Ernst Utrecht: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Belanda-Indonesia menjadi Tokoh Indonesia keturunan Belanda
 
(43 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5:
|caption = Ernst Utrecht (foto tahun 1982)
|birth_name =
|birth_date = {{birth date |19201922|10|30}}
|birth_place = {{flagicon| Hindia Belanda}} [[Berkas:Coat of Arms of Surabaya (1931).svg|20px]] [[Surabaya]] , [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1987|09|04|1922|10|30|df=y}}
|death_place = {{flagicon| Belanda}} [[FileBerkas:Wapen_van_Amsterdam.svg|20px]] [[Amsterdam]], [[Belanda]]
|resting_place =
|nationality = {{flagicon| Hindia Belanda}} [[Hindia Belanda]] (1922-1952) <br/> {{flagicon| Indonesia}} [[Indonesia]] (1952-1969) <br/> {{flagicon| Belanda}} [[Belanda]] (1969-1987)
|other_names =
|known_for = Anggota [[Konstituante]] <br/> Dekan Fakultas Hukum [[Universitas Jember]] <br/> Dekan Fakultas Ekonomi [[Universitas Trisakti|Universitas Baperki]] <br/> Dosen [[Universitas Pattimura]] <br/> Dosen [[Universitas Hasanuddin]] <br/> Dosen [[Universitas Indonesia]] <br/> Dosen [[Universitas Padjadjaran]] <br/> Politikus [[Partai Nasional Indonesia]] <br/> Pakar Hukum pertama di Indonesia yang menulis dalam [[Bahasa Indonesia]]
Baris 17:
|spouse = Elien Utrecht
|relatives=
|party = [[Berkas:Indonesian National Party logo.gifpng|20px]] [[Partai Nasional Indonesia]] (1957-1965)
|occupation = [[Pengacara]] <br/> [[Politikus]] <br/> [[Dosen]]
|alma_mater = [[Berkas:Logo TH Bandoeng.jpg|20px]] [[Technische Hoogeschool te Bandoeng]] ([[Institut Teknologi Bandung]]) (tidak selesai karena [[Perang Dunia II]]) <br/> [[Berkas:Leiden_University_sealUniversiteitLeidenLogo.svgjpg|20px]] [[Universitas Leiden|Rijksuniversiteit Leiden]]
}}[[Berkas:Baharuddin Lopa.gif|jmpl|Salah satu murid Ernst Utrecht ketika di Makassar, Baharuddin Lopa yang kelak akan menjadi [[Daftar Jaksa Agung Indonesia|Jaksa Agung]] dan [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Hukum dan HAM]] pada [[Kabinet Persatuan Nasional]]. ]]
}}
 
Dr. '''Ernst Utrecht''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], |30 Oktober [[|10|1922|1920]] – [[Amsterdam]], [[|4|9|1987]]}}) adalah seorang ilmuwan sekaligus pakar hukum yang juga dikenal sebagai politikus [[Eropa-Indonesia|Indo-Belanda]] yang berhaluan nasionalis. Ia pernah menjadi Anggota Konstituante RI mewakili golongan [[Orang Indo|Indo-Belanda]] dan [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. Salah satu karya akademis yang ia tulis berjudul "Pengantar Dalam Hukum Indonesia" yang ia tulis bersama dengan M.Saleh Djindang.<ref name=":9">{{Cite web|date=2012-03-19|title=Studium Generale Mr. Utrecht di Unhas|url=https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f66e9aef0793/istudium-generale-i-mr-utrecht-di-unhas/|website=hukumonline.com|language=Indonesia|access-date=2020-12-23}}</ref> Selain itu, Ia juga menulis beberapa karya ilmiah seperti ''Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia,'' dan ''Ringkasan Sari Kuliah Hukum Pidana''.<ref name=":9" />
 
== Riwayat Hidup ==
 
Ia dilahirkan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] pada tahun 1922. Sebenarnya, Ernst Utrecht pernah kuliah di [[InstitutTechnische TeknologiHoogeschool Bandung|Insititutte Bandoeng]] / [[Institut Teknologi Bandung]]. Akan tetapi, kuliahnya terbengkalai akibat [[Perang Dunia II]]. Utrecht kemudian melanjutkan kuliah bidang Hukum dan [[Indologie]] di [[Universitas Leiden]]. Kemudian, Ia menikah dengan Elien Utrecht dan memiliki anak bernama Atrien Utrecht.<ref>{{Cite book|edition=Cetakan 1|title=Dari beranda Tribunal : bunga rampai kisah relawan|url=https://www.worldcat.org/oclc/981560916|location=Bandung|isbn=9786028331845|oclc=981560916|last=Santoso, Aboeprijadi,|last2=Mualim, Yanti,|last3=Pamungkas, Lea,}}</ref> Lulus dari Leiden, ia pergipulang kembali ke Indonesia pada tahun 1952 dan dinaturalisasi menjadi [[Warga Negara Indonesia]] bersama dengan Elien dan Atrien Utrecht.<ref name=":2" />
 
