Johanna Petronella Mossel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jovan Kevin (bicara | kontrib) Penambahan pranala Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler |
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Belanda-Indonesia menjadi Tokoh Indonesia keturunan Belanda |
||
(16 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Image=berkas:Johanna_Petronella_Mossel.jpg
|birth_date= {{birth date|1904|04|3|mf=y}}
|birth_place= {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
|occupation=[[Guru]], [[Aktivis]], [[Penulis]]|religion= [[Yahudi]]|nationality={{flagicon|Indonesia}}|spouse=[[Ernest Douwes Dekker]]<br />Djafar Kartodiredjo|
|death_date= {{
Sebagai seorang guru (mendapat ijazah guru Eropa tahun 1924), sejak 1925 ia menjadi pengajar dan asisten administrasi [[Ksatrian Instituut]], suatu lembaga pendidikan binaan Ernest Douwes Dekker yang berdiri di Bandung. Keduanya berkenalan di sini dan pada tahun 1926 (22 September) mereka menikah. Dari pernikahan ini tidak ada keturunan.
Bersama suaminya, Douwes Dekker, mereka memiliki inisiatif untuk mengembangkan kesadaran pendidikan. Johanna, yang pernah menjadi guru di sekolah MULO Institut Ksatrian, berpendapat sekolahnya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap kebutuhan pendidikan untuk anak-anak pribumi Indonesia. Akhirnya, mereka berdua, pada tahun 1932 mendirikan sekolah bernama Sekolah Menengah Dagang (Nasionaal Handels Collegium). Namun, nama itu membawa malapetaka. Pihak pemerintah Belanda melarang mereka menggunakan nama itu.
Baris 14:
Meskipun, dalam merintis sekolahnya itu banyak kendala dan cobaan, seperti pembakaran atau pemusnahan buku-buku yang dilakukan pemerintah Belanda, Johanna tidak patah semangat. Ia justru semakin kuat untuk mendidik para siswanya.
Dalam perjalanannya sebagai guru, ia telah mampu memberikan pelayanan pemeriksaan dokter pada siswanya secara gratis, pelajaran formal yang harus ditempuh di sekolah dan fasilitas pengobatannya itu diberikan secara cuma-cuma. Merasa tak cukup, ia dan suaminya memberikan pelajaran ekstrakurikuler pada sore harinya, dan oleh bekas murid-muridnya, guru Johanna dikenang sebagai guru yang rewel dan keras sekali dalam menegakkan disiplin serta sopan santun pada anak didiknya. Ia pun mengajar tanpa imbalan honorarium.
Sewaktu Douwes Dekker dibuang ke [[Suriname]] (1941), Johanna ditinggal dan disarankan oleh Douwes Dkker untuk berlindung pada Djafar Kartodiredjo, seorang guru Ksatrian Instituut pula, agar tidak ditangkap oleh tentara Jepang. Namun keduanya kemudian menikah 1942, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan Douwes Dekker.[http://m.kompasiana.com/ibuseno/nyadran-bertemu-makam-istri-douwes-dekker-di-utoro-loyo_552ff9896ea834f5798b4577]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
Pada masa pendudukan Jepang, Johanna tidak menjadi incaran [[Jepang]] karena namanya dekat dengan Douwes Dekker, yang dikenal baik oleh kalangan orang Jepang.
Baris 24:
[https://www.google.com/amp/s/budiawandwisantoso.wordpress.com/2016/03/08/johanna/amp/]
{{reflist}}
{{lifetime|1904|
{{indo-bio-stub}}▼
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Yahudi-Indonesia]]
[[Kategori:
|