Pendudukan Timor Leste oleh Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonas Carsten (bicara | kontrib)
alih ke Operasi Donner.
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Patria lupa (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{see also|Invasi Indonesia ke Timor Timur|Genosida Timor Timur|Timor Timur}}
{{Infobox military conflict
| conflict = Pendudukan Indonesia di Timor Timur
Baris 7 ⟶ 8:
| place = [[Timor Timur]]
| date = '''De facto:'''<br />7 Desember 1975&nbsp;– 31 Oktober 1999<br />{{small|({{Age in years, months, weeks and days|month1=12|day1=7|year1=1975|month2=10|day2=31|year2=1999}})}}<br />'''De jure:'''<br />7 Desember 1975&nbsp;– 20 Mei 2002<br />{{small|({{Age in years, months, weeks and days|month1=12|day1=7|year1=1975|month2=5|day2=20|year2=2002}})}}
| result = *[[OperasiKrisis DonnerTimor Timur 1999]]
*Timor Timur memperoleh kemerdekaan setelah [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|referendum kemerdekaan]] memilih untuk meninggalkan Indonesia
* Indonesia memiliki pengaruh yang kuat di Timor Timur
| combatant1 = {{flagcountry|Indonesia}}
* {{flagicon image|Flag of Timor Timur.svg}} [[Timor Timur]]
'''Didukung oleh:'''<br />{{flagcountry|Amerika Serikat}} (hingga 1991)<br />{{flagcountry|Australia}} (hingga 1991)<br />{{flagcountry|Britania Raya}} (hingga 1991, dukungan senjata hingga 1997)<br />{{flagcountry|Kanada}} (hingga 1991)<br />{{flagcountry|Jepang|1870}} (hingga 1991)<br />{{flagcountry|Malaysia}} (hingga 1991)
| combatant2 = {{flagcountry|Timor Leste}}
* {{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Fretilin]] ([[Falintil]])
* {{flagicon image|FalintilFlag.png}} [[CNRT|CNRM]] (kemudian CNRT)
* {{flagicon image|TL-UDT.png}} [[Uni Demokrasi Timor|UDT]]
'''Didukung oleh:'''<br />
{{flagcountry|Amerika Serikat}} (1999)<br />{{flagcountry|Australia}} (1999)<br />{{flagcountry|Britania Raya}} (1999)<br />{{flagcountry|Filipina}} (1999)<br />{{flagcountry|Jepang}} (1999)<br/>{{flagcountry|Kanada}} (1999)<br />{{flagcountry|Korea Selatan|1997}} (1999)<br />{{flagicon|Libya|1977}} [[Muammar Khadafi#Jamahiriyah Arab Libya|Libya]]<br />{{flagcountry|Malaysia}} (1999)<br />{{flagcountry|Mozambik}}<br />{{flagcountry|Portugal}}<br />{{flagcountry|Uni Soviet}} (1975–1991)<br />{{flagcountry|Rusia}} (1991–1999)<br />{{flagcountry|Thailand}} (1999)<br />{{flagcountry|Tiongkok}} (1975–1999)<br />
| commander1 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Soeharto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[B. J. Habibie]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Maraden Panggabean]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[M. Jusuf|Muhammad Jusuf]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Leonardus Benyamin Moerdani|L. B. Murdani]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Dading Kalbuadi]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Try Sutrisno]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Edi Sudradjat]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Feisal Tanjung]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Wiranto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Prabowo Subianto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[José Abílio Osório Soares]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Eurico Guterres]]
| commander2 = {{flagicon image|FalintilFlag.png}}{{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Francisco Xavier do Amaral]]{{Surrendered}}<br />{{flagicon image|FalintilFlag.png}}{{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Nicolau dos Reis Lobato]]{{KIA}}<br />{{flagicon image|FalintilFlag.png}}{{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Mari Alkatiri]]<br />{{flagicon image|FalintilFlag Flag of FRETILIN (East Timor).pngsvg}} [[Taur Matan Ruak]]<br />{{flagicon image|FalintilFlag Flag of FRETILIN (East Timor).pngsvg}} [[Nino Konis Santana]]{{KIA}}<br />{{flagicon image|FalintilFlag Flag of FRETILIN (East Timor).pngsvg}} [[Ma'huno Bulerek Karathayano]]{{Surrendered}}<br />{{flagicon image|FalintilFlag.png}}{{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Xanana Gusmão]]{{Surrendered}}<br />{{flagicon image|FalintilFlag Flag of FRETILIN (East Timor).pngsvg}} [[Rogério Lobato]]<br />{{flagicon image| Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[David Alex]]{{KIA}}<br />{{flagicon image| Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Keri Laran Sabalae]]{{KIA}}
| strength1 = 250.000 tentara<ref>{{cite book | url=https://books.google.com/books?id=m9Rfpn4ikEUC&dq=how+many+falintil+members+member+killed&pg=PA167 | title=Resistance: A Childhood Fighting for East Timor | isbn=9781458767615 | last1=Rei | first1=Naldo | date=16 Maret 2011 | publisher=ReadHowYouWant.com }}</ref>
| strength1 =
| strength2 = 27.000 (termasuk non-kombatan pada tahun 1975)<ref>{{cite journal | url=https://www.jstor.org/stable/48602939 | jstor=48602939 | title=Reintegration of Falintil, Timor-Leste's Ex-Combatants, then and Now | last1=De Almeida | first1=Ursula | journal=Journal of Peacebuilding & Development | date=20 Agustus 2023 | volume=12 | issue=1 | pages=91–96 }}</ref><br />1.900 (termasuk non-kombatan pada tahun 1999)<br/>12.538 pejuang (1975–1999)<ref>{{cite web | url=http://www.etan.org/et2008/5may/17/15etdist.htm | title=East Timor distinguishes 15 "leading figures" of the liberation }}</ref>
| strength2 =
| casualties1 = 2.277 tentara dan polisi Indonesia tewas<br>1.527 milisi Timor Timur tewas<br>2.400 terluka<br>'''Total:''' 3.408 tewas dan 2.400 terluka<ref>{{Cite journal|jstor=3351321|last1=Van Klinken|first1=Gerry|title=Indonesian Casualties in East Timor, 1975–1999: Analysis of an Official List|journal=Indonesia|year=2005|issue=80|pages=109–122|url=https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54351}}</ref>
| casualties2 = 11.907 pejuang tewas (1975–1999)<ref>{{cite web | url=http://www.etan.org/et2008/5may/17/15etdist.htm | title=East Timor distinguishes 15 "leading figures" of the liberation }}</ref>
| casualties2casualties3 = Perkiraan berkisar antara 100.000–300.000 orang tewas ([[#Jumlah kematian|lihat di bawah]])
}}
{{Sejarah Timor Leste}}
'''Pendudukan [[Indonesia]] di [[Timor Timur]]''' dimulai pada bulan Desember 1975 dan berlangsung hingga Oktober 1999. Setelah berabad-abad [[Timor Portugis|diperintah oleh Portugis]], [[Revolusi Anyelir|kudeta tahun 1974 di Portugal]] memicu dekolonisasi di bekas koloninya, menciptakan ketidakstabilan di Timor Timur dan ketidakpastian akan masa depannya. Setelah perang saudara berskala kecil, [[Fretilin]] yang pro-kemerdekaan mendeklarasikan kemenangan di ibu kota [[Dili]] dan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada tanggal 28 November 1975.
{{genosida}}
'''Pendudukan [[Indonesia]] diatas [[Timor Timur]]''' dimulai pada bulan Desember 1975 dan berlangsung hingga Oktober 1999. Setelah berabad-abad [[Timor Portugis|diperintah oleh Portugis]], [[Revolusi Anyelir|kudeta tahun 1974 di Portugal]] memicu dekolonisasi di bekas koloninya, menciptakan ketidakstabilan di Timor Timur dan ketidakpastian akan masa depannya. Setelah perang saudara berskala kecil, [[Fretilin]] yang pro-kemerdekaan mendeklarasikan kemenangan di ibu kota [[Dili]] dan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada tanggal 28 November 1975.
 
