Benteng Otanaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Ditahun +Pada tahun)
k Cagar
 
(16 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
[[Berkas:Otanaha Fortress.JPG|jmpl|Bagian depan Benteng Otanaha.]]
| Name = Benteng Otanaha
'''Benteng Otanaha''' merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di [[Kelurahan Dembe I]], [[Kecamatan Kota Barat]], [[Kota Gorontalo]]. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.
| Image =[[Berkas:Otanaha Fortress.JPG|250px]]
[[Berkas:Otanaha|caption = Fortress.JPG|jmpl|Bagian depan Benteng Otanaha.]]
| Type =
| Criteria =Kawasan
| ID =CB.927
| Location = [[Dembe I, Kota Barat, Gorontalo]], [[Gorontalo]]
| ownership = Pemerintah [[Kota Gorontalo]]
| management = Pemerintah [[Kota Gorontalo]] dan BPCB Gorontalo
| Year = 23 Mei 2008
| Session = SK Menteri No.PM.30/PW.007/MKP/2008
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016021000212/benteng-otanaha
| map_location = Indonesia Gorontalo
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Dembe I, Kota Barat, Gorontalo]], [[Gorontalo]]
| coordinates = {{coord|0.4046718|123.0213467}}
}}
'''Benteng Otanaha''' terletak di atas perbukitan Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Lokasi benteng merupakan salah satu cagar budaya di Provinsi Gorontalo.<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2018-11-04|title=Berakhir Pekan Menelusuri Benteng Otanaha di Gorontalo|url=https://www.liputan6.com/regional/read/3683741/berakhir-pekan-menelusuri-benteng-otanaha-di-gorontalo|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
 
'''Benteng Otanaha''' merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di [[Kelurahan Dembe I]], [[Kecamatan Kota Barat]], [[Kota Gorontalo]]. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. JumlahMasing-masing jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan yaitu 348 anak tangga.<ref>{{Cite yaituweb|last=Gorontalo|first=BPCB|date=2014-06-24|title=BENTENG 348OTANAHA_GORONTALO|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/benteng-otanaha_gorontalo/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
 
== Peristiwa ==
Pelayaran Portugis yang melintasi Teluk Tomini dalam kondisi kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan bajak laut memilih singgah dan masuk ke Pelabuhan Gorontalo. Nahkoda kapal menggunakan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Ilato yang merupakan penguasa Kerajaan Gorontalo.
 
Pertemuan tersebut membuat Raja Ilato dan Nahkoda mengambil kesepakatan untuk memperkuat pertahanan dan keamanan melalui pembanguan benteng di atas perbukitan Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini yakni pada tahun 1525 <ref>{{Cite web|last=Gorontalo|first=BPCB|date=2014-06-24|title=BENTENG OTANAHA_GORONTALO|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/benteng-otanaha_gorontalo/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
 
== Sejarah ==
 
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri Kerajaan Pinohu (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari Langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa).
Belum ada hasil penelitian sejarah yang pasti mengenai pembangunan Benteng Otanaha. Namun setidaknya hingga saat ini terdapat dua versi cerita yang dipercayai masyarakat Gorontalo.
 
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri [[Kerajaan Pinohu]] (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari Langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa). Pada tahun 1481 berubah lagi dengan nama kerajaan Bune (Bone). Sekitar tahun 1585, muncul salah seorang keturunan raja yang digelari rakyatnya dengan Wadipalapa II, di tangan Wadipalapa II kemudian muncul gagasan untuk memperluas kerajaan Bune dengan cara damai. Maka diperintahkanlah rakyatnya mencari lahan baru dengan membagi warganya menjadi dua rombongan. Jalur utara dari Suwawa, Wonggaditi terus ke Huntu Lo Bohu dipimpin Hemeto. Sedang jalur selatan mulai dari Potanga, Dembe, terus ke Panipi diserahkan kepada Naha. Jalur Utara yang dinakhodai Naha, akhirnya tiba di Dembe dan menemukan benteng tersebut berada di atas bukit.
 
