Penyimpanan makanan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memperbaiki EYD dan menerjemahkan istilah asing |
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
(16 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:
[[Berkas:
'''Penyimpanan makanan''' atau [[bahan makanan]] merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah [[pembusukan]] makanan sehingga dapat memperpanjang [[masa penyimpanan]], menjaga kualitas dan ketersediaan makanan di sepanjang waktu. Berdasarkan ketahanannya, makanan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu makanan tahan lama, makanan semi-tahan lama dan makanan tidak tahan lama. Metode penyimpanan makanan telah dilakukan sejak masih berupa bahan makanan segar ([[hasil panen]]). Kemudian dilakukan pula saat [[Pengolahan makanan|pengolahan]], pemrosesan, [[Pengemasan makanan|pengemasan]] hingga pendistribusian produk. Ada pun teknologi penyimpanan makanan yang sering dilakukan antara lain dengan menggunakan [[bahan kimia]] dan [[mikroba]] ([[fermentasi]]), pengendalian kandungan air, struktur makanan ([[pengeringan]], [[dehidrasi osmotik]], [[aktivitas air]] dan penggunaan [[Membran (disambiguasi)|membran]]), penggunaan panas dan energi ([[pasteurisasi]], [[pengalengan]], pemasakan dan [[Penggorengan (masakan)|penggorengan]], pembekuan-pencairan untuk makanan cair, [[pembekuan]], [[oven gelombang mikro]], [[ultrasonik]], [[Energi matahari|energi cahaya matahari]], [[iradiasi]], [[
Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama pada [[jasa boga]] dan [[katering]], dapat membuat bahan makanan menjadi cepat rusak.<ref>{{Cite web|last=Anonim TEP-45|title=Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi makanan|url=https://himateta.lk.ipb.ac.id/2010/12/penyimpanan-bahan-makanan-merupakan-satu-dari-6-prinsip-higiene-dan-sanitasi-makanan-by-anonim-tep45/|website=HIMATETA IPB|access-date=14 Januari 2021|archive-date=2022-01-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20220115220020/https://himateta.lk.ipb.ac.id/2010/12/penyimpanan-bahan-makanan-merupakan-satu-dari-6-prinsip-higiene-dan-sanitasi-makanan-by-anonim-tep45/|dead-url=yes}}</ref> Tujuan penyimpanan makanan adalah untuk mencegah agar diri sendiri dan orang lain tidak terjangkit [[penyakit]] yang ditimbulkan oleh [[mikroorganisme]], seperti ''[[Salmonella]]'', [[E.coli|''E.col''i]] dan [[Clostridium botulinum|''C. botullinum'']] yang dapat menyebabkan [[botulisme]]. Menjaga makanan tetap dingin pada [[suhu]] yang tepat dapat membantu mencegah atau memperlambat pertumbuhan [[bakteri]] ini.<ref>{{Cite web|date=2 September 2021|title=Are You toring Food Safely?|url=https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/are-you-storing-food-safely|website=U.S. Food & Drug Administration|access-date=21 Januari 2022}}</ref>
== Kebiasaan manusia purba dalam menyimpan makanan ==
Sebelum ditemukannya [[kulkas]], manusia harus menemukan cara yang tepat untuk mengawetkan makanan. Beberapa praktik [[pengawetan makanan]] yang telah dilakukan sejak masa lampau adalah [[penggaraman]], [[Pengeringan (makanan)|pengeringan]], [[pengasapan]] dan [[fermentasi]]. [[Manusia purba]] memiliki beberapa cara yang cukup efektif untuk menyimpan makanan agar lebih awet, seperti menyimpan makanan di [[kolam]] atau [[rawa]]. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah bukti [[paleontologi]] dan [[arkeologi]], seperti yang ditemukan di [[Amerika Utara]], di mana ada suatu kolam dengan suhu dan kandungan [[oksigen]] rendah yang biasa digunakan untuk menyimpan sisa daging buruan. Daging binatang yang disembelih dipotong-potong dalam ukuran besar kemudian disimpan dalam air di kolam kecil dekat tempat penyembelihan sehingga daging dapat dikonsumsi pada [[musim panas]] berikutnya.<ref name=":0">{{Cite
