Hubungan Indonesia dengan Rusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k AABot memindahkan halaman Hubungan Indonesia-Rusia ke Hubungan Indonesia dengan Rusia dengan menimpa pengalihan lama: gunakan kata 'dengan' untuk memisahkan dua entitas dalam artikel hubungan
 
(33 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Bilateral relations|Indonesia–Rusia|Indonesia|Russia|filetype=svg}}'''Hubungan Indonesia–Rusia''' ({{lang-ru|Российско-индонезийские отношения}}) mengacu kepada [[diplomasi|hubungan luar negeri]] [[bilateralisme|bilateral]] antara [[Indonesia]] dan [[Rusia]]. Rusia memiliki [[kedutaan besar]] di [[Jakarta]], dan Indonesia memiliki [[Kedutaan Besar Indonesia di Moskow|kedutaan besar]] di [[Moskow]] serta [[konsulat jenderal]] di [[Saint Petersburg]]. Kedua negara adalah anggota [[Asia-Pacific Economic Cooperation|APEC]] dan [[G-20]].
{{Infobox Bilateral relations|Indonesia–Rusia|Indonesia|Russia|filetype=svg}}
[[Berkas:Vladimir Putin with Susilo Bambang Yudhoyono-3.jpg|thumb|right|Mantan [[Presiden Indonesia]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]] bersama [[Presiden Rusia]] [[Vladimir Putin]] pada 6 September 2007.]]
 
Menurut jajak pendapat Pew Research Center 2018, 46% orang Indonesia memiliki pandangan yang baik tentang Rusia, dengan 31% menyatakan pandangan negatif.<ref>{{Cite web|last=NW|first=1615 L. St|last2=Suite 800Washington|date=2018-12-06|title=Global views of Putin, Russia largely negative|url=https://www.pewresearch.org/global/2018/12/06/image-of-putin-russia-suffers-internationally/|website=Pew Research Center's Global Attitudes Project|language=en-US|access-date=2021-02-02|last3=Inquiries|first3=DC 20036USA202-419-4300 {{!}} Main202-857-8562 {{!}} Fax202-419-4372 {{!}} Media}}</ref>
'''Hubungan Indonesia–Rusia''' ({{lang-ru|Российско-индонезийские отношения}}) mengacu kepada [[diplomasi|hubungan luar negeri]] [[bilateralisme|bilateral]] antara [[Indonesia]] dan [[Rusia]]. Rusia memiliki [[kedutaan besar]] di [[Jakarta]], dan Indonesia memiliki [[Kedutaan Besar Indonesia di Moskow|kedutaan besar]] di [[Moskow]] serta [[konsulat jenderal]] di [[Saint Petersburg]]. Kedua negara adalah anggota [[Asia-Pacific Economic Cooperation|APEC]] dan [[G-20]].
Russia Beyond the Headlines
Politik
Bagaimana Uni Soviet Membantu Indonesia Merebut Irian Barat?
23 Januari 2017 Ajay Kamalakaran, RBTH
Dukungan Soviet megubah jalan peperangan.
Khrushchev and Soekarno in Indonesia
Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev memberi hormat pada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam kunjungannya ke Jakarta tahun 1959. Sumber: The LIFE Picture Collection⁠⁠⁠⁠
Tak seperti perjuangan pembebasan negara-negara jajahan Inggris yang akhirnya diberi jalan untuk merdeka dan membentuk negara baru, Indonesia benar-benar harus melawan Belanda dalam perang empat tahun untuk mencapai kemerdekaan seutuhnya.
 
== Latar belakang ==
Pada Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali Papua. Pemerintah Belanda beralasan bahwa pulau dan suku-suku yang mendiami Papua memiliki kebudayaan mereka sendiri yang berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya.
 
