Kampung Kapitan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Cagar |
||
(78 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
| Name = Kampung Kapitan
'''Kampung kapitan''' merupakan sebuah kawasan [[cagar budaya]] yang terletak di kota [[Palembang]], [[Sumatera Selatan]]. Kawasan ini terletak di tepi [[sungai Musi]] tepat di sisi barat [[jembatan Ampera]] yang dikenal juga dengan daerah tuju ulu. Dahulu kawasan ini adalah tempat yang pertama kali menjadi kawasan tempat tinggal bagi warga [[tionghoa]] pada masa penjajahan belanda.▼
| Image = [[Berkas:Kampung Kapitan, Palembang.jpg|275px]]
|Caption =Kampung Kapitan di Palembang, Sumatera Selatan.
| Type =<!--Peringkat cagar budaya di sistem registrasi cagar budaya nasional-->
| Criteria = Bangunan
| ID = Belum ada{{br}} (Pengajuan 7 Januari 2015)
| Location = [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]]
| Year = Masih tahap kajian
| ownership = Tjoa / A. Kohar
| management = Tjoa / A. Kohar
| Link =http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015010700005/kampung-kapitan
| map_location = Palembang
| map_label = {{PAGENAME}}
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]]
| coordinates = {{coord|-2.9961095|104.7638501}}
}}
▲'''Kampung
Kawasan ini dinamakan dengan kampung kapitan karena di kawasan ini terdapat 3 rumah perwira. Kampung ini didirikan pada tahun 1644 abad XVI. Meski sudah berusia ratusan tahun bangunan bangunan yang ada di tempat ini masih terlihat kokoh dan dapat ditinggali.▼
| last =m.tribunnewa.com
| first =m.tribunnews.com
| coauthors =m.tribunnews.com
| title =http://m.tribunnews.com/travel/2015/06/14/kampung-kapitan-palembang-jejak-pertama-keturunan-tionghoa
| work =
| pages =
| language =
| publisher =m.tribunnews.com
| date =
| last =
| first =
| coauthors =
| title = Kampung Kapitan Jejak Pertama Keturunan Tionghoa
| work =
| pages =
| language =
| publisher =m.tribunnews.com
| date =14-06-2015
| url =http://m.tribunnews.com/travel/2015/06/14/kampung-kapitan-palembang-jejak-pertama-keturunan-tionghoa
| accessdate =2 April 2019 }}</ref>
▲Kawasan ini dinamakan dengan kampung kapitan karena di kawasan ini terdapat 3 rumah
==Sejarah==▼
| issue =
| pages =2
| date =2007
| url =http://eprints.unsri.ac.id/3879/
| doi =
| id =
| accessdate = 1 April 2019}}</ref>
Meski sudah berusia ratusan tahun bangunan bangunan yang ada di tempat ini masih ditinggali.
▲== Sejarah ==
Lioang Taow Ming adalah seseorang yang memiliki pengaruh kuat pada komunitas Cina. Karena hal itu ia lalu diangkat sebagai [[perwira]] oleh pemerintahan belanda dan diberikan kepercayaan untuk mengatur wilayah 7 ulu dan sekitarannya.▼
▲Lioang Taow Ming adalah seseorang yang memiliki pengaruh kuat pada komunitas
| authorlink = Johannes Adiyanto
Awalnya pemerintahan Belanda memberikan wilayahnya karena merasa khawatir terhadap golongan keturunan cina di Palembang. Namun seirimg perkembangannya, masyarakat Cina kemudian menjadi perantara perdagangan dan mendapatkan posisi istimewa dalam pemerintahan Belanda.▼
| title = Kajian Perubahan Tata Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode ''Space Syntax'' ( Studi Kasus Kawasan Kampung Kapitan di Palembang )
| journal = Perencanaan Wilayah dan kota
| volume = 27
| pages = 105–117
| date = Agustus 2016}}</ref>
Pimpinan masyarakat Cina Palembang yang pertama adalah Tjoa Kie Tjuan yang memiliki pangkat [[mayor]]. Masa kepemimpinannya adalah dari tahun 1830-1855 di kawasan 7 ulu. Setelahnya kemudian putranya Tjoa Han Him dengan pangkat [[kapiten]] atau kapten menggantikan ayahnya dan diberikan wewenang dan kebebasan untuk mengatur wilayahnya sendiri. Tjoa Han Him juga dipercaya untuk mengawasi pajak. Pada masa kepemimpinannya daerah ini diberi nama Kampung Kapitan yang merupakan gelar dan julukannya.<ref>{{Cite web|url=http://palembang-tourism.com/destinasi-357-kampung-kapiten-kota-palembang.html|title=Asita Memilih Ketua Baru Periode 2014-2018|website=palembang-tourism.com|access-date=2019-04-02|archive-date=2019-04-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20190402130750/http://palembang-tourism.com/destinasi-357-kampung-kapiten-kota-palembang.html|dead-url=yes}}</ref>
Kawasan kampung kapitan dahulu memang menjadi sentral [[perdagangan]] kota, sehingga pedagang yang kelelahan melakukan persinggahan di rumah kapitan untuk beristirahat.▼
▲Awalnya pemerintahan Belanda memberikan wilayahnya karena merasa khawatir terhadap golongan keturunan
==Ruang Terbuka dan Bangunan==▼
| authorlink = Johannes Adiyanto
| title = Kampung Kapiten Interpretasi "Jejak" Perkembangan Permukiman dan Elemen Arsitektural
| journal = Dimensi Teknik Aritektur
| volume = 34
| pages = 15
| date = Juli 2006}}</ref>
▲Kawasan kampung kapitan dahulu memang menjadi sentral [[perdagangan]] kota, sehingga pedagang yang kelelahan melakukan persinggahan di rumah
Terdapat ruang terbuka di depan rumah Kapiten, pada tahun 1937 ruang tersebut memiliki peranan yang penting sebagai pertemuan jalur jalur pejalan kaki. Fungsi dari ruang terbuka lainnya adalah sebagai taman dimana terdapat tanaman hias yang dihiasi dengan delapan pot bunga besar di tepi ruang terbuka.▼
▲== Ruang Terbuka dan Bangunan ==
Seriring perkembangan zaman, ruang terbuka yang terletak di depan rumah kapiten mulai dipenuhi oleh pemukiman. Pada tahun 2014 dibangun sebuah restoran kapiten yang membuat akses menuju ruang terbuka dari arah sungai terhalangi oleh tembok. Juga dibangun taman yang menghalangi wujud bangunan rumah kapiten.▼
▲Terdapat ruang terbuka
Terdapat 15 bangunan yang ada di kawasan ini. Dimana tiga diantaranya adalah rumah perwira. Rumah kapiten terdiri dari rumah utama dan rumah abu. Rumah utama seluas 4.000 meter persegi dan dipisahkan oleh ruang terbuka di bagian tengah. Rumah ini masih ditinggali oleh keturunan dari Tjoa hanhim. Sedangkan rumah Abu memiliki luas 1.700 meter persegi dan digunakan untuk mengumpulkan benda benda keluarga marga tjo seperti foto dan juga tempat disimpannya abu dari keluarga yang sudah dikremasi disimpan.▼
▲
▲Terdapat 15 kelompok bangunan yang berbentuk rumah panggung yang ada di kawasan ini. Dimana tiga diantaranya adalah rumah perwira. Rumah kapiten terdiri dari rumah utama dan rumah abu. Rumah utama seluas 4.000 meter persegi dan dipisahkan oleh ruang terbuka di bagian tengah. Rumah ini masih ditinggali oleh keturunan dari Tjoa
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Bangunan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya di Sumatera Selatan]]
|