Manusia purba juga biasa menyimpan makanannya dengan cara dikubur untuk melindungi makanan dari paparan [[sinar matahari]], panas dan oksigen yang bisa mempercepat proses pembusukan makanan. Biasanya mereka akan menaruh makanan di [[rawa]]. Meski rawa merupakan [[lahan basah]], rawa memiliki suhu yang sesuai, rendah oksigen dan tingkat keasaman yang tinggi sehingga cocok untuk mengawetkan makanan agar tidak mudah rusak. Cara ini pernah diterapkan pada peradaban kuno di [[Eropa Utara]] untuk mengawetkan makanan, termasuk [[mentega]].<ref name=":0" />
Di wilayah empat musim, proses pengawetan daging dengan [[pendinginan]] ditemukan secara tidak sengaja oleh manusia purba ketika menemukan bahwa daging hasil buruan tidak mudah busuk karena ada [[es]] di sekelilingnya.<ref>{{Cite
Hal yang sama juga diterapkan oleh orang-orang [[Romawi Kuno|Romawi]] dan [[Yunani Kuno|Yunani kuno]] yang memiliki kebiasaan mengawetkan daging dengan es alam. Mereka mengangkut [[salju]] dari [[pegunungan]] dan menyimpannya di [[ruang bawah tanah]]. Di ruang bawah tanah itulah es alam diawetkan dengan cara diselimuti [[jerami]]. Di [[negara tropis]] yang tidak mengenal [[musim salju]], orang-orang [[India]] dan [[Mesir]] membuat salju dengan cara [[penguapan cepat]]. Teori penguapan cepat inilah yang kemudian mendasari penciptaan kulkas yang sekarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite web|last=Maulana|first=Yoyok Prima|date=4 Januari 2018|title=Fakta! Kulkas Ternyata Sudah Ada Sejak Sebelum Masehi, Ini Bukti-buktinya|url=https://intisari.grid.id/amp/03106897/fakta-kulkas-ternyata-sudah-ada-sejak-sebelum-masehi-ini-bukti-buktinya|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=19 Januari 2022}}</ref>
== Penyimpanan daging ==
[[Berkas:Tiefkühlschublade.JPEG|jmpl|Penyimpanan daging di dalam [[freezer]]]]
[[Pendinginan]] pada suhu kulkas merupakan cara paling sederhana dan sering dilakukan untuk mengawetkan dan memperpanjang masa penyimpanan [[daging]]. [[Pendinginan]] dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri karena suhu dingin akan menurunkan [[energi kinetik]] semua [[molekul]] dalam sistem sehingga dapat menurunkan kecepatan [[reaksi kimia]], termasuk aktivitas [[metabolisme]] [[Sel (biologi)|sel]] bakteri. Meskipun pendinginan dapat menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi ada juga bakteri tertentu yang bisa hidup pada suhu dingin kulkas, misalnya [[kapang]], [[bakteri psikrofilik]] dan beberapa [[bakteri penghancur racun]]. Lamanya penyimpanan daging juga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan bakteri. Semakin lama daging disimpan pada [[suhu ruang]], semakin banyak pula [[basa]] yang dihasilkan akibat peningkatan aktivitas [[mikroorganisme]]. Akibatnya terjadilah proses [[pembusukan]] yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan bakteri.<ref>{{Cite journal|last=Edi|first=Syahmi|last2=Rahmah|first2=Roro Shofiyah Nur|date=2018|title=