Menyusul "Deklarasi Balibo" yang ditandatangani oleh perwakilan [[Apodeti]], [[Uni Demokratik Timor|UDT]], [[Asosiasi Pahlawan Timor|KOTA]] dan Partai Trabalhista pada tanggal 30 November 1975, pasukan militer Indonesia menginvasi Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975, dan pada tahun 1979 mereka berhasil menghancurkan perlawanan bersenjata terhadap pendudukan. Pada tanggal 17 Juli 1976, Indonesia secara resmi mencaplok Timor Timur sebagai provinsinya yang ke-27 dan mendeklarasikan provinsi [[Timor Timur|''Timor Timur'']].
Dengan klaim bahwa pemimpin-pemimpin di Timor Timur meminta bantuan, pasukan militer Indonesia melakukan [[Operasi Seroja|invasi]] ke Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975 (atas desakan Australia dan dukungan Amerika Serikat<ref>{{cite web |url=http://www.wsws.org/articles/2000/sep2000/timo-s18.shtml |title=Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975 |author=Mike Head |work=World Socialist Web Site |date=[[2000-09-18]]}}</ref><ref>[http://www.gwu.edu/%7Ensarchiv/NSAEBB/NSAEBB174/1010.pdf]''The National Security Archive''</ref>), dan pada 1979 militer Indonesia telah menghancurkan semua perlawanan terhadap pendudukan Indonesia di Timor Timur. Setelah diadakannya suatu pemungutan suara yang dianggap kontroversial karena dikatakan [[Hak menentukan nasib sendiri|tidak sesuai dengan keinginan rakyat Timor Timur yang sesungguhnya]], Indonesia mendeklarasikan wilayah Timor Timur sebagai provinsi Indonesia (provinsi [[Timor Timur]]).
 
Segera setelah invasi tersebut, [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-BangsaPBB|Majelis Umum]] dan [[Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-BangsaPBB|Dewan Keamanan]] PBBPerserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi yang mengecammengutuk tindakan Indonesia di Timor LesteTimur dan menuntutmenyerukan untukpenarikan segera menarikdari pasukanwilayah dari kawasantersebut. Hanya [[Australia]] dan Indonesia sajaadalah satu-satunya negara di dunia yang mengakui Timor Timur sebagai provinsi Indonesia, dan segera setelahnyasetelah itu mereka memulai negosiasi untuk berbagimembagi sumber daya yang ditemukanterdapat di [[Celah Timor]].
Pemerintah lain, termasuk di antaranya [[Amerika Serikat]], [[Jepang]], [[Kanada]], dan [[Malaysia]], juga mendukung pemerintah Indonesia. Namun, invasi ke Timor LesteTimur dan juga pemberangusanpenindasan terhadap gerakan kemerdekaankemerdekaannya dimenimbulkan sanakerugian telahbesar menyebabkanterhadap kerusakanreputasi hebat pada reputasiIndonesia dan kredibilitas Indonesia di mata internasional.<ref>{{Citation|last=ClassicDoc|title=Manufacturing Consent – Noam Chomsky and the Media – 1992|date=2016-01-20|url=https://www.youtube.com/watch?v=YHa6NflkW3Y&t=1886s|access-date=2017-02-10|archive-date=4 March 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200304101255/https://www.youtube.com/watch?v=YHa6NflkW3Y|url-status=live}}</ref><ref>Schwarz (1994), p. 195.</ref>
 
