Darah sebagai makanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ayu Saraswati31 (bicara | kontrib)
memperbaiki ejaan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 35:
 
== Metode penyajian ==
[[Berkas:Blodplättar.jpg|jmpl|Blodplättar, pancake dari Swedia]]
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti [[sapi]], [[babi]], [[domba]], dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal [[Tiết canh]] asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan [[sosis]], [[puding hitam|puding]], [[panekuk]], [[sup darah|sup]], hingga dikonsumsi mentah.<ref>Davidson, Alan. ''The Oxford Companion to Food''. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2006., p. 81-82.</ref> Di [[Tibet]], darah [[yak]] yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat.<ref>Ma Jian, ''Stick Out Your Tongue'' Chatto and Windus London, 2006.</ref> Masyarakat [[Inuit]] mengkonsumsi darah [[anjing laut]] secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan.<ref name="Searles">Searles, Edmund. "Food and the Making of Modern Inuit Identities." Food & Foodways: History & Culture of Human Nourishment 10 (2002): 55–78.</ref><ref name="Borré">Borré, Kristen. "Seal Blood, Inuit Blood, and Diet: A Biocultural Model of Physiology and Cultural Identity." Medical Anthropology Quarterly 5 (1991): 48–62.</ref> Masyarakat [[Maasai]] juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.<ref>{{cite book|title=Maasai|url=https://archive.org/details/maasai0000craa|last=Craats|first=Rennay|year=2005|publisher=Weigl Publishers|page=[https://archive.org/details/maasai0000craa/page/25 25]|isbn=978-1-59036-255-6 }}</ref>