Hal ini disebabkan oleh aktivitas [[mikroba]] selama penyimpanan pada suhu ruang sehingga terjadi [[dekomposisi]] [[senyawa kimia]] dalam daging, terutama [[protein]] yang akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Apabila proses ini berlanjut terus, ia akan menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti [[indol]], skatol, [[merkaptan]], amina-amina dan [[hidrogen sulfida]]. Di antara senyawa-senyawa tersebut, hanya [[merkaptan]] dan [[hidrogen sulfida]] yang merupakan [[asam lemah]], sedangkan yang lain merupakan [[basa]] dan [[basa kuat]].<ref>{{Cite journal|last=Suradi|first=Kusmajadi|date=2012|title=Pengaruh Lama Penyimpanan Pada Suhu Ruang Terhadap Perubahan Nilai pH, TVB dan Total Bakteri Daging Kerbau|url=https://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/view/5121/2549|journal=Jurnal Ilmu Ternak Unpad|volume=12|issue=2|pages=9-12|doi=}}</ref>
Setiap [[budaya]] dan [[restoran]] memiliki cara tersendiri dalam menyimpan daging sehingga menghasilkan kualitas rasa yang diinginkan. Teknik ini disebut dengan ''beef aging'', yaitu penyimpanan di dalam ruangan dengan kondisi [[iklim mikro]] ([[temperatur]], [[kelembapan]]) yang telah ditentukan dalam waktu beberapa hari sehingga menghasilkan kualitas daging tertentu.<ref>Michael Richardson, Kim Matthews, Chris Lloyd, Katie Brian. Meat quality and shelf life. Better Returns Programme [[EBLEX]] Agriculture and Horticulture Development Board. brp_b_betterreturnsfrommeatmanual-meatqualityandshelflife.pdf [http://www.eblex.org.uk] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121015194307/http://www.eblex.org.uk/
Jika daging tidak ingin langsung diolah, daging segar dan [[produk olahan daging]] harus disimpan dalam [[kulkas]] agar awet. Lamanya penyimpanan di kulkas maupun ''freezer'' tergantung pada jenis dagingnya. [[Daging merah]] mentah, seperti [[daging sapi]], [[Daging kambing|kambing]], [[Daging domba|domba]] dan [[Daging babi|babi]], dapat bertahan selama 3-4 hari jika disimpan dalam kulkas, dan 4-12 bulan di dalam ''freezer'', tergantung jenis dagingnya. Daging merah matang bisa disimpan selama 3-4 hari dan 2-6 bulan jika di ''freezer''. Masa simpan daging unggas mentah adalah 1-2 hari di kulkas dan 9 bulan di dalam ''freezer''. Daging unggas utuh bisa bertahan hingga 1 tahun jika dibekukan. Masa simpan daging unggas matang sama dengan daging merah matang, yaitu 3-4 hari di kulkas dan 2-6 bulan jika di ''freezer.'' [[Daging giling]], baik yang berasal dari [[daging sapi]], [[domba]] atau [[ayam]], bisa bertahan 1-2 hari di kulkas dan 3-4 bulan di ''freezer''. Produk daging olahan, seperti [[sosis]], [[kornet]], sepek ([[bacon]]), [[ham]], [[daging asap]] dan [[salami]], bisa bertahan hingga 2 minggu dalam kulkas selama produk tersegel sempurna. Apabila bungkusnya sudah dibuka, daging olahan hanya bisa bertahan sekitar 5-7 hari dalam kulkas dan 1-2 bulan dalam ''freezer''. Sementara untuk [[makanan laut]], seperti [[Makerel|ikan makarel]], [[teri]], [[salmon]], [[sarden]], yang tergolong [[ikan berlemak]] hanya boleh bertahan selama 2-3 bulan demi menjaga kualitasnya.<ref>{{Cite web|date=18 Januari 2021|title=Berapa Lama Boleh Menyimpan Daging di Kulkas dan Freezer?|url=https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/waktu-menyimpan-daging-di-kulkas-freezer/|website=Hello Sehat|language=id-ID|access-date=17 Januari 2022}}</ref>
== Penyimpanan sayur dan buah ==
