, hal ini disebabkan mereka takut akan dihukum karena dukungan mereka pada [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana]] saat ia mengudeta [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]] pada tahun 1478. Tampaknya ibu kota Daha juga mengalami nasib yang sama dengan [[Trowulan]], hal ini merupakan pembalasan keturunan [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]] yang menjadi penguasa Demak atas tindakan [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana]] pada saat ia merebut takhta [[Majapahit]].
Selain itu [[Tuban]] juga ditaklukkan pada tahun yang sama. Penguasa Tuban menurut catatan [[Portugis]] bernama [[Pate Vira]], seorang [[muslim]] tetapi setia kepada [[Majapahit]]. Berita ini menunjukkan kalau perang antara [[Demak]] dan [[Majapahit]] dilandasi persaingan kekuasaan, bukan karena sentimen antara agama [[Islam]] dan [[Hindu]].
Pada tahun 1528 Trenggana menaklukkan Wirasari, kemudian Gagelang atau Gelanggelang (nama sekarang: [[Madiun]]) tahun 1529, Medangkungan ([[Blora]]) tahun 1530, Hujung-Galuh ([[Surabaya]]) tahun 1531, [[Pasuruan]] tahun 1535. Hampir sebagian besar penyerangan terhadap daerah-daerah tersebut dipimpin oleh Trenggana sendiri.
Antara tahun 1541-1542 [[Demak]] menaklukkan [[Lamongan]], [[Blitar]], dan Wirasaba ([[Mojoagung, Jombang]]). [[Gunung Penanggungan]] yang menjadi pusat sisa-sisa pelarian [[Majapahit]] direbut tahun 1543. Kemudian Kerajaan Sengguruh di [[Malang]], yang pernah menyerang [[Giri Kedaton]], dikalahkan tahun 1545.
=== Ekspedisi ke Banjarmasin ===
Pada tahun 1526 Raja Demak yang diduga adalah Trenggana alias Tung Ka lo<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=dPFAAAAAcAAJ&dq=raja%20kotaringin&pg=PA236#v=onepage&q&f=false|pages=236 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkundem |volume= 6 |issue=3 |author=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde |year=1857}}</ref> telah megirimkan seribu pasukan untuk membantu Pangeran Samudera untuk berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa [[Kerajaan Negara Daha]] terakhir. Kemenangan diraih oleh Pangeran Samudera sebagai [[Sultan Banjarmasin]] I, sedangkan Pangeran Tumenggung diizinkan menetap di pedalaman yaitu [[daerah Alay]] dengan seribu penduduk.<br>
Hikayat Banjar:
''Maka Pangeran Samudera itu, sudah tetap kerajaannya di Banjarmasih itu, maka masuk Islam. Diislamkan oleh Penghulu Demak itu. Maka waktu itu ada orang negeri Arab datang, maka dinamainya Pangeran Samudera itu [[Sultan Suryanullah]]. Banyak tiada tersebut. Maka Penghulu Demak dengan Menteri Demak itu disuruh Sultan Suryanullah kembali. Maka orang Demak yang mati berperang ada dua puluh itu, disilih laki-laki dan perempuan yang dapat [dari] menangkap, tertangkap tatkala berperang itu, orang empat puluh. Maka Penghulu Demak dan Menteri Demak serta segala kaumnya sama dipersalin. Yang terlebih dipersalinnya itu penghulunya, karena itu yang mengislamkan. Serta persembah Sultan Suryanullah emas seribu tahil, intan dua puluh biji, lilin dua puluh pikul, pekat seribu galung, damar seribu kindai, tetudung seribu buah, tikar seribu kodi, kajang seribu bidang. Sudah itu maka orang Demak itu kembali. Itulah maka sampai sekarang ini di [[Demak, Demak|Demak]] dan [[Tedunan, Kedung, Jepara|Tadunan]] itu ada asalnya anak-beranak cucu-bercucu itu asal orang [[Distrik Negara|Nagara]] itu; tiada lagi tersebut.''<ref name="hikayat banjar">{{cite book|last=Ras|first=Johannes Jacobus|year=1990|url=https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar|title=Hikayat Banjar|location=Selangor Darul Ehsan, Malaysia|publisher=Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka|isbn=9789836212405|translator=Siti Hawa Salleh|authorlink=Johannes Jacobus Ras|lang=ms}} ISBN 983-62-1240-X</ref>
== Kematian ==
Berita kematian Trenggana ditemukan dalam catatan seorang [[Portugis]] bernama '''Fernandez Mendez Pinto'''.
Pada tahun 1546 Trenggana menyerang [[Panarukan, Situbondo]] yang saat itu dikuasai [[Blambangan]]. [[Sunan Gunung Jati]] membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit [[Cirebon]], [[Banten]], dan [[Jayakarta]] sebanyak 7.000 orang yang dipimpin [[Fatahillah]]. Mendez Pinto bersama 40 orang temannya saat itu ikut serta dalam pasukan [[Banten]].
Pasukan [[Demak]] sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan,
==
{{reflist}}
== Referensi ==
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Hayati dkk. 2000. ''Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI''. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara'' (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
* Winarsih Partaningrat Arifin. 1995. ''Babad Blambangan''. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
* Yuliadi Soekardi. 2002. ''Nalusur Sejarahe Sunan Gunungjati''. Dalam Majalah Panjebar semangat edisi 23-27 Surabaya
* [[M.C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Demak|tahun=1505—1518<br>1521-1546|pendahulu=[[Pati Unus]]|pengganti=[[Sunan Prawoto]]}}
{{kotak selesai}}
{{lifetime|1480|1521|Unus, Pati}}
[[Kategori:
[[Kategori:
[[
|