=== Era Kolonial ===
Presiden pertama RI Sukarno, yang memimpin gerakan kemerdekaan Indonesia, membuat misi pribadi untuk membebaskan wilayah yang saat itu disebut sebagai Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Indonesia dan bahkan Jakarta yang masih bernama [[Batavia]] waktu itu lebih dikenal lagi di kalangan Rusia pada paruh keempat abad XVII ketika terjadi hubungan ekonomi dan perdagangan antara [[Kekaisaran Rusia|Rusia]] dengan [[Belanda]], dimana Belanda telah menjadikan Indonesia sebagai wilayah kolonialnya sejak masuk ke Indonesia pada tahun 1602.
 
Hubungan laut membantu mengembangkan kerja sama Indonesia-Rusia, termasuk bidang perdagangan. Kapal-kapal perang Rusia dalam perjalanan ke [[Vladivostok]] sering singgah di [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Untuk meningkatkan hubungan kedua pihak, pada tahun 1885 di Batavia didirikan Konsulat tidak tetap Rusia dan pada tahun 1894 atas usulan Kementerian Kelautan Rusia, Konsulat tersebut diubah menjadi konsulat tetap dengan Konsulnya bernama M. Bakunin yang merupakan Konsul pertama dan terakhir pada waktu itu.
Nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo, pahlawan nasional Indonesia dari Papua, pernah mengatakan, “Perubahan nama Papua menjadi Irian, selain mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.” (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107 – 108).
 
Melalui jalur laut Rusia mengekspor minyak tanah dan peralatan-peralatan pabrik ke Indonesia, sementara dari Indonesia mengimpor kopi, teh, tembakau, kopra, rempah-rempah dan timah. Pada tahun 1899 Konsulat Rusia di Batavia tersebut diubah statusnya kembali menjadi Konsulat tidak tetap dan pada tahun 1913 ditutup.<ref>{{Cite web|title=Embassy of The Republic of Indonesia in Moscow, Accredited to the Republic of Belarus Russian Federation|url=https://kemlu.go.id/moscow/en|website=Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia|language=id|access-date=2021-02-02}}</ref>
“Pada awalnya, ini adalah upaya yang sia-sia,” kata Clarice Van den Hengel, seorang peneliti dan ahli Indonesia yang tinggal di Den Haag, kepada RBTH. “Awalnya, Amerika, yang telah membentuk NATO, mendukung Belanda, sedangkan Stalin tidak peduli dengan Indonesia yang berada jauh di khatulistiwa.”
 
=== Era Uni Soviet ===
Upaya Sukarno untuk membebaskan Irian Barat dimulai dengan melakukan negosiasi bilateral langsung dengan Belanda. Ketika langkah ini gagal, Indonesia kemudian mencoba untuk menggalang dukungan di Majelis Umum PBB. Namun, hal ini pun terbukti sia-sia.
{{Infobox Bilateral relations|Indonesia–RusiaIndonesia–Uni Soviet|Indonesia|Russia|filetype=svgUni Soviet}}
[[Berkas:Soekarno and Voroshilov.jpg|jmpl|[[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan [[Kliment Voroshilov]] dalam suatu kunjungan kenegaraan pada tahun 1958.]]
Pada tanggal 25 Januari 1950, Menteri Luar Negeri [[Uni Soviet]], A. Vyshinsky menyampaikan secara tertulis kepada Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri [[Mohammad Hatta|Moch. Hatta]] bahwa Uni Soviet mengakui kemerdekaan dan kedaulatan [[Indonesia]], dan keinginan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pemerintah Indonesia menyambut baik hal tesebut. Pada bulan Mei 1950 Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh N. Palar dengan anggotanya terdiri dari Yusuf Wibisono, Yamin dan Hadinoto berkunjung ke [[Moskwa|Moskow]] untuk melakukan perundingan dan hasil dari perundingan tersebut disampaikan pada Sidang Kabinet yang dihadiri [[Soekarno|Presiden Soekarno]], 16 Mei 1950, yaitu kesepakatan untuk saling membuka Kedutaan Besar dan tanggapan positif Uni Soviet mengenai masuknya Indonesia menjadi anggota [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]].
 
