Nitisemito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perjalanan Bisnis: bentuk baku
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Pengusaha Jawa menjadi Wirausahawan Jawa
 
(12 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{wikifisasi}}
{{Infobox person
| name = Nitisemito
| other_names = Roesdi
| ethnicity =
| birth_date = 1863
| birth_place = [[Kudus]]
| death_date = 7 = Maret 1953
| death_place = [[Krapyak]] [[Kudus]]
|residence citizenship = [[Indonesia]]
|citizenship occupation = * Pengusaha [[Indonesia]]kretek
* Raja Kretek
|occupation = [[Pengusaha]]
* Pendiri pabrik kretek Tjap Bal Tiga
|networth =
|spouse networth =
|children spouse = * Nasilah
* Sawirah
| children = * Hasanah (meninggal saat kecil)
* Nahari
* Nafiah
* Soemadji (anak dari Sawirah)
}}
'''Nitisemito''' lahir di [[Kudus, Kudus|Kudus]] tahun 1853 dan meninggal di Krapyak, 7 Maret 1953, adalah raja [[kretek]] terkenal asal Kudus, dengan merek Tjap Bal Tiga, yang mengalami masa kejayaan pada era [[Hindia Belanda]], 1922-1940.<ref>{{Cite web|title=Kisah Nitisemito, Kejayaan dan Keruntuhan Raja Kretek dari Kudus|url=https://tirto.id/kisah-nitisemito-kejayaan-dan-keruntuhan-raja-kretek-dari-kudus-fYW6|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-11-08}}</ref> Nitisemito dikenal dekat dengan [[Soekarno]] dan turut menjadi penyandang dana untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Aji|first=Dian Utoro|title=Cerita Tentang Raja Kretek yang Jadi Donatur Soekarno Demi Kemerdekaan RI|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5245758/cerita-tentang-raja-kretek-yang-jadi-donatur-soekarno-demi-kemerdekaan-ri|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-11-08}}</ref>
'''Nitisemito''' lahir di [[Kudus]] tahun [[1863]] dan meninggal tahun [[1953]] adalah raja [[kretek]] Kudus, pemilik pabrik kretek Tjap Bal Tiga. Nama pemberian orangtuanya adalah Rusdi. Ayah Rusdi adalah Haji Sulaiman seorang lurah di Desa Janggalan, [[Kudus]]. Ibu Rusdi bernama Markanah. Rusdi tidak bersekolah, dan tidak berniat menjadi lurah sebagaimana ayahnya. Ia memilih menjadi pengusaha dan menyandang nama [[Jawa]] yaitu Nitisemito.
 
Saking terkenalnya, Ratu Belanda [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]] memberi julukan Nitisemito sebagai 'De Kretek Konning'' atau raja kretek.<ref name=":3">{{Cite web|last=Aji|first=Dian Utoro|title=Menilik Kisah Kejayaan Nitisemito Si Raja Kretek Era Penjajahan Belanda|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5227227/menilik-kisah-kejayaan-nitisemito-si-raja-kretek-era-penjajahan-belanda|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-11-08}}</ref>'' Di era kejayaannya, Nitisemito mampu mengelola pabrik yang mampu memproduksi delapan juta batang rokok kretek dengan mempekerjakan 10 ribu buruh. Tidak heran jika koran [[De Locomotief]] menulis almarhum Nitisemito sebagai raja kretek dalam ulasannya pada tanggal 9 Maret 1953''.<ref name=":0">{{Cite web|title=Kisah Nitisemito, Kejayaan dan Keruntuhan Raja Kretek dari Kudus|url=https://tirto.id/kisah-nitisemito-kejayaan-dan-keruntuhan-raja-kretek-dari-kudus-fYW6|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-11-08}}</ref>''
== Perjalanan Bisnis ==
Nitisemito pernah merantau ke [[Malang]] menjadi buruh jahit. Secara perlahan, ia menapaki hidup di Malang menjadi pengusaha pakaian jadi. Namun, usahanya ini gagal total, bahkan banyak menumpuk hutang. Kemudian ia pulang dan menjadi peternak kerbau serta memproduksi minyak kelapa. Lagi-lagi usaha ini pun gagal. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau. Mbok Nasilah adalah pemilik warung [[tembakau]] di Kudus, yang sering dijadikan tempat singgah oleh kusir-kusir tembakau seperti Nitisemito. Ada versi yang menyebutkan bahwa Mbok Nasilah adalah penemu rokok kretek, bukan Haji Djamhari. Awalnya Mbok Nasilah risih karena banyaknya orang yang sering nginang dan dubangnya mengotori warungnya. Lalu ia pun meracik rokok dengan campuran cengkih yang dibalut dengan daun jagung kering, klobot, yang diikat dengan benang. Rokok racikannya ternyata banyak disuka, terutama oleh para kusir dokar yang sering mangkal di warungnya. Selama menjadi kusir dokar, Nitisemito adalah orang yang paling sering mampir di warung tembakau Mbok Nasilah dibanding kusir dokar lainnya.
 