Literatur lainnya berbeda dalam menceritakan sosok Naha. Kononnya tokoh ini adalah anak dari Raja Ilato dan Permaisuri Tilangohula yang memerintah Kerajaan Gorontalo dipada abad 15. Naha memiliki dua saudara, Ndoba dan Tiliaya. Ketika dirinya remaja, ia memilih merantau negeri seberang. Sampai suatu masa, Ndoba dan Tiliaya memimpin perlawanan mengusir Portugis yang dianggap memperalat mereka dalam mengusir para bajak laut. Padahal, sebelumnya Portugis meminta bantuan dan sepakat dengan pihak kerajaan Gorontalo, setelah pelayaran mereka terganggu oleh cuaca buruk dan bajak laut serta kehabisan makanan. Kesepakatan dengan kerajaan gorontalo adalah guna memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, maka dibuatlah 3 benteng di Kelurahan Dembe sekarang. Pertempuran mengusir Portugis, Ndoba dan Tiliaya dibantu oleh angkatan laut yang dipimpin 4 orang, yakni, Apitalao Lakoro, Apitalao Lagona, Apitalao Lakadjo, dan Apitalao Djailani. Sekitar 1585, Akhirnya Naha kembali dan menemukan benteng tersebut, dan kemudian memperisteri seorang perempuan bernama Ohihiya. Dari pasangan lahirlah dua putera, Paha (Pahu) dan Limonu.
 
== Referensi ==
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri [[Kerajaan Pinohu]] (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari Langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa). Pada tahun 1481 berubah lagi dengan nama kerajaan Bune (Bone). Sekitar tahun 1585, muncul salah seorang keturunan raja yang digelari rakyatnya dengan Wadipalapa II, di tangan Wadipalapa II kemudian muncul gagasan untuk memperluas kerajaan Bune dengan cara damai. Maka diperintahkanlah rakyatnya mencari lahan baru dengan membagi warganya menjadi dua rombongan. Jalur utara dari Suwawa, Wonggaditi terus ke Huntu Lo Bohu dipimpin Hemeto. Sedang jalur selatan mulai dari Potanga, Dembe, terus ke Panipi diserahkan kepada Naha. Jalur Utara yang dinakhodai Naha, akhirnya tiba di Dembe dan menemukan benteng tersebut berada di atas bukit.
{{reflist}}
 
Literatur lainnya berbeda dalam menceritakan sosok Naha. Kononnya tokoh ini adalah anak dari Raja Ilato dan Permaisuri Tilangohula yang memerintah Kerajaan Gorontalo di abad 15. Naha memiliki dua saudara, Ndoba dan Tiliaya. Ketika dirinya remaja, ia memilih merantau negeri seberang. Sampai suatu masa, Ndoba dan Tiliaya memimpin perlawanan mengusir Portugis yang dianggap memperalat mereka dalam mengusir para bajak laut. Padahal, sebelumnya Portugis meminta bantuan dan sepakat dengan pihak kerajaan Gorontalo, setelah pelayaran mereka terganggu oleh cuaca buruk dan bajak laut serta kehabisan makanan. Kesepakatan dengan kerajaan gorontalo adalah guna memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, maka dibuatlah 3 benteng di Kelurahan Dembe sekarang. Pertempuran mengusir Portugis, Ndoba dan Tiliaya dibantu oleh angkatan laut yang dipimpin 4 orang, yakni, Apitalao Lakoro, Apitalao Lagona, Apitalao Lakadjo, dan Apitalao Djailani. Sekitar 1585, Akhirnya Naha kembali dan menemukan benteng tersebut, dan kemudian memperisteri seorang perempuan bernama Ohihiya. Dari pasangan lahirlah dua putera, Paha (Pahu) dan Limonu.
{{bangunan-stub}}
 
[[Kategori:Kawasan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Gorontalo]]
[[Kategori:Cagar budaya di Gorontalo]]