Jahe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Jahe menggunakan HotCat
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Parameter klad
(18 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{taxoboxTaxobox
| color = {{tc2|tumbuhan}}
|name = Jahe
|image = Koeh-146.jpg
|status = secure
| regnum = [[Plantae]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]}}
|unranked_divisio = [[Angiospermae]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]}}
|unranked_classis = [[Monokotil]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berkeping biji tunggal|Monokotil]]}}
|unranked_ordo = [[Commelinids]]
{{kladtb|[[Komelinid]]}}
|ordo = [[Zingiberales]]
|familia = [[Zingiberaceae]]
Baris 27 ⟶ 29:
'''Jahe''' (''Zingiber officinale''), adalah tumbuhan yang [[rimpang]]<nowiki/>nya sering digunakan sebagai [[rempah-rempah]] dan bahan baku [[Obat tradisional|pengobatan tradisional]]. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas yang dirasakan dari jahe disebabkan oleh senyawa [[keton]] bernama [[zingeron]].
 
Jahe termasuk dalam [[Famili (biologi)|famili]] [[Zingiberaceae]] (temu-temuan).<ref>{{Cite web|title=Zingiberaceae {{!}} Description, Genera, & Facts {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/plant/Zingiberaceae|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2022-02-10}}</ref> Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh.
 
== Asal usul dan penyebaran ==
Jahe diperkirakan merupakan tumbuhan [[Pribumi (ekologi)|pribumi]] [[Asia Tenggara]].<ref name=":1" /> Penyebarannya diperkirakan mengikuti [[migrasi]] yang dilakukan oleh [[Suku bangsa Austronesia|Suku Bangsa Austronesia]] pada abad ke-4 SM menyeberangi [[Kepulauan Melayu]] dari [[Tiongkok Tengah Selatan|CIna Tenggara]] sampai ke [[Taiwan]]. Jahe pun menjadi tumbuhan khas wilayah tersebut bersamaan dengan [[lengkuas]], [[temu putih]], dan [[lempuyang]].<ref name=":2">{{Cite book|last=Dalby|first=Andrew|date=2000|url=https://books.google.co.id/books?id=7IHcZ21dyjwC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Dangerous Tastes: The Story of Spices|location=Berkeley|publisher=University of California Press|isbn=978-0-520-23674-5|pages=21|language=en|url-status=live}}</ref>
 
Tumbuhan jahe dikategorikan sebagai tumbuhan [[kultigen]] dan tidak tersedia lagi dalam bentuk liar di alam. Hal ini disebabkan karena jahe telah kehilangan kemampuannya tumbuh melalui biji seperti kebanyakan jenis rempah-rempah lainnya dan hanya bisa berkembang biak melalui [[reproduksi vegetatif]] menggunakan akarnya yang merupakan akibat dari [[seleksi buatan]] yang dilakukan manusia.<ref name=":2" /> Tumbuhan ini telah lama di[[Domestikasi|didomestikasidomestikasi]] di [[India]] dan [[Tiongkok]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Ravindran|first=P.N|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ginger/7N_LBQAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|title=Ginger The Genus Zingiber|location=Boca Raton|publisher=CRC Press|isbn=9781420023367|editor-last=Ravindran|editor-first=P.N|pages=7|chapter=Introduction|editor-last2=Babu|editor-first2=K.Nirmal|url-status=live}}</ref>
 
