Pakubuwana IV: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Amangkubumi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(31 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{kegunaan lain|Pakubuwana (disambiguasi)}}
{{Infobox royalty
|name = Pakubuwana IV<br />{{java|ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧔꧇ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ꧇꧔꧇}}
|title = Sri Susuhunan Pakubuwana IV
|image = Portret van Pakoeboewono IV van Soerakarta.png
|succession = [[Susuhunan Surakarta]] ke-3
|moretext = ke-3
|reign = [[1788]] – [[1820]]
|predecessor = [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]
|suc-type = Penerus
|successor = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|reg-type = [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]]
|regent = [[Willem Arnold Alting]] <br /> [[Pieter Gerardus van Overstraten|Pieter van Overstraten]] <br /> [[Johannes Siberg]] <br /> [[Albertus Wiese]] <br /> [[Herman Willem Daendels]] <br /> [[Jan Willem Janssens]] <br /> [[G.A.G.Ph. van der Capellen]]
Baris 16:
|regent2 = [[Lord Minto]] <br /> [[Thomas Stamford Raffles]] <br /> [[John Fendall]]
|house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
|regnal name = ''Sahandhap SampeyandalemDalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng kaping Sakawan ing Nagari Surakarta Hadiningrat''
|full name = Raden Mas Subadya
|father = [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]
|mother = GKR. Kencana
|wife =
|birth_date = [[2 September]] [[1768]]
|birth_place = {{flagicon image|Flag of Sunanate of Surakarta.svg}} [[Karaton Surakarta]], [[Surakarta Hadiningrat]]
|death_date = {{Death date and age|1820|10|2|1768|98|2}}
|death_place = {{Negara|Hindia Belanda}} [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|religion = [[Islam]]
|signature =
|burial_place= [[Pemakaman Imogiri|Astana Kaswargan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]}}
}}
 
'''Sri Susuhunan Pakubuwana IV''' (sering disingkat sebagai '''PB IV'''; {{lahirmati|[[Surakarta]]|2|9|1768|Surakarta|2|10|1820}}) adalah [[susuhunan]] ketiga [[Kesunanan Surakarta|Surakarta]] yang memerintah tahun [[1788]]–[[1820]]. Ia dijuluki sebagai ''Sunan Bagus'', karena naik takhta dalam usia muda dan berwajah tampan.
 
== Awal Pemerintahan ==
Nama aslinya adalah Raden Mas Subadya, putra [[Pakubuwana III]] yang lahir dari permaisuri GKR. Kencana, keturunan [[Sultan]] [[Kesultanan Demak|Demak]]. Ia dilahirkan tanggal [[2 September]] [[1768]] dan naik takhta tanggal [[29 September]] [[1788]], dalam usia 20 tahun.
 
== Awal Pemerintahan ==
Pakubuwana IV adalah susuhunan Surakarta yang penuh cita-cita dan keberanian, berbeda dengan ayahnya yang kurang cakap. Ia adalah pemeluk [[Islam]] yang taat dan mengangkat para [[ulama]] dalam pemerintahan.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Joebagjo|first=Hermanu|date=2015-12-30|title=Politik Simbolis Kasunanan|url=http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/1538|journal=Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya|language=id|publisher=Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang|volume=9|issue=2|pages=182|doi=10.17977/um020v9i22015p179192|issn=2503-1147}}</ref> Hal ini tentu saja ditentang para pejabat berkecenderungan mistik yang sudah mapan di istana.
 
Pakubuwana IV dalam babad-babad sejarah politik lebih dikenal melalui ambisi besarnya untuk mempersatukan kembali Surakarta dengan Yogyakarta, yang berujung kepada dua peristiwa besar, yakni Pakepung (pengepungan Kasunanan oleh tentara Madura, Yogyakarta dan Mangkunegaran pada tahun 1790) serta [[Geger Sepehi|Sepehi]].<ref>{{Cite journal|last=Wiratama|first=Rudy|date=2021-06-01|title=Pakubuwana IV Sebagai Maecenas: Tinjauan Kritis Beberapa Teks Pengětan Sejarah Wayang|url=https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/1241|journal=Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara|publisher=Perpustakaan Nasional RI|volume=12|issue=1|pages=105|doi=10.37014/jumantara.v12i1.1241|issn=2685-7391}}</ref>
Para ulama tersebut mendukung Pakubuwana IV untuk bebas dari [[VOC]] dan menjadikan Surakarta sebagai negeri paling utama di [[Jawa]], mengalahkan [[Yogyakarta]].
 