Nitisemito disebut oleh Bung Karno sebagai orang kaya Indonesia dalam pidato di sidang [[Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945.<ref>{{Cite web|title=Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno Sebut Sarinem Samiun dan Marhaen|url=https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-lengkap-bung-karno-1-juni-1945-di-sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen|website=Warta Kota|language=id-ID|access-date=2020-11-08}}</ref>
Pada tahun 1894 Nitisemito menikahi Mbok Nasilah. Dari pernikahan dua pengusaha tembakau inilah perdagangan kretek berawal. Perpaduan antara racikan tembakau yang dilakukan Mbok Nasilah, serta Nitisemito yang memegang kendali perusahaan, menjadikan usaha mereka berdua berkembang sangat pesat. Awalnya, Nitisemito memberi merek rokoknya dengan nama yang aneh-aneh seperti Tjap Kodok Mangan Ulo, Tjap Soempil, dan Tjap Djeroek. Saat usia Nitisemito menginjak 53 tahun, pada tahun [[1916]], usahanya semakin meningkat. Saat itu ia telah resmi menggunakan nama Tjap Bal Tiga. Namun, puncak kejayaannya ia raih mulai tahun [[1918]], saat ia mendirikan pabrik rokok di Desa Jati, seluas 6 hektare. Pada masa sebelum [[Perang Dunia II]], perusahaan rokok HM. Nitisemito menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di [[Indonesia]]. Di Kudus sendiri pada saat itu telah ada beberapa pabrik rokok yang berkembang seperti Tjap Goenoeng Kedoe milik M. Atmowidjojo, Tjap Delima milik HM. Muslich, Tjap Trio milik Tjoa Khang Hay, Tjap Garbis & Manggis milik M. Sirin, dan Tjap Djangkar milik H. Ali Asikin.
 
Selain memiliki pabrik kretek terbesar dengan pembayaran pajak 160 ribu hingga 350 ribu gulden, Nitisemito juga menyewa pesawat Fokker F-200<ref name=":1">{{Cite web|last=brilio.net|first=|date=2016-03-16|title=Nitisemito akrab dengan Bung Karno dan Paku Buwono X (2)|url=https://www.brilio.net/news/mendanai-pergerakan-akrab-dengan-bung-karno-dan-paku-buwono-x-2-160315v.html|website=brilio.net|language=id|access-date=2020-11-08}}</ref> seharga 150-250 ribu gulden untuk menyebarkan selebaran rokok Tjap Bal Tiga hingga ke [[Jawa Barat]]-[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] dan Radio Vereniging Koedoes (RVK) untuk mempromosikan produk rokoknya<ref name=":0" /> serta gedung bioskop.<ref name=":4" /> Pabrik rokok Tjap Bal Tiga juga membentuk tim sepakbola, grup tonil sandiwara, dan membagikan survenir berupa gerabah keramik dari [[Jepang]] sebagai alat promosinya.<ref>{{Cite web|last=Aji|first=Dian Utoro|title=Tajir! Raja Kretek Nitisemito Sebar Brosur Rokok Pakai Fokker|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5245819/tajir-raja-kretek-nitisemito-sebar-brosur-rokok-pakai-fokker|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-11-08}}</ref>
Nitisemito adalah pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker dan menyebarkan pamflet kretek dagangannya. Ia juga memberikan hadiah kepada pembeli rokok kreteknya dengan gelas, piring, radio, dan sebagainya. Pada tahun [[1938]], pabriknya mempekerjakan buruh sebanyak 10.000 orang. Bahkan untuk menunjang usahanya yang berkembang pesat, Nitisemito mempekerjakan seorang [[Belanda]] ahli perbukuan. Produk rokok Nitisemito tersebar luas di kota-kota seperti [[Jawa]], [[Sumatra]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], hingga ke negeri [[Belanda]]. Sayangnya Nitisemito tidak mempunyai generasi penerus, sehingga setelah ia meninggal pada tahun [[1953]], tidak ada yang mengurus usahanya. Bangunan serta aset perusahaannya habis satu persatu. Perusahaan rokok Nitisemito tutup buku seiring kepergian sang raja kretek.
 