Kerusakan [[hortikultura]] (pada [[sayur]] dan [[buah]]) bisa terjadi lebih cepat jika penanganan selama dan [[Pascapanen|setelah panen]] kurang baik. Sayuran bersifat mudah rusak sehingga lebih diutamakan untuk dikonsumsi dalam keadaan segar. Salah satu proses penting dalam penanganan [[pascapanen]] adalah penyimpanan. Penyimpanan produk sayuran segar bertujuan untuk memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu dapat memperbaiki mutu sayuran tersebut.<ref>{{Cite web|last=Arista|first=Noer Isnaeni Dwi|date=2021|title=View of Penanganan Pasca Panen Sayuran Serta Strategi Sosialisasinya Kepada Masyarakat Ditengah Pandemi Covid-19|url=https://proceedings.polije.ac.id/index.php/agropross/article/view/v5-2021-w/pdf|website=proceedings.polije.ac.id|doi=10.25047/agropross.2021.223|isbn=978-623-94036-6-9|access-date=17 Januari 2022}}</ref>
Pendinginan sayur dan buah dimulai segera setelah dipanen dan dilanjutkan terus selama [[perjalanan]], [[penggudangan]], [[perdagangan]], penyimpanan hingga konsumsi atau pengolahan lebih lanjut. Cara ini dilakukan untuk menahan atau mengurangi penyebab pembusukan, baik karena mikroba maupun [[kerusakan fisiologis]] yang berasal dari bahan dalam sayur dan buah tersebut. Ada pun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendinginan adalah kualitas bahan makanan yang hendak didinginkan, suhu ruang pendingin, kelembapan udara ruang pendingin, sirkulasi udara dan jarak tumpukan dalam ruang pendingin. Karakteristik penyimpanan sayur dan buah berbeda-beda tergantung jenisnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti [[varietas]], [[iklim]] tempat tumbuh, kondisi [[
== Penyimpanan bahan makanan pokok ==
Baris 33:
[[Beras]] merupakan [[komoditas]] penting karena menjadi [[makanan pokok]] sebagian besar [[masyarakat]] [[Indonesia]]. Peningkatan produksi beras yang dilakukan dengan memperluas area tanam, [[intensifikasi pertanian]] dan penggunaan varietas-varietas unggul nasional dilakukan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan beras masyarakat. Selain aspek produksi, aspek [[pascapanen]] juga perlu diperhatikan dalam rangka memenuhi ketersediaan beras untuk masyarakat karena adanya potensi kehilangan hasil saat pascapanen. Salah satu hal penting dalam rangkaian kegiatan pascapanen beras adalah penyimpanan. Ada pun [[institusi]] di Indonesia yang diberi [[Mandat (politik)|mandat]] untuk menyimpan beras dalam jumlah besar adalah [[Badan Urusan Logistik]] (Bulog).<ref>{{Cite journal|last=Kamsiati|first=Elmi|last2=Darmawati|first2=Emmy|last3=Haryadi|first3=Yadi|date=2013|title=Screening Varietas Padi Lokal Kalimantan Tengah Terhadap Serangan Stophilus Oryzae selama Penyimpanan|url=http://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/82|journal=Jurnal Pangan|volume=22|issue=2|pages=345-356|doi=|issn=2527-6239}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Pitaloka|first=Adelia Luhjingga|last2=Santoso|first2=Ludfi|last3=Rahadian|first3=Rully|date=2012|title=Gambaran Beberapa Faktor Fisik Penyimpanan Beras, Identifikasi dan Upaya Pengendalian Serangga Hama Gudang (Studi di Gudang Bulog 103 Demak Sub Bulog Wilayah I Semarang)|url=https://media.neliti.com/media/publications/18709-ID-gambaran-beberapa-faktor-fisik-penyimpanan-beras-identifikasi-dan-upaya-pengenda.pdf|journal=Jurnal Kesehatan Masyarakat|volume=1|issue=2}}</ref>
Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan, umumnya karena serangan [[Hama|hama-hama]] [[gudang]], seperti [[serangga]], [[tungau]], [[tikus]], [[burung]] dan [[kapang]]. Serangga merupakan penyebab terbesar kerusakan bahan pangan dan menyebabkan penurunan kualitas serta kuantitas beras yang disimpan. Ada tiga faktor yang memicu serangan hama gudang pada komoditas bahan pangan yang disimpan, yaitu keadaan komoditas atau bahan simpan, kondisi gudang dan [[iklim mikro]] gudang yang mempengaruhi laju kerusakan komoditas yang disimpan. Oleh karena itu, gudang penyimpanan harus selalu dijaga kebersihannya dan dilakukan perawatan rutin pada komponen gudang untuk mencegah perkembangbiakkan serangga hama. Selain itu, ketersediaan [[Termometer|alat pengukur suhu]] dan kelembapan gudang juga diperlukan.<ref name=":1"
Pola konsumsi masyarakat berbeda-beda di masing-masing daerah tergantung potensi daerah dan struktur budaya masyarakat. [[Jagung]] merupakan salah satu jenis tanaman [[biji-bijian]] ([[serealia]]) yang juga menjadi sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk dunia selain [[padi]] atau [[beras]]. Di [[Pulau Timor]], misalnya, jagung menjadi [[makanan pokok]] dan [[pakan ternak]]. Masyarakat [[Timor Tengah Utara]] (TTU) biasa menyimpan hasil panen jagung dengan cara pengasapan di dapur kemudian disimpan dalam [[lopo]] atau [[lumbung]].<ref>{{Cite journal|last=Satmalawati|first=MM Endah Mulat|last2=Rusae|first2=Aloysius|date=2017|title=
Bahan pangan jenis biji-bijian dapat lebih tahan lama dengan menerapkan penyimpanan yang baik, seperti tempat penyimpanan yang bersih (termasuk [[lantai]] tempat penyimpanan harus bersih dari [[telur serangga]] dan [[serangga]] apa pun), biji-bijian harus dikeringkan hingga [[kadar air]] yang lebih rendah, mengontrol suhu secara rutin dan meningkatkan sirkulasi udara tempat penyimpanan.<ref>{{Cite web|title=Tips Menyimpan Hasil Panen Serealia Agar Lebih Awet|url=https://sariagri.id/article/amp/79911/tips-menyimpan-hasil-panen-serealia-agar-lebih-awet|website=sariagri.id|access-date=21 Januari 2022}}</ref>
Selain bahan pangan yang berasal dari jenis [[biji-bijian]], ada juga bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis [[umbi-umbian]]. Umbi-umbian merupakan sumber [[karbohidrat]], terutama dalam bentuk [[pati]], yang menjadi makanan pokok di beberapa negara di [[Asia]] dan [[Afrika]]. Di [[Indonesia]], selain sebagai bahan pangan, umbi-umbian juga menjadi bahan baku berbagai produk industri, seperti [[tapioka]], [[pati termodifikasi]], [[gula cair]] dan sebagainya. Umbi-umbian yang banyak tumbuh di Indonesia antara lain [[singkong]], [[ubi jalar]], [[kentang]], [[talas-talasan]] (''aroids''), [[gadung]]-gadungan (''[[
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penyimpanan [[umbi-umbian]] agar lebih tahan lama adalah memilih umbi-umbian yang masih segar. Kemudian tidak mencampurkan umbi yang masih segar dengan yang sudah busuk dalam satu wadah. Penyimpanan umbi-umbian juga tidak boleh dicampur dengan [[bumbu dapur]] karena masing-masing memiliki jangka waktu penyimpanan yang berbeda. Umbi-umbian harus disimpan di tempat terbuka, kering, tidak lembap, tidak terkena sinar matahari langsung dan disimpan pada suhu ruang. Khusus untuk [[singkong]], singkong dapat dikupas dan dicuci bersih terlebih dulu sebelum disimpan dalam wadah tertutup berisi air yang menutupi seluruh permukaan singkong. Singkong dapat disimpan dalam ''chiller'' hingga satu bulan dengan ketentuan air harus diganti setiap 5-7 hari sekali.<ref>{{Cite
== Penyimpanan rempah-rempah dan herba ==
[[Berkas:Stall at New Market, Kolkata 02.jpg|jmpl|Penyimpanan rempah-rempah di wadah tertutup untuk menjaga kualitasnya]]
