Pengguna:Afif Brika1/sandbox: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Pesta Paduan Suara Gerejawi''' atau '''Pesparawi''' adalah festival keagamaan [[Kristen Protestan]] Indonesia di bidang [[musik kristen|musik gerejawi]]. Pesparawi tingkat nasional diselenggarakan pertama kali oleh [[Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen]] [[Kementerian Agama Republik Indonesia]] di [[Jakarta]] pada tahun 1983. Saat ini, tanggung jawab penyelenggaraan Pesparawi dipegang oleh Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional (LPPN) dan Lembaga Pengembangan Pesparawi Daerah (LPPD).<ref name=antara2>{{Cite web|url=https://papuabarat.antaranews.com/berita/35367/kemenag-pesparawi-nasional-wujudkan-moderasi-beragama-di-indonesia|title=Kemenag: Pesparawi Nasional wujudkan moderasi beragama di Indonesia|date=2023-10-30|website=papuabarat.antaranews.com|last=Weking|first=Fransiskus Salu|publisher=ANTARA PAPUA BARAT}}</ref><ref name=lppn>{{Cite web|url=https://lembagapesparawinasional.or.id/|title=Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional|access-date=2024-08-09|website=lembagapesparawinasional.or.id/}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Hoofden van Palembang TMnr 10001855.jpg|jmpl|Beberapa pimpinan marga di Palembang]]
'''Marga''' adalah pembagian wilayah administratif tradisional yang pernah ada di [[Sumatera Selatan]] dan sekitarnya. Sistem marga dipakai pada masa [[Kesultanan Palembang]] yang berlanjut pada masa kolonial Belanda hingga pembubarannya pada tahun 1983 di masa [[Orde Baru]]. Marga adalah [[masyarakat adat]] yang terikat secara budaya dan berhak menjalankan sistem pemerintahan tersendiri sesuai hukum adat. Marga merupakan satu kesatuan teritorial dan genealogis (keturunan). Marga dipimpin oleh seorang "[[pesirah]]" dan di dalam marga terdiri atas berbagai dusun.<ref name=rahmat>{{Cite journal|title=PENAMAAN MARGA DAN SISTEM SOSIAL PEWARISAN MASYARAKAT SUMATERA SELATAN|journal=Jurnal Kebudayaan|url=https://jurnalpuslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/index.php/kebudayaan/article/download/204/pdf|last=Muhidin|first=Rahmat|issue=2|volume=13|pages=161-175|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=2018}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/24/180000879/sistem-pemerintahan-tradisional-di-sumatera-selatan?page=all|title=Sistem Pemerintahan Tradisional di Sumatera Selatan|date=2023-02-24|access-date=2024-06-25|website=kompas.com|last=Jumaidi|first=Susanto|last2=Indriawati|first2=Tri}}</ref>
 
Selain Pesparawi tingkat nasional dan daerah, juga terdapat Pesparawi Mahasiswa Nasional di tingkat [[perguruan tinggi]] yang diselenggarakan oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|url=https://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/06/Panduan-Umum-PESPARAWI-2020-Draf-Layout-Paraf.pdf|title=PANDUAN UMUM PESTA PADUAN SUARA GEREJAWI (PESPARAWI) MAHASISWA NASIONAL XVI TAHUN 2020|access-date=2024-08-09|website=dikti.kemdikbud.go.id|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2020}}</ref>