Suku Bangsa Austronesia menggunakan jahe sebagai bahan-bahan masakan dan juga sebagai penghangat tubuh dalam ritual kelahiran yang disebut dengan nama "benkidu". Ritual ini merupakan ritual penghangatan ibu dan bayi baru saja dilahirkan di dalam sebuah ruangan disebut dengan nama "bilik" dengan paparan api dan pemberian jahe sebagai penghangat selama sebulan atau 41 hari.<ref>{{Cite book|last=Fox|first=James J.|date=2006|url=https://books.google.com/books?id=4JavFdIXo3oC&newbks=0&printsec=frontcover&hl=en|title=Inside Austronesian Houses: Perspectives on Domestic Designs for Living|location=Canberra|publisher=ANU E Press|isbn=978-1-920942-84-7|pages=86,137|language=en|url-status=live}}</ref> Bagi penutur [[bahasa proto oseanik]], jahe digunakan di dalam ritual sihir.<ref>{{Cite book|last=Osmond|first=Meredith|date=2000|url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/106908|title=The lexicon of Proto Oceanic : The culture and environment of ancestral Oceanic society|location=Canberra|publisher=ANU Pr int ing Serv ice|isbn=0 85883 507 X|editor-last=Malcolm|editor-first=Ross|series=Pacific Linguistics|volume=152|pages=128|chapter=Horticultural practices|editor-last2=Andrew|editor-first2=Pawley|editor-last3=Meredith|editor-first3=Osmond|url-status=live}}</ref>
Baris 38 ⟶ 40:
Jahe disebarkan oleh Suku Bangsa Austronesia dengan membawanya dalam [[pelayaran]] dan menanamnya di setiap taman di pulau-pulau yang mereka kunjungi selama berlayar. Kebiasaan inilah yang menyebabkan jahe tersebar hingga ke [[Filipina]] dan [[Kepulauan Maluku]], lalu ke seluruh Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Pulau Papua sampai ke [[Selat Malaka]].<ref name=":2" /> Penyebarannya terus berlanjut hingga mencapai [[Eritrea]] dan [[Jazirah Arab]] sebagai pemasok jahe ke wilayah [[Rumania]] dan [[Yunani]] untuk digunakan oleh para apoteker dan tabib sebagai bahan [[antidot]] seperti ''[[mithridaticum]]'' yang secara rutin diminum oleh [[Mithridates VI dari Pontos]].<ref name=":2" />
 
Jahe mulai dikenalkan ke wilayah [[Laut Tengah]] pada Abad ke-1 [[Era Umum]] yang dibawa oleh pedaganpedagang dan terkenal di Inggris pada Abad ke -11. Selanjutnya, bangsa spanyol membawanya ke [[Hindia Barat]] dan [[Meksiko]].<ref>{{Cite web|title=Ginger {{!}} plant|url=https://www.britannica.com/plant/ginger|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=17 Juli 2021|subscription=yes}}</ref>
 
== Sejarah tertulis ==
Jahe pertama kali ditulis di dalam buku ''[[Analek Konfusius]]'' yang ditulis oleh [[Kong Hu Cu (filsuf)|Kong Hu Cu]] pada tahun 557–479 SM dengan mengatakan bahwa dia tidak pernah mengonsumsi makanan tanpa jahe di dalamnya,.<ref name="pickersgill">{{cite book|last1=Pickersgill|first1=Barbara|date=2005|title=The Cultural History of Plants|url=https://archive.org/details/culturalhistoryp00libg_373|location=New York|publisher=Routledge|isbn=0415927463|editor1-last=Prance|editor1-first=Ghillean|pages=[https://archive.org/details/culturalhistoryp00libg_373/page/n169 163]|chapter=Spices|author-link=Barbara Pickersgill|editor2-last=Nesbitt|editor2-first=Mark|url-status=live}}</ref>
 