Pada tanggal 28 Agustus-12 September 1956 [[Soekarno|Presiden Soekarno]] berkunjung ke Moskow. Dalam kunjungan tersebut, pada tanggal 11 September 1956 dihadapan Presiden Soekarno dan petinggi-petinggi Uni Soviet seperti Mikoyan, Voroshilov, Kaganovich dan Malenkov, Menteri Luar Negeri Indonesia [[Roeslan Abdulgani|Ruslan Abdulgani]] dan Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet Gromyko menandatangani Kesepakatan Bersama (Joint Statement). Pada bulan Juni 1961 Presiden Soekarno melakukan kunjungan ke Uni Soviet dan pada tahun 1957 Ketua Presidium Uni Soviet Tertinggi K.Y. Voroshilov serta pada Februari 1960 Perdana Menteri [[Nikita Khrushchev|Nikita Khuschev]] berkunjung ke Indonesia. Hasil dari saling kunjung tersebut dicapai kesepakatan-kesepakatan peningkatan hubungan dan kerjasama di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial budaya, kemanusiaan, maupun militer, seperti pengucuran bantuan dana, pembangunan berbagai proyek dan pemasokan peralatan militer dari Uni Soviet untuk Indonesia. Proyek-proyek pembangunan bantuan Uni Soviet untuk Indonesia seperti pembangunan [[Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan|Rumah Sakit “Persahabatan”]], [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|stadion “Gelora Bung Karno”]], [[Hotel Indonesia]], pembangunan jalan, jembatan dan lapangan terbang di sejumlah daerah di Indonesia, pembangunan pabrik baja dan fasilitas-fasiltas lainnya.
Konfrontasi
 
Dalam pertemuan dengan Jenderal TNI [[Abdul Haris Nasution|A.H. Nasution]] di Moskow, Perdana Menteri Nikita Khruschev menyampaikan bahwa Indonesia dapat memperoleh semua peralatan militer di Uni Soviet. Pada tanggal 28 Desember 1960, Indonesia menandatangani kontrak pengadaan peralatan militer dan pada awal tahun 1962 peralatan militer mulai dikirim secara berkesinambungan ke Indonesia. Dalam kurun waktu yang singkat Angkatan Bersenjata Indonesia menjadi kuat yang dilengkapi dengan sejumlah kapal selam, pesawat tempur dan perlatan militer lainnya. Dengan melihat keadaan demikian, masalah Irian Barat dapat diselesaikan melalui jalan damai dan [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Barat]] kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.<ref name="kemlu.go.id">{{Cite web|title=Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow, Merangkap Republik Belarus FEDERASI RUSIA|url=https://kemlu.go.id/moscow/id|website=Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia|language=id|access-date=2021-02-02}}</ref>
Pada tahun 1956, Presiden Sukarno, yang memiliki kecenderungan jiwa sosialis yang kuat, melakukan kunjungan pertamanya ke Moskow. Di Moskow, sang presiden pertama RI membahas sengketa negaranya dengan Belanda, yang kemudian disebut sebagai Sengketa Irian Barat.
 
Pada tahun 1965 Indonesia dihadapkan pada gejolak sosial dan politik dalam negeri dan terjadinya peristiwa [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]]. Setelah berhasil mengatasi hal tersebut, secara nasional ditandai dengan komitmen pembangunan ekonomi yang sangat membutuhkan investasi, perdagangan luar negeri dan bantuan negara industri maju, khususnya dari Barat yang mendorong berdirinya era [[Orde Baru]].
Dari kiri ke kanan: kosmonot legendaris Uni Soviet Yuri Gagarin, Nikita Khruchev, Presiden RI Soekarno, dan Leonid Brezhnev di Kremlin, Moskow, Juni 1961. Sumber: RIA Novosti
Dari kiri ke kanan: kosmonot legendaris Uni Soviet Yuri Gagarin, Nikita Khruchev, Presiden RI Soekarno, dan Leonid Brezhnev di Kremlin, Moskow, Juni 1961. Sumber: RIA Novosti
 
