Suraprabhawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
perbaikan pengetikan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(68 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox royalty
| title = Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta
| image
| father = [[Kertawijaya|Wijayaparakramawardhana Dyah Kertawijaya]]
▲|succession = Raja Majapahit ke 10
| predecessor = [[Girishawardhana]]▼
▲|reign ={{flag|Majapahit}} (1466-1474)
| successor = [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]
▲|predecessor = [[Girishawardhana]]
| spouse = Rajasawardhanadewi Dyah Sripura, ''Bhre Singhapura''
| issue = *Dyah Wijayakarana
*[[Dyah Ranawijaya]]
| death_date = c. 1474
| birth_name = Dyah Suraprabhawa
| mother = Jayawardhanī Dyah Jayeswari, ''Bhre Daha''
| regnal name = Pāduka Çri Mahārāja Rājādhirājā Prajaikanātha Çrimacchrī Bhattarā Prabhu Dyah Suraprabhāwa Çri Singhawikramawarddhana
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
'''Suraprabhawa''' atau '''Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa atau Bratanjung atau Sri Mokta ring kedhaton (Brawijaya IV)'''
adalah == Asal-usul Suraprabhawa ==
'''Dyah Suraprabhawa''' juga dianggap identik dengan Bhre Pandansalas, tercatat namanya dalam prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra
Dalam ''[[Pararaton]]'' ditemukan beberapa orang yang menjabat sebagai Bhre Pandansalas. Yang pertama adalah '''Raden Sumirat''' putra Raden Sotor (saudara tiri [[Hayam Wuruk]]). Raden Sumirat bergelar '''Ranamanggala''' menikah dengan '''Surawardhani''' adik [[Wikramawardhana]]. Dari perkawinan itu lahir [[Ratnapangkaja]], Bhre Mataram, Bhre Lasem, dan Bhre Matahun. [[Ratnapangkaja]] kemudian kawin dengan [[Suhita]] (raja wanita [[Majapahit]], 1427-1447) putri Wikramawardhana.
Baris 23 ⟶ 30:
Diberitakan dalam ''[[Pararaton]]'', setelah Bhre Pandansalas menjadi raja selama dua tahun, keponakannya Bhre Kertabhumi melakukan kudeta untuk mengambil alih kekuasaan pada tahun 1468.
== Akhir Riwayat Kerajaan Majapahit ==
== Pemberontakan Bhre Kertabhumi ==▼
Menurut [[Pararaton]], pada tahun 1466 M, [[Girisawardhana]] dikabarkan wafat dan digantikan oleh [[Suraprabhawa|Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa]], yang merupakan adik dari [[Girisawardhana|Giriśawardhana Dyah Suryawikrama]]. Hal ini menyebabkan kekecewaan anak-anak [[Rajasawardhana|Rājasawardhana Sang Sināgara]], diantaranya [[Kertabhumi|Bhre Kahuripan Sang Munggwin Jinggan]], [[Kertabhumi|Bhre Mataram Dyah Wijayakusuma]], [[Bhre Lasem]], [[Bhre Pamotan]], dan yang bungsu [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi Dyah Raņawijaya]] untuk pergi atau minggat dari kedaton (sah saking kadaton) pada tahun 1468 M, kemudian mereka mendirikan benteng pertahanan di Jinggan. Hal ini berpuncak pada tahun 1478 M, berdasarkan [[prasasti Sidotopo]] dan [[prasasti Petak]] mereka berlima pun menyerang kedaton yang dibantu oleh Śrī Brahmārāja Ganggadhara. Perlawanan inilah yang membuat [[Suraprabhawa]] gugur di kadaton, lantas menjadi akhir riwayat dari [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]]. Selanjutnya menurut [[Suma Oriental]], yang menggantikan [[Suraprabhawa]] sebagai raja [[Wangsa Rajasa]] ialah Batara Mataram/Bhre Mataram, putra [[Rajasawardhana|Batara Sinagara]] yang dalam [[prasasti Jiyu III]] memiliki gelar, '''Śrī Mahārāja Bhatāre Kling Girīndrawarddhana Dyah Wijayakusuma Śrī Singhawarddhana''', yang kemudian memindahkan ibukota ke Kĕling/Daha/Kadhiri.<ref>Heri Purwanto (2023) ''Pararaton: Biografi Para Raja Singhasāri-Majapahit''</ref><ref>Nia K.S. Irfan (2008) ''Pararaton Revisited: Tafsir Baru Atas Sejarah Keluarga Majapahit''</ref> :<br/>
{{cquote2|'''''bhre paṇḍan salas añjĕnĕng ing tumapĕl, anuli prabhu i śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M), prabhu rong tahun. tumuli sah saking kaḍaton. putranira sang sinagara, bhre koripan, {Bhre Lasem{?}, bhre mataram, bhre pamotan, pamungsu bhre kṛtabhūmi, kapĕrnah paman, bhre prabhu sang mokta ring kaḍaton i śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
(Terjemahan Ibu Nia K.S. Irfan) :
