Mendong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
k →top: Parameter klad |
||
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
| color = {{tc2|tumbuhan}}
|name = Mendong
|image =
|image_width = 240px
| regnum = [[Plantae]]
{{kladtb|[[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]}}
{{kladtb|[[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]}}
{{kladtb|[[Tumbuhan berkeping biji tunggal|Monokotil]]}}
{{kladtb|[[Komelinid]]}}
| ordo = [[Poales]]
| familia = [[Cyperaceae]]
Baris 18 ⟶ 20:
* ''Fimbristylis globulosa'' {{small|(Retz.) Kunth}}
<small>Sinonim selengkapnya, lihat ''The Plant List''</small>
}}
'''Mendong'''<ref>KBBI Daring: [http://kbbi.web.id/mendong ''mendong'']</ref> ('''''Fimbristylis umbellaris''''') atau disebut juga '''[[purun tikus]]''' adalah salah satu jenis [[rumput]] yang hidup di [[rawa]], termasuk anggota [[familia|suku]] [[Cyperaceae]]. [[Tumbuhan]] ini menghasilkan bahan anyaman, sehingga ia dibudidayakan di beberapa daerah. Nama-nama lokalnya, di antaranya, ''sié'' ([[Simeulue|Teupah]]); ''lai, mansiang mancik'' ([[Sumbar]]); ''baih-baih, mansiro baih, m. ibuh, m. lai, m. pandan'' ([[bahasa Minangkabau|Mink.]]); ''purun tikus'' ([[bahasa Lampung|Lamp.]], [[bahasa Banjar|Banj.]]); ''méndong'' ([[bahasa Jawa|Jw.]]); ''daun tikar'' ([[dialek Manado|Man.]]); ''nanaiang'' ([[Sangihe]]); ''kamun, bérot, wérot, tèhèk'' (aneka dialek lokal di [[Sulut]]); ''tiohu'' ([[Gorontalo|Goront.]]); ''tikogu'' ([[Buol]]); ''tiu'' (Barèe); ''tuyu'' ([[Palu]]).<ref name=heyne>{{aut|[[Karel Heyne|Heyne, K.]]}} 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'' '''I''': 355-7. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa [[Belanda]] [http://archive.org/stream/denuttigeplanten1922heyn#page/296/mode/2up -1922- '''I''': 296-8])</ref>
[[Terna]] menahun, dengan rimpang kecil, tinggi 20-120 [[sentimeter|cm]]. [[Batang]] berambut panjang rapat, kaku, menyudut tumpul atau hampir bulat torak, kurang lebih memipih di bawah perbungaan, halus, berbelang, garis tengah 1-5 [[milimeter|mm]]. [[Daun|Daun-daun]] acap tereduksi hingga tak memiliki helaian, serupa tabung, terpangkas miring ujungnya, berupa seludang bertepi kecokelatan; daun pada batang yang fertil atau tumbuhan muda memipih dan beralur-alur selebar 1,5 mm. [[Perbungaan]] di pucuk, tunggal atau majemuk, dengan 1-40 [[spikelet]], yang terbesar serupa payung, 3–10 cm panjangnya. [[Buah]] bulir memipih, menyegitiga, atau cembung di dua sisinya, berbintil halus, 0,8-1 × 0,6-0,8 mm.<ref name=kos>{{aut|[[Kostermans|Kostermans, A.J.G.H.]], S. Wirjahardja, and R. J. Dekker}}. 1987. "The weeds: description, ecology and control": 238-9, <u>in</u> [[Mohamad Soerjani|M. Soerjani]], A.J.G.H. Kostermans, and [[Gembong Tjitrosoepomo|G. Tjitrosoepomo]], (eds.). ''Weeds of Rice in Indonesia''. Jakarta:Balai Pustaka.</ref>
Baris 33 ⟶ 35:
== Budidaya di Indonesia ==
Untuk di Indonesia sendiri, Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu penghasil mendong terbesar yang menyuplai hingga 50% kebutuhan mendong untuk wilayah Jawa Barat. Tasikmalaya merupakan sentra kerajinan tangan yang salah satunya berbahan baku mendong. Kerajinan tangan dari mendong memiliki potensi besar untuk pasar ekspor. Namun, semakin sulitnya bahan baku mendong, membuat beberapa pengrajin mendong memilih untuk gulung tikar. Selain itu, kemajuan zaman membuat kerajinan ini semakin tergusur karena dinilai kurang tahan lama dan desain yang kurang modern. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, luas lahan dan produksi mendong di Jawa Barat mengalami penurunan sejak tahun 2013 hingga 2017 dan diprediksi akan terus menurun pada tahun-tahun berikutnya.<ref>{{Cite web|url=http://disbun.jabarprov.go.id/page/view/70-id-mendong|title=Mendong|last=Media|first=4 Vision|website=Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat|access-date=2019-04-25|archive-date=2019-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20190410172812/http://disbun.jabarprov.go.id/page/view/70-id-mendong|dead-url=yes}}</ref> Budidaya mendong sendiri tidak mengalami kemajuan dan belum banyak penelitian dilakukan terhadap tanaman ini. Mendong secara umum mudah untuk dibudidayakan dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Jarak tanam yang baik dilakukan yaitu 60–80 cm antar rumpun dengan 5-8 bibit per rumpun. Pemeliharaan cukup dengan pemberian pupuk kandang sewaktu menanam dan pupuk ZA setelah panen.
== Manfaat ==
Baris 43 ⟶ 45:
== Metabolit ==
Hingga saat ini, belum ada penelitian metabolomik khusus mendong karena mendong secara umum lebih dimanfaatkan biomassanya. Namun mendong telah diteliti lebih lanjut untuk dimanfaatkan serat dan selulosanya sebagai alternatif polimer dan biomaterial baru. Penelitian ini berupa pengamatan struktur mikroskopis, analisis komposisi kimia, fisik, mekanik, dan termal dari serat tanaman mendong. Serat tanaman mendong mengandung sekitar 72,14% selulosa; 20,2% hemiselulosa; 3,44% lignin; dan sisanya bahan lain dan air. Berdasarkan penelitian Suryanto H. dkk menunjukkan tanaman mendong memiliki kandungan selulosa yang tinggi, tetapi masih lebih rendah dibanding kapas dan rami. Kandungan selulosa dan zat non-selulosa mempengaruhi struktur dan kekuatan dari serat. Penelitian fisik menunjukkan kristanlinitas dan indeks kristalin pada tanaman mendong yaitu 85,8 dan 83,5%. Hal ini menunjukkan serat mendong masih memiliki material non-kristalin seperti hemiselulosa, lignin, dan pectin yang dapat mengurangi kekuatan dari serat mendong.<ref name=":0" />
== Catatan kaki ==
Baris 57 ⟶ 59:
* Oswaldasia: [http://www.oswaldasia.org/species/f/fimum/fimum_en.html ''Fimbristylis umbellaris'']
* Tropical: [http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Fimbristylis+umbellaris ''Fimbristylis umbellaris'']
{{Taxonbar|from=Q10885508}}
[[Kategori:Cyperaceae]]
|