Sistem marga mulai melemah dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan dibubarkan secara resmi melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 142/KPTS/III/1983 tentang Penghapusan Sistem Marga di Sumatera Selatan. Sebagai gantinya, dusun diubah statusnya menjadi [[desa]] dengan kerio diangkat sebagai [[kepala desa]]. Di sisi lain, Pesirah dan instrumen marga dipecat secara hormat dan diberi uang penghargaan atas jasanya. Undang-undang ini bertujuan untuk menyelaraskan sistem administrasi di Indonesia. Terdapat 193 marga yang dihapuskan dan lebih dari 2000 desa diresmikan.<ref name=aksarapena>{{Cite book|title=Jalan Kembali ke Sistem Marga di Sumatera Selatan|url=https://repository.unsri.ac.id/109858/1/Buku_Dedi_Irwanto_Sejarah_Marga_Maret2023.pdf|last=Istianda|first=Meita|publisher=Aksara Pena|isbn=978-623-8099-02-3|location=Palembang|last2=Irwanto|first2=Dedi|last3=Giyanto|year=2023}}</ref>
 
== Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional (LPPN) ==
== Sistem pemerintahan ==
LPPN menjadi lembaga yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan, membina dan meningkatkan kualitas Pesparawi baik sebelum, selama pelaksanaan maupun sesudah terlaksananya Pesparawi. Beberapa kegiatan LPPN antara lain, menyelenggarakan Pesparawi Nasional, menyelenggarakan Lomba Cipta Lagu Gerejawi, menyelenggarakan kursus/penataran dan pelatihan tingkat Nasional bagi dirigen, musisi/komponis, menyelenggarakan seminar/workshop dan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan musik dan lagu-lagu gerejawi. Hal tersebut menjadi tujuan LPPN untuk memajukan seni budaya Kristiani di bidang musik dan paduan suara gerejawi. LPPN juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas musik gerejawi dan kualitas paduan suara gerejawi dan terakhir LPPN bertujuan untuk memotivasi umat/jemaat Kristiani sebagai salah satu elemen bangsa agar dapat mengembangkan dan membangun bangsa di bidang seni dan budaya yang bernafaskan keagamaan Kristen.<ref name=lppn></ref>
Pada masa Kesultanan Palembang, sistem pemerintahan marga memiliki dasar hukum yaitu [[Undang-Undang Simbur Cahaya]]. Dalam peraturan tersebut, marga membawahi beberapa dusun sedangkan dusun membawahi beberapa kampung. Marga dipimpin oleh seorang "[[pesirah]]" yang membawahi berbagai kepala dusun atau "kerio". Kerio yang berada di desa tempat pesirah tinggal disebut "pembarap" yang bertugas menggantikan pesirah jika berhalangan hadir. Kampung pada suatu dusun dipimpin oleh "penggawa". Pasirah dan kerio dibantu oleh "penghulu" dan "khatib" dalam bidang keagamaan. Sedangkan "kemit marga" dan "kemit dusun" membidangi urusan keamanan. Di dalam marga juga terdapat "dewan marga" yang memiliki fungsi pengawasan terhadap pesirah dan dapat membuat peraturan adat yang berlaku di marga.<ref name=rahmat></ref>
 
Lembaga Pengembangan Pesparawi Nasional (LPPN) dibentuk pada tanggal 9 Oktober 1984 dengan adanya Surat Keputusan Dirjen Bimas Kristen Nomor 74 Tahun 1984 dan Surat Keputusan Nomor 81 Tahun 1984 pada 3 November 1984 tentang susunan pengurus LPPN dengan Drs. Soenarto Martowirjono sebagai Ketua Umum. Selanjutnya dibentuk tim pengawas LPPN berjumlah tiga orang yang diketuai oleh Sabam Sirait di tahun 1985.<ref name=lppn></ref>
