Kerajaan Karangasem: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
(95 revisi perantara oleh 41 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tambah rujukan}}
{{Rapikan}}
{{Infobox Former Country
|native_name = ᬓᬭᬗᬲᭂᬫ᭄<br>''Karang Semadi''
|conventional_long_name = Kerajaan Karangasem
|common_name = Kerajaan Karangasem
|continent = Asia
|region = [[Asia Tenggara]]
| status = Kerajaan Maritim
|country = [[Indonesia]]
|religion = [[Hindu]] (Resmi)
|image_flag = BenderaFlag kerajaanof karangasemthe Kingdom of Karangasem.gifsvg
|image_coat = Lambang puri karangasem.png
|symbol_type =
|p1 = Gelgel
|p2 =
|s1 = IndonesiaHindia Belanda
|s2 =
|flag_p1 =
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
|year_start = 1600
|year_end = 1894
Baris 23 ⟶ 25:
|event_start =
|event_end = Ditaklukkan [[Hindia Belanda]]
| image_map = PetaAMH-6424-NA Map of Bali Kerajaanand KarangasemLombok.jpg
| image_map_caption = peta pulau Lombok dan Bali yang dibuat oleh Belanda pada tahun 1718 ketika Karangasem memerintah di bagian barat pulau Lombok
|image_map_caption = Wilayah Kerajaan Karangasem pada tahun [[1938]] yang sekarang menjadi [[Kabupaten Karangasem]] di [[Provinsi Bali]]<ref>[http://tofindtheworld.blogspot.com/2012/10/perang-bali-tahun-1846-1849.html Perang Bali tahun 1846-1849]</ref>
|capital = [[Amlapura]]
|common_languages = [[Bahasa Bali|Bali]] (Utama)
[[Bahasa Sansekerta|Sansekerta]] dan [[Bahasa Jawa Kuno|Kawi]] (Religius)
|government_type = Monarki Kerajaan
|title_leader = Anak Agung Agung
| leader1 = [[Gusti Nyoman Karang]] {{small|(pertama)}}
| year_leader1 = 1600 - ?
| leader4 = [[I Gusti Bagus Jelantik]] {{small|(terakhir)}}
| year_leader4 = 1908 - 1966
|currency =
|footnotes =
}}
 
'''Kerajaan Karangasem''' ({{lang-ban|ᬓᬭᬗᬲᭂᬫ᭄|translit=Krajaan Karaṅasĕm}}) adalah salah satu kerajaan maritim [[Hindu]] yang berdiri pada abad ke-17 di bagian timur [[Pulau Bali]]. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Karangasem bahkan memiliki wilayah kekuasaan hingga [[Pulau Lombok]] dan bahkan pada akhirnya menguasai keseluruhan pulau ini pada tahun [[1839]].<ref name="Keurs">[http://books.google.com/books?id=pOgsuCFVmOgC&pg=PA190 ''Colonial collections revisited'' By Pieter ter Keurs p.190''ff'']</ref><ref name="Ooi">[http://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&pg=PA790 ''Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East ..., Volume 3'' by Keat Gin Ooi p.790''ff'']</ref><ref name="Lansing">[http://books.google.com/books?id=3zfVsO28NsYC&pg=PA20 ''Priests and programmers'' by John Stephen Lansing p.20]</ref>. Setelah ditaklukkan [[Belanda]] pada tahun [[1894]], kerajaan ini berada di bawah kekuasaan pemerintah [[Hindia Belanda]]. Setelah kemerdekaan [[Republik Indonesia]], Kerajaan Karangasem berstatus sebagai [[Kabupaten Karangasem|Daerah Tingkat II Karangasem]] dalam pemerintahan [[Provinsi Bali]].
 