=== Kehidupan di Indonesia ===
Setibanya di Indonesia, ia menjadi pengajar di Kursus Dinas C pada [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Kementerian Dalam Negeri]] di [[Kota Malang|Malang]] di mana ia mengajar mata pelajaran pengantar ilmu hukum dan hukum administratif.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Manullang|first=Fernando Morganda|date=2015-07-27|title=THE PURPOSE OF LAW, PANCASILA AND LEGALITY ACCORDING TO ERNST UTRECHT: A CRITICAL REFLECTION|url=http://ilrev.ui.ac.id/index.php/home/article/view/141|journal=Indonesia Law Review|language=en|volume=5|issue=2|pages=187–207–207|doi=10.15742/ilrev.v5n2.141|issn=2356-2129}}</ref> Kemudian, ia menjadi dosen tamu di [[Kota Makassar|Makassar, Sulawesi Selatan]] di [[Universitas Hasanuddin]] yang kala itu merupakan cabang [[Universitas Indonesia]] (1954-1956). Kemudian, dari tahun 1956 sampai 1958, ia menjadi dosen kepala Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang sudah resmi terbentuk.
 
=== Kehidupan Akademis ===
Sebagai akibat kurangnya tenaga pengajar pada saat itu, Utrecht juga memiliki jadwal mengajar di kota lain dan berperan sebagai pendiri universitas di kota [[Kota Ambon|Ambon]] bersama Yayasan Perguruan Tinggi Maluku dan [[Kota Cirebon|Cirebon]] ([[Universitas Sunan Gunung Jati]]). Dibandingkan memilih menjadi dosen tetap di [[Universitas Indonesia]] [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], ia memilih pindah ke [[Kota Bandung|Bandung]] pada tahun 1957 untuk mengajar di [[Universitas Padjadjaran]]. Selama waktu itulah ia aktif mengajar di berbagai kota seperti [[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota Ambon|Ambon]], dan [[Kabupaten Jember|Jember]]. Ia mencapai jabatan tertinggi pertamanya sebagai Dekan Fakultas Ekonomi [[Universitas Trisakti|Universitas Baperki]] (sekarang [[Universitas Trisakti]]).<ref name=":1" />
Setibanya di Indonesia, ia menjadi pengajar di Kursus Dinas C pada [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Kementerian Dalam Negeri]] di [[Kota Malang|Malang]] di mana ia mengajar mata pelajaran pengantar ilmu hukum dan [[Hukum administrasi negara|hukum administratif]].<ref name=":1">{{Cite journal|last=Manullang|first=Fernando Morganda|date=2015-07-27|title=THE PURPOSE OF LAW, PANCASILA AND LEGALITY ACCORDING TO ERNST UTRECHT: A CRITICAL REFLECTION|url=http://ilrev.ui.ac.id/index.php/home/article/view/141|journal=Indonesia Law Review|language=en|volume=5|issue=2|pages=187–207–207|doi=10.15742/ilrev.v5n2.141|issn=2356-2129|access-date=2019-02-07|archive-date=2019-02-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20190209124109/http://ilrev.ui.ac.id/index.php/home/article/view/141|dead-url=yes}}</ref>
 
Kemudian, ia menjadi dosen tamu di [[Universitas Hasanuddin]], [[Kota Makassar|Makassar, Sulawesi Selatan]] yang pada saat itu merupakan cabang dari [[Universitas Indonesia]] (1954-1956). Kemudian, dari tahun 1956 sampai 1958, ia menjadi dosen kepala Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang sudah resmi terbentuk.<ref name=":2">{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Melintasi dua zaman : kenangan tentang Indonesia sebelum dan sesudah Kemerdekaan|url=https://www.worldcat.org/oclc/85208715|publisher=Komunitas Bambu|date=2006|location=Depok, Indonesia|isbn=9793731060|oclc=85208715|last=Utrecht, Elien.}}</ref> Konon, ketika aktif mengajar di Makassar, Ia termasuk akrab dengan [[Baharuddin Lopa]] yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia cabang Makassar.<ref name=":4">{{Cite web|url=https://www.reqnews.com/memoar/1453/baharuddin-lopa-yang-saya-kenal|title=Baharuddin Lopa Yang Saya Kenal - REQnews.com|date=2019-04-09|website=www.reqnews.com|language=en|access-date=2019-08-27|archive-date=2019-08-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20190827153048/https://www.reqnews.com/memoar/1453/baharuddin-lopa-yang-saya-kenal|dead-url=yes}}</ref> Menurut Djokomoelyo, tampilannya santai dan sering pakai sandal dan suka bergurau dengan contoh kasus yang aktual yang mudah dicerna.<ref name=":4" />
Alasan lain Utrecht pindah ke Bandung dan meninggalkan Fakultas Hukum [[Universitas Indonesia]] disebabkan oleh perselisihan antara dirinya dengan penguasa militer lokal di Ambon, [[Herman Pieters]], yang juga menjabat sebagai dewan pengurus universitas tersebut. Sebagai akibatnya, Utrecht dikeluarkan pada 30 Juli 1960.<ref name=":1" />
 