[[Rempah-rempah]] didefinisikan sebagai tanaman eksotik, aromatik dengan rasa yang kuat. Dalam [[bahasa Inggris]], rempah-rempah disebut ''spices'', yang berasal dari kata dalam [[bahasa Latin]], ''species'', yang berarti jenis khusus. Nama tersebut mencerminkan fakta bahwa semua bagian tanaman telah dibudidayakan karena [[aromatisitas]], keharuman, kepedasan atau manfaat lain yang yang diinginkan, termasuk yang diperoleh dari [[biji]] ([[adas manis]], [[Jintan|jinten]] dan [[ketumbar]]), [[daun]] ([[daun ketumbar]], [[daun kari]], [[daun salam]], [[mint]]), beri-berian (allspice, [[Juniper beri|juniper]], [[lada hitam]]), [[kulit kayu]] ([[kayu manis]]), kernel ([[pala]]), [[arilus]] ([[fuli]]), [[batang]] ([[kucai]]), tangkai ([[serai]]), [[rimpang]] ([[jahe]], [[kunyit]], [[lengkuas]]), [[akar]] (lovage, [[lobak]]), [[bunga]] ([[safron]]), [[umbi]] ([[bawang putih]], [[bawang merah]]), [[buah]] ([[adas bintang]], [[kapulaga]], [[cabai]]) dan [[kuncup bunga]] ([[cengkih]]). Bagi banyak orang di seluruh dunia, rempah-rempah mampu menstimulasi [[nafsu makan]], menambahkan rasa dan tekstur pada makanan serta mempercantik tampilan makanan. Rempah-rempah juga sering digunakan dalam pembuatan [[parfum]], [[kosmetik]], [[obat-obatan]] dan berbagai [[ritual keagamaan]]. Rempah-rempah dibedakan dengan [[herba]] yang meskipun fungsinya sama, tetapi herba sering digunakan untuk merujuk pada bagian dari tanaman berdaun hijau, sayuran aromatik dan [[Buah kering|buah-buahan kering]].<ref>{{Cite journal|last=Nnenna|first=Omorodion|date=2020|title=
Rempah-rempah dan herba yang dibeli di toko harus disimpan di wadah aslinya untuk menjaga kualitas. Rempah-rempah curah yang dibeli dalam jumlah khusus dan rempah-rempah yang dikeringkan harus disimpan dalam wadah ''food grade'' yang tutupnya kedap udara. Penyimpanan di ''freezer'' juga bisa dilakukan untuk memperpanjang masa simpan rempah-rempah dan herba kering. Rempah-rempah dan herba tidak boleh ditempatkan di bawah sinar matahari langsung karena akan mempengaruhi warna, rasa dan teksturnya.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2 Desember 2021|title=Safe use and storage of spices and herbs|url=https://www.hometownnewstc.com/news/safe-use-and-storage-of-spices-and-herbs/article_a2752aac-52c6-11ec-9e03-071291233da2.html|website=Hometown News Treasure Coast|language=en|access-date=21 Januari 2022}}</ref>
Baris 51:
== Penyimpanan susu dan produk susu ==
[[Berkas:Packs of milk.jpeg|jmpl|Penyimpanan susu di lemari pendingin]]
Secara alamiah, [[susu]] mengandung bakteri yang berasal dari [[Puting susu|puting]], [[ambing]] dan [[rambut]]. Jika tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan bakteri dalam susu berkembang dengan cepat. Mikroorganisme lainnya bisa masuk ke dalam susu jika selama proses pemerahan, transportasi dan penyimpanan tidak menggunakan menggunakan peralatan yang bersih, terjaga dan steril. Di sisi lain, kandungan gizi yang lengkap menyebabkan susu sebagai media tumbuh yang paling baik bagi perkembangbiakkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia.<ref>{{Cite journal|last=Budiyono|first=Haris|date=2009|title=
Pada [[susu fermentasi]], pertumbuhan [[bakteri asam laktat]] sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerja [[enzim laktase]] atau [[asam laktat]] telah terbentuk secara maksimal sehingga tidak terdapat peningkatan [[total asam tertitrasi]] dan penurunan [[pH]] yang membuat pertumbuhan bakteri terhambat.