== Sejarah Kerajaan Karangasem ==
=== Asal Nama Karangasemnama ===
Nama Karangasem sebenarnya berasal dari kata '''Karang Semadi'''. Beberapa catatan yang memuat asal-muasal nama '''karangasem ''' adalah seperti yang diungkapkan dalam Prasasti Sading C yang terdapat di Geria Mandara, [[Munggu, Mengwi, Badung|Munggu, Badung]]. Lebih lanjut diungkapkan bahwa Gunung Lempuyang di timur laut [[Amlapura]], pada mulanya bernama ''Adri Karang'' yang berarti Gunung Karang.
 
Pada prasasti tersebut diceritakan, bahwa pada tahun ''1072 Saka'', ''tanggal 12 bulan separo terang'', ''Wuku Julungwangi di bulan Cetra'', Bathara Guru menitahkan salah satu puteranya Sri Maharaja Jayasakti atau Hyang Agnijaya untuk turun ke [[Bali]]. Tugas yang diemban seperti dikutip dalam prasasti berbunyi ”''...gumawyeana Dharma rikang Adri Karang maka kerahayuan ing Jagat Bangsul...''”, yang artinya ”datang ke Adri Karang membuat Pura (Dharma) untuk memberikan keselamatan lahir-batin bagi Pulau Dewata”.
 
Hyang Agnijaya diceritakan datang bersama dengan saudara-saudaranya yaitu Sambhu, Brahma, Indra, dan Wisnu di Adri Karang (Gunung Lempuyang di sebelah timur laut kota [[Amlapura]]). Gunung Lempuyang dipilih Bathara Guru sebagai tempat untuk menyebarkan kasih-Nya bagi keselamatan umat manusia.
 
Dalam penelitian sejarah keberadaan pura, ''Lempuyang'' dihubungkan dengan kata ''lampu'' yang artinya terpilih, dan ''Hyang'' yang berarti Tuhan (Bathara Guru, Hyang Parameswara). Di Adri Karang inilah Hyang Agnijaya membuat Pura Lempuyang Luhur sebagai tempat bersemadi
(''Karang Semadi''). Lambat laun nama ''Karang Semadi'' ini berubah menjadi ''Karangasem''.<ref name="karangasem6">[http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2011/02/sejarah-kerajaan-karangasem.html Sejarah Kerajaan Karangasem]</ref>.
 
=== Berdirinya Kerajaan Karangasem ===
Pada abad ke-16 sampai abad ke-17, Karangasem berada di bawah kekuasaan [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Kerajaan Gelgel]], dengan rajanya I Dewa Karangamla yang berkedudukan di Selagumi (Balepunduk). I Dewa Karangamla menikahi janda I Gusti Arya Batanjeruk, patih kerajaan yang melakukan pemberontakan dan dibunuh di Desa Bungaya, dengan syarat bahwa setelah pernikahan keduanya, kelak anak dari janda Batanjeruklah yang menjadi penguasa. Syarat ini disetujui dan kemudian keluarga I Dewa Karangamla berpindah dari Selagumi ke Batuaya. I Dewa Karangamla juga mempunyai putra dari istrinya yang lain bernama I Dewa Gde Batuaya. Penyerahan kekuasaan kepada putra dari janda Batanjeruk inilah menandai awal mula berdirinya Kerajaan Karangasem yang dipegang oleh Dinasti Batanjeruk.<ref name="karangasem6"/>.
 