Belanda berhasil menguasai Kesultanan Palembang dan membubarkannya di tahun 1823 yang kemudian diganti dengan sistem pemerintahan kolonial. Pemerintah kolonial menerapkan kebijakan sentralistis untuk tingkat tertinggi namun di tingkat terendah diterapkan kebijakan [[desentralisasi|desentralistis]]. Dalam kebijakan desentralisasi tersebut, sistem marga yang ada sebelumnya masih dipertahankan, namun dimodifikasi agar selaras dengan kepentingan Belanda. Salah satunya adalah menyelaraskan kesatuan daerah terkecil yang beranekaragam di Sumatera Selatan menjadi sistem marga, seperti ''kebuwaian'' yang dipakai di daerah [[Suku Ogan|Ogan]] dan [[Suku Komering|Komering]], ''sumbay'' di [[Suku Pasemah|Pasemah]], dan ''petulai'' di daerah [[Suku Rejang|Rejang]]. Kebijakan lainnya adalah melakukan pemekaran marga dan pembentukan kas atau dana marga yang diambil dari berbagai sumber seperti pajak, hasil produksi, dan penyewaan tanah.<ref name=aksarapena></ref>
 
Peraturan terbaru mengenai LPPN adalah Keputusan Menteri Agama Nomor 705 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 769 Tahun 2021 tentang Pengurus Lembaga Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) Nasional (LPPN) Tahun 2021-2026 dengan Dr. Jeane Marie Tulung, S.Th., M.Pd. selaku Direktur Jenderal Bimas Kristen sebagai Ketua Umum.<ref>{{Cite book|title=Keputusan Menteri Agama Nomor 705 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 769 Tahun 2021 tentang Pengurus Lembaga Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) Nasional (LPPN) Tahun 2021-2026|url=https://jdih.kemenag.go.id/regulation/read?id=5011&t=Keputusan+Menteri+Agama+Nomor+705+Tahun+2023+tenta|publisher=Kementerian Agama Republik Indonesia|year=2023}}</ref>
Dalam hierarki pemerintahan [[Hindia Belanda]] di Sumatera Selatan, marga adalah sistem pemerintahan yang terendah sehingga langsung berurusan dengan rakyat. Marga berada di bawah ''onder distrik'' yang dipimpin "asisten demang", sedangkan ''onder distrik'' berada di bawah ''distrik'' yang dipimpin oleh "demang". Demang dan asisten demang merupakan warga pribumi dan mereka menjalankan tugas dari kepala ''onderafdeeling'' yang disebut "asisten kontrolir". Kemudian di tahun 1930, onderdistrik dan distrik dibubarkan sehingga marga berada langsung dibawah ''onderafdeeling''. Pesirah yang berjasa kepada pemerintahan Belanda mendapat gelar "Depati" atau "Pangeran".<ref name=aksarapena></ref>
 
== DaftarPesparawi margaNasional ==
Pesparawi Nasional adalah festival paduan suara gerejawi tingkat nasional yang diikuti kontingen dari semua provinsi dan telah diselenggarakan 13 kali sejak tahun 1983 hingga sekarang, yakni sebagai berikut:
Berikut ini adalah marga-marga yang pernah ada di Sumatera Selatan dan sekitarnya:<ref>{{Cite book|title=Daftar Nama Marga/Fam, Gelar Adat dan Gelar Kebangsawanan Di Indonesia|url=http://digilib.isi.ac.id/3021/1/daftar%20nama.pdf|last=Kurniawati|first=R. Deffi|publisher=Perpustakaan Nasional RI|isbn=978-979-008-495-7|location=Jakarta|last2=Mulyani|first2=Sri|year=2012}}</ref>
 
{| class="wikitable sortable mw-collapsible" style="width:70%"
!No.