Pada awal Orde Baru hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Uni Soviet tidak begitu dekat seperti terjadi pada awal tahun 1960-an, sangat mungkin disebabkan oleh kebijakan [[anti-komunisme]] oleh Suharto, setelah [[Gerakan 30 September]] 1965. Meskipun demikian, tidak seperti hubungan dengan [[Tiongkok]] ketika Suharto berkuasa, hubungan diplomatik dengan Uni Soviet tidak diputuskan dan tetap berlangsung. Pada bulan Juli 1986, ketika berpidato di Vladivostok, pemimpin Uni Soviet [[Mikhail Gorbachev]] menyebut Indonesia salah satu di antara negara-negara dimana Uni Soviet siap memperluas hubungan.
Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, yang mendukung gerakan antikolonialisme di Asia dan Afrika, dengan cepat mengumumkan dukungannya terhadap Indonesia yang pada waktu itu tengah berupaya mendapatkan dukungan di PBB.
 
Terobosan untuk mendekatkan kembali hubungan kedua negara ditandai dengan kunjungan [[Soeharto|Presiden Soeharto]] ke Moskow pada 7-12 September 1989. Dalam kunjungan tersebut ditandatangani Pernyataan mengenai Dasar-Dasar Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama antara Indonesia dengan Uni Soviet.
Moskow juga mulai mempersenjatai angkatan bersenjata Indonesia. Dari akhir 1950-an hingga akhir masa kepemimpinan Sukarno pada 1966, Uni Soviet telah memasok Indonesia dengan satu kapal penjelajah, 14 kapal perusak, delapan kapal patroli antikapal selam, 20 kapal rudal, beberapa kapal torpedo bermotor dan kapal meriam, serta kendaraan-kendaraan lapis baja dan amfibi, helikopter, dan pesawat pengebom.
 
=== Era Rusia Modern ===
Aktivitas militer Indonesia terus meningkat di wilyah ini sampai pertengahan tahun 1962. Angkatan Udara RI mulai beroperasi dari pangkalan di pulau-pulau sekitar Irian Barat dan pesawat pengebom Tupolev Tu-16 yang dikirim Soviet lengkap dengan misil antikapal AS-1 Kennel / KS-1 Kome dikerahkan untuk mengantisipasi serangan HNLMS Karel Doorman. Sumber: Wikipedia
[[Berkas:Vladimir Putin with Susilo Bambang Yudhoyono-3.jpg|jmpl|ka|[[Presiden Indonesia]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]] bersama [[Presiden Rusia]] [[Vladimir Putin]] pada 6 September 2007.]][[Pembubaran Uni Soviet|Uni Soviet dinyatakan bubar]] pada tanggal 25 Desember 1991. Pada tanggal 28 Desember 1991 melalui surat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia [[Ali Alatas]] yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Andrei Vladimirovich Kozyrev, Pemerintah Indonesia mengakui secara resmi [[Rusia|Federasi Rusia]] sebagai “pengganti sah” (''legal successor'') Uni Soviet.
Aktivitas militer Indonesia terus meningkat di wilyah yang dipersengketakan ini sampai pertengahan tahun 1962. AU RI mulai beroperasi dari pangkalan di pulau-pulau sekitar Irian Barat dan pesawat pengebom Tupolev Tu-16 yang dikirim Soviet — lengkap dengan misil antikapal AS-1 Kennel/KS-1 Kome — dikerahkan untuk mengantisipasi serangan kapal HNLMS Karel Doorman milik Belanda. Sumber: Wikipedia
 
Memasuki tahun 1990-an hubungan kedua negara mulai menunjukan peningkatan baik di bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan perdagangan.
“Situasi benar-benar berubah ketika Indonesia dipersenjatai oleh Soviet,” kata Van den Hengel. “Belanda sudah kalah perang dengan rakyat Indonesia dan tidak siapa untuk berurusan dengan tentara Indonesia yang dilengkapi dengan senjata modern.”
 