=== PenaklukkanPenaklukan Buleleng dan Lombok serta Penaklukkan Karangasem oleh Belanda ===
{{utama|Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem}}
[[Berkas:Officers of the Lombok expedition in 1894.jpg|jmpl|ka|245px|Para pemimpin yang terlibat perang di Lombok tahun [[1894]]: Anak Agung Ketut Karangasem, Mayor Jenderal P.P.H. van Ham,<ref name="Keurs"/> Mayor Jenderal J.A. Vetter (komandan),<ref name="Keurs"/> Residen M.C. Dannenbargh, dan Gusti Gede Jelantik.]]
Baris 64 ⟶ 71:
Pada tanggal [[25 Agustus]] [[1891]], putra penguasa Bali-Mataram yaitu Anak Agung Ketut Karangasem dikirim, beserta 8.000 orang tentara, untuk menumpas pemberontakan di [[Praya, Lombok Tengah|Praya]], yang termasuk wilayah [[Kerajaan Selaparang]]. Pada tanggal 8 September 1891, pasukan kedua, di bawah putra lainnya, Anak Agung Made Karangasem, yang berkekuatan 3.000 orang dikirimkan sebagai pasukan tambahan.<ref name="Keurs"/> Karena tentara kerajaan tampak dalam kesulitan untuk mengatasi keadaan, diminta lagi bantuan penguasa bawahan Karangasem, yaitu Anak Agung Gede Jelantik, untuk mengirimkan 1.200 orang pasukan elit untuk menuntaskan pemberontakan.<ref name="Keurs"/> Perang berkecamuk berkepanjangan sejak [[1891]] hingga [[1894]], dan tentara Bali-Mataram yang lebih canggih persenjataannya dilengkapi dengan dua kapal perang modern, ''Sri Mataram'' dan ''Sri Cakra'', berhasil menduduki banyak desa yang memberontak dan mengelilingi kubu perlawanan Sasak yang terakhir.<ref name="Keurs"/>
 
Pada tanggal [[8 November]] [[1894]], Belanda secara sistematis menembakkan meriam kepada posisi pasukan Bali di [[Cakranegara]], sehingga menghancurkan istana, menewaskan sekitar 2.000 orang Bali, sementara mereka sendiri kehilangan 166 orang.<ref name="Lansing"/> Pada akhir [[November]] [[1894]], Belanda telah berhasil mengalahkan semua perlawanan Bali, dengan ribuan orang Bali menjadi korban tewas, menyerah, atau melakukan ritual [[puputan]].<ref name="Ooi"/>. Lombok dan Karangasem selanjutnya menjadi bagian dari [[Hindia Belanda]], dan pemerintahan dijalankan dari Bali.<ref name="Ooi"/>. Gusti Gede Jelantik diangkat sebagai ''Regent'' oleh Belanda pada tahun [[1894]], dan ia memerintah hingga tahun [[1908]].<ref>[http://books.google.com/books?id=JlcL6HeY-uAC&pg=PA298 ''The rough guide to Bali & Lombok'' by Lesley Reader, Lucy Ridout p.298]</ref>
 
=== Masa Kolonialkolonial ===
==== Zaman Pendudukanpendudukan Belanda ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret tijdens het bezoek van gouverneur-generaal Mr. D. Fock aan de Stedehouder van Karangasem TMnr 60017257.jpg|jmpl|ka|220px|[[I Gusti Bagus Jelantik|Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem]] saat menerima kunjungan [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[Dirk Fock]] pada tahun [[1925]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Gusti Bagus Djilantik Stedehouder van Karangasem met twee van zijn echtgenotes TMnr 10018716.jpg|jmpl|ka|220px|[[I Gusti Bagus Jelantik|Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem]] bersama istrinya. Perabotan-perabotan Puri Agung Karangasem yang tampak dalam foto adalah hadiah pemberian [[Ratu Wilhelmina]] dari [[Belanda]].]]
Setelah masuknya [[Belanda]], membawa pengaruh pula dalam hal birokrasi pemerintahan. Pada tahun [[1906]] di [[Bali]] terdapat tiga macam bentuk pemerintahan yaitu:
 
Baris 76 ⟶ 83:
* ''Stedehouder'' (wakil pemerintah Belanda) ialah Gianyar dan Karangasem
 
