Batanghari Sembilan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(38 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Batanghari Sembilan''' adalah istilah untuk irama musik dengan petikan gitar tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatra Bagian Selatan. Dalam pengertian yang lebih luas, Batanghari Sembilan adalah kebudayaan yang berbasis pada sungai. Kebudayaan ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam. Musik yang diekspresikan dari budaya ini bernuansa romantik, melonkolik dan naturalistik. Kebudayaan sungai ini dapat ditunjukkan dari pola pemikiran masyarakat asli yang berjajar di pinggir sungai. beberapa peralatan hidup seperti transportasi dan alat pengolahan [[padi]] (antan delapan) juga digerakkan oleh arus sungai.
== Pengertian ==
Pengambilan nama
== Alat dan Tembang ==
Alat yang dipergunakan untuk mengiringi tembang,
Sekadar contoh dalam lagu batanghari sembilan bait Syairnya adalah seperti ini:
== Nuansa Estetik ==▼
<i><poem>Kain abang bejait tangan,
Belapik tikae batang padi,
Ghimbe kuang bukan alangan,
Kalu Kendaan kan di jalani.</poem></i>
{{tone}}
Kalau kita terjemahkan secara bebas ke dalam bahsa Indonesia maka artinya seperti ini:
Kain merah dijahit tangan,
Beralas tikar batang padi,
Hutan rimba lebat bukan halangan,
Kalau kemauan akan dijalani.
Lagu batang hari sembilan sering kali dibawakan oleh anak bujang sambil berjalan berkunjung ke rumah gadis dari dusun ke dusun dengan diiringi oleh gitar tunggal. Disebut gitar tunggal karena biasanya cocoknya dan mudahnya diiringi oleh satu gitar. Bahkan sampai sekarang saya belum pernah mendengar bahwa lagu tersebut diiringi oleh dua gitar sekaligus. Sambil berjalan di kesunyian malam pada masa lalu, bujang2 membawakan lagu batang hari sembilan yang umumnya berkisah tentang romantika kehidupan bujang dusun pada masa itu.
Irama dan nada yang muncul dari tembang atau rejung itu memiliki nuansa estetik natural dalam arti membawakan suara alam semesta yang pada dasarnya jarang orang tidak dapat mengappresiasinya. Nuansa estetik natural ini tidak hanya sekedar memenuhi konsumsi pemikiran enerjik melainkan lebih kepada unsur qalbu sentimental. Jiwa insaniah yang terdalam dapat diraih maka terkadang tidak mengherankan jika unsur pemikirian tidak terlalu dominan sehingga dapat memberi celah hidup dalam hati, di situlah letak dari tembang ini. Tentu saja sasarannya adalah manusia yang masih hidup secara batiniahnya.▼
Dari contoh diatas kita tahu bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dengan dialek Batang Hari Sembilan. Bahasa ini adalah bahasa umum digunakan oleh masyrakat SUMBAGSEL (Sumatra Bagian Selatan) yang meliputi Jambi, Sumsel, lampung dan Bengkulu.
Untuk diketahui juga bahwa tidak semua derah wilayah Sumbagsel menggunakan bahsa tersebut sebagai bahsa sehari-hari, melainkan sebagian besarnya saja. Misalnya untuk Provinsi Bengkulu, yang menggunakan bahasa tersebut hanya di Kecamatan Padang Guci, Kecamatan Kinal dan Kecamatan Kedurang yang berada di Wilayah Bengkulu Selatan. Di kecamatan2 itulah lagu Batang Hari sembilan dibawakan dengan menggunakan bahasa melayu seperti diatas.
Sedangkan unyuk proinsi sumsel Lagu Batang Hari Sembilan digunakan secara lebih luas. Karena mungkin asal usul penyebarannya dulu dari wilayah Sumsel.
▲[[Irama]] dan [[nada]] yang muncul dari tembang atau rejung itu memiliki nuansa
== Pranala luar ==
* [http://
[[Kategori:
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
|