Sebagai akibat kurangnya tenaga pengajar pada saat itu, Utrecht juga memiliki jadwal mengajar di kota lain dan berperan sebagai pendiri universitas di kota [[Kota Ambon|Ambon]] bersama Yayasan Perguruan Tinggi Maluku (yang menjadi bakal [[Universitas Pattimura]]) dan [[Kota Cirebon|Cirebon]] ([[Universitas Sunan Gunung Jati]]). Dibandingkan memilih menjadi dosen tetap di [[Universitas Indonesia]] [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Ia memilih pindah ke [[Kota Bandung|Bandung]] pada tahun 1957 untuk mengajar di [[Universitas Padjadjaran]]. Selama waktu itulah ia aktif mengajar di berbagai kota seperti [[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota Ambon|Ambon]], dan [[Kabupaten Jember|Jember]]. Selain mengajar [[hukum administrasi negara]], di Perguruan Tinggi lain Ia juga mengajar [[hukum pidana]] dan menulis buku hukum pidana yang menjadi buku wajib di fakultas hukum.
Kemudian, pada tahun 1962 ia meraih gelar doktor untuk studi banding mengenai penerapan hukum internasional di [[Bali]] dan [[Pulau Lombok|Lombok]]. Selain itu, ia juga pernah menjadi dosen sekaligus sekretaris Fakultas Hukum [[Universitas Jember]] pada dekade 1960-an.<ref name=":0" />
 
==== Dekan Universitas Baperki ====
Ia mencapai jabatan tertinggi pertamanya sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Hukum [[Universitas Trisakti|Universitas Baperki]] (sekarang [[Universitas Trisakti]]) pada tahun 1960.<ref name=":2" /><ref name=":1" /> Di Universitas Baperki tersebut, ia mengajar mata kuliah Hukum Administrasi Negara.
 
Menurut beberapa mahasiswa di Universitas Baperki, Prof. Utrecht adalah seorang yang sangat sederhana. Ia disebut bertubuh besar dengan kulit hitam layaknya orang Indonesia bagian timur. Ia sering memakai kemeja putih keabu-abuan dan kumal. Celananya pun kedombrongan dan selalu memakai sepatu sandal yang tidak pernah disemir. Kuliah yang diberikannya dibawakan dengan sangat menarik hanya saja jadwal kuliahnya tidak menentu. Bisa satu minggu berturut-turut, kemudian dua bulan tidak ada kuliah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesibukan dirinya yang memberikan kuliah di beberapa Universitas dan juga menjadi Rektor di [[Universitas Brawijaya|Universitas Negeri Brawijaya]] di Jawa Timur. Pernah pada suatu waktu perkuliahan beliau menawarkan kepada mahasiswa Universitas Res Publica (Baperki) apabila ada yang mau ikut pindah bersama dirinya untuk kuliah ke Universitas Negeri Brawijaya, beliau akan menerimanya.<ref>{{Cite web|url=http://gelora45.com/|title=Gelora45|website=gelora45.com|access-date=2019-08-27}}</ref><ref>{{Cite book|title=URECA: Berperan Dalam Pembangunan
Bangsa|last=Tiong Djin|first=Siauw|publisher=Perkumpulan Res Publica Indonesia,|year=2014|isbn=|location=Jakarta|page=}}</ref>
 
==== Pindah ke Bandung ====
Alasan lain Utrecht pindah ke Bandung dan meninggalkan Fakultas Hukum [[Universitas Indonesia]] disebabkan oleh perselisihan antara dirinya dengan penguasa militer lokal di Ambon, [[Herman Pieters]], yang juga menjabat sebagai dewan pengurus universitas tersebut. Sebagai akibatnya, Utrecht dikeluarkan pada 30 Juli 1960.<ref name=":2" /><ref name=":1" />
 
==== Meraih Gelar Doktor ====
Kemudian pada tahun 1962 Ia meraih gelar doktor untuk studi banding mengenai penerapan hukum internasional di [[Bali]] dan [[Pulau Lombok|Lombok]].<ref name=":8">{{Cite book|title=Sedjarah hukum internasional di Bali dan Lombok, pertjobaan sebuah studi hukum internasional regional di Indonesia|url=https://catalogue.nla.gov.au/Record/2314919|publisher=Sumur Bandung|date=1962|location=Bandung|first=Ernst|last=Utrecht}}</ref> Selain itu, ia juga pernah menjadi dosen sekaligus sekretaris [[Fakultas Hukum Universitas Jember]] (saat itu bernama Universitas Tawang Alun yang menjadi universitas filial (jarak jauh) dari Universitas Brawijaya) pada dekade 1960-an.<ref name=":2" /><ref name=":0" />
 