Selama dua puluh empat tahun, pemerintah Indonesia melakukanmenjadikan rakyat Timor Timur sebagai sasaran [[penyiksaan]], [[perbudakan seksual]], [[interniran]], [[penghilangan paksa|penghilangan paksa]], [[pengasingan paksa]] secara rutin dan sistematis, [[pembunuhan di luar hukum|eksekusi di luar hukum]], [[pembantaian]], dan [[kelaparan]] yang disengaja secara rutin dan sistematis.<ref name=yale>{{cite web|last=Powell |first=Sian |url=http://gsp.yale.edu/sites/default/files/files/UN%20verdict%20on%20East%20Timor.pdf |title=ArchivedUN copyverdict on East Timor |accessdatework=The Australian |date=19 Januari 2006 |access-date=2013-12-03 |deadurlurl-status=yesdead |archiveurlarchive-url=https://web.archive.org/web/20150528141816/http://gsp.yale.edu/sites/default/files/files/UN%20verdict%20on%20East%20Timor.pdf |archivedatearchive-date=28 MayMei 2015 |df=dmy }}</ref> [[Pembantaian Santa Cruz]] tahun 1991 menyebabkan kemarahan di seluruh dunia, dan sejumlahbanyak laporan tentangmengenai pembantaian-pembantaianpembunuhan serupa lainnya juga mencuat. Walaupun begitu, perlawananPerlawanan terhadap pemerintahpemerintahan Indonesia tetapmasih kuat;<ref name="Schwarz 1994, p.195">Schwarz (1994), p. 195</ref> pada tahun 1996 [[Daftar penerima Nobel Perdamaian|Hadiah Nobel Perdamaian]] diberikandianugerahkan kepada dua orang pria dari Timor TimurLeste, [[Carlos Filipe Ximenes Belo]] dan [[José Ramos Horta|José Ramos-Horta]], atas usahaupaya berkelanjutan mereka untuk mengakhiri pendudukankonflik secara damai pekerjaan. [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|Referendum (pemungutanPemungutan suara) padatahun 1999]] untuk menentukan masa depan Timor TimurLeste menghasilkan mayoritas suara yang mendukung kemerdekaan, dan pada tahun 2002 Timor TimurLeste menjadi negara merdeka. [[Komisi Penerimaan, Kebenaran dan Rekonsiliasi]] di Timor Timur memperkirakan jumlah korban tewaskematian selama pendudukan dariakibat kelaparan dan kekerasan berada diadalah antara 90.800 dan 202.600 dan, termasuk antara 17.600 dan 19.600 kematian atau menghilangpenghilangan karenaakibat kekerasan, dari populasijumlah 1999penduduk yangtahun mencapai1999. sekitar 823.386 orang. Komisi iniKebenaran menyatakan bahwa pasukan militer Indonesia yang bertanggung jawab atas sekitar 70% pembunuhan akibatdengan kekerasan.<ref>[https://www.google.com/publicdata/explore?ds=d5bncppjof8f9_&met_y=sp_pop_totl&idim=country:TMP&dl=en&hl=en&q=east+timor+population East Timor population] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190828183809/http://www.google.com/publicdata/explore?ds=d5bncppjof8f9_ |date=28 Agustus 2019 }} World Bank</ref><ref name=CAVR>[{{Cite web|url=http://www.cavr-timorleste.org/en/Brief.htm Chega! The CAVR Report] {{webarchive |archive-url=https://web.archive.org/web/20120513220045/http://www.cavr-timorleste.org/en/Brief.htm|url-status=dead|title=Chega! The CAVR Report|archive-date=13 MayMei 2012 }}</ref><ref>[http://www.cavr-timorleste.org/updateFiles/english/CONFLICT-RELATED%20DEATHS.pdf Conflict-Related Deaths In Timor-Leste: 1974–1999] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200125181454/http://www.cavr-timorleste.org/updateFiles/english/CONFLICT-RELATED%20DEATHS.pdf |date=25 Januari 2020 }} CAVR</ref>
 