== Penamaan Jahe ==
Jahe memiliki nama ilmiah (''Zingiber officinale'') yang pertama kali dinamai oleh [[William Roxburgh]] dalam bukunya ''Flora Indica'' yang diterbitkan pada tahun 1832.<ref>{{Cite book|last=Roxburgh|first=William|date=1832|url=http://archive.org/details/floraindicaord01roxb|title=Flora Indica, or, Descriptions of Indian plants|location=Serampore|publisher=W. Thacker & co|editor-last=Carey|editor-first=William|volume=1|pages=47|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Duncan|first=Andrew|date=1829|url=http://archive.org/details/supplementtoedi00duncgoog|title=Supplement to The Edinburgh new dispensatory|location=Edinburgh|publisher=Bell & Bradfute|pages=14|url-status=live}}</ref> Kata ''[[wiktionary:zingiberi|Zingiber]]'' berasal dari [[Bahasa Yunani]] “[[wiktionary:zingiberi|Zingiberi]]” yang diserap dari kata “Singabera” dari [[Bahasa Sanskerta]] yang memiliki makna "tanduk<nowiki>''</nowiki> karena bentuk jahe yang mirip dengan tanduk rusa. ''[[wiktionary:officinale|Officinale]]'' merupakan serapan [[Bahasa Latin|bahasa latin]] (''[[wiktionary:officina|officina]]'') yang memiliki makna bahwa tumbuhan digunakan dalam kebutuhan [[farmasi]] dan [[ilmu kesehatan]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Bermawie|first=Nurliani|last2=Purwiiyanti|first2=Susi|date=2011|url=http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/10028/Bunga%20Rampai%20Jahe%20%28Zingiber%20officinale%20Rosc.%29_Status%20Teknologi%20Hasil%20Penelitian%20Jahe.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=JAHE (Zingiber officinale Rosc.)|location=Bogor|publisher=Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian|isbn=978-979-548-031-0|editor-last=Supriadi|pages=1|chapter=Botani, sistematika dan keragaman kultivar jahe|editor-last2=Yusron|editor-first2=M|editor-last3=Dono|editor-first3=Wahyuno|editor-last4=Miftahudin|editor-last5=Eflana|url-status=live}}</ref>
 
Jahe memiliki nama yang beragam di seluruh Indonesia. Daerah yang berada di Pulau [[Sumatra]] mengenalnya dengan nama ''halia'' ([[Bahasa Aceh|Aceh]]), ''beuing'' ([[Bahasa Gayo|Gayo]]), ''bahing'' ([[Bahasa Karo|Karo]]), ''alia'' ([[Bahasa Melayu|Melayu]]), ''pege'' ([[Bahasa Batak Toba|Toba]]), ''sipode'' ([[Bahasa Mandailing|Mandailing]]), ''lahya'' ([[Bahasa Komering|Komering]]) ''lahia'' ([[Bahasa Nias|Nias]]), ''sipodeh'' ([[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]]), ''page'' ([[Bahasa Lubu|Lubu]]), dan ''jahi'' ([[Lampung]]). Nama jahe mungkin berasal dari [[Jawa|pulau Jawa]] karena memiliki kemiripan seperti ''jahe'' dalam [[bahasa Sunda]], ''jae'' ([[Bahasa Jawa|Jawa]]), ''jhai'' ([[Bahasa Madura|Madura]]), dan ''jae'' ([[Bahasa Kangean|Kangean]]). Daerah [[Indonesia Timur|Indonesia timur]] seperti [[Sulawesi|Pulau Sulawesi]] mengenal jahe dengan nama l''ayu'' ([[Bahasa Mongondow|Mongondow]]), ''moyuman'' (Poros), ''melito'' ([[Bahasa Gorontalo|Gorontalo]]), ''yuyo'' ([[Bahasa Buol|Buol]]), ''siwei'' (Baree[[Rumpun Bahasa Bare'e|Bare'e]]), ''goraka'' ([[Rumpun Bahasa Bare'e|Bare'e Tojo]]), ''laia'' atau ''leya'' ([[Bahasa Makassar|Makassar]]), dan ''pace'' ([[Bahasa Bugis|Bugis]]). Di [[Maluku]], jahe dikenal dengan nama ''hairalo'' ([[Bahasa Amahai|Amahai]]), ''pusu, seeia, sehi, siwe'' ([[Bahasa Ambon|Ambon]]), ''sehi'' ([[Hila, Leihitu, Maluku Tengah|Hila]]), ''sehil'' ([[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusa Laut]]), ''siwew'' (Buns), ''garaka'' atau ''woraka'' ([[Bahasa Ternate|Ternate]]), ''gora'' ([[Bahasa Tidore|Tidore]]), ''sohi'' ([[Kepulauan Banda|Banda]]) dan ''laian'' ([[Kabupaten Kepulauan Aru|Aru]]). Daerah di [[Pulau Papua]] menyebutnya dengan nama ''tali'' dalam bahasa Kalanapat dan ''marman'' dalam bahasa Kapaur. Wilayah Nusa Tenggara dan sekitarnya menyebutnya dengan nama ''jae'' atau ''jahi'' ([[Bahasa Bali|Bali]]), ''reja'' ([[Bahasa Bima|Bima]]), ''alia'' ([[Bahasa Sumba|Sumba]]), dan ''lea'' (Flores). [[Bahasa dayak]] di Kalimantan (Dayak) mengenal jahe dengan sebutan ''lai'', sedangkan dalam [[Bahasa Banjar|bahasa banjar]] disebut ''tipaka''n.<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|date=2017|title=Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022584698|volume=1|pages=366|translator-last=Zara|translator-first=Muhammad Yuanda|url-status=live}}</ref>
 