Pada awal abad ke-21 hubungan dan kerja sama Indonesia dengan Rusia memasuki babak baru. Hal ini ditandai dengan saling kunjung atau pertemuan pemimpin kedua negara dan para pejabat tinggi pemerintahan, serta saling dukung di forum internasional. Hubungan dan kerja sama tidak hanya terjalin pada tingkat pemerintah atau eksekutif, tetapi juga tingkat lainnya, seperti legislatif dan yudikatif, pelaku usaha, media, dan masyarakat.
Dengan dukungan persenjataan Soviet, Indonesia memulai kebijakan konfrontasi dengan Belanda pada tahun 1960.
 
Sejak tahun 2000 terjadi pertemuan yang sangat intensif antara Presiden Indonesia dan Presiden Rusia. Selama tahun 2000-2020 tercatat 13 kali pertemuan bilateral antara presiden kedua negara, 4 kali di antaranya dilakukan saat kunjungan dan 9 kali lainnya di sela-sela konferensi internasional. Presiden [[Vladimir Putin]] telah bertemu dengan empat presiden Indonesia dari [[Abdurrahman Wahid]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Susilo Bambang Yudhoyono]], hingga [[Joko Widodo]].
Subandrio Bertemu Khrushchev
 
== SituasiHubungan terkini ==
Konfrontasi antara Indonesia dan Belanda melibatkan kombinasi tekanan diplomatik, politik, dan ekonomi, serta kekuatan militer yang terbatas.
 
=== Kerja sama ekonomi ===
Tahap akhir konfrontasi memaksa invasi militer berskala penuh, suatu rencana berisiko yang akan memaksa Amerika untuk campur tangan dan membantu sekutu NATO mereka.
[[Berkas:Rus Emb Jakarta.JPG|jmpl|Kedutaan Besar Rusia, Jakarta]]
[[Berkas:Moscow, Novokuznetskaya14-12, Embassy of Indonesia.jpg|jmpl|Kedutaan Besar Republik Indonesia, Moskow]]
Pada akhir 2007, Indonesia membeli persenjataan militer dari Rusia dengan pembayaran jangka panjang. Maskapai penerbangan Indonesia juga mempertimbangkan untuk membeli [[Sukhoi Superjet 100]] dari Rusia tetapi [[Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak|kecelakaan ujicoba pada 2012]] telah menyebabkan penangguhan pembelian. Pihak Indonesia menyatakan analisis perekaman data penerbangan yang diselamatkan dari lokasi kecelakaan dapat memakan waktu sampai setahun lamanya.<ref>{{cite web | title = Indonesia Predicts Slow Probe of Crashed Russian Jetliner | url = http://www.voanews.com/content/indonesia-promises-slow-probe-of-crashed-russian-jetliner/666823.html| accessdate = 16 May 2006}}</ref> Sekarang ini, kedua negara adalah anggota [[G-20]] dan [[Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik|APEC]].
 
Rusia sebagai pasar potensial bagi produk Indonesia, seperti minyak sawit, produk ikan, kopi, garmen, sedangkan Rusia menawarkan gandum dan produk-produk berteknologi tinggi kepada Indonesia. Kerja sama ini dapat saling melengkapi satu sama lainnya. Berdasarkan data [[Kementerian Perdagangan Republik Indonesia|Kementerian Perdagangan RI]], nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia tahun 2018 sebesar USD 2,55 milyar, dan pada periode Januari-November 2019 mencapai USD 1,92 miliar. Nilai ini sebenarnya sangat kecil dibanding potensi yang ada. Rusia adalah kekuatan ekonomi nomor 12 dunia sementara Indonesia nomor 16.
Menteri Luar Negeri RI Subandrio (1964). Sumber: Wikipedia
Menteri Luar Negeri RI Subandrio (1964). Sumber: WikipediaSelama puncak konfrontasi, Subandrio, menteri luar negeri Sukarno yang fasih berbahasa Rusia, terbang ke Moskow untuk meminta dukungan Soviet.
 
Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi Rusia, seperti investasi pembangunan kilang minyak senilai USD 16 miliar di Tuban. Berdasarkan data [[Badan Koordinasi Penanaman Modal|BKPM RI]], nilai investasi Rusia ke Indonesia pada periode Januari-September 2019 naik 10 kali lipat sebesar USD 17,29 juta dari USD 1,7 juta pada periode yang sama tahun 2018. Angka ini sebenarnya jauh dari nilai yang sebenarnya mengingat sebagian besar investasi Rusia ke Indonesia melalui negara ketiga.
Nikita Khrushchev menggambarkan peristiwa yang berujung pada konfrontasi ini dalam memoarnya. “Saya bertanya kepada Subandrio, ‘Seberapa besar kemungkinan kesepakatan (dengan Belanda) bisa tercapai’,” tulis Khruschev.
 
Indonesia juga telah menjadi salah satu tujuan utama wisatawan Rusia. Berdasarkan data [[Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia|Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI]], wisatawan Rusia ke Indonesia tahun 2018 sebanyak 125.728, naik 6,51% dari tahun 2017. Sementara itu, pada periode Januari-November 2019 wisatawan Rusia ke Indonesia sebanyak 170.370 orang, naik 13,49% dari periode yang sama tahun 2018. Sebaliknya, tidak sedikit juga warga Indonesia yang berkunjung ke Rusia dan jumlahnya terus meningkat. Selain itu, banyak pula mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia dari hanya 2 orang tahun 1996 menjadi 644 orang saat ini.<ref name="kemlu.go.id"/>
“Dia menjawab, ‘Tidak terlalu besar.’ Saya bilang, ‘Jika Belanda tidak bisa bersikap rasional dan memilih terlibat dalam operasi militer, ini akan menjadi perang yang, pada batas tertentu, bisa berfungsi sebagai medan pembuktian bagi pilot-pilot kami yang menerbangkan pesawat tempur yang dilengkapi dengan rudal. Kita akan melihat bagaimana rudal kami bekerja’.”
 
Meskipun dukungan Moskow terhadap Indonesia sangat jelas dan dinyatakan secara terbuka, pembicaraan antara Khrushchev dan Subandrio ini seharusnya bersifat rahasia. Namun, sang menlu, menurut memoar Khrushchev, mengungkapkan hasil pembicaraannya itu kepada Amerika, yang sama sekali tak ingin terjebak dalam krisis lain yang berpotensi menjadi Perang Dunia.
 
“Ini menjadi momen berakhirnya kekuasaan Belanda di Irian Barat,” kata Van den Hengel. “Selain ingin menghindari konfrontasi langsung dengan Uni Soviet, AS tidak ingin terlihat bahwa negaranya tampak mendukung penjajah Eropa melawan negara dunia ketiga yang baru merdeka.”
 
Di bawah tekanan Amerika, pada Agustus 1962, Belanda akhirnya setuju untuk menyerahkan Irian Barat ke Otoritas PBB (UNTEA). Pada 1963, wilayah Irian Barat akhirnya diserahkan kepada Indonesia.
 
Setelah referendum tahun 1969, atau yang dikenal sebagai Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), rakyat Irian Barat dengan suara bulat memilih bergabung dengan Indonesia. Meskipun dibantah oleh beberapa pengamat Barat, hasil referendum diterima oleh Amerika Serikat, Uni Soviet, Australia, serta 81 anggota PBB lainnya.
 
Namun, Belanda mengembangkan sekelompok orang yang hendak menentang penggabungan wilayah Papua dengan Indonesia. Unsur-unsur ini kemudian membentuk gerakan separatis yang hingga kini masih aktif di Papua.
 
KRI Irian 201, Simbol Persahabatan Soviet dan Indonesia di Tahun 60-an
KRI Irian 201, Simbol Persahabatan Soviet dan Indonesia di Tahun 60-an.
Bukti kehadiran Rusia ataa nama Uni Soviet tahun di era Orde Lama adalah dengan dibangunnya Stasion Utama Gelanggang Olahraga Senayan (sekarang bernama Gelora Bung Karno) atas bantuan keuangan dan teknis dari Uni Soviet.
 
