Nurtanio Pringgoadisuryo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ kategori dipindahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(15 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = <small>[[Marsda|LaksamanaMarsekal Muda]] [[UdaraTNI]] ([[Anumerta]])</small>
|honorific-suffix =
|name = Nurtanio Pringgoadisuryo
|image = Nurtanio.jpg
|birth_date = {{Birth date|1923|12|3}}
|birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} [[Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]]
|death_date = {{Death date and age|1966|3|21|1923|12|3}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Bandung]], [[Jawa Barat]]
|allegiance = {{flag|[[Indonesia}}]]
|serviceyears =
|rank = [[Berkas:Pdu marsdatni komando.png|25px]] [[Marsekal Muda|Laksamana Muda]] [[UdaraTNI]]
|branch = [[Berkas:LambangInsignia TNIof AUthe Indonesian Air Force.pngsvg|25px]] [[TNI Angkatan Udara]]
|unit = [[Penerbang|Korps Penerbang]]
|awards =
Baris 28:
|religion =
}}
'''[[Marsda|Marsekal Muda]] [[UdaraTNI]] ([[Anumerta|Anm.]]) Nurtanio Pringgoadisuryo''' (dikenal juga dengan nama '''L.M.U Nurtanio''', '''LMU Nurtanio''')<ref name="nurtanio1">{{cite web|url=http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21117|title=Kekuatan Udara Nasional, Antara Fakta dan Khayalan|accessdate=24-02-2013|archive-date=2016-12-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220232143/http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21117|dead-url=yes}}</ref><ref name="nurtanio2">{{cite web|url=http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/388301/|title=Mengenang Nurtanio|accessdate=24-02-2013}}</ref><ref name="nurtanio3">{{cite web|url=http://web.tni.mil.id/view-2539-nurtanio-pendiri-industri-pesawat-terbang.html|title=NURTANIO, PENDIRI INDUSTRI PESAWAT TERBANG|accessdate=24-02-2013|archive-date=2013-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20130419124204/http://web.tni.mil.id/view-2539-nurtanio-pendiri-industri-pesawat-terbang.html|dead-url=yes}}</ref> ({{lahirmati|[[Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]]|3|12|1923|[[Bandung]]|21|3|1966}}) adalah sebagai [[Dirgantara Indonesia|perintis industri penerbangan]] Indonesia. Bersama [[Wiweko Soepono]], Nurtanio membuat pesawat layang [[Zogling NWG]] (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun [[1947]]. Ia membuat pesawat pertama ''all metal'' dan ''fighter'' Indonesia yang dinamai ''Sikumbang'', disusul dengan ''Kunang-kunang'' (mesin ''VW'') dan ''Belalang'', dan ''Gelatik'' (aslinya ''Wilga'') serta mempersiapkan produksi F-27.
 
Cita-citanya besar, keliling dunia dengan [[pesawat terbang]] buatan bangsanya. Untuk itu, disiapkanya pesawat ''Arev'' (''Api Revolusi''), dari bekas rongsokan [[Super Aero]] buatan [[Cekoslowakia]] yang tergeletak di [[Bandar Udara Kemayoran|Kemayoran]]. Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang IPT-Nusantara/IPTN/PT [[Dirgantara Indonesia]]). dan [[Universitas Nurtanio Bandung]]
 
Cita-cita dan keinginan serta kecintaannnya akan dunia kedirgantaraan sudah dia awali sejak masa [[Hindia Belanda]]. Nurtanio pada saat itu berlangganan majalah kedirgintaraan ''Vliegwereld'', dan menekuni masalah aerodinamika dan aeromodelling. Pada masa itu, Nurtanio sering mengadakan surat menyurat dan korespondensi dengan sesama pencinta Aeromodelling pada zaman Hindia Belanda. Di antaranya adalah [[Wiweko Soepono]] yang saat itu sudah mendirikan perkumpulan pencinta Aeromodelling serta berlangganan majalah Vliegwereld.
 
Kedua orang tua Nurtanio merupakan pendatang yang berasal dari [[Jawa Tengah]] yaitu, [[Semarang]] dan [[Kabupaten Karanganyar (Kebumen)|Karanganyar (Kebumen)]]. Nama Nurtanio sendiri berasal dari [[Bahasa Jawa]] yakni, “Nur” dan “Tanio” (Bahasa Jawa: bertanilah). Sang Ayah, Nugroho sebenarnya berharap ia kelak menjadi seorang petani yang sukses. Ia merupakan putra ketiga dari 12 bersaudara. Sejak kecil Nurtanio remaja yang bertubuh kurus dan sakit-sakitan sering menenggelamkan diri di tengah kesibukannya membuat pesawat-pesawat model di kamarnya. Tidak jarang ia harus dibujuk-bujuk dahulu jika waktu makan tiba.<ref name="Nurtanio Pringgoadisuryo, Perintis yang Kesepian">{{cite web|author=Julie Erikana|date=10 Mei 2016|title=Dilantik, Ade Yasin-Iwan Setiawan Resmi Pimpin Kabupaten Bogor|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/13305171/nurtanio-pringgoadisuryo-perintis-yang-kesepian#google_vignette|website=Berita Satu|access-date=4 Juni 2024}}</ref>
 
