Candi Cangkuang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(10 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| image = Berkas:Cangkuang 3.jpg
| caption = Candi Cangkuang di [[Kabupaten Garut]].
| name = Candi Cangkuang <br> {{Sund|ᮎᮔ᮪ᮓᮤ ᮎᮀᮊᮥᮃᮀ}}
| map_type = Indonesia Java#Indonesia
| map_size =
| latitude = 7.1030751°S
| longitude = 107.9190392°E
| location_town = [[Kabupaten Garut]]
| location_country = {{flag|Indonesia}}
Baris 18:
| cost =
| structural_system =
| style = [[candiCandi]]
| size =
| embedded =
}}
'''Candi Cangkuang''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮎᮔ᮪ᮓᮤ ᮎᮀᮊᮥᮃᮀ}}|Candi Cangkuang}}) adalah sebuah [[candi]] [[Hindu]] yang terdapat di [[Kampung Pulo]], [[Cangkuang, Leles, Garut|Desa Cangkuang]], [[Leles, Garut|Kecamatan Leles]], [[Kabupaten Garut]], [[Jawa Barat]].<ref name="PNRI">{{cite web|url=http://candi.pnri.go.id/jawa_barat/cangkuang/cangkuang.htm|title=Candi Cangkuang|last=|first=|date=|work=|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=25 Februari 2013|archive-date=2013-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20130305065040/http://candi.pnri.go.id/jawa_barat/cangkuang/cangkuang.htm|dead-url=yes}}</ref> Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di [[Sunda|Tatar Sunda]] serta merupakan satu-satunya [[candi Hindu]] di [[Tatar Sunda]]. Candi ini terletak bersebelahan dengan makam Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah makam kuno pemuka [[agama Islam]] yang dipercaya sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.
 
== Lokasi ==
Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di JawaKabupaten BaratGarut, yang antara lainmeliputi Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung Guntur. Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa tempat candi ini berada. Kata 'Cangkuang' sendiri adalah nama tanaman sejenis pandan (''pandanus[[Pandanus furcatus'']]), yang banyak terdapat di sekitar makam, Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur Kampung Pulo. Daun cangkuang dapat dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus. Cagar budaya Cangkuang terletak di sebuah daratan di tengah danau kecil (dalam bahasa Sunda disebut situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut melalui jalur utama, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan rakit. Aslinya Kampung Pulo dikelilingi seluruhnya oleh danau, akan tetapi kini hanya bagian utara yang masih berupa danau, bagian selatannya telah berubah menjadi lahan persawahan. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.<ref name="PNRI"/>
 
Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah [[danau Cangkuang]] pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan. Di Wikimapia [http://www.wikimapia.org/#lat=-7.1033627&lon=107.9189587&z=14&l=0&m=s&v=9]. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Baris 32:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Cangkuang Lake Java83.jpg|jmpl|Candi Cangkuang dan makam pemuka Islam Arief Muhammad]]
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun [[1966]] oleh tim peneliti Harsoyo dan [[Uka Tjandrasasmita]] berdasarkan laporan Vorderman dalam buku ''Notulen Bataviaasch Genotschap'' terbitan tahun [[1893]] mengenai adanya sebuah arca yang rusak serta makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles. Makam dan arca [[SyiwaSiwa]] yang dimaksud memang diketemukan. Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan sebuah bangunan candi.<ref name="PNRI" /> Makam kuno yang dimaksud adalah makam Arief Muhammad yang dianggap penduduk setempat sebagai leluhur mereka. Selain menemukan reruntuhan candi, terdapat pula serpihan pisau serta batu-batu besar yang diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum. Penelitian selanjutnya (tahun [[1967]] dan [[1968]]) berhasil menggali bangunan makam.
 
Walaupun hampir bisa dipastikan bahwa [[candi]] ini merupakan peninggalan agama [[Hindu]] (kira-kira [[abad ke-8]] M, satu zaman dengan candi-candi di [[Percandian Batujaya|situs Batujaya]] dan [[situs Cibuaya|Cibuaya]]), yang mengherankan adalah adanya pemakaman Islam di sampingnya.
 
Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan bangunan candi dan di sampingnya terdapat sebuah makam kuno berikut sebuah arca SyiwaSiwa yang terletak di tengah reruntuhan bangunan. Dengan ditemukannya batu-batu andesit berbentuk balok, tim peneliti yang dipimpin Tjandrasamita merasa yakin bahwa di sekitar tempat tersebut semula terdapat sebuah candi. Penduduk setempat sering kali menggunakan balok-balok tersebut untuk batu nisan.
 
Berdasarkan keyakinan tersebut, peneliti melakukan penggalian di lokasi tersebut. Di dekat kuburan Arief Muhammad peneliti menemukan fondasi candi berkuran 4,5 x 4,5 meter dan batu-batu candi lainnya yang berserakan. Dengan penemuan tersebut Tim Sejarah dan Lembaga Kepurbakalaan segera melaksanakan penelitian didaerah tersebut. Hingga tahun 1968 penelitian masih terus berlangsung. Proses pemugaran Candi dimulai pada tahun 1974-1975 dan pelaksanaan rekonstruksi dilaksanakan pada tahun 1976 yang meliputi kerangka badan, atap dan patung SyiwaSiwa serta dilengkapi dengan sebuah joglo museum dengan maksud untuk dipergunakan menyimpan dan menginventarisir benda-benda bersejarah bekas peninggalan kebudayaan dari seluruh Kabupaten Garut. Dalam pelaksanaan pemugaran pada tahun 1974 telah ditemukan kembali batu candi yang merupakan bagian-bagian dari kaki candi. Kendala utama rekonstruksi candi adalah batuan candi yang ditemukan hanya sekitar 40% dari aslinya, sehingga batu asli yang digunakan merekonstruksi bangunan candi tersebut hanya sekitar 40%. Selebihnya dibuat dari adukan semen, batu koral, pasir dan besi.
 
Candi Cangkuang merupakan candi pertama dipugar, dan juga untuk mengisi kekosongan sejarah antara Purnawarman dan Pajajaran. Para ahli menduga bahwa Candi Cangkuang didirikan pada abad ke-8, didasarkan pada tingkat kelapukan batuannya, serta kesederhanaan bentuk (tidak adanya relief).
Baris 54:
 
Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 40%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui.
 
Candi ini berjarak sekitar 3 m di sebelah selatan makam [[Arif Muhammad]]/Maulana Ifdil Hanafi.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA74#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=74}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
 
== Catatan kaki ==
Baris 70 ⟶ 68:
 
{{Candi-stub}}
[[Kategori:Leles, Garut]]