== Latar belakang ==
[[Uni Soviet]] membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia pada [[3 Februari]] [[1950]]. Pada masa-masa awal [[Perang Dingin]], kedua negara memiliki hubungan yang kuat, di mana [[Presiden Indonesia]] [[Sukarno]] mengunjungi [[Moskow]] dan pemimpin Soviet [[Nikita Khrushchev]] juga mengunjungi [[Jakarta]]. Setelah Sukarno [[Sejarah Indonesia (1965-1966)|dilengserkan]] oleh Jenderal [[Suharto]], hubungan antara kedua negara tidak seerat ketika Sukarno berkuasa, sangat mungkin disebabkan oleh kebijakan [[anti-komunisme]] oleh Suharto, setelah [[Gerakan 30 September]] 1965. Meskipun demikian, tidak seperti [[Hubungan Indonesia-Tiongkok|hubungan]] dengan [[Tiongkok]] ketika Suharto berkuasa, hubungan diplomatik dengan Rusia tidak diputuskan dan tetap berlangsung.
 
=== KerjasamaKerja sama militer ===
Setelah [[keruntuhan Uni Soviet]] pada [[1991]] dan juga keruntuhan dunia [[komunisme]], hubungan erat antara kedua negara terlihat semakin baik pada pertengahan 1990-an.
Rusia termasuk pemasok utama persenjataan untuk Indonesia. Tercatat sampai tahun 2017, Rusia menjadi negara pengekspor alat militer terbesar kedua di Indonesia setelah Amerika Serikat. Ekspor persenjataan Rusia ke Indonesia di antaranya adalah [[Sukhoi Su-30]], [[Sukhoi Su-27]], [[Mil Mi-24|Mil Mi-35]], [[BMP-3]], [[Mil Mi-17]], dan [[PantsirBTR-S180]].
 
Saat ini, Korps Marinir Indonesia mengoperasikan 54 BMP-3F dan 1 BREM-L.<ref>{{Cite news|date=2014-12-01|title=37 Unit Tank Amfibi BMP-3F Lengkapi Koleksi Korps Marinir|url=http://www.jpnn.com/read/2014/01/27/213357/37-Unit-Tank-Amfibi-BMP-3F-Lengkapi-Koleksi-Korps-Marinir-|work=[[Jawa Pos|JPNN.com]]|access-date=2021-02-02|archive-date=2014-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20141201214259/http://www.jpnn.com/read/2014/01/27/213357/37-Unit-Tank-Amfibi-BMP-3F-Lengkapi-Koleksi-Korps-Marinir-|dead-url=unfit|first=Tim|last=Redaksi}}</ref> 22 BMP-3F lainnya dipesan pada 2019 bersama dengan 21 BT-3F.<ref>{{Cite web|url=https://www.armyrecognition.com/april_2019_global_defense_security_army_news_industry/indonesia_buys_bt-3f_and_bmp-3f_armored_vehicles_from_russia.html|website=www.armyrecognition.com|access-date=2021-02-02}}</ref>
== Situasi terkini ==
 
[[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Kementerian Pertahanan]] telah memutuskan akan mengganti satu skuadron atau 16 unit pesawat [[Northrop F-5|F-5 Tiger]] milik [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI Angkatan Udara]] yang akan memasuki masa pensiunnya dengan pesawat tempur [[Sukhoi Su-35|Sukhoi SU-35]] dari Rusia. Di tempat yang sama, Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsekal Muda TNI [[Muhammad Syaugi|M. Syaugi]] mengatakan bahwa pembelian pesawat Sukhoi 35 yang baru melalui alih teknologi atau transfer of technology (ToT) dengan pihak Rusia.<ref>{{Cite web|date=2017-08-07|title=Kemhan Akan Ganti F-5 dengan Sukhoi SU-35|url=http://www.beritasatu.com/nasional/303974-kemhan-akan-ganti-f5-dengan-sukhoi-su35.html|website=web.archive.org|access-date=2021-02-02|archive-date=2017-08-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20170807232757/http://www.beritasatu.com/nasional/303974-kemhan-akan-ganti-f5-dengan-sukhoi-su35.html|dead-url=unfit}}</ref> Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva menyatakan, bahwa rencana Indonesia untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia masih berlanjut.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Proyek Pembelian Sukhoi Su-35 Masih Lanjut|url=https://fin.co.id/2020/07/09/proyek-pembelian-sukhoi-su-35-masih-lanjut/|website=|access-date=|archive-date=2021-01-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20210131035826/https://fin.co.id/2020/07/09/proyek-pembelian-sukhoi-su-35-masih-lanjut/|dead-url=yes}}</ref>
Sekarang ini, kedua negara adalah anggota [[G-20]] dan [[Asia-Pacific Economic Cooperation|APEC]]. Kedua negara turut aktif bekerjasama dalam bidang perdagangan, militer, ekonomi dan sosial. Volume perdagangan antara Indonesia dan Rusia setiap tahun meningkat. Kedua negara juga memperkuat kerjasama dalam bidang infrastruktur seperti perkereta apian, pengembangan energi nuklir, dan juga teknologi.
 
