Kerajaan Mempawah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Perbaikan kesalahan pengetikan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(43 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| native_name = کراجاءن ممڤاوه
| conventional_long_name = Kerajaan Mempawah
| common_name = Kerajaan Mempawah
| continent = Asia
|
| country = [[Indonesia]]
| image_flag = File:Bendera Kerajaan Mempawah.png
| image_coat = Logo mempawah.png
| symbol_type =
| p1
| p2
| s1
| s2
| flag_p1 =
| flag_p2 =
| flag_s1 =
| year_start = 1740
| year_end =
| date_start =
| date_end =
|
| date_event1 = 1944
| event_start = Berkembangnya Islam
| event_end = Pembubaran Daerah Istimewa Kalimantan Barat
| image_map = Kraton.jpg
| image_map_caption = Istana Amantubillah di [[Mempawah]]
| capital = [[Mempawah]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]] (
| religion = Dari [[Hindu]] berpindah ke [[Islam]]
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Panembahan
| leader1 = Pangeran Mas Surya Negara
| year_leader1 = 1740–1761
| leader2 = Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin
| year_leader2 =
| leader3 =
| year_leader3 =
|
|
| currency =
| footnotes =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kerajaan Panembahan Mempawah''' adalah sebuah kerajaan Islam yang saat ini menjadi wilayah [[Kabupaten Mempawah]], [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]].<ref name="melayu Online"/> Nama Mempawah diambil dari istilah "Mempauh", yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai yang kemudian juga dikenal dengan nama [[Sungai Mempawah]].<ref name="Lontaan"/> Pada perkembangannya, Mempawah menjadi lekat sebagai nama salah satu kerajaan/kesultanan yang berkembang di [[Kalimantan Barat]].<ref name="melayu Online"/> Riwayat pemerintahan
== Mempawah pada Masa Kerajaan Dayak
Cikal-bakal
Eksistensi [[Kerajaan Sidiniang]] tidak lepas dari ancaman.<ref name="Lontaan"/> Salah satunya adalah serangan dari [[Kerajaan Suku Biaju]].<ref name="Lontaan"/> Dalam pertempuran yang terjadi pada sekitar tahun [[1400]] M itu, terjadilah perang penggal kepala atau perang kayau-mengayau yang mengakibatkan gugurnya [[Patih Gumantar]].<ref name="Lontaan"/> Dengan gugurnya [[Patih Gumantar]], riwayat [[Kerajaan Sidiniang]] pun berakhir.<ref name="melayu Online"/> Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa kedudukan [[Patih Gumantar]] diteruskan oleh puteranya yang bernama [[Patih Nyabakng]].<ref name="melayu Online"/> Namun, masa pemerintahan [[Patih Nyabakng]] tidak bertahan lama karena [[Kerajaan Sidiniang]] terlibat perselisihan dengan [[Kerajaan Lara]] yang berpusat di [[Sungai Raya Negeri Sambas]].<ref name="melayu Online"/> Selepas kepemimpinan [[Patih Nyabakng]], riwayat [[Kerajaan Sidiniang]] belum terlacak lagi.<ref name="Umberan"/>
Dua ratus tahun kemudian, atau sekitar tahun [[1610]] M, berdirilah pemerintahan baru
Pada sekitar tahun 1680 M, [[Raja Kudung]] mangkat dan dimakamkan di Pekana.<ref name="Umberan"/> Penerus
== Mempawah pada Masa Kesultanan Islam ==
[[Opu Daeng Menambun]] berasal dari [[Kesultanan Luwu]] [[Bugis]] di [[Sulawesi Selatan]].<ref name="Raja Ali Haji"/> Ayah [[Opu Daeng Menambun]], bernama [[Opu Tendriburang Dilaga]], yang melakukan perjalanan dari Sulawesi ke negeri-negeri di tanah Melayu.<ref name="Raja Ali Haji"/> [[Opu Tendriburang Dilaga]] adalah putera dari [[Opu La Maddusilat]], Raja Bugis pertama yang memeluk [[Islam]].<ref name="Raja Ali Haji">Raja Ali Haji, 2002. Tuhfat AI-Nafis: Sejarah Riau-Lingga dan daerah takluknya 1699-1864. Tanjungpinang: Yayasan Khazanah Melayu.</ref> [[Opu Tendriburang Dilaga]] mempunyai lima orang putera yang diajak berkelana ke tanah Melayu.<ref name="Gusti Mhd Mulia"/> Kelima anak [[Opu Tendriburang Dilaga]] itu adalah [[Opu Daeng Menambun]], Opu Daeng Perani, Opu [[Daeng