== CatatanRiwayat kakihidup ==
Nitisemito lahir dengan nama Roesdi. Ayah Roesdi adalah Haji Soelaiman seorang lurah di Desa [[Janggalan, Kota Kudus, Kudus|Janggalan]], Kudus. Ibu Rusdi bernama Markanah. Rusdi tidak bersekolah, dan tidak berniat menjadi lurah sebagaimana ayahnya. Ia memilih menjadi pengusaha dan menyandang nama [[Jawa]] yaitu Nitisemito.<ref name=":0" /> Perubahan namanya dari Roesdi menjadi Nitisemito dilakukan pada usia 17 tahun. Versi lain menyebutkan Roesdi berganti nama menjadi Nitisemito setelah menikah dengan perempuan bernama Nasilah asal [[Singocandi, Kota, Kudus|Singocandi]].<ref name=":2">{{Cite web|last=brilio.net|first=|date=2016-03-16|title=Nitisemito, Raja Kretek Nusantara yang ternyata tak pernah sekolah (1)|url=https://www.brilio.net/news/nitisemito-raja-kretek-nusantara-yang-ternyata-tak-pernah-sekolah-1-1603153.html|website=brilio.net|language=id|access-date=2020-11-08}}</ref>
<references/>
* http://jpmi.or.id/2011/07/14/nitisemito-the-king-of-kretek/
* http://ensiklopediakretek.com/page.php?id=97
* http://www.bpnb-jogja.info/main/index.php?page=penelitian&id=187
* http://opac.web.id/raja-kretek-f898b203b934ca11f343730504b6d317.html
* http://nasional.kompas.com/read/2010/10/05/11265652/
* http://radarmuria.com/berita-13649-kudus-pelopor-kretek-jawa.html
 
Nitisemito kecil digambarkan sebagai anak pemberani dan menolak permintaan ayahnya untuk bersekolah. Nitisemito lebih memilih menjadi pedagang ketimbang mengikuti jejak ayahnya sebagai lurah. Pada umur 17 tahun, dia memutuskan untuk merantau ke [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]], sebagai buruh jahit dan sukses menjadi pengusaha konveksi. Meski sukses menjadi pengusaha konveksi, Nitisemito saat itu merasa persaingan bisnis konveksi sangat tinggi, sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Kudus.<ref name=":2" />
[[Kategori:Pengusaha Indonesia]]
 
[[Kategori:Tokoh dari Kudus]]
Kembali ke Kudus, Nitisemito sempat menekuni bisnis minyak kelapa dan berdagang kerbau, namun gagal dan dia banting setir menjadi pengusaha dokar. Selain menjadi kusir, Nitisemito juga menyewakan beberapa dokarnya dan membuka warung untuk berjualan batik Solo, kopi, dan tembakau, di pangkalan dokarnya.<ref name=":2" />
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
 
Dari hasil pernikahannya dengan Nasilah, Nitisemito memiliki tiga anak perempuan, yakni Hasanah (meninggal saat kecil), Nahari, dan Nafiah. Nitisemito bersama istrinya, Nasilah, kemudian sukses mengembangkan usaha bisnis lintingan tembakau dan cengkih. Karena menginginkan anak laki-laki, Nitisemito kemudian kembali menikah dengan Sawirah dan memiliki seorang anak bernama Soemadji. Setelah dewasa, Soemardji menikahi Siti Chasinah, anak perempuan dari pengusaha kretek terbesar kedua asal Kudus bernama H. Muslich, pada tahun 1935. Nitisemito juga disebut memiliki dua istri lain yakni Ngalimah di [[Kota Salatiga|Salatiga]] dan Rebi Tijem di [[Purwodadi, Grobogan|Purwodadi]].<ref name=":2" />
 
