Soedjono AJ: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Menambah keterangan nama jalan yang diambil dari tokoh
Tidak ada ringkasan suntingan
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 32:
| children = Setia Budi
}}
[[Kolonel]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Soedjono Anton Joedhotedjoprawiro<ref>{{Cite web|last=Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY|date=21 Maret 2022|title=Surat pernyataan Soedjono Anton Yoedho Tedjo Prawiro tentang pengesahan tanah dan rumah yang terletak di Jl. Kenari No. 44 Semaki Kecil kepada Pemda DIY|url=https://arsip.jogjaprov.go.id/index.php/surat-pernyataan-soedjono-anton-yoedho-tedjo-prawiro-tentang-pengesahan-tanah-dan-rumah-yang-terletak-di-jl-kenari-no-44-semaki-kecil-kepada-pemda-diy|access-date=29 Desember 2023}}</ref>''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sujono Anton Yudhotejoprawiro''', {{lahirmati|[[Hindia Belanda]]|15 September |09|1928|[[Indonesia]]|31 Oktober |10|1994}}), biasa disingkat '''Soedjono A.J.''' atau '''A.Y.''', adalah wali kota [[Samarinda]] yang pertama dan ketiga di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Soedjono awalnya bertugas di [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], sebelum kemudian ditugaskan di [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]] pada masa Pangdam Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}
[[Berkas:Makam Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soedjono AJ di TMP 45, Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
[[Kolonel]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Soedjono Anton Joedhotedjoprawiro<ref>{{Cite web|last=Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY|date=21 Maret 2022|title=Surat pernyataan Soedjono Anton Yoedho Tedjo Prawiro tentang pengesahan tanah dan rumah yang terletak di Jl. Kenari No. 44 Semaki Kecil kepada Pemda DIY|url=https://arsip.jogjaprov.go.id/index.php/surat-pernyataan-soedjono-anton-yoedho-tedjo-prawiro-tentang-pengesahan-tanah-dan-rumah-yang-terletak-di-jl-kenari-no-44-semaki-kecil-kepada-pemda-diy|access-date=29 Desember 2023}}</ref>''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sujono Anton Yudhotejoprawiro''', 15 September 1928 – 31 Oktober 1994), biasa disingkat '''Soedjono A.J.''' atau '''A.Y.''', adalah wali kota [[Samarinda]] yang pertama dan ketiga di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Soedjono awalnya bertugas di [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], sebelum kemudian ditugaskan di [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]] pada masa Pangdam Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}
 
== Kehidupan dan karir awal ==
Tidak banyak yang dapat diketahui dari kehidupan awal Soedjono selain tanggal kelahirannya. Berdasarkan keterangan pada makamnya, dapat diketahui bahwa saat [[Revolusi Nasional Indonesia|Perang Kemerdekaan]], Soedjono menjadi kadet Militaire Academie (MA) Yogyakarta yang (kini menjadi [[Akademi Militer]]) (Akmil)saat [[Revolusi Nasional Indonesia|Perang Kemerdekaan]] berlangsung. Seusai perang, dia bertugas di [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], sebelum akhirnya dipindahkan ke [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}
 
== Wali Kota Samarinda ==
Pada tanggal 20 Januari 1960, [[Daerah Istimewa Kutai]] dibubarkan dan wilayahnya dipecah menjadi tiga daerah tingkat II, yakni [[Kota Balikpapan|Kotapraja Balikpapan]], [[Kota Samarinda|Kotapraja Samarinda]], dan [[Kabupaten Kutai]].{{sfn|Soetoen|1979|p=259}} Meskipun posisi [[Daftar Bupati Kutai Kartanegara|Bupati Kutai]] dan [[Daftar Wali Kota Balikpapan|Wali Kota Balikpapan]] ditempatididuduki oleh bangsawan Kutai, tetapi Soehario berhasil menekan Gubernur [[A.P.T. Pranoto|Pranoto]] agar menempatkan Soedjono sebagai Wali Kota Samarinda.{{sfn|Magenda|2010|p=84}} Akhirnya, pada hari tersebutyang sama, Pranoto menerima sumpah jabatan dari Soedjono dan sehari kemudian, dilakukandisusul dengan serah terima kewenangan dari Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]] selaku Kepala Daerah Istimewa Kutai kepada dirinya selaku wali kota pada hari berikutnya. Meski demikian, Soedjono baru resmi dilantik pada tanggal 17 Februari 1960.{{sfn|Sarip|2015|p=86}}
 
Soedjono hanya menjabat sebagai wali kota selama 20 bulan. DiaPada bulan Agustus 1961, ia digantikan oleh Letkol [[Ngoedio]], yang juga sesama perwira Kodam Brawijaya (dan nantinya Mulawarman), padaatas bulan Agustus 1961 akibat intervensi dariinstruksi Soehario.{{sfn|Magenda|2010|p=95}}{{sfn|Zailani|2001|p=148}} Meski demikian, dia sempat membuat sebuah surat keputusan mengenai lambang [[Kota Samarinda]] dengan semboyan "Tata Nirbaya Ananta Boga" yang berarti "tertib dan teratur, tiada bahaya, dan tiada kekurangan sandang dan pangan".{{sfn|Zailani|2005|p=374}}
 