== Junior Aero Club ==
Baris 53 ⟶ 55:
Setelah pindah ke Maospati, Nurtanio berhasil membuat beberapa glider yang dinamakan NWG-1 (Nurtanio Wiweko Glider). Pesawat ini adalah pesawat satu-satunya buatan Indonesia dengan kandungan lokal hingga 100 persen hingga hari ini. Dibuat dari kayu jamuju yang dicari di daerah [[Tretes]] untuk mengganti kayu spruce, sayap dibalut dengan kain blaco pengganti kain linen dan kemudian diolesi bubur cingur pengganti thinner. Pesawat Glider ini kemudian digunakan untuk melatih kadet-kadet penerbang yang akan dikirim ke [[India]] guna pendidikan penerbang lebih lanjut.
 
Sekitar tahun 1948, Nurtanio dengan kedua rekan lainnya kemudian ditugaskan ke [[Manila]], [[Filipina]] untuk melanjutkan studi kedirgantaraannya di FEATI (Far Eastern Air Transport Incorporated ). Sebagai bekal hidup, Nurtanio membawa kerajinan [[perak]] Yogyakarta yang ternyata susah untuk dijual.
kemudian setelah selesaidi tugaskan ke manila,dia kembali ke indonesia.
 
Baris 68 ⟶ 70:
== Pesawat Gelatik dan merintis Aeroindustri ==
 
[[Berkas:Nurtanio Pringgoadisuryo 2003 Indonesia stamp.jpg|jmpl|Perangko [[Nurtanio Pringgoadisuryo]] keluaran tahun 2003]]
Pada masa Menteri Keamanan Nasional dijabat oleh Jenderal [[A.H. Nasution]] dan deputinya Jenderal [[Hidajat Martaatmadja]], Nurtanio memperoleh kredit dari [[Polandia]] sebesar 1,5 juta dollar Amerika Serikat untuk Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan AURI menjadi LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan yang merupakan cikal bakal IPTN nantinya). Caranya, dengan alih teknologi produksi melalui perakitan pesawat pertanian [[PZL-104 Wilga]] yang dinamai Gelatik oleh Presiden [[Soekarno]]. Dalam mengajukan proposalnya, Jenderal Nasution maupun Jenderal Hidayat sangat terkesan oleh sifat Nurtanio yang begitu realistis dan tidak muluk-muluk.
 
Baris 75 ⟶ 77:
Namun ketika usulan R.J Salatun berdasarkan pengalamannya pada tahun 1958 ketika ditawari Perdana Menteri [[RRC]], [[Chou-en Lai]] untuk memproduksi pesawat jet Type 56 (lisensi [[MiG-17]] versi China), Nurtanio berkata bahwa untuk proyek Gelatik yang begitu membumi saja dukungan dana dan pembiayaannya sudah tersendat-sendat. Ketika proyek Wilga/Gelatik berjalan, Nurtanio mengeluhkan kondisi sosial ekonomi para karyawannya yang membuat kaget orang Polandia. Sampai satu kali mereka perhatikan, kenapa semua karyawan meninggalkan pekerjaannya. Ternyata sedang mengantri minyak tanah.
 
Namun sejarah mencatat, bahwa SDM yang dididik di perakitan pesawat Gelatik berperan besar saat Lapip menjadi Lipnur (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) yang merupakan modal dasar IPTN pada tahap permulaan. Pada dasawarsa 70-an, Marsekal TNI (purn) [[Ashadi Tjahjadi]] ( mantan Kepala Staff Angkatan Udara/KSAU) melihat ''jig'' (cetakan untuk produksi) pesawat Gelatik yang ditelantarkan di udara terbuka di halaman Lipnur. Ashadi berniat memanfaatkan lagi untuk suatu usaha bagi para purnawirawan AURI (TNI-AU) berupa major overhaul pesawat -pesawat Gelatik. Alangkah mengecewakan ketika gagasan itu ditolak oleh [[B.J. Habibie]] dengan alasan itu termasuk aset perusahaan.
 
