Guci, Bumijawa, Tegal: Perbedaan antara revisi

|luas=... km³

|penduduk=... jiwa

|kepadatan=... jiwa/km²

'''Guci''' merupakan salah satuadalah [[desa]] yang berada di kecamatan [[Bumijawa, Tegal|Bumijawa]], Kabupaten [[Kabupaten Tegal|Tegal]], provinsi [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].

=== Sejarah [[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]] ===

Pada jamanzaman dulu sekitar tahun ''' 1767 ''' tersebutlah seorang '''bangsawan''' dari '''Keraton[[Kesultanan Demak''' Bintoro.]], Bernamabernama Raden ARYOAryo WIRYOWiryo yang merasa jenuh dengan keadaan, dengan kehidupan '''keraton''' yang seringkalisering kali terjadi konflik perang saudara dan persaingan perebutan tahta diantaradi antara sesama saudara dalam lingkup keraton,. keadaanKeadaan itu membuat R.Raden Aryo Wiryo merasa jenuh dan berniat meninggalkan keraton.

SehinggaAkhirnya pada suatu saat beliaudia berangkat meninggalkan keraton dengan mengajak istrinya yang kemudian dikenal dengan Ny.Nyai Tumbu, selang beberapa tahun kemudian beliaudia sempat mengabdi di '''Kraton[[Kesultanan Mataram''']] pada jamanzaman kejayaan Sultan Agung Hanyorokusumo kemudian beliaudia sempat pula ditugaskan oleh Sultan Agung untuk berangkat ke '''[[Kota Cirebon|Cirebon''']] pada masa itu.

Kemudian beliaudia kembali mengembara denganhingga sehingga pada suatu saat menginjakkansampai kakidi dilerenglereng '''[[Gunung Slamet''']] sebelah utara dan beliaudia menetap didaerahdi daerah tersebut yang. kemudian adalah sebagaiDia orang pertama yang membuka lahan perkampungan ditempatdi tempat itu sampai banyak orang berdatangan kedaerahke daerah itu untuk berguru kepada R.Raden Aryo Wiryo dan akhirnya menetap didaerahdi daerah tersebut. Oleh sehinggakarenanya kemudianRaden R.Aryo Wiryo memeberi nama tempat itu “ Kampung Keputihan“Kampung “Keputihan“, (daerah yang masih asli tak terjamah peradaban agama selain Islam).

Suatu saat datanglah pengembara dari Pesantren GunungjatiGunung Jati yang yaknimerupakan santri Syech[[Sunan SyarifGunung HidayatullohJati]]. '''Sunan Gunungjati''' bernama KayiKyai Elang Sutajaya bermaksud menyebarkan agama '''[[Islam''']] dan kemudian R.Raden Aryo Wiryo dan pengikutnya berkenan mendalami ajaran agama islam untuk lebih memantapkan keimanan para pengikutnya.

Pada saat itu kampung keputihan sedang dilanda wabah PAGEBLUG'''pageblug''' seperti banyak '''tanah longsor''' dan penyakit gatal – gatal (gudigen, bahasa setempat)sehinggansehingga Kyai Elang Sutajaya mengajak R.Raden Aryo Wiryo dan warganya untuk munajatberdoa kepada Alllah SWT dengan Ritualritual yang sekarang dikenal dengansebagai '''RUWATruwat BUMIbumi''' dengan menyembelih kambing Kendit dan menyajikan hasil bumi seperti Pala Pendem dan syursayur mayur yang akan disedekahkan kepada '''fakir miskin''' dan. acaraAcara ritual tersebut terjadi pada bulan Asyuro atau bualanbulan Mukharom dan turun temurun sampai sekarang.