== Wali Kota Yogyakarta ==
Soedjono diangkat menjadi [[Daftar Wali Kota Yogyakarta|Wali Kota Yogyakarta]] pada bulan Januari 1966, menggantikan [[Soedarisman Poerwokoesoemo]]. Selain menjadi wali kota, dia juga merangkap sebagai ketua Fraksi [[Partai Golongan Karya|Golongan Karya]] di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta|DPRD DIY]] setidaknya per bulan Oktober 1966.<ref>{{Cite journal|last=Janti|first=Nur|date=2017|title=Eksistensi Perempuan di DPRD DIY 1956-1982|url=https://journal.student.uny.ac.id/index.php/ilmu-sejarah/article/view/9314|journal=Mozaik|volume=2|issue=4|pages=512-533}}</ref> Salah satu langkah pertama yang dilakukannya sebagai wali kota adalah memperingatkan pengurus [[Kelenteng Fuk Ling Miau]] untuk memperbaiki kondisi kelenteng yang terpuruk, sebab kelenteng akan diambilalih oleh pemerintah daerah jika dibiarkan tidak terurus. Peristiwa tersebut mengilhami pembentukan sebuah yayasan untuk mengelolanya.<ref>{{Cite journal|last=Tempo|date=1977|title=Seksi Buddhis Klenteng Gondomanan|url=https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&id=2tATAQAAMAAJ&dq=%22soedjono+ay%22&focus=searchwithinvolume&q=%22klenteng%22|journal=Tempo|volume=6|pages=11}}</ref>
 
Selama menjabat sebagai wali kota, Soedjono sukses membuat [[Kota Yogyakarta]] menjadi lebih ramai. danBerbagai mengadakanlangkah berbagaidilakukan perkembanganuntuk memajukan infrastruktur kota, seperti pelebaran jalan,dan pembangunan jalan baru, danserta perbaikan prasarana air dan listrik.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=37}} Dia juga berjasa memulai pembangunan gedung balai kota baru di kawasan Timoho, [[Umbulharjo, Yogyakarta|Umbulharjo]], untuk menggantikan balai kota lama yang bertempat di Ndalem Poenakawan atau Ndalem Ngabean. Pembangunan gedung barutersebut dimulai pada tahun 1972.<ref>{{Cite web|date=6 Juni 2024|title=Napak Tilas Balai Kota Mengenang Peran Besar dalam Pembangunan|url=https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/33848|website=Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta|access-date=23 Juni 2024}}</ref>
 
Walau demikian, dirinya tidak lepas dari kontroversi. Salah satu kebijakannya yang kontroversial ialah pemugaran [[Jalan Malioboro]] yang dimulai pada tahun 1973. Rencana pemugaran tersebut melibatkan arsitek dari Fakultas Teknik [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan beberapa instansi lain seperti [[Badan Perencanaan Pembangunan Daerah|Bappeda]] (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) DIY. Rencana pemugaran tersebut meliputi berbagai hal, seperti penataan ulang ruas jalan sehingga memberi ruang lebih bagi pedagang kaki lima, pembuatan jalur pemisah yang ditanami [[Arecaceae|pohon palm]], dan pembangunan air mancur pada ujung selatan jalan.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=20}}{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=30}}
 
Namun, setelah dipugar, kondisi lalu lintas di Malioboro malah memburuk. Jalur lambat yang berada di sisi timur, kini diperuntukkan untuk parkir saja. Alhasil, semua kendaraan lambat seperti [[Delman|andong]], [[becak]], dan sepeda, hanya mampu menggunakan jalur lambat di sisi barat saja, di mana mereka juga harus berebut ruang dengan para tukang becak yang sedang mangkal di sana. Kondisi jalur cepat juga menjadi terlalu padat karena sudah dipangkas untuk lahan parkir. Pelaksanaan pemugaran dinilai terburu-buru karena ingin mengejar penyambutan Konferensi PATA (Pacific Area Travel Association) yang akan diselenggarakan pada tahun 1974.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=21}}{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=30-31}}
 
Kontroversi lainnya berkaitan dengan perannya sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Loda (Lotto Daerah), semacam [[lotre]] yang berstatus legal, di [[Kota Yogyakarta]]. Loda kemudian dinyatakan terlarang sejak tanggal 5 Januari 1972 akibat banyaknya tindak kriminal yang terjadi karena hasilnyakarenanya. Pelarangan tersebut diinstruksikan oleh Wakil Gubernur DIY saat itu, [[Paku Alam VIII]]. Soedjono tunduk, tetapi mengusulkan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaan Loda "seperti di [[Monako]]". Akibatnya, dia mendapat kritik dari [[Pelajar Islam Indonesia|Pelajar Islam indonesia]] (PII). Delegasi PII mengirimkannyamengirimnya sejumlah "hadiah", seperti sebuah kaca mata plastik, sebuah obat telinga, sebuah obat sakit kepala, dan sebotol jamu kuat.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=30-31}} Pada masa jabatannya pula, anggota-anggota [[Buppenda]] (Badan Usaha Pembiayaan Pembangunan Daerah) Kota Yogyakarta diduga melakukan korupsi uang hasil lotre dalam skala besar.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=38-39}}
 