Demikianlah di Kerajaan Karangasem berturut-turut yang menjadi ''Stedehouder'' (penguasa) yaitu I Gusti Gede Jelantik pada tahun [[1894]]-[[1908]], dan ''Stedehouder'' I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem (Dewata di Maskerdam) pada tahun [[1908]]-[[1950]],<ref name="karangasem6"/>, yang membawahi 21 Punggawa, yaitu Karangasem, Seraya, Bugbug, Ababi, Abang, Culik, Kubu, Tianyar, Pesedahan, Manggis, Antiga, Ulakan, Bebandem.<ref name="karangasem5">[http://e-kuta.com/blog/berita-bali/sejarah-kabupaten-karangasem-dan-kota-amlapura.htm Sejarah Kabupaten Karangasem dan Kota Amlapura]</ref>. Dengan Keputusan [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] tertanggal [[16 Desember]] [[1921]] No. 27 Stbl. No. 756 tahun 1921, terhitung mulai tanggal [[1 Januari]] [[1922]], ''Gouvernements Lanschap'' Karangasem dihapuskan, dirubahdiubah menjadi daerah otonomi, langsung di bawah Pemerintahan [[Hindia Belanda]], terbentuklah Karangasem ''Raad'' yang diketuai oleh ''Regent'' I Gusti Bagus Jelantik, sedangkan sebagai Sekretaris dijabat oleh ''Controleur'' Karangasem.
 
Sebagai ''Regent'', I Gusti Bagus Jelantik masih mempergunakan gelar ''Stedehouder''. Jumlah Punggawa yang sebelumnya berjumlah 14 buah dikurangi lagi sehingga menjadi 8 buah, yaitu: Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Manggis, Karangasem, Abang, Kubu. Dengan Keputusan [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jendral Hindia Belanda]] tertanggal [[4 September]] [[1928]] No. 1, gelar ''Stedehouder'' diganti dengan gelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Dengan Keputusan [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jendral Hindia Belanda]] tertanggal [[30 Juni]] [[1938]] No. 1 terhitung mulai tanggal [[1 Juli]] [[1938]] dia diangkat menjadi ''Zelfbestuur'' Karangasem (kepala [[swapraja]]). Bersamaan dengan terbentuknya ''Zelfbestuur'' Karangasem, terhitung mulai tanggal [[1 Juli]] [[1938]] terbentuk pulalah ''Zelfbestuur''–''Zelfbestuur'' di seluruh [[Bali]], yaitu Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana dan Buleleng, di mana penguasa swapraja-swapraja (''Zelfbestuur'') tersebut tergabung dalam federasi raja-raja yang disebut Paruman Agung.<ref name="karangasem5"/>.
 
Dalam kehidupan sosial-budaya, akibat pengaruh pendidikan yang didapat pada abad ke-19, banyak para pemuda intelektual di berbagai daerah di [[Bali]] mendirikan perkumpulan-perkumpulan dan organisasi kepemudaan, keagamaan, dan ilmu pengetahuan. Pada tahun [[1925]] di [[Singaraja]] didirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Suryakanta" dan memiliki sebuah majalah yang juga diberi nama "Suryakanta". Suryakanta menginginkan agar masyarakat [[Suku Bali|Bali]] mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan menghapuskan adat istiadat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, di Karangasem lahir suatu perhimpunan yang bernama "Satya Samudaya Baudanda Bali-Lombok" yang anggotanya terdiri atas [[pegawai negeri]] dan masyarakat umum dengan tujuan menyimpan dan mengumpulkan uang untuk kepentingan ''studiefonds''.
 
=== Masa Pendudukanpendudukan Jepang ===
Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] mendarat di Pantai Sanur, [[Badung]], pada tanggal [[18 Februari|18]] dan [[19 Februari]] [[1942]]. Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota [[Denpasar]] dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali, termasuk Karangasem. Pertama-tama, yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (''Rikugun''). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil. Pada saat Jepang masuk ke [[Bali]], Paruman Agung atau dewan raja-raja Bali diubah menjadi ''Sutyo Renmei''.<ref name="karangasem5"/>.
 