Selain kegiatannya di LAPIP, Nurtanio bersama staf dan penerbang AURI juga aktif dalam memantau kesiapan teknis armada-armada udara yang dimiliki AURI saat itu. Diantaranya adalah kelemahan pada pesawat tempur [[MiG-19 Farmer]] versi awal yang dioperasikan AURI yang selalu memberikan indikasi adanya kesalahan saat digunakan meski pesawat ini memberikan keselamatan dan keamanan dengan penggunaan mesin ganda. Setelah terjadi pembicaraan antara R.J Salatun, Nurtanio dan [[Leo Wattimena]] (salah seorang penerbang legendaris AURI selain [[Rusmin Nuryadin]]), kesalahan itu terletak pada tongkat kemudinya (''stick force'') yang selalu berubah-ubah (tidak stabil). Sebenarnya KSAU Suryadarma menolak menerima pesawat itu namun Deputi KSAU [[Uni Soviet]] Marsekal Rudenko dalam perundingan di [[Kremlin]] di mana R.J Salatun ikut hadir, mengancam bahwa dua skadron (sekitar 24 pesawat) pesawat tempur [[MiG-21 Fishbed]] tidak dapat diberikan kecuali Indonesia mau menerima 10 pesawat tempur MiG-19 Farmer. Pesawat MiG-19 ini kemudian pada awal [[orde baru]] dijual ke [[Pakistan]].
Baris 83 ⟶ 85:
Sekitar pertengahan tahun 1965, didirikan KOPELAPIP yang bertujuan membuat pesawat [[Fokker]] [[F -27]]. Pilihan atas F -27 dapat dimengerti, karena pasarnya besar meskipun pabrik Fokker rupa -rupanya menganggap bahwa pesawat itu sudah melewati puncak produksinya sehingga yakin akan mengalami penurunan. F-27 secara operasional merupakan pesawat yang handal, meskipun jika diperhatikan dari teknik produksi bagi industri penerbangan pemula semacam KOPELAPIP di Indonesia pada masa itu sangat terlalu maju yakni teknik pembuatannya tidak pakai paku keling tetapi dengan merekatkan lempengan-lempengan aluminium (''[[metal bonding]]'').
 
Proyek itu merupakan suatu langkah maju yang ambisius mengingat investasi di bidang industri penerbangan sangat minim. Pengambil keputusan yang tertinggi tidak ayal lagi tergiur oleh cara pendanaan proyek yang mengandalkan hasil ekspor komoditikomoditas lemah seperti [[kumis kucing]] atau [[kayu manis]].
 
KOPELAPIP dipimpin seorang menteri. Pengurusnya terdiri dari orang-orang yang (maaf), sebelumnya tidak pernah terdengar ada kaitannya dengan pembuatan pesawat terbang atau kedirgantaraan. Sahabatnya, R.J Salatun tidak tega menanyakan kepada Nurtanio tentang KOPELAPIP karena setelah berjerih-payah puluhan tahun dalam merintis industri kedirgantaraan di Indonesia dari nol, sekali tempo ada jabatan menteri, ternyata bukan diberikan kepadanya. Kemudian terdengar kabar bahwa bertentangan dengan gagasan semula tentang cara pendanaan dengan komoditikomoditas lemah, sang menteri minta izin ekspor [[minyak bumi]].
 
Akibat meletusnya [[G-30S/PKI]] dan pergantian pemerintahan, maka KOPELAPIP mengalami kegagalan. Bahkan kemudian hal itu membawa keuntungan bagi pabrik Fokker, larisnya [[pesawat]] [[turboprop]] Fokker F-27 yakni timbulnya krisis energi terutama minyak bumi akibat konflik di [[Timur Tengah]] karena pecahnya [[Perang Enam Hari]] dan [[Perang Yom Kippur]], yang membuat pasaran pesawat turboprop yang dikenal hemat bahan bakar melonjak disamping munculnya seorang salesman berbangsa Inggris yang ulung telah mendongkrak pemasaran pesawat F -27 hingga menjadi paling laris di antara produk-produk Fokker.
Baris 107 ⟶ 109:
 
== Anugerah Bapak Dirgantara Indonesia ==
[[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara]] (TNI AU) memberikan anugerah kepada Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ Habibie dan Alm LaksamanaMarsekal Muda (Anm.) Nurtanio sebagai Bapak Dirgantara Indonesia di Acara Resepsi HUT TNI AU ke-73 di Halim Perdanakusuma, Selasa 9 April 2019. Pemberian anugerah tersebut diberikan langsung oleh [[Panglima TNI]] [[Hadi Tjahjanto|Marsekal TNI Hadi Tjahjanto]] kepada BJ Habibie dan perwakilan keluarga Nurtanio.
 
Habibie merupakan The Founding Father bagi industri dirgantara nasional. [[B. J. Habibie|BJ Habibie]] yang menjadi Presiden Direktur Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Lalu perusahaan itu berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Lalu pada 2000, IPTN direstrukturisasi dan berganti nama menjadi Dirgantara Indonesia.<ref>[https://minanews.net/habibie-terima-anugerah-bapak-dirgantara-indonesia-di-hut-tni-au-ke-73/ "Habibie dan Nurtanio Terima Anugerah Bapak Dirgantara Indonesia"] </ref><ref>[https://batampos.co.id/2019/04/10/anugerah-bapak-dirgantara-untuk-habibie-dan-nurtanio/" Nurtanio Terima Anugerah Bapak Dirgantara Indonesia"] </ref>
 
== Referensi ==
Baris 118 ⟶ 120:
{{reflist}}
 
{{Authority control}}
{{tokoh-militer-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Pringgoadisuryo, Nurtanio}}
[[Kategori:TNI-AUTentara Nasional Indonesia Angkatan Udara]]
[[Kategori:Penerbang Indonesia]]
[[Kategori:Perintis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara]]