Anak perempuannya, Nahari Nitisemito menikahi Markoem dan memiliki seorang putra bernama Akhwan. Setelah suaminya meninggal, Nahari kembali menikah dengan Oemar Said. Sementara itu, Nafiah Nitisemito menikah dengan M. Karmain, orang kepercayaan Nitisemito dan memiliki hubungan keluarga dengan H Jamhari, orang pertama yang disebut-sebut mencampurkan kretek dengan tembakau hingga melahirkan rokok kretek.<ref name=":2" />
 
=== Bisnis rokok kretek ===
Istri Nitisemito pernah merantau ke [[Malang]] menjadi buruh jahit. Secara perlahan, ia menapaki hidup di Malang menjadi pengusaha pakaian jadi. Namun, usahanya ini gagal total, bahkan banyak menumpuk hutang. Kemudian ia pulang dan menjadi peternak kerbau serta memproduksi minyak kelapa. Lagi-lagi usaha ini pun gagal. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau. Mbok Nasilah adalah pemilik warung [[tembakau]] di Kudus, yang sering dijadikan tempat singgah oleh kusir-kusir tembakau seperti Nitisemito. Ada versi yang menyebutkan bahwa Mbok Nasilah adalah penemu rokok kretek, bukan Haji DjamhariJamhari. Awalnya Mbok Nasilah risih karena banyaknya orang yang sering nginang dan dubangnya mengotori warungnya. Lalu ia pun meracik rokok dengan campuran cengkih yang dibalut dengan daun jagung kering, klobot, yang diikat dengan benang. Rokok racikannya ternyata banyak disuka, terutama oleh para kusir dokar yang sering mangkal di warungnya. Selama menjadi kusir dokar, Nitisemito adalah orang yang paling sering mampir di warung tembakau Mbok Nasilah dibanding kusir dokar lainnya.<ref name=":2" />
 
Pada tahun 1894 Nitisemito menikahi Nasilah. Dari pernikahan dua pengusaha tembakau inilah perdagangan kretek berawal. Perpaduan antara racikan tembakau yang dilakukan Nasilah, serta Nitisemito yang memegang kendali perusahaan, menjadikan usaha mereka berdua berkembang sangat pesat.<ref name=":2" />
 
Awalnya, Nitisemito memberi merek rokoknya dengan nama yang aneh-aneh seperti Tjap Kodok Mangan Ulo (artinya Kodok Makan Ular), Tjap Soempil, dan berganti nama lagi menjadi Tjap Djeroek. Baru pada tahun 1905, Nitisemito memberi logo bulatan tiga tanpa nama. Para pembeli rokok kreteknya kemudian menyebut dengan berbagai nama seperti Tjap Boelatan Tiga, Tjap Boendar Tiga, Tjap Bola Tiga, dan Tjap Bal Tiga, hingga akhirnya Nitisemito memilih nama Tjap Bal Tiga. Merek Tjap Bal Tiga resmi digunakan pada tahun 1906 dan dipatenkan pada pemerintah Hindia Belanda tahun 1908.<ref name=":2" />
 
Saat usia Nitisemito menginjak 53 tahun, pada tahun [[1916]], usahanya semakin meningkat. Namun, puncak kejayaannya dia raih mulai tahun [[1918]], saat dia mendirikan pabrik rokok di Desa Jati, seluas 6 hektare dan puncak kejayaan pabrik rokoknya terjadi pada tahun 1934.<ref name=":3" />
 
Ketika itu, perusahaan rokok kretek Nitisemito menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di [[Indonesia]]. Dia harus bersaing dengan beberapa pabrik rokok kretek lain di Kudus seperti Tjap Goenoeng Kedoe (1910) milik M. Atmowidjojo, Tjap Trio milik Tjoa Khang Hay (1912), Tjap Djangkar milik H. Ali Asikin (1918), Tjap Delima milik HM. Ashadi (1918), Tjap Teboe & Tjengkeh milik HM Muslich/mertua anak Nitisemito (1919), Tjap Garbis & Manggis milik M Sirin Atmo (1922), Tjap Nojorono milik Koo Djee Siang (1932), Tjap Djambu Bol milik HA Ma'ruf (1937), Tjap Sukun milik MC Wartono (1949), dan Djap Djarum milik Oei Wie Gwan (1951). Saat ini dari seluruh merek rokok tersebut, hanya tersisa tiga yang masih eksis hingga sekarang, yakni [[Djarum]], [[Nojorono]], dan [[Sukun]].<ref name=":2" />
 