=== Kehidupan politik ===
Utrecht adalah seorang politikus yang aktif. Ia menjadi anggota [[Partai Nasional Indonesia|Partai Nasional Indonesia (PNI)]] dan duduk di DPR dan [[Konstituante]].<ref>{{Cite web|url=http://www.konstituante.net/id/profile/PNI_ernst_utrecht|title=Mr. Drs. Ernst Utrecht - PNI (Partai Nasional Indonesia) - Profil Anggota - Konstituante.Net|website=Konstituante.Net|access-date=2018-07-28}}</ref> SalahSelain satuitu, keputusan berani yangIa pernah iamenjadi buat adalah keputusan untuk melarangpenasehat [[Himpunan Mahasiswa Islam|HMISoekarno]]. sebagaiSelain organisasiitu, dimenurut FakultasPusat HukumSejarah [[UniversitasTNI Jember]]AD (ketika menjabat sebagai sekretaris fakultas1995)., Kebijakania initermasuk diambilke karenadalam HMIanggota merupakanHimpunan organisasiSarjana yangIndonesia terkait partai terlarang saat itu, [[Partai Masyumi|Masyumi]](HSI).<ref name=":05">{{Cite book|title=Bahaya Laten Komunisme Di Indonesia|url=httpshttp://www.worldcatarchive.org/oclcdetails/1007495217BahayaLatenKomunismeDiIndonesia_pki|titlelanguage=Kronik '65 : catatan hari per hari Peristiwa G30S sebelum hingga setelahnya (1963-1971)English|last=1984-|first=Hadi, Kuncoro,|isbn=9789799116055|edition=Cetakan pertama|location=Gejayan, Yogyakarta|oclc=1007495217salafykolaka.net}}</ref> Konflik lain yang pernah terjadi selama di Jember adalah kalimatnya mengenai [[Pemisahan agama dan negara|pemisahan negara dan agama]] serta pemisahan hukum dan kewajiban akan menjalankan perintah agama<ref name=":1" />. Selain itu, Ia pernah menjadi penasehat [[Soekarno]].
==== ''Utrecht Affair'' ====
Salah satu keputusan berani yang pernah ia buat adalah keputusan untuk melarang [[Himpunan Mahasiswa Islam|Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)]] sebagai organisasi di [[Fakultas Hukum Universitas Jember]] (ketika menjabat sebagai sekretaris fakultas) yang dikuatkan dalam Surat Keputusan No. 2/64.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://republika.co.id/share/puz71i385|title=Islamofobia, Utrecht Affair, Larangan Ajar Agama di Sekolah|date=2019-07-22|website=Republika Online|access-date=2019-08-27}}</ref> Sebelum mengeluarkan keputusan melarang HMI, dalam kuliahnya Utrecht melarang mahasiswanya masuk HMI. Yang sudah terlanjur masuk diminta segera keluar. Jika tidak keluar, mahasiswa anggota HMI tidak akan diluluskan dalam mata kuliahnya. Kebijakan ini diambil karena HMI merupakan organisasi yang terkait partai terlarang saat itu, [[Partai Masyumi|Masyumi]].<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1007495217|title=Kronik '65 : catatan hari per hari Peristiwa G30S sebelum hingga setelahnya (1963-1971)|last=1984-|first=Hadi, Kuncoro,|isbn=9789799116055|edition=Cetakan pertama|location=Gejayan, Yogyakarta|oclc=1007495217}}</ref> Konflik lain yang pernah terjadi selama di Jember adalah kalimatnya mengenai [[Pemisahan agama dan negara|pemisahan negara dan agama]] serta pemisahan hukum dan kewajiban akan menjalankan perintah agama.<ref name=":1" /> Kelak, kasus ini akan dikenal sebagai "Utrecht Affair".<ref name=":3" />
 
Keputusan Utrecht tersebut mendapat protes keras dari para mahasiswa yang diwakili oleh Dewan Mahasiswa Universitas Brawijaya (DM-UB). DM-UB menilai kuliah dan tindakan Utrecht telah merusak ketenangan, keutuhan, persatuan mahasiswa, dan sivitas akademika umumnya yang selama ini telah terbina dengan baik. Tetap dengan sikap tersebut, Utrecht mengeluarkan surat terbuka kepada DM-UB seraya mengatakan tidak lagi mengakui wewenang DM-UB terhadap mahasiswa FH [[Universitas Brawijaya]] Cabang Jember. Utrecht juga memprovokasi Senat Mahasiswa FH untuk segera merombak DM-UB.<ref name=":3" />
 
Merespons sikap tersebut, pada 16 November 1963 DM-UB mengeluarkan resolusi menuntut agar [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP)]] melarang Utrecht mengajar di Universitas Brawijaya Cabang Jember. Tentu saja Utrecht menolak resolusi DM-UB sehingga penyelesaian dicari. Pimpinan Universitas, Dewan Penyantun, dan Pimpinan Yayasan berkumpul. Sayangnya, pertemuan para pimpinan yang tidak dihadiri unsur lembaga kemahasiswaan itu cenderung menyalahkan DM-UB.<ref name=":3" />
 
