Kampung Kapitan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Cagar
 
(34 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
<references responsive="" />'''Kampung Kapitan''' merupakan sebuah kawasan [[cagar budaya]] yang terletak di kota [[Palembang]], [[Sumatera Selatan]]. Kawasan ini terletak di tepi [[sungai Musi]] tepat di sisi barat [[jembatan Ampera]] yang dikenal juga dengan daerah tuju ulu. Dahulu kawasan ini adalah tempat yang pertama kali menjadi kawasan tempat tinggal bagi warga [[tionghoa]] pada masa penjajahan belanda.<ref>{{cite news
| Name = Kampung Kapitan
| Image = [[Berkas:Kampung Kapitan, Palembang.jpg|275px]]
|Caption =Kampung Kapitan di Palembang, Sumatera Selatan.
| Type =<!--Peringkat cagar budaya di sistem registrasi cagar budaya nasional-->
| Criteria = Bangunan
| ID = Belum ada{{br}} (Pengajuan 7 Januari 2015)
| Location = [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]]
| Year = Masih tahap kajian
| ownership = Tjoa / A. Kohar
| management = Tjoa / A. Kohar
| Link =http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015010700005/kampung-kapitan
| map_location = Palembang
| map_label = {{PAGENAME}}
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kota Palembang]], [[Sumatera Selatan]]
| coordinates = {{coord|-2.9961095|104.7638501}}
}}
 
<references responsive="" />'''Kampung Kapitan''' merupakan sebuah kawasan [[cagar budaya]] yang terletak di kota [[Palembang]], [[Sumatera Selatan]]. Kawasan ini terletak di tepi [[sungai Musi]] tepat di sisi barat [[jembatan Ampera]] yang dikenal juga dengan daerah tuju ulu. Dahulu kawasan ini adalah tempat yang pertama kali menjadi kawasan tempat tinggal bagi warga [[tionghoaTionghoa]] pada masa penjajahan belandaBelanda.<ref>{{cite news
| last =m.tribunnewa.com
| first =m.tribunnews.com
Baris 21 ⟶ 39:
| accessdate =2 April 2019 }}</ref>
 
Kawasan ini dinamakan dengan kampung kapitan karena di kawasan ini terdapat 3 rumah perwira. Kampung ini didirikan pada tahun 1644 abad XVI.<ref name=":0">{{cite journal| last =Febriati| first =Widya Fransiska| authorlink =| coauthors = | title =AnalisaAnalisis Potensi Pariwisata pada Kampung Kapiten di Palembang | journal =| volume =
| issue =
| pages =2
Baris 33 ⟶ 51:
== Sejarah ==
 
Lioang Taow Ming adalah seseorang yang memiliki pengaruh kuat pada komunitas Cina[[Tionghoa Palembang]]. Karena hal itu ia lalu diangkat sebagai [[perwira]] oleh pemerintahan belandaBelanda dan diberikan kepercayaan untuk mengatur wilayah 7 ulu dan sekitarannya.<ref name=":1">{{cite journal | last = Adiyanto | first = Johannes
| authorlink = Johannes Adiyanto
| title = Kajian Perubahan Tata Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode ''Space Syntax'' ( Studi Kasus Kawasan Kampung Kapitan di Palembang )
Baris 41 ⟶ 59:
| date = Agustus 2016}}</ref>
 
Pimpinan masyarakat Cina Palembang yang pertama adalah Tjoa Kie Tjuan yang memiliki pangkat [[mayor]]. Masa kepemimpinannya adalah dari tahun 1830-1855 di kawasan 7 ulu. Setelahnya kemudian putranya Tjoa Han Him dengan pangkat [[kapiten]] atau kapten menggantikan ayahnya dan diberikan wewenang dan kebebasan untuk mengatur wilayahnya sendiri. Tjoa Han Him juga dipercaya untuk mengawasi pajak. Pada masa kepemimpinannya daerah ini diberi nama Kampung Kapitan yang merupakan gelar dan julukannya.<ref>{{Cite web|url=http://palembang-tourism.com/destinasi-357-kampung-kapiten-kota-palembang.html|title=Asita Memilih Ketua Baru Periode 2014-2018|website=palembang-tourism.com|access-date=2019-04-02|archive-date=2019-04-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20190402130750/http://palembang-tourism.com/destinasi-357-kampung-kapiten-kota-palembang.html|dead-url=yes}}</ref>.
 
Awalnya pemerintahan Belanda memberikan wilayahnya karena merasa khawatir terhadap golongan keturunan cinaCina di Palembang. Namun seiring perkembangannya, masyarakat Cina kemudian menjadi perantara perdagangan dan mendapatkan posisi istimewa dalam pemerintahan Belanda.<ref>{{cite journal |last = Adiyanto |first = Johannes
| authorlink = Johannes Adiyanto
| title = Kampung Kapiten Interpretasi "Jejak" Perkembangan Permukiman dan Elemen Arsitektural
Baris 51 ⟶ 69:
| date = Juli 2006}}</ref>
 
Kawasan kampung kapitan dahulu memang menjadi sentral [[perdagangan]] kota, sehingga pedagang yang kelelahan melakukan persinggahan di rumah kapitanKapitan untuk beristirahat.<ref name=":0" />.
 
== Ruang Terbuka dan Bangunan ==
 
Terdapat ruang terbuka di depan rumah Kapiten, pada tahun 1937 ruang tersebut memiliki peranan yang penting sebagai pertemuan jalur jalur pejalan kaki. Fungsi dari ruang terbuka lainnya adalah sebagai taman dimana terdapat tanaman hias yang dihiasi dengan delapan pot bunga besar di tepi ruang terbuka.<ref name=":1"/>
 
Seiring perkembangan zaman, ruang terbuka yang terletak di depan rumah kapiten mulai dipenuhi oleh pemukiman. Pada tahun 2014 dibangun sebuah restoran kapiten yang membuat akses menuju ruang terbuka dari arah sungai terhalangi oleh tembok. Juga dibangun taman yang menghalangi wujud bangunan rumah kapiten.<ref name=":1"/>
 
Terdapat 15 kelompok bangunan yang berbentuk rumah panggung yang ada di kawasan ini. Dimana tiga diantaranya adalah rumah perwira. Rumah kapiten terdiri dari rumah utama dan rumah abu. Rumah utama seluas 4.000 meter persegi dan dipisahkan oleh ruang terbuka di bagian tengah. Rumah ini masih ditinggali oleh keturunan dari Tjoa Hanhim. Sedangkan rumah abu memiliki luas 1.700 meter persegi dan digunakan untuk mengumpulkan benda benda keluarga marga Tjo seperti foto dan juga tempat disimpannya abu dari keluarga yang sudah dikremasi disimpan.<ref name=":0"/> Rumah Kapiten memiliki gaya arsitektural Palembang, Cina dan Kolonial.
 
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Bangunan cagar budaya di Indonesia]]
==Ruang Terbuka dan Bangunan==
[[Kategori:Cagar budaya di Sumatera Selatan]]