|image =
|caption = Nyai Ahmad Dahlan
|birth_name = Siti Walidah
|birth_date = {{birth date|1872|1|3}}
|birth_place = [[Kauman, Yogyakarta|Kauman]], [[Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
|children = 6
}}
'''Nyai Ahmad Dahlan''' atau '''Siti Walidah''' ({{lahirmati|[[Kauman, Yogyakarta|Kauman]], [[Yogyakarta]]|3|1|1872|[[Kauman, Yogyakarta|Kauman]], [[Yogyakarta]]|31|5|1946|}}) adalah tokoh [[emansipasi]] [[perempuan]],. Ia merupakan [[istri]] dari pendiri [[organisasiAhmad Dahlan]] yang merupakan pendiri [[Muhammadiyahorganisasi]], [[Ahmad DahlanMuhammadiyah]] dan juga seorang [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]]. Siti Walidah dipanggil pula sebagai Nyai Ahmad Dahlan.
== Biografi ==
=== Masa muda ===
NyaiSiti AhmadWalidah Dahlandilahirkan lahirpada dengantahun nama Siti Walidah1872 di [[Kauman]], [[Yogyakarta]], pada tahun 1872. Ia adalah putri dari Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang [[ulama]] dan [[bangsawan]] dari [[Kesultanan Yogyakarta]]; bernama Kyai Haji Muhammad Fadli.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} yangLingkungan menjadi daerah ber[[tempat tinggal]] dari Siti Walidah dihuni oleh para tokoh agama dari [[keraton]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=42}} Dia ber[[sekolah]] di [[rumah]], diajarkan berbagai aspek tentang [[Islam]], termasuk [[bahasa Arab]] dan Al-Qur'an. Dia membaca Al-Qur'an dalam [[abjad Jawi|naskah Jawi]].{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}}
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah menikah dengan [[sepupu]]<nowiki/>nya, yakni [[Ahmad Dahlan]].{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Saat Ahmad Dahlan sedang sibuk-sibuknya mengembangkan [[Muhammadiyah]] saat itu, NyaiSiti Walidah mengikuti suaminya dalam perjalanannya.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}} Namun, karena beberapa dari pandangan Ahmad Dahlan tentang Islam dianggap [[Radikalisme|radikal]], pasangan ini kerap kali menerima ancaman. Misalnya, sebelum perjalanan yang dijadwalkan ke [[Kabupaten Banyuwangi]], [[Jawa Timur]] mereka menerima ancaman [[pembunuhan]] dari kaum konservatif di sana.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=189}}
=== Sopo Tresno dan Aisyiyah ===
Pada tahun 1914, iaSiti Walidah mendirikan [[Sopo Tresno]],. diaSiti danWalidah suaminyabersama Ahmad Dahlan bergantian memimpin kelompok tersebut dalam membaca Al-Qur'an dan mendiskusikan maknanya.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} SegeraSiti iaWalidah mulai berfokus pada [[ayat]]-ayat Al-Qur'an yang membahas [[wanita dalam Islam|isu-isu perempuan]].{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Dengan mengajarkan [[membaca]] dan [[menulis]] melalui Sopo Tresno, pasangan ini memperlambat [[kristenisasi]] di [[Jawa]] melalui sekolah yang disponsorididukung oleh [[pemerintah]] [[Hindia Belanda]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=50}}
Bersama suami dan beberapa pemimpin Muhammadiyah lainnya, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah membahas peresmian Sopo Tresno sebagai kelompok perempuan.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Menolak [[proposal]] pertama, [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], mereka memutuskan mengganti nama menjadi [[Aisyiyah]], berasal dari nama istri [[Nabi Muhammad]], yakni [[Aisyah]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=50}} Kelompok baru ini, diresmikan pada tanggal 22 April 1917, dengan NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah sebagai kepalaketuanya.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Lima tahun kemudian organisasi ini menjadi bagian dari Muhammadiyah.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}
Melalui Aisyiyah, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah mendirikan sekolah-sekolah putri dan [[asrama]], serta keaksaraan dan program [[pendidikan Islam]] bagi perempuan,.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Dia juga berkhotbahber[[Khotbah (Islam)|khotbah]] menentang [[kawin paksa]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=47}} Dia juga mengunjungi cabang-cabang di seluruh Jawa.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Berbeda dengan tradisi masyarakat [[Suku Jawa|Jawa]] yang [[patriarki]], NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah berpendapat bahwa perempuan dimaksudkan untuk menjadi mitra suami mereka.{{sfn|Wahyudi|2002|p=47}} Sekolah Aisyiyah dipengaruhi oleh [[ideologi]] pendidikan Ahmad Dahlan yakni Catur Pusat: pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat-[[tempat ibadah]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=53}}
=== Kepemimpinan dan kehidupan selanjutnya ===
