Batanghari Sembilan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
== Pengertian ==
Pengambilan nama Batanghari Sembilan itu sebenarnya mengikut ke pada adanya 9 anak sungai Musi. Sungai Musi merupakan sungai terbesar di daerah ini yang membelah kota Palembang menjadi dua bagian. Sebutan Batanghari Sembilan, suatu istilah "tradisional" untuk menyebut sembilan buah sungai besar yang merupakan anak [[Sungai Musi]], yakni: Klingi, Bliti, Lakitan, Rawas, Rupit, Lematang, Leko, Ogan, dan Komering. Pendapat lain mengatakan konsep atau istilah Batanghari Sembilan, mengacu ke wilayah, adalah sebutan lain dari kawasan Sumatra Bagian Selatan ([[Sumsel]], [[Jambi]], [[Lampung]], [[Bengkulu]]) yang memiliki sembilan sungai (batanghari) yang berukuran besar. Batanghari dalam beberapa bahasa lokal di Sumsel, misalnya saja bahasa Rambang (Prabumulih) atau bahasa Bindu (Kecamatan Peninjauan) berarti sungai, bersinonim dengan kali (Jawa) atau river (Inggris). Pada perkembangan selanjutnya, batanghari sembilan juga bermakna budaya, yaitu budaya batanghari sembilan, di antaranya adalah musik dan lagu batanghari sembilan (selanjutnya batanghari sembilan). Secara garis besar musik dan lagu batanghari sembilan adalah salah satu genre seni musik atau lagu daerah yang berkembang di
== Alat dan Tembang ==
Alat yang dipergunakan untuk mengiringi tembang, pada masa lalu masyarakat memiliki alat-alat musik tradisional seperti Serdam, Ginggung, Suling, [[Gambus]], Berdah dan Gong alat tersebutlah yang mengikuti rejung atau tembang atau adakalanya mereka melantunkan tembang tanpa alat dan tanpa syair “meringit”. Selain ini adalagi sastra lisan seperti guritan, andai-andai, memuning dan lain-lain saat ini sudah langka yang dapat melakukannya. Dengan kemajuan yang dilalui, masyarakatnya berinteraksi dengan peralatan modern, menyebabkan alat tradisional tersebut bertambah atau berganti alat-alat baru seperti Accordion (ramanika), Biola (piul) dan Guitar (itar). Sejak tahun enam puluh-an didominasi oleh [[Gitar]] Tunggal ( hanya mempergunakan dan hanya satu gitar saja ) untuk mengiringi tembang. Tembang tersebut biasanya hanyalah berupa [[Pantun]] empat kerat bersajak a-b a-b, bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu.
Sekadar contoh dalam lagu batanghari sembilan bait Syairnya adalah seperti ini:
Baris 23:
Lagu batang hari sembilan sering kali dibawakan oleh anak bujang sambil berjalan berkunjung ke rumah gadis dari dusun ke dusun dengan diiringi oleh gitar tunggal. Disebut gitar tunggal karena biasanya cocoknya dan mudahnya diiringi oleh satu gitar. Bahkan sampai sekarang saya belum pernah mendengar bahwa lagu tersebut diiringi oleh dua gitar sekaligus. Sambil berjalan di kesunyian malam pada masa lalu, bujang2 membawakan lagu batang hari sembilan yang umumnya berkisah tentang romantika kehidupan bujang dusun pada masa itu.
Dari contoh diatas kita tahu bahwa bahasa
Untuk diketahui juga bahwa tidak semua derah wilayah Sumbagsel menggunakan bahsa tersebut sebagai bahsa sehari-hari, melainkan sebagian besarnya saja. Misalnya untuk Provinsi Bengkulu,
Sedangkan unyuk proinsi sumsel Lagu Batang Hari Sembilan digunakan secara lebih luas. Karena mungkin asal usul penyebarannya dulu dari wilayah Sumsel.
|