Soedjono juga terlibat konflik dengan pihak kraton karena telah menjual tanah-tanah sultan kepada warga kota secara sepihak, khususnya di kawasan sekitar [[Benteng Baluwerti|benteng keraton]] atau yang biasa disebut "tanah jagang". Hal ini ditentang keras oleh pihak kraton, sehingga mereka mengirimkan sepucukmelayangkan surat protes kepadanya. Soedjono kemudian mengundang Pengageng Wahono Sarto Kroto [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat]] untuk mendiskusikan masalah ini, tetapi undangan tersebut ditolak mentah-mentah.<ref>{{Cite journal|last=Warta Kampung|title=Melihat Kraton (Njêron Béténg) Dari Pinggiran|url=https://sanggaragam.org/wp-content/uploads/2021/05/WK-Edisi-No.-5-Mei-Juni-2001_compressed.pdf|journal=Warta Kampung|issue=5|pages=3-11}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Ekspres|date=1970|title=Pangeran jang Keheranan|url=https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&id=AHoaAQAAMAAJ&dq=%22Soedjono+AJ%22+tanah&focus=searchwithinvolume&q=%22Soedjono+AJ%22|journal=Ekspres|volume=1|issue=26-50|pages=15}}</ref> Dia digantikan oleh [[H. Ahmad]] sebagai wali kota pada bulan November 1975.
 
== Pasca wali kota ==
Baris 60 ⟶ 59:
 
== Akhir kehidupan ==
[[Berkas:Makam Soemiyati Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soemiyati, istri Soedjono AJ, di TMP 45 Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
Soedjono meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 1994 di usia 66 tahun. Ia dimakamkan di Taman Pejuang 45 di Desa [[Balecatur, Gamping, Sleman|Balecatur]], [[Gamping, Sleman|Kapanewon Gamping]], [[Kabupaten Sleman|Kabupaten Sleman.]]<ref>{{Cite news|last=Rahayu|first=Permata S|date=25 Februari 2020|title=Makam Wali Kota Samarinda Pertama Ternyata Ada di Yogyakarta|url=https://korankaltim.com/berita-terkini/read/28917/makam-wali-kota-samarinda-pertama-ternyata-ada-di-yogyakarta|work=Korankaltim.com|access-date=24 Juni 2024}}</ref> Dia meninggalkan seorang istri bernama Soemiyati yang juga dimakamkan di sana dan beberapa orang anak, salah satunya adalah sang sulung yang bernama Setia Budi.<ref>{{Cite news|last=Rahayu|first=Permata S|date=25 Februari 2020|title=Tak Hanya di Samarinda, Kapten Soedjono AJ Juga Wali Kota ke 3 Yogyakarta|url=https://korankaltim.com/berita-terkini/read/28923/tak-hanya-di-samarinda-kapten-soedjono-aj-juga-wali-kota-ke-3-yogyakarta?amp=1|work=Korankaltim.com|access-date=22 Juni 2024}}</ref>
 
== Penghargaan ==
Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan yang menjadi akses utama menuju [[Jembatan Achmad Amins]] (sebelumnya bernama Jembatan Mahkota II) yang terletak di Kelurahan [[Sungai Kapih, Sambutan, Samarinda|Sungai Kapih]], Kecamatan [[Sambutan, Samarinda|Sambutan]], Kota Samarinda.<ref>{{Cite news|title=Pemkot Laksanakan Gotong Royong Massal Sebagai Tahap Awal Normalisasi Anak Sungai Kapih|url=https://diskominfo.samarindakota.go.id/kabar-pemerintahan/pemkot-laksanakan-gotong-royong-massal-sebagai-tahap-awal-normalisasi-anak-sungai-kapih|work=Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Samarinda|access-date=24 Juni 2024}}</ref>
 
== Galeri ==
<gallery>
[[Berkas:Makam Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soedjono AJ di TMP 45, Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
[[Berkas:Makam Soemiyati Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soemiyati, istri Soedjono AJ, di TMP 45 Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
</gallery>
 
== Referensi ==
Baris 85 ⟶ 89:
 
{{Wali kota Samarinda}}
[[Kategori:Tokoh SamarindaTNI]]
 
[[Kategori:Tokoh Kalimantanmiliter Timur|NgoedioIndonesia]]
[[Kategori:Tokoh Samarinda]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:KelahiranTokoh 1928Jawa]]
[[Kategori:KematianTokoh 1994Kalimantan Timur|Ngoedio]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Samarinda]]
[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Wali Kota Yogyakarta]]
[[Kategori:Wali Kota Samarinda]]