Setelah pemungutan suara tahunkemerdekaan 1999pada untuk memilihtahun kemerdekaan1999, kelompok paramiliter yang bekerja sama dengan militer Indonesia melakukan gelombang kekerasan diterakhir yang manamenghancurkan sebagian besar infrastruktur di Timor Timur hancurnegara. [[INTERFET|Pasukan Internasional untuk Timor Timur]] yang dipimpin oleh Australia di Timor Timor bertugas untuk memulihkan ketertiban., dan Setelahsetelah kepergian pasukan Indonesia dari Timor Timur, [[UNTAET|Administrasi Sementara Perserikatan Bangsa-BangsaPBB di Timor Timur]] mengelolamengatur wilayah tersebut selama dua tahun, membentuk [[Unit Kejahatan Berat]] untuk menyelidiki dan mengadili kejahatan yang dilakukan pada tahun 1999. Karena cakupan Unit yang terbatas serta rendahnya vonis yang dikeluarkan pengadilan Indonesia atas keterlibatan Indonesia di Timor Timur, banyak pengamat meminta pengadilan internasional untuk Timor Timur.<ref>{{Cite web|url=http://pantheon.hrw.org/legacy/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm|title=East Timor: U.N. Security Council Must Ensure Justice (Human Rights Watch, 28-6-2005)|website=pantheon.hrw.org|access-date=2017-05-14|archive-date=2017-10-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20171012105032/http://pantheon.hrw.org/legacy/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm|dead-url=yes}}</ref>
Cakupan pengadilan yang terbatas dan kecilnya jumlah hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan di Indonesia telah menyebabkan banyak pengamat menyerukan dibentuknya pengadilan internasional untuk Timor Timur.<ref name="HRWTrib"/><ref name="IT2"/>
 
[[Universitas Oxford]] mengadakan konsensus akademis dan hasilnyayang menyebut pendudukan Indonesia di Timor Timur sebagai [[genosida Timor Timur|genosida]]. dan [[Universitas Yale]] memakaimengajarkannya kasus Timor Timur dalam kurikulumsebagai bagian dari program "Studi Genosida".<ref name=Payaslian>{{cite web|last=Payaslian|first=Simon|title=20th Century Genocides|url=http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199743292/obo-9780199743292-0105.xml|publisher=Oxford bibliographies|refaccess-date=12 {{sfnrefNovember 2016|Payaslian}}archive-date=16 Mei 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200516233147/https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199743292/obo-9780199743292-0105.xml|url-status=live}}</ref><ref name="gsp.yale.edu">{{cite web|title=Genocide Studies Program: East Timor|url=http://gsp.yale.edu/case-studies/east-timor|website=Yale.edu|access-date=12 November 2016|archive-date=23 Maret 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200323113546/https://gsp.yale.edu/case-studies/east-timor|url-status=live}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Baris 124 ⟶ 127:
 
Pada akhir tahun 1976, terjadi kebuntuan antara Falintil dan tentara Indonesia. Tidak dapat mengatasi perlawanan besar-besaran dan menguras sumber dayanya, ABRI mulai mempersenjatai diri. [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|Angkatan Laut Indonesia]] membeli kapal patroli penembak rudal dari [[Amerika Serikat]], [[Australia]], [[Belanda]], [[Korea Selatan]], dan [[Taiwan]], serta kapal selam dari [[Jerman Barat]].<ref>See H. McDonald, Age (Melbourne), 2 February 1977, although Fretilin transmissions did not report their use until 13 May.</ref> Pada bulan Februari 1977, Indonesia juga menerima tiga belas pesawat [[OV-10 Bronco]] dari [[Rockwell International|Rockwell International Corporation]] dengan bantuan kredit penjualan bantuan militer asing resmi pemerintah AS. Bronco sangat ideal untuk invasi Timor Timur, karena dirancang khusus untuk operasi kontra-pemberontakan di medan yang curam.<ref>Taylor, p. 90</ref> Pada awal Februari 1977, setidaknya enam dari 13 Bronco beroperasi di Timor Timur dan membantu militer Indonesia menentukan posisi Fretilin.<ref>"Big Build-up by Indonesian navy," Canberra Times, 4 February 1977.</ref> OV-10 Bronco memberikan pukulan berat bagi Falintil ketika pesawat itu menyerang pasukan mereka dengan senjata konvensional dan Napalm yang dipasok Soviet yang dikenal sebagai 'Opalm.' Bersamaan dengan persenjataan baru, 10.000 tentara tambahan dikirim untuk memulai kampanye baru yang dikenal sebagai 'solusi akhir'.<ref>Taylor, p. 91</ref>
[[Berkas:Prabowo in East Timor.jpg|thumb|Satuan Komando Nanggala TNI Angkatan Darat di Timor Timur dipimpin oleh [[Prabowo Subianto]]]]
 
Ahli strategi TNI menerapkan strategi atrisi melawan Falintil mulai September 1977. Hal ini dilakukan dengan membuat wilayah tengah Timor Timur tidak mampu menopang kehidupan manusia melalui serangan napalm, perang kimia dan perusakan tanaman. Hal ini dilakukan untuk memaksa penduduk agar menyerahkan diri ke dalam penjagaan pasukan Indonesia dan merampas makanan dan penduduk Falintil. Pejabat Katolik di Timor Timur menyebut strategi ini sebagai kampanye "pengepungan dan pemusnahan".<ref>Taylor (1990), p. 85.</ref> 35.000 tentara ABRI mengepung daerah-daerah yang didukung Fretilin dan membunuh pria, wanita, dan anak-anak. Pengeboman udara dan laut diikuti oleh pasukan darat, yang menghancurkan desa-desa dan infrastruktur pertanian. Ribuan orang mungkin telah terbunuh selama periode ini.<ref>Dunn (1996), pp. 275–276; Taylor, pp. 85–88; Budiardjo and Liong (1984), pp. 27–31.</ref> Pada awal 1978, seluruh penduduk sipil desa Arsaibai, dekat perbatasan Indonesia, dibunuh karena mendukung Fretilin setelah dibombardir dan kelaparan.<ref name="Taylor, p. 85">Taylor, p. 85</ref> Keberhasilan kampanye 'pengepungan dan pemusnahan' mengarah pada 'kampanye pembersihan akhir', di mana anak-anak dan laki-laki akan dipaksa untuk berpegangan tangan dan berbaris di depan unit-unit Indonesia mencari anggota Fretilin. Ketika anggota Fretilin ditemukan, anggota akan dipaksa untuk menyerah atau menembaki rakyatnya sendiri.<ref>John Taylor, “Encirclement and Annihilation,” in The Spector of Genocide: Mass Murder in the Historical Perspective, ed. Robert Gellately & Ben Kiernan (New York: Cambridge University Press, 2003), pp. 166–67</ref>
 
