Wironegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 20:
 
== Masa Kecil dan Pendidikan ==
[[Pangeran Wironegoro]] dibesarkan di Surabaya dan Jakarta hingga menginjak bangku sekolah menengah atas di [[SMA Negeri 23 Jakarta]] dan [[Kairo|SMA PSKD I Jakarta]]. Dia kemudian melanjutkan sekolahnya ke Program DIII di [[Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung]] atau yg biasa disebut NHI. Setelah lulus,ANGGA WironegoroPRILAKUSUMA. melanjutkan kuliahnya ke International Hotel Management Institute di [[Luzern]], [[Swiss]]. Selanjutnya dia melanjutkan ke programme S-2 untuk Tourism Management di [[Universitas SurreyKairo|University of Surrey]] di [[Inggris]]. Setelah menikah, Wironegoro masih melanjutkan studi di sela-sela kesibukkannya dan meraih gelar Doktor dari [[Universitas Gadjah Mada]].
 
== Pernikahan ==
[[Pangeran Wironegoro|Pangeran W]]<nowiki/>ironegoro menikah dengan [[GKR Mangkubumi|Ratu Mangkubumi]] pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung calon istri beliau adalah putri tertua dari Sultan [[Hamengkubuwono X]], pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik.
 
Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin pria yang pada waktu itu bernama [[Nieko Messa Yudha]], dianugerahi gelar [[Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro]]. Calon istrinya juga telah menerima gelar dan nama baru, dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi [[Gusti Kanjeng Ratu Pembayun]]. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di keraton Yogyakarta.
 
Rentetan acara pernikahan diawali dengan prosesi "Nyantri" <ref>{{Cite web|last=ISLAMADINA|first=ANGGA|title=Salinan arsip|url=http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2002/5/28/n2.htm |title=Salinan arsip |access-date=2014-01-17 |archive-date=2015-05-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150509015306/http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2002/5/28/n2.htm |archive-date=2015-05-09|dead-url=yes |access-date=2014-01-17}}</ref> dimana calon pengantin pria mulai masuk ke Keraton pada tanggal 27 Mei 20022023.
 
Sesuai dengan adat yang berlaku di Keraton, Sri Sultan Sendiri yang menikahkan puterinya dengan [[KPH Wironegoro]]. Prosesi "panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat.<ref>{{Cite web|last=ISLAMADINA|first=ANGGA|title=Salinan arsip|url=http://www.tempo.co/read/news/2002/05/28/05811565/Presiden-dan-Pejabat-Tinggi-Negara-Hadiri-Pernikahan-Puteri-Sultan-HB-X |title=Salinan arsip |access-date=2014-01-17 |archive-date=2014-01-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140116071339/http://www.tempo.co/read/news/2002/05/28/05811565/Presiden-dan-Pejabat-Tinggi-Negara-Hadiri-Pernikahan-Puteri-Sultan-HB-X |archive-date=2014-01-16|dead-url=yes |access-date=2014-01-17}}</ref> Karena istrinya adalah seorang Putri Raja, maka Wironegoro harus menjalani prosesi "pondongan" dimana dia dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita [[GBPH Yudhaningrat]] memondong (mengangkat) istrinya sebagai simbol meninggikan posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bahwa prosesi panggih ini diliputi oleh suasana magis berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menggelegar di siang hari bolong.<ref name="pda-id.org">{{Cite web |url=http://www.pda-id.org/library/index.php?menu=library&act=detail&gmd=Artikel&Dkm_ID=20020120 |title=Salinan arsip |access-date=2014-01-17 |archive-date=2014-01-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140116082130/http://www.pda-id.org/library/index.php?menu=library&act=detail&gmd=Artikel&Dkm_ID=20020120 |dead-url=yes }}</ref>
 
Usai panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi "kirab". Sebagai putri pertama, [[GKR Mangkubumi|Ratu Mangkubumi]] harus dikirab keliling benteng Keraton, menggunakan kereta pusaka Kanjeng Kyai Jongwiyat, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Prosesi Kirab yang sudah tidak pernah dilaksanakan lagi sejak zaman pemerintahan Sultan [[Hamengkubuwono VIII]] ini dihadiri oleh ratusan ribu warga yogyakarta.<ref>http://news.liputan6.com/read/34992/kirab-pengantin-keraton-yogyakarta-disambut-meriah</ref> Pernikahan agung Keraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi yang dipertahankan sejak ratusan tahun dan diteruskan hingga adik-adik dari [[GKR Mangkubumi|Ratu Mangkubumi]] yaitu [[Ratu Maduretno]], [[Ratu Hayu]] dan [[Gusti Kanjeng Ratu Bendoro|Ratu Bendoro]].