Pada Desember 2020, [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|TNI Angkatan Laut]] dan Angkatan Laut Rusia mengadakan latihan militer bersama dalam Passex (Passing Exercise) Rusindo-20. Latihan tersebut berlangsung di perairan Laut Jawa pada Kamis, 17 Desember 2020. TNI Angkatan Laut mengerahkan 3 kapal perang KRI Karel Satsuitubun-356 yang di komandani Letkol laut (P) Rafael Dwinatu A. P, KRI Diponegoro-365 dengan komandan Letkol laut (P) Lewis N. Nainggolan, dan KRI Tombak-629 dengan komandan Letkol laut (P) Nurulloh Zemy Prasetyo. Sementara itu tiga Kapal Perang Rusia yang mengikuti latihan tersebut antara lain RFS Varyag-011, RFS Adm. Panteleyev-548 dan Pechenga. Latihan yang berjalan hanya satu hari ini berjalan dengan aman dan lancar. Adapun serial latihan yang dilakukan adalah Maneuver Exercise, RAS Approach, Flaghoist, Flashex dan Passing exercise.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Tiga KRI Dan Tiga Kapal Perang Rusia Terlibat Latihan Passex Rusindo-20|url=https://tni.mil.id/view-191811-tiga-kri-dan-tiga-kapal-perang-rusia-terlibat-latihan-passex-rusindo-20.html|website=|access-date=}}</ref>
== Kerjasama militer ==
Rusia termasuk pemasok utama persenjataan untuk Indonesia. Tercatat sampai tahun 2017, Rusia menjadi negara pengekspor alat militer terbesar kedua di Indonesia setelah Amerika Serikat. Ekspor persenjataan Rusia ke Indonesia di antaranya adalah [[Sukhoi Su-30]], [[Sukhoi Su-27]], [[Mil Mi-24|Mil Mi-35]], [[BMP-3]], [[Mil Mi-17]], dan [[Pantsir-S1]].
 
== Lihat juga ==
* [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Rusia]]
* [[Daftar duta besar Rusia untuk Indonesia]]
* [[Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskwa]]
* [[Hubungan luar negeri Indonesia]]
* [[Hubungan luar negeri Rusia]]
Baris 87 ⟶ 69:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.kbrimoskow.org/embassy/list_040107.htm Kedutaan Besar Indonesia di Moskow] {{Webarchive|url=https://archive.today/20071120053010/http://www.kbrimoskow.org/embassy/list_040107.htm |date=2007-11-20 }}
* [http://www.indonesia.mid.ru/ Kedutaan Besar Rusia di Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090714013702/http://www.indonesia.mid.ru/ |date=2009-07-14 }}
 
{{Foreign relations of Russia|Asia}}
Baris 94 ⟶ 76:
 
{{DEFAULTSORT:Hubungan Indonesia-Rusia}}
[[Kategori:Hubungan Indonesia–RusiaIndonesia dengan Rusia| ]]
[[Kategori:Hubungan bilateral Indonesia|Rusia]]
[[Kategori:Hubungan bilateral Rusia|Indonesia]]