Baris 193 ⟶ 196:
{{utama|Pembantaian Santa Cruz}}
 
Dalam misa peringatan pada tanggal 12 November 1991 untuk seorang pemuda pro-kemerdekaan yang ditembak oleh pasukan Indonesia, para demonstran yang berjumlah 2.500 orang itu membentangkan bendera Fretilin dan spanduk dengan slogan-slogan pro-kemerdekaan dan meneriakkan dengan riuh namun damai.<ref>Schwarz (1994), p. 212</ref> Setelah konfrontasi singkat antara tentara Indonesia dan pengunjuk rasa,<ref>Two soldiers were stabbed under disputed circumstances.(Schwarz (1994), p. 212; Pinto and Jardine, p. 191.) Soldiers said the attacks were unprovoked. Stahl claims stabbed Officer Lantara had attacked a girl carrying the flag of East Timor, and Fretilin activist [[Constâncio Pinto]] reports eyewitness accounts of beatings from Indonesian soldiers and police. Kubiak, W. David. [http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html "20 Years of Terror: Indonesia in Timor&nbsp;– An Angry Education with Max Stahl"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140604224057/http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html |date=4 Juni 2014 }}. ''Kyoto Journal''. 28. Reprinted at [http://www.nancho.net/fdlap/ The Forum of Democratic Leaders in the Asia-Pacific] . Diakses tanggal 27 Mei 2022.</ref> 200 tentara Indonesia melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang menewaskan sedikitnya 250 orang Timor Timur.<ref>Carey, p. 51; Jardine, p. 16. The Portuguese solidarity group ''A Paz é Possível em Timor Leste'' compiled [http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm a careful survey] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180814132309/http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm |date=14 Agustus 2018 }} of the massacre's victims, listing 271 killed, 278 wounded, and 270 "disappeared".</ref>
[[File:Re-enactment Santa Cruz massacre.jpg|thumb|right|Reka ulang pembantaian Santa Cruz.]]
Kesaksian orang asing di kuburan dengan cepat dilaporkan ke organisasi berita internasional, dan rekaman video pembantaian itu disiarkan secara luas secara internasional,<ref>Schwarz (1994), p. 212-213</ref> sehingga menyebabkan kemarahan.<ref>Jardine, pp. 16–17; Carey, pp. 52–53.</ref> Menanggapi pembantaian itu, para aktivis di seluruh dunia mengorganisir solidaritas dengan orang Timor Timur, dan urgensi baru dibawa untuk menyerukan penentuan nasib sendiri.<ref name="JarSol">Jardine, pp. 67–69.</ref> [[TAPOL]], sebuah organisasi Britania Raya yang dibentuk pada tahun 1973 untuk mengadvokasi demokrasi di Indonesia, meningkatkan pekerjaannya di sekitar Timor Timur. Di Amerika Serikat, Jaringan Aksi Timor Timur (sekarang [[East Timor and Indonesia Action Network|Jaringan Aksi Timor Timur dan Indonesia]]) didirikan dan segera memiliki cabang di sepuluh kota di seluruh negeri.<ref>[http://etan.org/etan/default.htm "About ETAN"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140723082140/http://www.etan.org/etan/default.htm |date=23 Juli 2014 }}. East Timor Action Network. Diakses tanggal 27 Mei 2022.</ref> Kelompok solidaritas lainnya muncul di Portugal, Australia, Jepang, Jerman, Malaysia, Irlandia, dan Brasil. Pemberitaan pembantaian tersebut merupakan contoh nyata bagaimana pertumbuhan media baru di Indonesia semakin mempersulit "Orde Baru" untuk mengontrol arus informasi yang masuk dan keluar dari Indonesia, dan bahwa pada pasca-Perang Dingin 1990-an, pemerintah berada di bawah pengawasan internasional yang meningkat.<ref name="Vickers 2005, pp. 200-201">Vickers (2005), pp. 200–201</ref> Beberapa kelompok mahasiswa pro-demokrasi dan majalah mereka mulai secara terbuka dan kritis membahas tidak hanya Timor Timur, tetapi juga "Orde Baru" dan sejarah dan masa depan Indonesia yang lebih luas.<ref name="JarSol"/><ref name="Vickers 2005, pp. 200-201"/><ref>CIIR, pp. 62–63; Dunn, p. 311.</ref>
Baris 215 ⟶ 218:
| caption2 = [[José Ramos Horta]]
}}
Pada tahun 1996 Timor Timur tiba-tiba menjadi perhatian dunia ketika [[Penghargaan Nobel Perdamaian]] dianugerahkan kepada Uskup [[Carlos Filipe Ximenes Belo]] dan [[José Ramos Horta]] "atas pekerjaan mereka menuju solusi yang adil dan damai untuk konflik di Timor Timur".<ref name="nobel">[http://nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1996/press.html "Press Release: Nobel Peace Prize 1996"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180720110053/https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1996/press.html |date=20 Juli 2018 }}. [[Norwegian Nobel Committee]]. 11 Oktober 1996. Diakses tanggal 27 Mei 2022.</ref> Komite Nobel menyatakan dalam siaran persnya bahwa mereka berharap penghargaan itu akan "memacu upaya untuk menemukan solusi diplomatik atas konflik di Timor Timur berdasarkan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri".<ref name="nobel"/> Seperti yang dicatat oleh sarjana Nobel [[Irwin Abrams]]:{{blockquote|Bagi Indonesia, hadiah itu sangat memalukan.... Dalam pernyataan publik, pemerintah mencoba untuk menjaga jarak antara kedua pemenang, dengan enggan mengakui jika hadiah itu diberikan untuk Uskup Belo, yang dianggap dapat mengendalikannya, tetapi menuduh Ramos Horta bertanggung jawab atas kekejaman selama perselisihan sipil di Timor Timur dan menyatakan bahwa dia adalah seorang oportunis politik. Pada upacara penghargaan Ketua Sejersted menjawab tuduhan ini, menunjukkan bahwa selama konflik sipil Ramos Horta bahkan tidak berada di negara itu dan sekembalinya ia mencoba untuk mendamaikan kedua pihak.<ref>Abrams, Irwin. [http://www.irwinabrams.com/books/excerpts/annual96.html "The 1996 Nobel Peace Prize"]. 1996. Diakses tanggal 27 Mei 2022.</ref>}}Sementara itu, para diplomat dari Indonesia dan Portugal melanjutkan konsultasi yang disyaratkan oleh resolusi Majelis Umum 1982, dalam serangkaian pertemuan yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang oleh Menteri Luar Negeri [[Ali Alatas]] disebut sebagai "kerikil di sepatu Indonesia".<ref>Kroon, Robert. [http://www.iht.com/articles/1999/02/03/quanda.t.php "Q&A/Ali Alatas, Foreign Minister: Jakarta Goal for East Timor: Autonomy"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051027100233/http://www.iht.com/articles/1999/02/03/quanda.t.php |date=27 Oktober 2005 }}. ''[[International Herald Tribune]]''. 3 Februari 1999. Diakses tanggal 27 Mei 2022.</ref><ref>Alatas, pp. 105–120.</ref>
 