=== Peristiwa Pakepung ===
Keadaan Surakarta semakin tegang. Para pejabat yang tersisih berusaha mengajak VOC untuk menghadapi raja. Pakubuwana IV sendiri membenci VOC terutama atas sikap residen Surakarta bernama W.A. Palm yang korup.
 
Residen Surakarta pengganti Palm yang bernama Andries Hartsinck terbukti mengadakan pertemuan rahasia dengan Pakubuwana IV. VOC mulai cemas dan menduga Hartsinck dimanfaatkan Pakubuwana IV sebagai alat perusak dari dalam.
 
VOC akhirnya bersekutu dengan [[Hamengkubuwana I]] dan [[Mangkunegara I]] untuk menghadapi Pakubuwana IV. Pada [[November]] [[1790]] VOC bersama mereka mengepung [[Keraton Surakarta]]. Mereka menyerang dari tiga arah. Dari selatan oleh Hamengkubuana I, arah utara oleh Mankunegara I dan arah barat oleh pasukan VOC.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Joebagio|first=Hermanu|date=2009|title=Islamic Political Thought of Pakubuwana IV|url=https://journal.uii.ac.id/Millah/article/view/5236|journal=Millah: Jurnal Studi Agama|publisher=Universitas Islam Indonesia|volume=VIII|issue=2|pages=350-362|isbn=|issn=1412-0992}}</ref> Dari dalam istana sendiri, para pejabat senior yang tersisih ikut menekan Pakubuwana IV agar menyingkirkan para penasihat rohaninya. Peristiwa ini disebut ''Pakepung''.
 
Pakubuwana IV akhirnya mengaku kalah pada [[26 November]] [[1790]] dengan menyerahkan para penasihatnya yang terdiri dari para haji untuk dibuang VOC.
 
=== Hubungan dengan pasukan sipahi ===
== Sikap terhadap Yogyakarta ==
Melalui Mangkubumi dan Baurekso, pasukan sipahi berhasil berkenalan dengan Sunan. Kontak pertama dilakukan oleh Dhaukul Singh yang mengunjungi Sunan di keraton dengan gambar Rama di tangannya. Ia kemudian menyanjung Sunan dengan berkata, "Jika Anda adalah keturunan dari seorang pemuja Rama yang agung, maka Anda adalah tuanku". Sunan yang terkesan dengan ucapan ini kemudian memberikan 300 [[dolar Spanyol]] (jika dinilai dengan kurs sekarang kira-kira bernilai 135 juta rupiah). Kunjungan awal ini juga diikuti oleh Ripaul Singh, ia memberikan pertunjukkan tari dan senam di kamar pribadi Sunan di keraton. Ia juga diberi hadiah oleh Sunan berupa kalung emas, gelang, anting-anting, dan berbagai jenis kain. Ripaul juga memperkenalkan seorang prajurit sipahi lainnya, yang bernama Mata Deen, ke Sunan yang dapat berbicara bahasa Melayu dengan baik.<ref name=":2" />
[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|250px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
Atas prakarsa VOC, maka Pakubuwana IV, [[Hamengkubuwana I]], dan [[Mangkunegara I]] bersama menandatangani perjanjian yang menegaskan bahwa kedaulatan Surakarta, [[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]], dan [[Mangkunegaran]] adalah setara dan mereka dilarang untuk saling menaklukkan.
 
Sunan juga sering menghadiri berbagai upacara Hindu yang diadakan di [[Benteng Vastenburg]]. Ia biasa datang sendirian sambil menyamar sebagai rakyat biasa, tetapi kadang-kadang juga ditemani anggota keluarganya ketika datang dengan naik kereta. Dalam kesempatan seperti ini, Sunan akan disambut oleh Mata Deen dan Dhaukul Singh.<ref name=":2" />
Meskipun demikian, Pakubuwana IV tetap saja menyimpan ambisi untuk mengembalikan Yogyakarta ke dalam pangkuan [[Surakarta]]. Sejak tahun [[1800]] tidak ada lagi VOC karena dibubarkan pemerintah negeri [[Belanda]]. Sebagai gantinya, dibentuk pemerintahan [[Hindia Belanda]] yang juga dipimpin seorang gubernur jenderal.
 