Di tengah perdebatan, masih ada dua orang pimpinan fakultas yang memiliki opini berbeda. Keduanya adalah Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Drs. [[Sudarpo Mas'udi]] dan Drs. [[Amir Hamzah Wirjosukarto]]. Sudarpo dan Amir Hamzah pernah menjadi aktivis HMI Cabang Yogyakarta. Amir Hamzah tercatat pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar [[Pelajar Islam Indonesia|PII]]. Dalam rapat, Sudarpo dan Wirjosukarto meminta penilaian pimpinan universitas diberikan setelah mendengar keterangan DM-UB. Karena usulnya itu, bersama dengan Utrecht, Sudarpo dan Wirjosukarto dikeluarkan dari Universitas Brawijaya Cabang Jember.<ref name=":3" />
 
== Pasca ''Utrecht Affair'', Gerakan 30 September dan Eksodus ke Belanda ==
Akibat konflik dengan militer/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] (dalam hal ini [[Herman Pieters]]) dan kelompok agama (dalam hal ini [[Himpunan Mahasiswa Islam|HMI]]/[[Partai Masyumi|Masyumi]]), ia mengalami akibat berat setelah peristiwa [[Gerakan 30 September|G30S]] dimana ia ditangkap dan dipenjara pada tahun 1965. Ia dikeluarkan dari penjara pada tahun 1966 kemudian pergi ke negeri [[Belanda]] pada tahun 1969 (melalui [[Singapura]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]]) hingga meninggal di sana serta tidak pernah kembali ke Indonesia.<ref name=":1" /><ref name=":5" />
 
=== Tanggapan Terkait Penumpasan PKI di Bali ===
Terkait peristiwa [[Gerakan 30 September]] dan [[Penumpasan pemberontakan|pembasmian pihak-pihak yang terlibat setelahnya]], ia sempat berkomentar mengenai pembantaian simpatisan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] di Bali (Ia pernah menjadi pengurus PNI di Bali). Ia menganggap bahwa peristiwa pembasmian simpatisan PKI di Bali dianggap sebagai "perang suci". Pembantaian itu sendiri menurutnya dianggap tidak berdosa bagi para pelakunya yang, menurutnya, terdiri atas masyarakat biasa dan buruh pertanian yang juga diikuti dengan simpatisan PNI di Bali.<ref>{{Cite book|title=Sisi gelap pulau dewata : sejarah kekerasan politik|url=https://www.worldcat.org/oclc/968655092|publisher=LKiS|date=2006|location=Yogyakarta|isbn=9798451554|oclc=968655092|last=Robinson, Geoffrey.}}</ref><ref>{{Cite book|title=The dark side of paradise : political violence in Bali|url=https://www.worldcat.org/oclc/1043219067|publisher=Cornell University Press|date=1995|location=Ithaca|isbn=9781501732188|oclc=1043219067|last=Robinson, Geoffrey, 1957-}}</ref><ref>{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Genealogi kekerasan dan pergolakan subaltern : bara di Bali Utara|url=https://www.worldcat.org/oclc/607257826|publisher=Prenada|date=2010|location=Rawamangun, Jakarta, Indonesia|isbn=9789793464534|oclc=607257826|last=Suryawan, I Ngurah, 1980-}}</ref> Bahkan, terkait peristiwa pembasmian ini, ia berasumsi bahwa pihak-pihak yang ikut serta dalam pembasmian (atau penumpasan) simpatisan PKI ini mencapai 50.000 jiwa.<ref>{{Cite web|url=https://www.europe-solidaire.org/spip.php?article35084|title=Indonesia 1965: The Forgotten Massacres - Europe Solidaire Sans Frontières|website=www.europe-solidaire.org|access-date=2019-08-27|archive-date=2020-06-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200614042131/http://www.europe-solidaire.org/spip.php?article35084|dead-url=yes}}</ref> Selain itu, ia juga mencatat terkait pembuangan para tahanan politik (tapol) ke [[Pulau Buru|Pulau Buru, Maluku]]. Jumlah tahanan tersebut (sebelum dibuang ke Pulau Buru) mencapai 250.000 jiwa.<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1145654/29/pulau-buru-tempat-pembuangan-tahanan-politik-g30s-1475943746|title=Pulau Buru, Tempat Pembuangan Tahanan Politik G30S|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2019-08-27}}</ref>
 