Kedatangan [[Opu Daeng Menambun]] ke Kalimantan sebenamya atas permintaan Sultan Matan (Tanjungpura), yakni [[Sultan Muhammad Zainuddin]] ([[1665]]-[[1724]] M), untuk merebut kembali tahta [[Kesultanan Matan]] yang diambil-paksa oleh Pangeran Agung, saudara [[Sultan Muhammad Zainuddin]].<ref name="Umberan"/> [[Opu Daeng Menambun]] bersaudara, yang saat itu sedang berada di [[Kesultanan Johor]] untuk membantu memadamkan pergolakan di sana, segera berangkat ke Tanjungpura.<ref name="Gusti Mhd Mulia"/> Atas bantuan [[Opu Daeng Menambun]] bersaudara, tahta [[Sultan Muhammad Zainuddin]] dapat diselamatkan.<ref name="Gusti Mhd Mulia">Gusti Mhd Mulia (ed.), 2007. Sekilas menapak langkah Kerajaan Tanjungpura. Pontianak: Tanpa Penerbit.</ref> [[Opu Daeng Menambun]] kemudian dinikahkan dengan Ratu Kesumba, puteri [[Sultan Muhammad Zainuddin]].<ref name="Umberan"/> Tidak lama kemudian, [[Opu Daeng Menambun]] bersaudara kembali ke [[Kesultanan Johor]].<ref name="Umberan"/>
Baris 93:
Setelah [[Gusti Amin]] wafat pada tahun [[1839]], [[Belanda]] menobatkan Gusti Mukmin menjadi Sultan Mempawah dengan gelar [[Panembahan Mukmin Nata Jaya Kusuma]].<ref name="Lontaan"/> Selanjutnya, pada tahun [[1858]], [[Belanda]] menabalkan [[Gusti Makhmud]] sebagai Sultan Mempawah dengan gelar [[Panembahan Muda Makhmud Alauddin]].<ref name="Lontaan"/> Pada tahun [[1858]] itu telah diangkat pula Gusti Usman sebagai Sultan Mempawah.<ref name="Lontaan"/> Dari tulisan itu, dimungkinkan [[Gusti Makhmud]] wafat tidak lama setelah dinobatkan. Gusti Usman, anak Gusti Mukmin, diangkat menjadi Sultan Mempawah untuk sementara.<ref name="Erwin Rizal"/> Kemungkinan tersebut mendekati kebenaran karena ketika Gusti Usman meninggal dunia pada tahun [[1872]], yang diangkat sebagai Sultan Mempawah adalah [[Gusti Ibrahim]] gelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin yang tidak lain adalah putera [[Gusti Makhmud]].<ref name="Erwin Rizal"/>
Ketika [[Gusti Ibrahim]] mangkat pada tahun [[1892]], sang putera mahkota, [[Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin]], dinilai belum cukup umur untuk diangkat sebagai penggantinya.<ref name="Johan Wahyudi"/> Oleh karena itu, yang dinobatkan selaku pemangku adat Kesultanan Mempawah untuk sementara adalah Gusti Intan, kakak perempuan [[Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin]].<ref name="Johan Wahyudi">Johan Wahyudi, “Berdirinya Kerajaan Amantubillah Mempawah", dalam Borneo Tribune, Desember 2007.</ref> [[Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin]] sendiri baru naik tahta pada tahun [[1902]].<ref name="Lontaan"/> Sultan ini membangun [[Amantubillah|Istana Amantubillah]] Wa Rusuli Allah di Pulau Pedalaman pada tahun [[1922]].<ref name="Lontaan"/> Pemerintahan [[Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin]] masih berlangsung hingga kedatangan [[Jepang]] di Indonesia pada tahun [[1942]].<ref name="Lontaan">J.U. Lontaan, 1975. Sejarah-hukum adat dan adat istiadat Kalimantan-Barat. Kalbar: Pemda Tingkat I Kalimantan Barat.</ref>
