Aksara Sunda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Artikel Utama -> "Main" | t=114 su=4 in=4 at=4 -- only 1 edits left of totally 6 possible edits | edr=010-0001(!!!) ovr=010-1111 aft=010-0001 |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 15:
|sample_desc= Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|altname={{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ}}|caption=Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.}}
'''Aksara Sunda Baku''' ({{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ}})
== Sejarah ==
Baris 22:
Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah [[Sunda]] telah diketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar dibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. <ref name=":1">{{Cite web|title=Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah|url=http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|website=m.caping.co.id|language=en|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116084646/http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|dead-url=no}}</ref>
Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram Islam ke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul ([[Abjad Pegon|pegon]]) dan aksara jawa modifikasi ([[cacarakan]]) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-05|title=Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163114/https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|dead-url=no}}</ref> Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.<ref name=":0" />
Pada akhir Abad ke-19 sampai pertengahan Abad ke-20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputera (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad ke-20 mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.<ref name=":1" />
Baris 33:
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut. Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda.<ref>{{Cite web|last=online|first=inilah|date=2018-07-11|title=Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda|url=https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|website=Inilah Online|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116131348/https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|dead-url=no}}</ref>
Dinas Pendidikan Nasional [[Lampung|Provinsi Lampung]] dan [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]] telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.<ref>{{Cite web|last=Hanan|first=Shofira|date=2017-02-24|title=Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|website=www.pikiran-rakyat.com|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116091925/https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|dead-url=no}}</ref>
Hampir seluruh papan nama jalan di [[Kota Bogor]] dan [[Kota Bandung]] juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|title=Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda|date=2012-11-13|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-07-14|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125949/http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|title=Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=dra|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125953/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|title=Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=Abdussalam|first=Muhamad Syarif|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125948/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|dead-url=no}}</ref>
Baris 290:
* Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200807221159/http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf |date=2020-08-07 }}. September 5th, 2009.</ref>
=== Penggunaan
Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan ''pamaéh'', atau (2) menggunakan ''pasangan''.
|