=== Terkait Peristiwa Purwodadi ===
Salah satu kritiknya yang tajam pada awal [[Orde Baru|Pemerintahan Orde Baru]] ialah terkait [[Pembantaian Purwodadi|Peristiwa Purwodadi]]. Ia mengkritik pemerintahan [[Soeharto|Suharto]] di awal periodenya dengan mengatakan “''Repelita is onzin''” ([[Rencana Pembangunan Lima Tahun|Repelita]] adalah omong kosong). Ia mengatakan bahwa bantuan ekonomi barat kepada Indonesia adalah sama dengan imperialisme ekonomi yang membawa Indonesia memasuki [[Kapitalisme]] Barat.<ref>{{Cite web|url=http://historia.id/politika/articles/purwodadi-skandal-pertama-orde-baru-6lnlv|title=Purwodadi: Skandal Pertama Orde Baru|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=en|access-date=2019-01-24}}</ref> Selain itu, pada dekade 1970-an ia pernah menganggap Indonesia pada masa Orde Baru merupakan Indonesia yang memasuki era pemerintahan "Kasta Militer".<ref>{{Cite web|url=https://indoprogress.com/2016/09/trio-habibie-tim-tim/|title=Trio Habibie & Tim-Tim|date=2016-09-06|website=IndoPROGRESS|language=en|access-date=2019-08-27}}</ref>
 
Setelah tidak lagi tinggal di Indonesia dan menjadi eksil di Belanda, ia sering menulis buku dan jurnal terkait kondisi terkini di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara dan sekitarnya (terutama [[Australia]], [[Papua Nugini]], dan [[Fiji]]) baik dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan, dan sosial hingga wafat pada tahun 1987.
 
== Opini dan Pemikiran ==
Dalam bukunya mengenai Ambon (1972), ia menulis mengenai masyarakat Maluku sebagai berikut: “Berbicara mengenai dunia politik, pada umumnya masih asing bagi masyarakat [[Maluku]] dan belum membudaya. [[Orang Ambon]] baru sibuk bilamana ia sendiri, keluarganya, atau teman-temannya terancam dan bersikap spontan tanpa memahami permasalahannya dahulu dalam mengambil keputusan. Sikap dan pembawaan ini hingga ia mudah menjadi korban politik praktis. Padahal mereka sangat setia dalam unsur-unsur keagamaan, rajin kerja di kantor, dan pembawaannya dalam pergaulan sangat ceria dengan siapapun yang disenanginya.” <ref>{{Cite journal|last=Benedicta Nusmese|first=Maria|date=2011-11-03|title=Dampak Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan (RMS) Terhadap Hubungan Luar Negeri Indonesia-Belanda|url=http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-mariabened-26717|publisher=Universitas Komputer Indonesia}}</ref><ref name=":6" />
 
== Karya Tulis ==
Buku:
 