== Akhir dari kendali Indonesia ==
Baris 246 ⟶ 249:
[[File:INTERFET 12 Feb 2000.jpg|thumb|right|Pasukan [[INTERFET]] memasuki [[Dili]] pada 20 September, dua minggu setelah kelompok paramiliter pro-Indonesia memulai gelombang kekerasan terakhir.<ref name="interfet"/>]]
 
Kekerasan tersebut disambut dengan kemarahan publik yang meluas di Australia, Portugal dan di tempat lain dan para aktivis di Portugal, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara lain menekan pemerintah mereka untuk mengambil tindakan. [[Perdana Menteri Australia]] [[John Howard]] berkonsultasi dengan Sekjen PBB [[Kofi Annan]] dan melobi [[Presiden Amerika Serikat|Presiden AS]] [[Bill Clinton]] untuk mendukung pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin Australia untuk memasuki Timor Timur guna mengakhiri kekerasan. Amerika Serikat menawarkan sumber daya logistik dan intelijen yang penting dan kehadiran pencegah "di luar cakrawala", tetapi tidak mengerahkan pasukan untuk operasi tersebut. Akhirnya, pada 11 September, Bill Clinton mengumumkan:<ref name="abc.net.au">{{cite web |url=http://www.abc.net.au/news/howardyears/content/s2422684.htm |archive-url=https://web.archive.org/web/20100923201217/http://www.abc.net.au/news/howardyears/content/s2422684.htm |title=The Howard Years: Episode 2: "Whatever It Takes" |work=Program Transcript |date=24 November 2008 |archive-date=26 Mei 2022 |publisher=Australian Broadcasting Commission |access-date=26 Mei 2022}}</ref>
 
<blockquote>Saya telah menjelaskan bahwa kesediaan saya untuk mendukung bantuan ekonomi masa depan dari masyarakat internasional akan tergantung pada bagaimana Indonesia menangani situasi mulai hari ini.</blockquote>
Baris 295 ⟶ 298:
[[File:Kissinger, Ford, Suharto and Malik (cropped).jpg|thumb|right|Menteri Luar Negeri AS [[Henry Alfred Kissinger|Henry A. Kissinger]] dan Presiden [[Gerald Ford|Gerald R. Ford]] membahas Timor Timur dengan Presiden [[Soeharto|Suharto]] sehari sebelum invasi dilakukan.<ref name="Nevins"/>]]
 