!Provinsi
!Daerah
!Daftar marga
|-
! Edisi
|1
! Tuan Rumah
|Sumatera Selatan
! Tahun
|[[Ogan Komering Ulu|Ogan Ulu]]
! Referensi
|1) Adji, 2) Bindung Langit Lawang Kulon, 3) Lubai Suku II, 4) Lubuk Batang, 5) Ngabihi IV, 6) Proatin IV Suku I, 7) Rambang Kapak Tengah, 8) Samikrian, 9) Semidang, 10) Sosoh Buah Rayap, 11) Temenggung
|-
| align=center|I
|2
| {{Lambang Provinsi|Jakarta COA.svg}} [[Jakarta]]
|Sumatera Selatan
| 1983
|[[Ogan Komering Ulu Timur|Komering Ulu]]
| <ref name=kemenag2015>{{Cite web|url=https://www.kemenag.go.id/nasional/menag-pesparawi-xi-sebagai-sarana-pererat-persaudaraan-dan-pertebal-rasa-keimanan-l5nlbr|title=Menag : Pesparawi XI Sebagai Sarana Pererat Persaudaraan dan Pertebal Rasa Keimanan|date=2015-10-07|access-date=2024-08-09|website=www.kemenag.go.id|publisher=Kementerian Agama Republik Indonesia}}</ref>
|1) Belitang, 2) Buai Pemuka Pangsaraja, 3) Buai Pemuka Peliung, 4) Buai Pemaca, 5) Bungamayang, 6) Kiti, 7) Lengkayap, 8) Madang Suku 1, 9) Madang Suku 2, 10) Pakusengkunyit, 11) Semendawai Suku 1, 12) Semendawai Suku 2, 13) Semendawai Suku 3
|-
| align=center|II
|3
| {{Lambang Provinsi|Lambang_Kota_Tomohon.png}} [[Tomohon]], [[Sulawesi Utara]]
|Sumatera Selatan
| 1986
|[[Ogan Komering Ulu Selatan|Muara Dua]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Aji, 2) Buai Rawan, 3) Buai Runjung, 4) Buai Sandang, 5) Kisam Ilir, 6) Kisam T. Suku 2, 7) Kisam Ulu, 8) Kisam T. Suku 1, 9) Mekaku Ilir, 10) Mekaku Ulu, 11) Miji, 12) Ranau
|-
| align=center|III
|4
| {{Lambang Provinsi|Seal_of_the_City_of_Semarang.svg}} [[Semarang]], [[Jawa Tengah]]
|Sumatera Selatan
| 1990
|[[Ogan Ilir]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Burai, 2) Gelumbang, 3) Kartamulia, 4) Lembak Atay, 5) Lubai Suku 1, 6), Lubuk Keliat, 7) Marga Meranjat, 8) Muara Kuang, 9) Parit, 10) Pegagan Ilir Suku 1, 11) Pegagan I Suku 2, 12) Pemulutan, 13) Rambang IV Suku, 14) Rantau Alai, 15) Sakatiga, 16), Tanjung Batu, 17) Tembangan Kelekar
|-
| align=center|IV
|5
| {{Lambang Provinsi|Lambang_Kota_Palangka_Raya.gif}} [[Palangka Raya]], [[Kalimantan Tengah]]
|Sumatera Selatan
| 1993
|[[Ogan Komering Ilir|Komering Ilir]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Bengkulah, 2) Danau, 3) Jajawi, 4) Kayu Agung, 5) Keman, 6) Mesuji, 7) Pampangan, 8) Pangkalanlampam, 9) Pegagan Ulu Suku 2, 10) Pegagan Ulu Suku 1, 11) Rambutan, 12) Sirah Pulau Padang, 13) Teloko, 14) Tulung Selapan
|-
| align=center|V
|6
| {{Lambang Provinsi|City_of_Surabaya_Logo.svg}} [[Surabaya]], [[Jawa Timur]]
|Sumatera Selatan
| 1996
|[[Musi Banyuasin|Musi Ilir (Sekayu)]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Adab, 2) Babat, 3) Batanghari Leko, 4) Dawas, 5) Epil, 6) Kubu Bayat, 7) Kubu Lalan, 8) Kubu T ulu, 9) Lawangwetan, 10) Menteri Melayu, 11) Penukal, 12) Pinggap, 13) Punjung, 14) Rimba Asam, 15) Sangadesa, 16) Sungai Keruh, 17) Supat, 18) Teluk Kijing