Nitisemito mempekerjakan seorang [[Belanda]] ahli perbukuan. Produk rokok Nitisemito tersebar luas di kota-kota seperti [[Jawa]], [[Sumatra]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], hingga ke negeri [[Belanda]]. Bahkan, bungkus rokok Tjap Bal Tiga dicetak Nitisemito di Jepang dengan huruf dan logo timbul di kertas untuk mencegah pemalsuan.<ref name=":1" />
 
Nitisemito dengan rokok pabrik kreteknya Tjap Bal Tiga pada saat itu juga telah menggunakan cara-cara promosi yang modern, seperti menyebarkan brosur melalui pesawat Fokker F-200, radio RVK yang dimilikinya, klub sepakbola, sandiwara keliling, dan membagi-bagikan hadiah mulai dari gelas, cangkir, arloji, jam tembok, dan sepeda, dengan diberi logo Tjap Bal Tiga dan nama Nitisemito. Hadiah-hadiah itu didatangkan langsung dari Jepang.<ref name=":1" />
 
Sistem pembukuan dengan akuntansi modern juga diterapkan dengan ditemukannya tiga buku, yakni Journal Keuangan Nitisemito, Laporan Pemasukan dari Abon Industri Rokok Tjap Tiga Bal Nitisemito dan Laporan Abon dari Industri Rokok Tjap Bal Tiga Nitisemito yang ditulis pada September hingga Oktober 1941.<ref>{{Cite web|title=Tiga Buku Nitisemito Ditemukan yang di Pasar Barang Bekas Belanda Dinyatakan Asli|url=https://jateng.tribunnews.com/2020/10/17/tiga-buku-nitisemito-ditemukan-yang-di-pasar-barang-bekas-belanda-dinyatakan-asli|website=Tribun Jateng|language=id-ID|access-date=2020-11-08}}</ref>
 
=== Sebab kemunduran ===
Setelah mencapai puncak kejayaannya tahun 1934, secara perlahan pabrik rokok Tjap Tiga Bal mulai mengalami kemunduran sekitar tahun 1939 akibat pecahnya [[Perang Dunia II]] (1939-1949). Faktor lainnya disebut konflik keluarga.<ref name=":4" />
 
Anak Nitisemito, yakni Soemadji, yang digadang-gadang ayahnya menjadi penerus, lebih aktif di Masyumi daripada mengurus bisnis ayahnya tersebut.<ref name=":0" /> Padahal, setelah lulus sekolah, Soemadji diminta sang ayah untuk magang di pabrik mendampingi kakak iparnya, M Karmain, yang saat itu memimpin perusahaan.<ref name=":4">{{Cite web|last=brilio.net|date=2016-03-16|title=Konflik keluarga sebabkan industri kretek Nitisemito runtuh (3-habis)|url=https://www.brilio.net/news/konflik-keluarga-sebabkan-industri-kretek-nitisemito-runtuh-3-habis-1603162.html|website=brilio.net|language=en|access-date=2020-11-08}}</ref>
 
Sementara itu, cucunya Nitisemito, yakni Akhwan Markoem, yang bertaut dua tahun dari usia Soemadji, juga diharapkan oleh ibunya, Nahari (anak Nitisemito), dapat menggantikan M Karmain untuk memimpin perusahaan. Alasan Nahari, karena Akhwan Markoem baru saja menamatkan pendidikannya di Handelschool Semarang. Nitisemito awalnya ragu terhadap Akhawan karena usianya baru 20 tahun, tetapi permintaan Nahari juga didukung oleh istrinya, Nasilah. Sang istri mendukung karena menilai keberhasilan pabrik rokok Tjap Tiga Bal berkat usaha dari keluarga Nasilah.<ref name=":4" />
 
Pada tahun 1936 terjadi perubahan struktur pemimpin perusahaan rokok kretek Tjap Tiga Bal. Akhwan Markoem menjadi pimpinan perusahaan, M Karmain yang semula memimpin pabrik berubah posisinya menjadi ''Verkoop-organisatie'' atau bagian penjualan, dan Soemadji ditempatkan sebagai kasir/bagian keuangan.<ref name=":4" />
 