# Pengantar Dalam Hukum Indonesia (1957).
# Hukum Pidana (1958)
# Pengantar dalam Hukum Indonesia. (1962)
# Hukum Pidana Volume II (1962)
# Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia (1962)
# Sedjarah hukum internasional di Bali dan Lombok, pertjobaan sebuah studi hukum internasional regional di Indonesia (1962) (sebuah disertasi doktor hukum).<ref name=":8" />
# ''Indonesië's nieuwe orde, Ontbinding en neokolonisatie'' (1970).<ref>{{Cite book|title=Indonesië's nieuwe orde. Ontbinding en neokolonisatie.|url=https://www.worldcat.org/oclc/2133808|publisher=Van Gennep|date=1970|location=Amsterdam,|isbn=9060120957|oclc=2133808|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''Ambon. Kolonisatie, dekolonisatie en neo-kolonisatie''. ''Opgetekend door'' F. Jaspers (1972).<ref name=":6">{{Cite book|title=Ambon : kolonisatie, dekolonisatie en neokolonistaie|url=https://www.worldcat.org/oclc/2980858|publisher=Van Gennep|date=1972, ©1971|location=Amsterdam|isbn=9060121511|oclc=2980858|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''Land Reform and Bimas in Indonesia'' (1973).<ref>{{Cite book|title=Land Reform and Bimas in Indonesia|url=https://books.google.co.id/books/about/Land_Reform_and_Bimas_in_Indonesia.html?id=opQDkAEACAAJ&redir_esc=y|date=1973|language=en|first=Ernst|last=Utrecht}}</ref><ref name=":7">{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1973-01-01|title=Land reform and Bimas in Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00472337308566863|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=3|issue=2|pages=149–164|doi=10.1080/00472337308566863|issn=0047-2336}}</ref>
# ''De onderbroken revolutie in het Indonesische dorp'' (1974).<ref>{{Cite web|url=https://www.boekwinkeltjes.nl/|title=Boekwinkeltjes.nl - Utrecht, Ernst - De onderbroken revolutie in het Indonesisch|last=boekwinkeltjes.nl|website=Boekwinkeltjes|language=nl|access-date=2019-08-27}}</ref>
# ''Vijf jaar strijd in de Filippijnen : het Marcos-regime'' 1969-1975 (1975).<ref>{{Cite book|title=Vijf jaar strijd in de Filippijnen : het Marcos-regime 1969-1975|url=https://www.worldcat.org/oclc/780535923|publisher=Van Gennep|date=1975|location=Amsterdam|isbn=9060122712|oclc=780535923|last=Utrecht, E. (Ernst), 1922-1987.}}</ref>
# ''Industrial estates and Australian companies in Singapore'' (1976).<ref>{{Cite book|title=Industrial estates and Australian companies in Singapore|url=https://www.worldcat.org/oclc/3707100|publisher=Transnational Corporations Research Project, Faculty of Economics, University of Sydney|date=1976|location=Sydney|isbn=0909426201|oclc=3707100|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''Transnational corporations in the developing world'' (1976).
# ''Papua New Guinea : an Australian neo-colony'' (1977).<ref>{{Cite book|title=Papua New Guinea : an Australian neo-colony|url=https://www.worldcat.org/oclc/4189595|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1977|location=Sydney|isbn=0909426627|oclc=4189595|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''Transnational corporations in South East Asia and the Pacific'' (1978).<ref>{{Cite book|title=Transnational corporations in South East Asia and the Pacific|url=https://www.worldcat.org/oclc/8031652|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1978-<c1985>|location=Sydney|isbn=0909426821|oclc=8031652|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''The Indonesian army : a socio-political study of an armed, privileged group in the developing countries'' (1978).<ref>{{Cite book|title=The Indonesian army : a socio-political study of an armed, privileged group in the developing countries|url=https://www.worldcat.org/oclc/29009845|publisher=James Cook University of North Queensland|date=1980|location=[Townsville, Qld.]|isbn=0909714592|oclc=29009845|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''Papoeas in Opstand (De tweede kwestie Nieuw Guinea): Het verzet van de Papoes tegen het Indonesiese bewind in West Irian'' (1978).<ref>{{Cite web|url=https://www.abebooks.co.uk/Papoeas-Opstand-tweede-kwestie-Nieuw-Guinea/332342016/bd|title=Papoeas in Opstand (De tweede kwestie Nieuw Guinea): Het verzet van de Papoes tegen het Indonesiese bewind in West Irian by Utrecht, Ernst: Ordeman, Rotterdam orig. wrappers - Expatriate Bookshop of Denmark|website=www.abebooks.co.uk|language=en-GB|access-date=2019-08-27}}</ref>
# Sejarah Alternatif Indonesia (1979, bersama dengan [[Malcolm Caldwell]]).<ref>{{Cite book|title=Indonesia: an alternative history|url=https://books.google.co.id/books/about/Indonesia.html?id=DIsQMQAACAAJ&redir_esc=y|publisher=Alternative Publishing Co-operative|date=1979|language=en|first=Malcolm|last=Caldwell|first2=Ernst|last2=Utrecht}}</ref>
# ''The military and the 1977 election'' (1980).<ref>{{Cite book|title=The military and the 1977 election|url=https://www.worldcat.org/oclc/9080915|publisher=James Cook University of North Queensland|date=1980|location=Queensland|isbn=0864430000|oclc=9080915|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
# ''The social and cultural impact of the activities of transnational corporations in Southeast Asia'' (1982).
# ''Transnational corporations research project: the social and cultural impact of the activities of transnational corporations in Southeast Asia'' (1982)
# ''Fiji: Client State of Australasia? (1984)''.<ref>{{Cite book|title=Fiji, client state of Australasia?|url=https://www.worldcat.org/oclc/12695697|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1984|location=Sydney|isbn=0908470355|oclc=12695697|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.|last2=Transnational Corporations Research Project (University of Sydney)}}</ref>
# ''Transnational Corporations and Export-Oriented Industrialization'' (1985).
 
Karya Tulis Ilmiah:
 