== Botani dan sistematika ==
Jahe merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam [[Famili (biologi)|famili]] ''[[Zingiberaceae]]''.
 
[[Berkas:Hasil Panen Jahe.jpg|jmpl|kiri|Hasil panen jahe.]]
Baris 60 ⟶ 62:
[[Berkas:Gingembre.jpg|ka|200px|Tanaman Jahe]]
[[Berkas:Tanaman Jahe.jpg|Tanaman Jahe di kebun.|jmpl]]
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 &nbsp;cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 &nbsp;mm dan panjang 8 hingga 15 &nbsp;mm. Tangkai daun berbulu halus.
 
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5&nbsp;cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 &nbsp;cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
 
== Pengolahan dan pemasaran ==
Baris 87 ⟶ 89:
 
=== Oleoresin jahe ===
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Warnanya cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%. Mengandung komponen bioaktif berupa senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai antioksidan, yakni gingerol, shogaol, dan zingeron. Ketiganya berpengaruh dalam pencegahan penyakit degeneratif, seperti kanker dan penyumbatan pembuluh darah <ref>{{Cite book|last=Astawan|first=Made|date=2020|title=Sehat Dengan Rempah dan Bumbu Dapur|location=Jakarta|publisher=Buku Kompas|isbn=978-623-241-372-6|url-status=live}}</ref>
 
== Habitat ==
[[Berkas:Extracción de tallo del Jengibre (Zingiber officinale).jpg|jmpl|Tanaman Jahe]]
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
 
Baris 103 ⟶ 106:
 
=== Jahe merah ===
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Bahkan digunakan pula sebagai pengawet alami di industri pangan karena memiliki aktivitas antibakteri dalam kandungannya terhadap bakteri patogen dan perusak pangan.<ref>{{Cite journal|last=Rialita|first=Tita|last2=Rahayu|first2=Winiati Pudji|last3=Nuraida|first3=Lilis|last4=Nuratama|first4=Budi|date=2015|title=Aktivitas Antimikroba Minyak Esensial Jahe Merah dan Lengkuas Merah terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Pangan|url=https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9418|journal=Agritech|volume=35|issue=1|pages=43-52}}</ref> Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.
 
== Produk jahe ==
Di masyarakat barat, ''ginger ale'' merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe.<ref>{{Cite web|last=Wihman|first=Liisa|date=30 Desember 2016|title=The Story of Ginger|url=https://metropolisjapan.com/the-story-of-ginger/|website=Metropolis Japan|language=en-US|access-date=2022-02-10}}</ref> Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan [[Jepang]].
 
Di [[Indonesia]], [[sekoteng]], [[bandrek]], dan [[wedang jahe]] merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah [[pegunungan]].
Baris 118 ⟶ 121:
== Lihat pula ==
{{rempah-rempah}}
 
{{bahan-masakan-stub}}
{{Taxonbar|from=Q35625}}
 
Baris 125 ⟶ 128:
[[Kategori:Tumbuhan obat]]
[[Kategori:Jahe| ]]
[[Kategori:Tumbuhan di Al-Qur'an]]