Kedatangan [[Jepang]] menimbulkan tragedi bagi kerajaan-kerajaan di [[Kalimantan Barat]], termasuk Kesultanan Mempawah.<ref name="Lontaan"/> Pada tahun [[1944]], [[Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin]] ditawan tentara [[Jepang]] hingga akhir hayatnya. Hingga kini, jasad ataupun makam [[Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin]] belum ditemukan.<ref name="Lontaan"/> Karena putera mahkota, [[Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim]], belum dewasa, maka [[Jepang]] mengangkat Gusti Mustaan selaku Wakil Panembahan Kesultanan Mempawah yang menjabat hingga tahun [[1955]].<ref name="Umberan"/> Namun, waktu itu [[Gusti Jimmi Muhammad Ibrahim]] tidak bersedia dinobatkan menjadi Sultan Mempawah karena masih ingin menyelesaikan pendidikannya di [[Yogyakarta]].<ref name="Umberan"/> Oleh karena itu, yang dianggap sebagai Sultan Mempawah terakhir adalah [[Sultan Muhammad Thaufiq Accamuddin]].<ref name="Umberan"/>
Baris 116:
# Syarif Hussein (1808–1820)
# Gusti Jati bergelar Sri Paduka Muhammad Zainal Abidin (1820–1831)
# Gusti
# Gusti Mukmin bergelar Panembahan Mukmin Nata Jaya Kusuma (1839–1858),
# Gusti Makhmud bergelar Panembahan Muda Makhmud Alauddin (1858)
# Gusti Usman bergelar Panembahan Usman (1858–1872)
# Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin (1872–1892)
# Gusti Intan bergelar Ratu Permaisuri (1892–1902)
# Gusti Muhammad Thaufiq Accamuddin (1902–1944)<ref name="Almanak 1905>{{cite book
| lang= nl
| pages= 288
| url= https://books.google.co.id/books?id=MDBBAQAAMAAJ&q=Pangeran-Ratoe-Anom-Kasoema-Joeda&dq=Pangeran-Ratoe-Anom-Kasoema-Joeda&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjgpK_j28HqAhWg7HMBHccSDRIQ6AEwAHoECAMQAg
# Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim bergelar Panembahan XIII (2002–sekarang)▼
| title= Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië 1898, Tweede Gezeelte: Kalender en Personalia
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1905
| volume=
| edition= 2
}}</ref>
#Pangeran Wira Negara (1943-1946)
#Panembahan Muda Gusti Mustaaan (1946-1956),Pendukung berdirinya negara Republik Indonesia
▲#Pemangku Adat, Gusti Mardan bergelar Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim
#Pemangku Adat ,Tengku Pangeran Abdullah Ali Chandrarupa Wibowo bergelar Raja Muda Arya Mamangkunegara (2014-sekarang)
#Pemangku Adat, Ratu Arini Mariam bergelar Ratu Kencana Wangsa (2002-sekarang)
#Pemangku Adat ,PRA Herri Kusuma bergelar Prabu Anom (2013-sekarang)
#Pemangku Adat , Gusti Dzulkarnaen bergelar Pangeran Pemangku Adat (2002-sekarang)
== Wilayah Kekuasaan ==
Sepanjang riwayat sejarahnya, baik ketika masih berwujud kerajaan [[Suku Dayak]] maupun kesultanan bercorak [[Islam]], pusat pemerintahan Kerajaan/Kesultanan Mempawah telah mengalami beberapa kali perpindahan tempat.<ref name="melayu Online"/> Daerah-daerah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan/Kesultanan Mempawah tersebut berada di wilayah [[Mempawah Hulu]] atau [[Mempawah Hilir]] yang kini termasuk ke dalam wilayah Provinsi [[Kalimantan Barat]].<ref name="melayu Online"/> Beberapa tempat yang pemah menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Mempawah tersebut antara lain [[Bahana]], [[Sidiniang]] ([[Sangking]]), [[Pekana]] (Karangan), [[Senggaok]], [[Sebukit Rama]], [[Kuala Mempawah]] (Galah Herang), [[Sunga]], dan [[Pulau Pedalaman]].<ref name="melayu Online">[http://melayuonline.com/ind/history/dig/422/kesultanan-mempawah kesultanan mempawah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150328221655/http://melayuonline.com/ind/history/dig/422/kesultanan-mempawah |date=2015-03-28 }} diakses 30 Maret 2015</ref>
== Referensi ==
|