Pada saat munajatberdoa atau dalam adapt sekarang adalahdengan tasyakuran Tahlilan dan Manaqib kala itu, kanjengKanjeng '''Sunan Gunungjati'''Gunung Jati berkenan hadir secara ghoib dan memeberikan sebuah GUCIguci Saktisakti yang sudah diasamadiisi dengan do’a kanjengKanjeng Sunan agar supaya penduduk Kampung Keputihan yang terjangkit wabah gatal segera meminum air guci tersebut dan pojok – pojok Kampung Keputihan agar di percikkandipercikkan air Guciguci tersebut untuk menghilangkan kerusakan akibat bencana alam. sehinggaSehingga pada saat R.Radenn Aryo Wiryo berkeliling bersama Kyai Elang Sutajaya beliaudia menemukan sumber mata air panas dibawah sebuah '''[[Gua''']] yang sekarang terkenal dengan nama PANCURAN'''Pancuran 13'''.

Adapun Guciguci Saktisakti tersebut ditempatkan disebuahdi sebuah dukuh tempat R.Raden Aryo Wiryo biasa semedisemadi, daerah tersebut sekarang dikenal dengan nama '''Telaga''' Ada di dukuhDukuh Engang [[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]], sehingga karena kekeramatan guci tersebut maka Kampung Keputihan dapat pulih kembali, bebas dari Pageblugpageblug. Untuk mengabadikanmengenang peristiwa tersebut maka Kampung Keputihan diubah namanya menajadi [[Guci, Bumijawa, Tegal|[[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]]]]. Adapun Guciguci Saktisakti tersebut sekarang ada di '''[[Museum Nasional''']] setelahkarena pada jamanzaman Adipati Cokroningrat dari Brebes memindahkannya dari [[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]] ke pendopo Kadipaten Brebes yang kala itu, sebab [[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]] jaman dahulu adalah bagian dari [[Kabupaten Brebes]].

Untuk lebih membaur dengan warga, R.Raden Aryo Wiryo menggunakan nama samaran yaitu Kyai Ageng Klitik atau untuk lebih akrab dengan sebutan Kyai Klitik. sampaiSelain sekarangitu penyamaran tersebut juga mengandung maksud lain, sebab keturunan darah biru atau '''bangsawan''' dari '''kraton'''keraton banyak yang diburu penjajah '''[[Belanda''' dan tentunya untuk lebih merakyat dan tidak ada perbedaan golongan dengan orang kebanyakan]]. Beliau menggunakan nama samaran tersebut sampaiSampai sekarang tidak diketahui maksud dan asal muasal makna yang sesungguhnya, beliaudia juga menemukan Tuktuk atau mata air panas lain yang sekarang terkenal dengan PEMANDIAN'''Pemandian KESEPUHANKasepuhan''' dan PENGASIHAN'''Pemandian Pengasihan''' yang berkasiat untuk sababiyah berbagai '''penyakit kulit''' dan '''tulang''' dan sarana mengabulkan khajat tertentu bagi yang meyakininya. Konon kabarnya Pemandian tersebut adalah tempat untuk penjamasan atau memandikan '''Keris'''keris Kyai Klitik agar pamornya menjadi Sepuhsepuh sehingga tempat itu dinamakan KesepuahKasepuhan dan tempat untuk memandikan pusaka – pusaka lain yang berpamor welas asih, sehingga tempat tersebut dinamakan Pengasihan. Tempat tersebut sekarang dipergunakan untuk pemandian umum yang didatangi pengunjung dari berbagai tempat.

Setelah [[Guci, Bumijawa, Tegal|Desa Guci]] semakin ramai maka datanglah seorang pengembara bernama Mbah SEGEONGSegeong dan bertapa didalamdi dalam Gua, yang sekarang terkenal dengan Gua SEGEONGSegeong terletak di sebelah selatan Pos I retribusiRetribusi sekitar 350 m jaraknya. Pada saat Kyai Elang Sutajaya siarmensyiarkan agama islam beliaudia sering melakukan semedisemadi diatasdi atas sebuah bukit. danDi disekitarsekitar tempat itu banyak terdapat hewan badak ( warak, dalam bahasa jawa Jawa) dan hewan – hewan tersebut bertempat didaerah itu, maka Kyai Elang Sutajaya menyebutnya dengan Kandang Warak yang sekarang nama tersebut digunakan sebagai nama sebuah dukuh di sebelah timur Desa Guci yaitu Dukuh Pekandangan.