=== SikapAmbisi politik dan sikap terhadap Yogyakarta ===
[[Herman Daendels]], gubernur jenderal [[Hindia Belanda]] sejak [[1808]], menerapkan aturan yang semakin merendahkan kedaulatan istana. Dalam hal ini Pakubuwana IV seolah-olah menerima kebijakan itu karena ia berharap Belanda mau membantunya merebut Yogyakarta. Pakubuwana IV juga pandai bersandiwara di hadapan [[Thomas Raffles]], wakil pemerintah [[Inggris]] yang telah menggeser pemerintahan Hindia Belanda pada [[1811]]. Sementara itu [[Hamengkubuwana II]] (pengganti Hamengkubuwana I) terkesan kurang ramah terhadap bangsa asing.
{{Lihatpula|Geger Sepoy}}
Pakubuwana IV dikenal sebagai penguasa yang licik, tak terduga, dan ambisius. Salah satu ambisinya adalah menghancurkan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] sekaligus mengembalikan supremasi politik [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] di Jawa Tengah bagian selatan.<ref name=":2">{{Cite book|last=Carey|first=P. B. R.|last2=A. Noor|first2=Farish|date=2022|url=https://www.worldcat.org/oclc/1348391104|title=Ras, kuasa, dan kekerasan kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-481-656-8|edition=|pages=|others=|oclc=1348391104|url-status=live}}</ref>
 
Di saat yang bersamaan, munculnya desas-desus tentang pengembalian kekuasaan Belanda di Jawa dan kekhawatiran pasukan Sipahi di Jawa tentang nasib mereka karena muncul desas-desus mereka akan dijual ke pemerintah Belanda untuk menjamin keselamatan pemerintah Belanda ketika kembali berkuasa. Sejak saat itulah—berdasarkan bukti dari Patih Sosroadiningrat II— muncul hubungan antara garnisun sipahi di Surakarta dengan Pakubuwana IV. Ia berhasil dibujuk untuk menggunakan pasukan sipahi yang tidak puas untuk memenuhi ambisi politiknya sendiri di Jawa Tengah bagian selatan.<ref name=":2" />
Pakubuwana IV memanfaatkan kesempatan itu. Ia saling berkirim surat dengan Hamengkubuwana II yang berisi hasutan supaya Yogyakarta segera memberontak terhadap Inggris. Harapannya, Yogyakarta akan hancur di tangan Inggris. Pihak Inggris lebih dulu mengambil tindakan. Pada [[Juni]] [[1812]], Istana Yogyakarta berhasil diduduki dengan bantuan [[Mangkunegara II]] dalam peristiwa yang dikenal dengan nama [[Geger Sepehi]]. Hamengkubuwana II sendiri ditangkap dan dibuang ke [[Penang]].
 
Kelicikan Pakubuwana IV terlihat ketika ia berusaha untuk membujuk [[Hamengkubuwana II]]—melalui sebuah korespondensi rahasia sejak 1811 hingga 1812—untuk melawan Inggris menggunakan kekerasan dengan harapan tindakan gegabah ini akan menghancurkan Yogykarta. Untuk meyakinkan Hamengkubuwana II, Pakubuwana IV menawarkan dukungan militer jika terjadi peperangan dengan Inggris. Kesepakatan tersebut diratifikasi dalam sebuah perjanjian rahasia pada Maret 1812. Namun, ketika [[Thomas Stamford Raffles|Raffles]] menyerang Yogyakarta pada bulan Juni di tahun yang sama, Sunan tidak mengirimkan bantuan sama sekali dan justru menunggu hasil dari pertempuran tersebut. Selain itu, salinan korespondensi rahasia antara Sunan dengan Hamengkubuwana II jatuh ke tangan Inggris ketika penjarahan keraton. Bukti korespondensi rahasia dan kenyataan bahwa pasukan Surakarta ditempatkan di seberang jalur komunikasi Inggris selama penyerangan ke Yogyakarta hampir membuat Raffles menyerang Surakarta dan menggulingkan Sunan. Namun, ia mengampuni Sunan dengan menyetujui pemberhentian Patih Surakarta, Raden Adipati Cokronegoro, yang memegang peran kunci dalam persekongkolan dengan Yogyakarta.<ref name=":2" />
== Persekutuan dengan Orang-Orang Sepoy ==
Surat-menyurat antara Pakubuwana IV dan Hamengkubuwana II terbongkar. Pihak Inggris tidak menurunkan Pakubuwana IV dari takhta, tetapi merebut beberapa wilayah Surakarta.
 