Pada [[keju]], apabila disimpan pada suhu ruang, ia akan berjamur. Sementara jika disimpan di kulkas, tetapi tampak kering dan retak-retak, itu artinya keju sudah tidak layak dikonsumsi.<ref>{{Cite journal|last=Ibrahim|first=Nadiya|last2=Hidayat|first2=Bambang|last3=Darana|first3=Sjafril|date=2017|title=Deteksi Kualitas Keju Menggunakan Metode Gabor Wavelet Dengan Klasifikasi K-nearest Neighbor (k-nn) Pada Citra Digital|url=https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/view/452|journal=eProceedings of Engineering|language=id|volume=4|issue=2|pages=1710-1717|issn=2355-9365}}</ref>
Ketika membeli susu di toko, hendaknya memilih susu yang kemasannya tersegel rapat untuk mencegah terjadinya perubahan bau dan rasa. Disarankan pula untuk lebih memilih [[susu pasteurisasi]] dibandingkan [[susu mentah]] karena susu mentah organik pun bisa saja mengandung bakteri berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit serius bahkan kematian. Penyimpanan susu dan [[produk susu]] lainnya dilakukan pada bagian terdingin dari kulkas, bukan pada pintu kulkas karena lebih rentan terpapar udara yang lebih hangat akibat membuka dan menutup pintu kulkas. [[Keju keras]], seperti [[Keju Cheddar|cheddar]], [[Keju Gouda|gouda]], [[Keju Edam|edam]] dan [[Keju Swiss|keju swiss]], disimpan dengan cara dibungkus secara berlapis dengan [[kertas lilin]] atau [[perkamen]] sebagai lapisan dalam dan bungkus plastik sebagai lapisan luar. Hal ini bisa membuat keju bertahan selama 3-4 minggu di kulkas setelah dibuka.<ref>{{Cite web|last=Ellis|first=Esther|date=30 Juni 2020|title=Keep Your Dairy and Egg Products Safe|url=https://www.eatright.org/homefoodsafety/safety-tips/food/keep-your-dairy-and-egg-products-safe|website=www.eatright.org|language=en|access-date=21 Januari 2022}}</ref>
== Keamanan makanan ==
Baris 69:
== Rotasi makanan ==
Rotasi makanan adalah mengutamakan [[Pengolahan makanan|pengolahan]], penyajian, dan [[konsumsi]] makanan yang telah berada di ruang penyimpanan makanan paling lama sehingga mencegah makanan menjadi tidak layak dan menjadi [[sampah makanan]]. Makanan yang terlalu lama berada di dalam penyimpanan berpotensi menjadi rusak kualitasnya dan tidak aman dikonsumsi sehingga kemungkinan besar akan terbuang. Pemberian label pada kemasan merupakan cara yang termudah untuk dilakukan.<ref name="foodstoragerotation">[http://www.family-survival-planning.com/food-storage-guidelines.html Food Storage Guidelines], ''Family Survival Planning'', April 10, 2009.</ref>