=== Masa Kemerdekaankemerdekaan ===
[[Berkas:Puri Agung Karangasem.jpg|jmpl|ka|250px|Puri Agung Karangasem di kota [[Amlapura]].]]
Pada tahun [[1945]] setelah [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] menyerah dan kemerdekaan [[Republik Indonesia]], [[Bali]] menjadi bagian dari Pemerintah [[Negara Indonesia Timur]]. Negara Indonesia Timur bubar dan semua wilayahnya melebur ke dalam [[Republik Indonesia]] pada tanggal [[17 Agustus]] [[1950]]. Pemerintahan swapraja-swapraja (kerajaan) di Bali diubah menjadi Dewan Raja-Raja dengan berkedudukan di [[Denpasar]] dan diketuai oleh seorang raja. Pada bulan [[Oktober]] [[1950]], pemerintahan Swapraja Karangasem berbentuk Dewan Pemerintahan Karangasem yang diketuai oleh ketua Dewan Pemerintahan Harian yang dijabat oleh Kepala Swapraja (Raja) serta dibantu oleh para anggota Majelis Pemerintah Harian.
 
Pada tahun [[1951]], istilah Anggota Majelis Pemerintah Harian diganti menjadi Anggota Dewan Pemerintah Karangasem. Berdasarkan UU No. 69 tahun 1958 terhitung mulai tanggal [[1 Desember]] [[1958]], daerah-daerah swapraja di [[Bali]] diubah menjadi Daerah Tingkat II setingkat [[kabupaten]], termasuk [[Kabupaten Karangasem|Karangasem]].<ref name="karangasem5"/>.
 
== Daftar Raja-Raja Karangasemraja ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Radja van Karangasem in uniform voor het gebouw Maskerdam TMnr 10001916.jpg|jmpl|ka|230px|Anak[[I AgungGusti Bagus Jelantik|Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem]] saat berada di Balai Maskerdam, bangunan utama Puri Agung Karangasem, tahun [[1949]].]]
* Gusti Nyoman Karang (1600)<ref name="karangasem6"/>
* Anglurah Ketut Karang
Baris 110 ⟶ 117:
* Gusti Gede Oka (sebagai penguasa bawahan, 1850-1890)
* Gusti Gede Jelantik (1890–1908)
* Anak[[I AgungGusti Bagus Jelantik|Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem]] (1908-19671966)
* Anak Agung Agung Made Jelantik (sebagai kepala keluarga besar Puri Agung Karangasem, (1967-2007)<ref>[{{Cite web |url=http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/djelantik.html |title=Seniman Tari: A.A.M. Djelantik] |access-date=2015-08-15 |archive-date=2015-09-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150924113220/http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/djelantik.html |dead-url=yes }}</ref>
* Anak Agung Agung Gede Putra Agung (sebagai kepala keluarga besar Puri Agung Karangasem, (2009-Sekarang2023)<ref>[{{Cite web |url=http://purikarangasem.com/puri/article/proff_putra_agung_crowned_as_the_new_raja |title=Proffessor Dr. Putra Agung crowned as the New Raja] |access-date=2015-08-15 |archive-date=2018-06-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180617140451/http://purikarangasem.com/puri/article/proff_putra_agung_crowned_as_the_new_raja |dead-url=yes }}</ref>
 
== Galeri ==
Baris 122 ⟶ 129:
</gallery>
 
== Lihat Pulapula ==
* [[Sejarah Bali]]
* [[Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem]]
Baris 129 ⟶ 136:
* [[Taman Ujung]]
 
== Catatan Kakikaki ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.baliprov.go.id Situs Pemerintah Provinsi Bali]
* {{id}} [http://www.karangasemkab.go.id/index.php/profil/17/Sejarah Sejarah Kota Amlapura sebagai Ibu Kota Kerajaan Karangasem] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150930233621/http://www.karangasemkab.go.id/index.php/profil/17/Sejarah |date=2015-09-30 }}
* {{en}} [http://purikarangasem.com/puri/article_static/puri_karangasem_historical_society1 Puri Karangasem Historical Society] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150313105735/http://purikarangasem.com/puri/article_static/puri_karangasem_historical_society1 |date=2015-03-13 }}
{{col|2; font-size:1%;}}<br/>{{EndDiv}}
{{Kerajaan di Sunda Kecil}}