Sehari sebelum invasi, [[Presiden Amerika Serikat|presiden AS]] [[Gerald Ford|Gerald R. Ford]] dan menteri luar negeri AS [[Henry A. Kissinger]] bertemu dengan presiden Indonesia [[Soeharto|Suharto]] dan dilaporkan memberikan persetujuan mereka untuk invasi tersebut.<ref name="Nevins">{{cite book |last=Nevins|first=Joseph |date=2005 |title=A Not-So-Distant Horror: Mass Violence in East Timor|url=http://www.cornellpress.cornell.edu/book/?GCOI=80140100091050|publisher=[[Cornell University Press]]|page=[https://books.google.com/books?id=H2PU0hbrb3IC&lpg=PP1&pg=PA51#v=onepage&q&f=false 51] |isbn=978-0801489846|author-link=Joseph Nevins}}</ref><ref>[[John Pilger|Pilger, John]]. [http://www.johnpilger.com/articles/blood-on-our-hands "Blood on Our Hands"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170317001810/http://johnpilger.com/articles/blood-on-our-hands |date=17 Maret 2017 }} 25 Januari 1999. Online at [http://www.johnpilger.com/ johnpilger.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170208233511/http://johnpilger.com/ |date=8 Februari 2017 }}. Diakses tanggal 28 Mei 2022.</ref> Menanggapi Suharto yang mengatakan "Kami ingin pengertian Anda jika dianggap perlu untuk mengambil tindakan cepat atau drastis [di Timor Timur]." Ford menjawab, "Kami akan memahami dan tidak akan menekan Anda tentang masalah ini. Kami memahami masalah dan niat yang Anda miliki." Kissinger juga setuju, meskipun dia memiliki kekhawatiran bahwa penggunaan senjata buatan AS dalam invasi akan diekspos ke pengawasan publik, memberitahukan keinginan mereka untuk "mempengaruhi reaksi di Amerika" sehingga "akan ada lebih sedikit kemungkinan orang berbicara di cara yang tidak sah."<ref name="gwu.edu">{{cite web|url=http://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB62/|title=East Timor Revisited. Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975–76|work=[[National Security Archive]]|date=6 Desember 2001}}</ref> AS juga berharap invasi akan berlangsung cepat dan tidak melibatkan perlawanan yang berkepanjangan. "Yang penting apa pun yang Anda lakukan berhasil dengan cepat," kata Kissinger kepada Suharto.<ref name="gwu.edu"/>
 
AS memasok senjata ke Indonesia selama invasi dan pendudukan berikutnya.<ref name="worldpolicy.org"/> Seminggu setelah invasi ke Timor Timur [[Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat|Dewan Keamanan Nasional]] menyiapkan analisis yang menemukan penggunaan peralatan militer yang dipasok AS secara luas.<ref>{{cite web|url=http://nsarchive2.gwu.edu//NSAEBB/NSAEBB174/1010.pdf|title=Indonesian Use of MAP [Military Assistance Program] Equipment in Timor, Memorandum from Clinton E. Granger to Brent Scowcroft|date=12 Desember 1975|work=National Security Council|access-date=28 Mei 2022|archive-date=9 Februari 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210209110552/https://nsarchive2.gwu.edu//NSAEBB/NSAEBB174/1010.pdf|url-status=live}}</ref> Meskipun [[Pemerintah federal Amerika Serikat|pemerintah AS]] mengatakan mereka akan menunda penjualan senjata baru dari Desember 1975 hingga Juni 1976 sambil menunggu tinjauan oleh [[Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat|Departemen Luar Negeri]] untuk menentukan apakah Indonesia telah melanggar perjanjian bilateral yang menetapkan bahwa Indonesia hanya dapat menggunakan senjata yang dipasok AS untuk tujuan pertahanan, bantuan militer terus mengalir, dan Kissinger menghukum anggota staf Departemen Luar Negerinya karena menyarankan agar penjualan senjata dihentikan.<ref name="gwu.edu"/> Kissinger khawatir tentang reaksi terhadap kebijakannya dari publik AS, termasuk saat [[Kongres Amerika Serikat|Kongres]], menyesalkan bahwa "Segala sesuatu di atas kertas akan digunakan untuk melawan saya".<ref>{{cite news|url=https://etan.org/news/kissinger/secret.htm|title=The secret life of Henry Kissinger; minutes of a 1975 meeting with Lawrence Eagleburger|work=The Nation|first=Mark|last=Hertsgaard|date=29 October 1990|publisher=East Timor Action Network|access-date=28 Mei 2022|archive-date=9 Februari 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210209110703/https://etan.org/news/kissinger/secret.htm|url-status=live}}</ref> Antara tahun 1975 dan 1980, ketika kekerasan di Timor Timur mencapai klimaksnya, Amerika Serikat memberikan sekitar [[Dolar Amerika Serikat|$]]340 juta persenjataan kepada pemerintah Indonesia. Bantuan militer dan penjualan senjata AS ke Indonesia meningkat dari tahun 1974 dan berlanjut hingga tahun-tahun [[George H. W. Bush|Bush]] dan [[Bill Clinton|Clinton]] sampai dihentikan pada tahun 1999.<ref name="gwu.edu"/> Persediaan senjata AS ke Indonesia antara tahun 1975 dan 1995 berjumlah sekitar $1,1 miliar.<ref name="worldpolicy.org">{{cite web|url=http://www.worldpolicy.org/projects/arms/reports/indoarms.html|title=Report: U.S. Arms Transfers to Indonesia 1975–1997|work=World Policy Institute|date=Maret 1997|access-date=28 Mei 2022|archive-url=https://web.archive.org/web/20170226181104/http://www.worldpolicy.org/projects/arms/reports/indoarms.html|archive-date=26 Februari 2017|url-status=dead}}</ref> Pemerintahan Clinton, di bawah program [[Joint Combined Exchange Training|JCET]] Pentagon, melatih pasukan khusus Kopassus Indonesia dalam perang gerilya perkotaan, pengawasan, kontra-intelijen, taktik penembak jitu dan 'operasi psikologis'.<ref>[https://www.theguardian.com/world/1999/sep/19/indonesia.easttimor2 "How US trained butchers of Timor"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170519114552/https://www.theguardian.com/world/1999/sep/19/indonesia.easttimor2 |date=19 Mei 2017 }} Guardian, 19 September 1999</ref>
Baris 336 ⟶ 339:
 