Beberapa [[bisnis]], seperti [[katering]], [[retail]] atau [[manufaktur]], seringkali harus menangani [[persediaan]] makanan dalam jumlah besar. Para staf yang bekerja di [[industri]] ini harus melakukan rotasi persediaan yang tepat demi [[Efisiensi ekonomi|efisiensi]] dan menjaga keamanan makanan. Salah satu metode rotasi persediaan yang biasa digunakan dalam penyimpanan makanan adalah ''First-In-First-Out'' atau [[FIFO]] (masuk pertama keluar pertama). Caranya adalah dengan menempatkan produk-produk yang memiliki [[Kadaluarsa|masa kadaluwarsa]] paling cepat di bagian depan dan produk-produk yang memiliki masa kadaluwarsa paling lama di bagian belakang. Dengan menerapkan metode FIFO, persediaan yang memiliki masa kadaluwarsa paling cepat bisa terjual lebih dulu. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan kesegaran dan meminimalkan [[Limbah makanan|limbah]].<ref>{{Cite web|last=Burton|first=Liz|date=19 Juli 2017|title=Implementing a FIFO Food Storage System|url=https://www.highspeedtraining.co.uk/hub/fifo-food-storage/|website=The Hub {{!}} High Speed Training|language=en-GB|access-date=17 Januari 2022}}</ref>
Baris 75:
== Kondisi darurat ==
[[Berkas:First Strike Ration Components.jpg|jmpl|Makanan darurat yang biasa dikonsumsi oleh militer ketika sedang bertugas di lapangan]]
Sebagai negara dengan kondisi geografis yang berada di dalam [[Cincin Api Pasifik]], Indonesia termasuk negara yang rawan mengalami [[gempa bumi]] dan [[letusan gunung berapi]]. Selain menimbulkan korban jiwa dan berbagai kerusakan, [[bencana alam]] juga mengganggu ketersediaan pangan di daerah rawan bencana dan mengakibatkan kerawanan pangan. Ketersediaan [[beras]] dan [[mie instan|mi instan]] sebagai cadangan makanan masih menjadi solusi atas masalah rawan pangan, termasuk kondisi tanggap darurat. Namun, hal ini tidak menyelesaikan masalah karena untuk mengolah beras atau mi instan agar menjadi makanan yang dapat dikonusmsi membutuhkan ketersediaan [[air bersih]] yang memadai. Sementara dalam keadaan darurat, ketersediaan, kuantitas dan [[kualitas air]] bersih sering menjadi kendala. Oleh karena itu, diperlukan konsep pangan darurat yang dapat dimanfaatkan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.<ref>{{Cite web|last=Maulana|first=Nirwan|date=24 April 2018|title=Pangan Darurat Siap Guna untuk Mempertahankan Status Gizi Anak di Daerah Terdampak Bencana - SDGs Center|url=http://sdgcenter.unpad.ac.id/pangan-darurat-siap-guna-ready-to-use-foods-sebagai-sediaan-pangan-darurat-nasional-untuk-mempertahankan-status-gizi-anak-pada-daerah-terdampak-bencana-di-jawa-barat-bagian-selatan-studi-kasus-di/|website=Pusat SDG Universitas Padjadjaran|language=en-US|access-date=17 Januari 2022}}</ref>
Pembuatan makanan darurat harus dapat memenuhi kebutuhan gizi dan energi harian. Produk makanan darurat hendaknya mengandung energi sebesar 2.150 kkal per hari yang setara dengan kebutuhan [[kalori]] orang [[dewasa]]. Ada pun syarat lain yang harus dipenuhi dari produk makanan darurat adalah dapat dikonsumsi tanpa perlu [[memasak]], dapat diterima oleh semua [[etnis]] dan [[agama
Makanan yang harus disimpan untuk bisa bertahan dalam kondisi darurat akibat bencana alam adalah makanan yang memiliki masa kadaluwarsa lama, seperti [[makanan kemasan]] atau [[makanan kaleng]].<ref>{{Cite
== Lihat pula ==
|