|-
| align=center|VI
|7
| {{Lambang Provinsi|Jakarta COA.svg}} [[Jakarta]]
|Sumatera Selatan
| 2000
|[[Palembang]] dan [[Banyuasin]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Gasing, 2) Kumbang, 3) Muara Telang, 4) Pangkalan Balai, 5) Penuguan, 6) Rantau Bayur, 7) Suaktapeh, 8) Sungai Aren, 9) Sungai Rengas, 10) Sungsang, 11) Talang Betutu, 12) Tanjung Laga, 13) Tungkal Ilir, 14) Upang
|-
| align=center|VII
|8
| {{Lambang Provinsi|Coat_of_Arms_of_City_Makassar.png}} [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]
|Sumatera Selatan
| 2003
|Lematang Ilir ([[Muara Enim]])
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Benakat, 2) IV Petulai Curup, 3) IV Petulai Dalam Blimbing, 4) IV Petulai Dangku, 5) Lawang Kidul, 6) Lengi, 7) Panang Tengah Selawi, 8) Panang Sangang Puluh, 9) Panang Ulung Puluh, 10) Rambang Niru, 11) Semendo Darat, 12) Sungai Rotan, 13) Tembelang Patang Puluh Bubung, 14) Tembelang Penanggiran, 15)Tembelang Ujan Mas, 16) Tembelang Karang Raja
|-
| align=center|VIII
|9
| {{Lambang Provinsi|Logo_Kota_Medan_(Seal_of_Medan).svg}} [[Medan]], [[Sumatera Utara]]
|Sumatera Selatan
| 2006
|Lematang Ulu ([[Lahat]])
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Bungamas, 2) Empat L. Manggul, 3) Endikat, 4) Gumai Ulu, 5) Gumai-Lembak, 6) Lawang Kulon, 7) Merapi, 8) Pagar Gunung, 9) Penjalang Suku Empayang Kikim dan Saling Ulu 10) Penjalang Suku Lingsing, 11) Penjalang Suku Pangi, 12) Penjalang Suku Empayang Ilir, 13) S.Dal.S.Lingsing, 14) Temb.Gd.Agung, 15) Ulak Pandan
|-
| align=center|IX
|10
| {{Lambang Provinsi|Coats_of_arms_of_Samarinda_City.svg}} [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]]
|Sumatera Selatan
| 2009
|[[Empat Lawang|Tebing Tinggi]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Kedj. M. Lintang, 2) Kedj. M.M. Ilir, 3) Kedj. MM.Ulu, 4) Lintang K.S. Babatan, 5) Lintang K.S. Sadan, 6) Lintang K.S.M. Danau, 7) Lintang K.S.M. Pinang, 8) Pasemah A Keruh., 9) Semidang, 10) Sikap Dal. M. Ulu, 11) Sikap Pelabuhan, 12) Tedajin, 13) Tiang PS. Ulu, 14) Wulung
|-
| align=center|X
|11
| {{Lambang Provinsi|Lambang_Kota_Kendari_2022.png}} [[Kendari]], [[Sulawesi Tenggara]]
|Sumatera Selatan
| 2012
|[[Pagar Alam]]
| <ref name=kemenag2015></ref>
|1) Mulak Ulu, 2) Pandj.ST.Kur, 3) Sumbai B.S.Jati, 4) S.O.L.S.P.Bulan, 5) Sumbal B.A.Doa, 6) Sum. M.S.M. Siban, 7) Sem.S.P. Kenidai, 8) Sum. L.B. Buntak, 9) S.M.S. Penantian, 10) S.T.S.M. Pajang
|-
| align=center|XI
|12
| {{Lambang Provinsi|Lambang_Ambon.png}} [[Ambon]], [[Maluku]]
|Sumatera Selatan
| 2015
|[[Lubuklinggau]]
| <ref>{{Cite web|url=http://www.beritamalukuonline.com/2015/10/ini-jadwal-kegiatan-lomba-pesparawi.html|title=Ini Jadwal Kegiatan Lomba Pesparawi Nasional XI di Ambon|date=2015-10-04|access-date=2024-08-09|website=www.beritamalukuonline.com}}</ref>