{{cquote2|'''''Bhre Paṇḍan Salas menjadi Bhre Tumapĕl, kemudian menjadi bhre prabhu pada śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M). Ketika ia baru bertakhta dua tahun, pergilah dari istana, anak-anak Sang Sinagara, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, {Bhre Lasem{?}, Bhre Pamotan, dan yang bungsu Bhre Kṛtabhūmi, terhitung paman mereka, bhre prabhu yang meninggal di istana pada śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
(Terjemahan Bapak Hasan Djafar) :
{{cquote2|'''''Bhre Paṇḍan Salas menjadi Bhre Tumapĕl, kemudian menjadi bhre prabhu pada śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M). Baru bertakhta dua tahun, kemudian pergi dari istana karena diserang anak-anak Sang Sinagara, yaitu Bhre Kahuripan, {Bhre Lasem{?}, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan yang bungsu, Bhre Kṛtabhūmi, terhitung paman Bhre Paṇḍan Salas, adalah bhre prabhu yang meninggal di istana pada śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
Hal ini berlawanan dengan tafsir bapak Hasan Djafar (1972, 1975), beliau menyebutkan [[Suraprabhawa]], putra [[Girisawardhana]] bertakhta pada tahun 1466 M, baru bertakhta 2 tahun terusir dari kedaton/istana. Kemudian takhta [[Majapahit]] di ambil alih oleh [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]] (Paman nya) pada tahun 1468 M. Setelah terusirnya [[Suraprabhawa]] dari [[Majapahit]], anak-anaknya, yaitu [[Dyah Raṇawijaya|Girindrawardhana Dyah Raņawijaya]] dan [[Dyah Raṇawijaya|Dyah Wijayakaraņa]] menyusun benteng untuk memerangi [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]]. Jadi, menurut beliau yang pergi dari istana adalah [[Suraprabhawa]], bukan anak-anak [[Rajasawardhana|Sang Sinagara]]. Pak Hasan Djafar (1972, 1975) kemudian menghubungkan berita dalam [[Pararaton]] dengan [[Prasasti Jiyu III]] yang dikeluarkan oleh seorang raja bernama '''Girīndrawarddhana Dyah Raņawijaya''' yang mengadakan upacara Śraddha 12 tahun meninggalnya Bhatāra ring Dahanapura, yang ditafsirkan sebagai ayahnya, [[Suraprabhawa]]. Beliau menjelaskan bahwa sesudah di usir dari [[Majapahit]] pada tahun 1468 M, ia kemudian pindah ke Daha sehingga berjuluk Bhatāra ring Dahanapura, dan pada tahun 1473 M mengeluarkan [[prasasti Pamintihan]] yang menyatakan diri sebagai satu-satunya raja agung yang memimpin rakyat. Kemudian pada 1474 ia meninggal dunia dan digantikan putranya [[Dyah Raṇawijaya]] sebagai penguasa Daha. Tokoh ini pun menyerang [[Majapahit]], yang menyebabkan [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]] terbunuh di kedaton.<ref>Hasan Djafar (1972) ''Girīndrawardhana: Beberapa Masalah Akhir Majapahit''</ref> Belakangan teori ini dibantah oleh ibu Nia K. S Irfan (2008), yang mengidentifikasikan "Bhatāra ring Dahanapura, Sang Mokteng Indranibhawana" sebagai ibu dari [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi Dyah Raņawijaya]] dan istri dari [[Rajasawardhana]], yaitu Manggalawardhanī Dyah Suraghāriņī.
== Kematian Suraprabhawa ==
''[[Pararaton]]'' tidak menyebutkan dengan pasti kapan Bhre Pandansalas alias Suraprabhawa meninggal. Ia hanya diberitakan meninggal di dalam keraton, dan merupakan paman dari
Tahun kematian Suraprabhawa kemudian ditemukan dalam prasasti Trailokyapuri yang dikeluarkan oleh putranya, [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]]. Menurut prasasti tersebut, Suraprabhawa alias Singhawikramawardhana meninggal tahun 1474.<ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref>▼
Kemudian [[
▲Tahun kematian Suraprabhawa kemudian ditemukan dalam prasasti Trailokyapuri yang dikeluarkan oleh [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]]. Menurut prasasti tersebut, Suraprabhawa alias Singhawikramawardhana meninggal tahun 1474.
== Referensi ==
▲Kemudian [[Girindrawardhana]] menjadi raja [[Majapahit]] tahun 1474, ia mengaku sebagai putra dan pewaris tahta Singhawikramawardhana. Hal ini dapat diperkuat adanya unsur kata ''Giripati'' dalam gelar abhiseka Singhawikramawardhana yang sama artinya dengan ''Girindra'', yaitu ''raja gunung''.
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Majapahit|tahun=
{{kotak selesai}}
|