Sampoerna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Anggota keluarga: Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
|||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 31:
Setelah beberapa saat bekerja di kereta, Liem Seeng Tee mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan rokok di [[Lamongan]] yang berjarak sekitar 46 km dari kota Surabaya.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Meskipun jauh, ia memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini karena upahnya yang menarik.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Setelah enam bulan bekerja dan dengan uang tabungannya ia menyewa kios kecil di Jalan Cantian Pojok, Surabaya.<ref name="HOS" /> Di sini ia menjual berbagai keperluan pokok, termasuk rokok.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Selain itu, untuk menambah pemasukan, ia juga berkeliling berjualan rokok ke pengecer dan grosir dengan menggunakan sepeda.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Pada tahun 1913, ia mendirikan badan usaha dengan nama ''Handel Maatschappij Liem Seeng Tee''.{{sfn|Gessler|2007|p=23}}
Pada tahun 1914, dilakukan pembangunan jembatan baru dan karenanya arus lalu lintas diarahkan melalui jalan di depan toko Liem Seeng Tee.<ref name="HOS" /> Karenanya, pembeli menjadi berlimpah dan bisnis Seeng Tee tumbuh dengan cepat.{{sfn|Gessler|2007|p=24}} Pada tahun
Tak lama setelah rumahnya terbakar, Seeng Tee mendapatkan kabar bahwa ada sebuah perusahaan pedagang rokok yang bangkrut dan terpaksa menjual berbagai jenis rokok. Dengan bantuan tabungan dari istrinya, Liem Seeng Tee membeli aset-aset perusahaan tersebut. Setelah melakukan pembelian ini, usahanya berkembang makin pesat. Toko Seeng Tee disukai karena campuran tembakaunya yang khas dan bisa disesuaikan dengan keinginan pembelinya.
Baris 52:
=== Perang dan kemerdekaan (1942 - 1949) ===
Ketika mendengar tentara Jepang sudah memasuki wilayah Wonokromo, Liem Seeng Tee membuka pintu koperasi dan ruang persediaan sehingga karyawannya bisa mengambil semua yang ada di sana - ia memilih memberikannya kepada tetangga dan karyawan alih-alih dirampas tentara Jepang. Sekitar enam jam setelah Belanda menyerah di Wonokromo, pasukan Jepang datang ke Taman Sampoerna. Seeng Tee kemudian ditahan dan pada saat yang sama, Tjiang Nio ditodong dan dipaksa membuka brankas dan penyimpanan harta keluarga. Namun sebelum pergi, seorang perwira Jepang menceritakan bahwa ia pun memiliki istri dan tiga anak yang menunggunya di rumah. Tak tega melihat anak-anak Seeng Tee dan Tjiang Nio menderita, perwira Jepang tersebut memberikan empat buah perhiasan untuk dijual.
Di penjara Koblen, Surabaya, Liem Seeng Tee dituduh membantu Tiongkok dalam perang melawan Jepang dengan mengirimkan dana ke sana. Seeng Tee menolak tuduhan ini, tetapi ia tetap dikirim ke kamp konsentrasi di wilayah Ngawi
Meski berpindah-pindah, sebagian besar masa penahanan Seeng Tee dihabiskan di penjara Cimahi. Berkat kontak personal yang dimiliki, keluarga Liem Seeng Tee bisa mengirimkan barang-barang seperti surat, makanan kaleng, dan rokok untuk Seeng Tee di penjara. Di penjara ini, Liem Seeng Tee yang ketika itu bisa berbicara dalam bahasa Mandarin, Hokkien, Jawa, Belanda, dan Indonesia, mempelajari cara menulis huruf Tiongkok dari sesama tahanan. Tak beberapa lama, anak Liem Seeng Tee juga ikut ditahan Jepang - Swie Hwa dipenjara selama sembilan bulan karena melakukan bisnis rokok sementara Swie Ling ditahan atas tuduhan menjadi mata-mata Belanda.
Baris 79:
== Perusahaan keluarga Sampoerna ==
* [[Sampoerna Strategic Group]] (saat ini)
* [[Gulf Air|Gulf Air Indonesia]] (saat ini)
* [[AT&T|AT&T Indonesia]] (saat ini)
* [[HM Sampoerna]] (1913-2005)
|