|1) Batu K.Lakitan, 2) Bul. T. Semangus, 3) Bul. T.S. Tengah, 4) Bul. T.S. Ulu, 5) Muara Rupit, 6) Proatin Sebelas, 7) Proatin Lima, 8) Rupit Dalam, 9) Rupit ilir, 10) Rupit Tengah, 11) Sikap dalam musi, 12) Sindang Kel. Ilir, 13) Suka P. Ilir, 14) Suka P. Tengah, 15) Suka Pindah Ulu, 16) Suku T.L. ulu, 17) T.P.Kepungut, 18) Ulu Rawas
|-
| align=center|XII
| {{Lambang Provinsi|Seal_of_Pontianak.svg}} [[Pontianak]], [[Kalimantan Barat]]
| 2018
| <ref>{{Cite web|url=https://kemenag.go.id/nasional/menag-pesparawi-bukan-sekadar-bertanding-melainkan-pembawa-kabar-damai-o0k2if|title=Menag: Pesparawi Bukan Sekadar Bertanding Melainkan Pembawa Kabar Damai|date=2018-07-30|access-date=2024-09-08|website=kemenag.go.id|publisher=Kementerian Agama Republik Indonesia}}</ref>
|-
| align=center|XIII
| {{Lambang Provinsi|Coat_of_arms_of_Yogyakarta.svg}} [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]
| 2022
| <ref>{{Cite web|url=https://jogjaprov.go.id/berita/pesparawi-xiii-resmi-dibuka-bukti-riil-implementasi-moderasi-beragama|title=Pesparawi XIII Resmi Dibuka, Bukti Riil Implementasi Moderasi Beragama|date=2022-06-20|access-date=2024-08-09|website=jogjaprov.go.id|last=Humas DIY|publisher=Pemerintah Daerah DI Yogyakarta}}</ref>
|-
| align=center|XIV
| {{Lambang Provinsi|Lambang_Kabupaten_Manokwari.png}} [[Manokwari]], [[Papua Barat]]
| 2025
| <ref>{{Cite web|url=https://papuabarat.kemenag.go.id/public/berita/ditetapkan-sebagai-tuan-rumah-pesparawi-nasional-ke-xiv-hermus-indou-makna-strategis-sebagai-apresiasi-terhadap-tanah-papua-TlmPF|title=Ditetapkan sebagai Tuan Rumah Pesparawi Nasional Ke-XIV, Hermus Indou : Makna Strategis sebagai Apresiasi terhadap Tanah Papua|date=2024-05-13|website=papuabarat.kemenag.go.id|last=Syamsudin|first=Nurbaya|publisher=Kementerian Agama RI Provinsi Papua Barat}}</ref>
|}
 
Pesparawi XIII tahun 2022 memiliki 12 kategori lomba yaitu: Solo Anak (7-9 tahun), Solo Anak (10-13 tahun), Paduan Suara Anak (7-13 tahun), Solo Remaja Putri, Solo Remaja Putra, Vocal Group Remaja, Paduan Suara Remaja, Paduan Suara Dewasa Wanita, Paduan Suara Dewasa Pria, Paduan Suara Dewasa Campuran, Musik Pop Gerejawi, dan Musik Gerejawi Nusantara/Etnik. Ajang tersebut diikuti oleh lebih dari 8 ribu orang dari 34 provinsi.<ref>{{Cite web|url=https://gerejani.com/content/pesparawi-xiii-2022-yogyakarta-usai-berikut-daftar-raihan-medali-peserta|title=PESPARAWI XIII 2022 YOGYAKARTA USAI, BERIKUT DAFTAR RAIHAN MEDALI PESERTA|date=2022-06-29|access-date=2024-08-09|website=gerejani.com}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://jogjaprov.go.id/berita/pesparawi-xiii-resmi-ditutup-diy-sabet-3-predikat-juara-pertama|title=Pesparawi XIII Resmi Ditutup, DIY Sabet 3 Predikat Juara Pertama|date=2022-06-27|access-date=2024-08-09|website=jogjaprov.go.id|last=Humas DIY|publisher=Pemerintah Daerah DI Yogyakarta}}</ref>
== Ref ==
 
== Referensi ==
{{reflist}}