=== Mendirikan Pesantren Jamsaren ===
Pakubuwana IV belum juga jera. Pada [[1814]], ia bersekutu dengan kaum Sepoy dari [[India]], yaitu tentara yang dibawa Inggris untuk bertugas di Jawa. Tentara Sepoy ini diajak Pakubuwana IV untuk memberontak terhadap Inggris, serta menaklukkan Yogyakarta yang saat itu dipimpin [[Hamengkubuwana III]].
 
Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|193x193px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
Persekutuan ini kandas pada [[1815]]. Sebanyak 70 orang Sepoy yang terlibat pemberontakan diadili pihak Inggris. Sejumlah 17 orang di antaranya dihukum mati. Sedangkan sisanya dipulangkan ke India sebagai tawanan. [[Thomas Raffles]] juga membuang seorang pangeran Surakarta yang dianggap sebagai penghasut Pakubuwana IV.
 
== Akhir Pemerintahan ==
Pakubuwana IV masih menjadi raja Surakarta tanpa diturunkan Inggris. Sebaliknya, ia mengalami pergantian pemerintah penjajah, dari Inggris kembali kepada Belanda pada [[1816]]. Pakubuwana IV meninggal dunia pada [[2 Oktober]] [[1820]]. Ia digantikan putranya yang bergelar [[Pakubuwana V]]. Selain Pakubuwana V, ada dua lagi putra Pakubuwana IV yang menjadi raja Surakarta, yaitu [[Pakubuwana VII]] dan [[Pakubuwana VIII]].
 
Pakubuwana IV meninggal dunia pada [[2 Oktober]] [[1820]]. Ia digantikan putranya yang bergelar [[Pakubuwana V]]. Semasa hidupnya, Pakubuwana IV dikenal sebagai '''Sinuhun Wali''' karena ia terkenal sangat dekat dengan kaum ulama. Lagi pula beliau memang gemar bertapa serta ahli [[zikir]], di mana tingkat ilmu rohaninya memang sederajat ''waliyullah''. Terbukti banyak situs-situs bekas tempat berdoa beliau. Semua membuktikan beliau adalah raja rakyat, raja yang sangat mencintai rakyatnya.
 
Selain dikenal sebagai ahli politik yang cerdik, Pakubuwana IV juga terkenal kemampuannya dalam bidang sastra/ kapujanggan, khususnya yang bersifat rohani. Ia diyakini mengarang naskah Serat Wulangreh, Serat Cipto Waskitho, dan lain-lain, yang berisi ajaran-ajaran luhur untuk memperbaiki moral dan budi pekerti. Tidak itu saja, beliau pun seorang ahli budaya dengan mengembangkan wayang kulit dgn wanda khusus, ahli pusaka, serta ahli dalam seni.
 
Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda ia pernah belajar beberapa ilmu kesaktian kepada Pakubuwana IV. [[Ranggawarsita]] sendiri merupakan cucu angkat Pangeran Buminata, adik Pakubuwana IV.
 
== CatatanRujukan ==
{{Reflist}}
Selain Pakubuwana V, ada dua lagi putra Pakubuwana IV yang menjadi raja Surakarta, yaitu [[Pakubuwana VII]] dan [[Pakubuwana VIII]].
 
== KepustakaanBacaan lain ==
 
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
Baris 88 ⟶ 83:
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]]|pendahulu=[[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]|pengganti = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]|tahun = 1788-1820}}
{{kotak selesai}}
 
Baris 120 ⟶ 115:
 
{{DEFAULTSORT:Pakubuwana 04}}
[[Kategori:Susuhunan Surakarta|4]]
[[Kategori:Meninggal usia 52]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]