Setelah Ahmad Dahlan meninggal dunia pada 1923, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah terus aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah.{{sfn|Komandoko|2006|p=244}} Pada tahun 1926, dia memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di [[Kota Surabaya]]. Dia adalah wanita pertama yang memimpin konferensi seperti itu.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Sebagai hasil dari liputan luas [[media massa]] di koran-koran seperti [[Pewarta Soerabaia]] dan [[Sin Tit Po]], banyak perempuan terpengaruh untuk bergabung ke dalam Aisyiyah, sementara cabang-cabang lainnya dibuka di pulau-pulau lain di [[Nusantara]].{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah terus memimpin Aisyiyah sampai tahun 1934.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=191}} Selama masa [[PendudukanSejarah Jepang diNusantara Indonesia(1942–1945)|pendudukan Jepang di Indonesia]], Aisyiyah dilarang oleh Militer[[militer]] [[Jepang]] di Jawa dan [[Pulau Madura]] pada 10 September 1943, dia kemudian bekerja di sekolah-sekolah dan berjuang untuk menjaga siswa dari paksaaanpaksaan untuk menyembah [[matahari]] dan menyanyikan [[lagu]]-lagu Jepang.{{sfn|Wahyudi|2002|p=59}} Selama masa [[Revolusi Nasional Indonesia]], dia memasak sup dari rumahnya bagi para tentara{{sfn|Sudarmanto|1996|p=191}}{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=134}} dan mempromosikan dinas militer di antara mantan murid-muridnya.{{sfn|Wahyudi|2002|p=60}} Dia juga berpartisipasi dalam [[diskusi]] tentang [[perang]] bersama Jenderal [[SudirmanSoedirman]] dan [[Presiden Indonesia]], [[SukarnoSoekarno]].{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=134}}
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah meninggal pada pukul 01:00 siang pada tanggal 31 Mei 1946 dan dimakamkan di belakang [[Masjid Gedhe Kauman]], Yogyakarta empat [[jam]] kemudian.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}{{sfn|Wahyudi|2002|p=46}} [[Daftar Menteri Sekretaris Negara Indonesia|Sekretaris Negara]], [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo]] dan [[Daftar Menteri Agama Indonesia|Menteri Agama]], [[Mohammad Rasjidi]] mewakili pemerintah pada saat pemakamannya.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}{{sfn|Wahyudi|2002|p=46}}
== Warisan ==
Pada 10 November 1971, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah dinyatakan sebagai salah satu [[PahlawanDaftar pahlawan Nasionalnasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] oleh [[Presiden Indonesia]] kedua, [[SuhartoSoeharto]]. Ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 42/TK Tahun 1971;{{sfn|Wahyudi|2002|p=61}} Ahmad Dahlan telah diangkat sebagai Pahlawansalah Nasionalsatu pahlawan nasional Indonesia sepuluh tahun sebelumnya.{{sfn|Komandoko|2006|p=37}} Penghargaan tersebut diterima oleh cucunya, M. Wardan.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Dia telah dibandingkan dengan pembela hak perempuan, [[Kartini]] dan gerilyawan, [[Cut Nyak Dhien]] dan [[Cut Nyak Meutia]].{{sfn|Wahyudi|2002|p=39}}
Dalam film ''[[Sang Pencerah]]'' yang dirilis pada tahun 2010 dan disutradarai oleh [[Hanung Bramantyo]], NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah diperankan oleh [[Zaskia Adya Mecca]] sementara Ahmad Dahlan diperankan oleh [[Lukman Sardi]].{{sfn|Kurniasari 2010, Zaskia Adya Mecca}}
Kemudian pada tahun 2017, kisah hidup NyaiSiti Ahamd DahlanWalidah diangkat ke film ''[[Nyai Ahmad Dahlan (film)|Nyai Ahmad Dahlan]]''. Dalam film yang disutradarai oleh Olla Atta Adonara tersebut, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah diperankan oleh [[Tika Bravani]] sementara Ahmad Dahlan diperankan oleh [[David Chalik]] .
== Kehidupan pribadi ==
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah memiliki enam orang [[anak]] dengan Ahmad Dahlan.{{sfn|Komandoko|2006|p=244}}
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Sang Pencerah]]'' (2010), Siti Walidah diperankan oleh [[Zaskia Adya Mecca]].
* Dalam film ''[[Nyai Ahmad Dahlan (film)|Nyai Ahmad Dahlan]]'' (2017), Siti Walidah diperankan oleh [[Tika Bravani]].
== Rujukan ==
* {{Cite journal|last=Depari|first=Catharina Dwi Astuti|year=2012|title=Transformasi Ruang Kampung Kauman Yogyakarta Sebagai Produk Sinkretisme Budaya|url=https://ojs.uajy.ac.id/index.php/komposisi/article/view/1044|journal=Jurnal Arsitektur Komposisi|volume=10|issue=1|pages=|doi=|issn=1411-6618|ref={{sfnref|Depari|2012}}}}
* {{Cite journal|last=Rohman|first=Fandy Aprianto|year=2019|title=K.H. Sangidu, Penghulu Penemu Nama Muhammadiyah|url=https://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/155|journal=Jurnal Patra Widya|volume=20|issue=2|pages=|doi=|issn=2598-4209|ref={{sfnref|Rohman|2019}}|access-date=2021-01-11|archive-date=2021-01-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210113125838/https://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/155|dead-url=yes}}
* {{Cite journal|last=Seniwati|first=|last2=Lestari|first2=Tuti Dwi|date=|year=2019|title=Sikap Hidup Wanita Muslim Kauman: Kajian Peranan Aisyiyah dalam Kebangkitan Wanita di Yogyakarta Tahun 1914–1928|url=https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/11|journal=Jurnal Walasuji|volume=10|issue=2|pages=|doi=|issn=2502-2229|ref={{sfnref|Seniwati|Lestari|2019}}|access-date=2021-01-11|archive-date=2020-12-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20201216190043/https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/11|dead-url=yes}}
'''Lainnya'''
* {{Cite book|title=Sang Pencerah: Novelisasi Kehidupan K.H. Ahmad Dahlan dan Perjuangannya Mendirikan Muhammadiyah|last=Basral|first=Akmal Nasery|publisher=Mizan Pustaka|year=2010|isbn=978-797-4335-96-3|location=Bandung|page=|ref={{sfnref|Basral|2010}}}}
{{refend}}
{{Pahlawan Indonesia}}
[[Kategori:Kelahiran 1872]]
[[Kategori:Kematian 1946]]
|