# ''Staatkundige hervormingen in de Goudkust van Afrika'' (1952)
# "Het bloedbad op Bali", dalam ''De Groene Amsterdammer'' (1967).
# ''Land Reform in Indonesia'' (1969).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=E.|date=1969-11-01|title=Land Reform in Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00074916912331331482|journal=Bulletin of Indonesian Economic Studies|volume=5|issue=3|pages=71–88|doi=10.1080/00074916912331331482|issn=0007-4918}}</ref>
# ''Class struggle and politics in Java'' (1972).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1972-01-01|title=Class struggle and politics in Java|url=https://doi.org/10.1080/00472337285390541|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=2|issue=3|pages=274–282|doi=10.1080/00472337285390541|issn=0047-2336}}</ref>
# ''The Indonesian army as an instrument of repression'' (1972).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1972-01-01|title=The Indonesian army as an instrument of repression|url=https://doi.org/10.1080/00472337285390041|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=2|issue=1|pages=56–67|doi=10.1080/00472337285390041|issn=0047-2336}}</ref>
# ''American Sociologists on Indonesia'' (1973).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1973-01-01|title=American Sociologists on Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00472337308566847|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=3|issue=1|pages=39–45|doi=10.1080/00472337308566847|issn=0047-2336}}</ref>
# ''Land Reform and Bimas in Indonesia'' <ref name=":7" />
# ''The Separatist Movement in the Southern Philippines'' (1975).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1975-04|title=The Separatist Movement in the Southern Philippines|url=https://doi.org/10.1177/030639687501600404|journal=Race & Class|language=en-US|volume=16|issue=4|pages=387–403|doi=10.1177/030639687501600404|issn=0306-3968}}</ref>
# ''Insoluble agricultural problems : Impediments to agricultural development in Indonesia, the Philippines and Malaysia'' (1975).<ref>{{Cite web|url=http://invenio.unidep.org/invenio//search?f=author&p=Utrecht,%20Ernst&ln=fr|title=Utrecht, Ernst - Résultats de la recherche - Serveur de Documents de l'IDEP|website=invenio.unidep.org|language=fr|access-date=2019-08-27}}</ref>
# ''Political mobilisations of peasants in Indonesia'' (1976).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1976-01-01|title=Political mobilisations of peasants in Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00472337685390371|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=6|issue=3|pages=269–288|doi=10.1080/00472337685390371|issn=0047-2336}}</ref>
# ''Religion and Social Protest in Indonesia'' (1978).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1978-09|title=Religion and Social Protest in Indonesia|url=https://doi.org/10.1177/003776867802500306|journal=Social Compass|language=en-US|volume=25|issue=3-4|pages=395–418|doi=10.1177/003776867802500306|issn=0037-7686}}</ref>
# ''Army and islamic opposition in Indonesia'' (1979).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1979-01-01|title=Army and islamic opposition in Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00472337985390171|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=9|issue=2|pages=175–186|doi=10.1080/00472337985390171|issn=0047-2336}}</ref>
# ''De blijvende afhankelijkheid, een sombere toekomst'' (1980).
# ''The Muslim Merchant Class in the Indonesian Social and Political Struggles'' (1984).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1984-02|title=The Muslim Merchant Class in the Indonesian Social and Political Struggles|url=https://doi.org/10.1177/003776868403100102|journal=Social Compass|language=en-US|volume=31|issue=1|pages=27–55|doi=10.1177/003776868403100102|issn=0037-7686}}</ref>
 
#
Akibat konflik dengan militer/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] (dalam hal ini [[Herman Pieters]]) dan kelompok agama (dalam hal ini [[Himpunan Mahasiswa Islam|HMI]]/[[Partai Masyumi|Masyumi]]), ia mengalami akibat berat setelah peristiwa [[G30S]] dimana ia ditangkap dan dipenjara pada tahun 1965. Ia dikeluarkan dari penjara pada tahun 1966 kemudian pergi ke negeri [[Belanda]] pada tahun 1969 (melalui [[Singapura]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]]) hingga meninggal di sana serta tidak pernah kembali ke Indonesia<ref name=":1" />. Salah satu kritiknya yang tajam pada awal [[Orde Baru|Pemerintahan Orde Baru]] ialah terkait [[Pembantaian Purwodadi|Peristiwa Purwodadi]]. Ia mengkritik pemerintahan [[Soeharto|Suharto]] di awal periodenya dengan mengatakan “''Repelita is onzin''” ([[Rencana Pembangunan Lima Tahun|Repelita]] adalah omong kosong). Ia mengatakan bahwa bantuan ekonomi barat kepada Indonesia adalah sama dengan imperialisme ekonomi yang membawa Indonesia memasuki [[Kapitalisme]] Barat. <ref>{{Cite web|url=http://historia.id/politika/articles/purwodadi-skandal-pertama-orde-baru-6lnlv|title=Purwodadi: Skandal Pertama Orde Baru|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=en|access-date=2019-01-24}}</ref>
 
== Sumber ==
Baris 53 ⟶ 131:
<references />
 
{{DEFAULTSORT:Utrecht, Ernst}}
{{lifetime|1922|1987|}}
 
[[Kategori:Eropa-Indonesia]]
{{DEFAULTSORT:Utrecht, Ernst}}
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:AnggotaTokoh KonstituanteIndonesia]]
[[Kategori:Tokoh Belanda-Indonesia]]
[[Kategori:TokohAkademikus dari SurabayaIndonesia]]
[[Kategori:TahananTokoh Politikhukum Indonesia]]
[[Kategori:KematianAkademisi 1987Belanda]]
[[Kategori:AlumniPengajar Universitashukum LeidenIndonesia]]
[[Kategori:PakarDosen HukumIndonesia]]
[[Kategori:Kelahiran 1920]]
[[Kategori:Tokoh dari Amsterdam]]
[[Kategori:Dosen Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Padjadjaran]]
[[Kategori:Dosen Universitas Hasanuddin]]
[[Kategori:Dosen Universitas Pattimura]]
[[Kategori:Dosen Universitas Jember]]
[[Kategori:Dosen Universitas Trisakti]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Indo-Eropa]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia keturunan Belanda]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Tokoh dari Amsterdam]]
[[Kategori:Tahanan Politik]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]