=== Keadilan ===
Saul melanjutkan untuk membahas penuntutan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas "kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan pelanggaran berat hak asasi manusia lainnya".<ref name="Saul"/> Pada tahun-tahun setelah berakhirnya pendudukan, beberapa proses telah dilakukan untuk tujuan tersebut. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1999 yang mengesahkan UNTAET menggambarkan sejarah "pelanggaran sistematis, meluas dan mencolok terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia" dan menuntut "agar mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut dibawa ke pengadilan".<ref>[http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/N99/312/77/PDF/N9931277.pdf United Nations Security Council Resolution 1272 (1999)] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090227144226/http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/N99/312/77/PDF/N9931277.pdf |date=27 Februari 2009 }}. [[United Nations Security Council]]. 25 Oktober 1999. Diakses tanggal 28 Mei 2022.</ref> Untuk mencapai tujuan ini, UNTAET membentuk Unit Kejahatan Berat (SCU), yang berusaha menyelidiki dan menuntut orang-orang yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut. Namun, SCU telah dikritik karena pencapaiannya relatif sedikit, mungkin karena pendanaannya tidak memadai, mandatnya terbatas pada kejahatan yang dilakukan hanya pada tahun 1999, dan karena alasan lain.<ref>[http://laohamutuk.org/Bulletin/2001/Oct/bulletinv2n6.html#UNTAET%20and%20%E2%80%9CSerious%20Crimes%E2%80%9D "UNTAET and 'Serious Crimes'"]. ''La'o Hamutuk Bulletin''. 2:6–7. Oktober 2001. Diakses tanggal 28 Mei 2022.</ref> Pengadilan Indonesia yang dimaksudkan untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan itu digambarkan sebagai "secara nyata tidak memadai" oleh komisi PBB.<ref name="HRWTrib">[http://hrw.org/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm "East Timor: U.N. Security Council Must Ensure Justice"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080828125233/http://hrw.org/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm |date=28 Agustus 2008 }}. ''Human Rights Watch''. 29 Juni 2005. Diakses tanggal 28 Mei 2022.</ref>
 
Defisiensi dalam proses ini telah menyebabkan beberapa organisasi menyerukan pengadilan internasional untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan di Timor Timur, serupa dengan yang didirikan di [[Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Wilayah Yugoslavia|Yugoslavia]] dan [[Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda|Rwanda]].<ref name="HRWTrib"/><ref name="IT2">In 2002 over 125 women from 14 countries [http://www.etan.org/news/2002a/05women.htm signed a statement] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171012061650/http://www.etan.org/news/2002a/05women.htm |date=12 Oktober 2017 }} calling for an international tribunal. Other such demands have been issued by [http://www.etan.org/estafeta/07/winter/4justice.htm ETAN/US] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171012061651/http://www.etan.org/estafeta/07/winter/4justice.htm |date=12 Oktober 2017 }}, [https://web.archive.org/web/20051025045111/http://tapol.gn.apc.org/press/files/pr050629.htm TAPOL], and—with qualifications—[https://www.hrw.org/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm Human Rights Watch] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200807030657/https://www.hrw.org/english/docs/2005/06/28/eastti11231.htm |date=7 Agustus 2020 }} and [https://www.amnesty.org/en/documents/asa21/013/2003/en/ Amnesty International] .</ref> Sebuah editorial 2001 oleh LSM Timor Timur [[La'o Hamutuk]] mengatakan:<blockquote>Kejahatan Terhadap Kemanusiaan yang tidak terhitung jumlahnya dilakukan selama periode 1975-1999 di Timor Timur. Meskipun pengadilan internasional tidak dapat mengejar mereka semua, itu ... [akan] menegaskan bahwa invasi, pendudukan dan penghancuran Timor Timur oleh Indonesia adalah konspirasi kriminal yang sudah berlangsung lama, sistematis, direncanakan dan diperintahkan pada tingkat tertinggi. Banyak dari para pelaku terus memegang otoritas dan pengaruh di tetangga terdekat Timor Timur. Masa depan perdamaian, keadilan, dan demokrasi di Timor Timur dan Indonesia bergantung pada meminta pertanggungjawaban pelaku tingkat tertinggi.<ref>[http://laohamutuk.org/Bulletin/2001/Oct/bulletinv2n6a.html#Editorial "Editorial: Time to Get Serious About Justice for East Timor"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210209110632/http://laohamutuk.org/Bulletin/2001/Oct/bulletinv2n6a.html#Editorial |date=9 February 2021 }}. ''La'o Hamutuk Bulletin''. 2:6–7. Oktober 2001. Diakses tanggal 28 Mei 2022.</ref></blockquote>