Akhwan kemudian merekrut akuntan Belanda bernama HJ Voren dan Poolman, seorang mantan pegawai pajak, untuk mengurus keuangan.<ref>{{Cite book|last=Hasriadi Ary dan Miranda Harlan|first=Abhisam DM|date=Desember 2011|url=https://books.google.co.id/books?id=qZUDEAAAQBAJ&pg=PA28&lpg=PA28&dq=nitisemito+HJ+Vooren&source=bl&ots=2NsEzHxt9G&sig=ACfU3U1o4VFwGTrqmlOrLRMB7ZArd6uQiA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiO0NCk6PTsAhVUX30KHRqkCLkQ6AEwEHoECAgQAg#v=onepage&q&f=false|title=Membunuh Indonesia, Konspirasi Global Penghancuran Kretek|location=|publisher=Kata-Kata|isbn=|pages=28|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Namun, orang Belanda tersebut justru memberikan peluang pemerintah Hindia Belanda bahwa Nitisemito dan pabriknya menunggak pajak dengan adanya bukti tunggakan sebesar 160 ribu gulden sesuai ''Blasting Ordonantie'' 1932. Akibatnya, rumah dan mobil disita oleh Pemerintah Hindia Belanda. Akhwan menuding M Karmain sebagai pelaku sehingga Karmain dijebloskan ke [[Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin|Penjara Sukamiskin]], tetapi selang enam bulan kemudian Karmain dibebaskan karena tidak menemukan bukti.<ref name=":4" /> Namun, berdasarkan novel Sang Raja, M Karmain dibebaskan setelah perusahaan menjamin dan membayar kerugian cukai dengan cara mencicil berikut bunganya selama lima tahun.<ref name=":5">{{Cite book|last=Banu|first=Iksaka|date=September 2017|url=https://books.google.co.id/books?id=ZWKhDwAAQBAJ&pg=PA226&lpg=PA226&dq=nitisemito+HJ+Vooren&source=bl&ots=iRycCtlemi&sig=ACfU3U2S55z2RDDtJ-HlEvKLRdJkiFQMYg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiO0NCk6PTsAhVUX30KHRqkCLkQ6AEwDHoECAkQAg#v=onepage&q=nitisemito%20HJ%20Vooren&f=false|title=Sang Raja (sebuah novel)|location=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-424-331-9|pages=240|url-status=live}}</ref>
 
Kehadiran Jepang yang represif turut membuat pabrik rokok kretek Nitisemito mengalami kesulitan. Ekonomi yang sulit, baik domestik maupun global, pada saat itu membuat pabrik rokok sulit berkembang. Perintah pemerintah Jepang agar Nitisemito membuka kembali pabriknya tahun 1944-1945 dan usaha Nitisemito membuka pabrik rokoknya lagi tahun 1947, menemui kebuntuan. Selang beberapa tahun setelah Nitisemito meninggal, pihak keluarga mencoba menghidupkan kembali pabrik rokok kretek Tjap Tiga Bal pada tahun 1962, tetapi hanya bertahan setahun. Soemadji sebagai pewaris juga tidak berniat menghidupkan kembali pabrik warisan ayahnya tersebut.<ref name=":4" />
 
== Aktivitas politik ==
Nitisemito dikenal dekat tokoh-tokoh pergerakan Kemerdekaan Indonesia, yakni [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], [[Gatot Mangkoepradja]], [[Sarekat Islam|Sarikat Islam]], dan [[Muhammadiyah]].<ref name=":5" /> Selain menjadi donatur bagi kaum pergerakan nasional, Nitisemito juga menyediakan villanya di Salatiga sebagai tempat pertemuan rahasia dengan Bung Karno maupun para pejuang kemerdekaan lainnya. Ketika terjadi [[Aksi Polisionil|Agresi Militer Belanda]] (1947-1949), Nitisemito meminta putranya, Soemadji untuk menjadikan rumahnya dan membuat dapur umur sebagai tempat penampungan Komandan Batalyon 423, Mayor Basuno beserta istri dan para pembantu dekatnya.<ref name=":1" />
 
== Daftar referensi ==
<references />
[[Kategori:PengusahaWirausahawan Indonesia]]
[[Kategori:TokohWirausahawan Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:PengusahaTokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Kudus]]