Atsariyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Kunci baru untuk Kategori:Atsariyah: " " menggunakan HotCat |
→Asal usul: menurut sumber2 yang saya baca.. perkataan Abdullah Ibnu Umar bukan kiasan tetapi literal |
||
(10 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Islam Sunni|Mazhab akidah}}
'''Atsariyah''' ({{Lang-ar|الأثرية|translit=al-aṡariyyah}} {{IPA-ar|
* {{Cite book |last=Pall |first=Zoltan |title=Salafism in Lebanon: Local and Transnational Movements |publisher=Cambridge University Press |year=2018 |isbn=978-1-108-42688-6 |location=One Liberty Plaza, New York, NY 10016, USA |pages=16 |chapter=Introduction}}
* {{harvtxt|Abrahamov|2016|pp=263–279}}}} Mazhab akidah ini muncul pada akhir abad ke-8 M dari para ulama ''[[Ahli Hadis]]'', sebuah gerakan keagamaan [[Islam]] yang menolak doktrin teologis Islam rasionalistik (''[[Ilmu kalam|kalām]]'') serta mendukung pemaknaan tekstual yang ketat dalam hal menafsirkan [[Al-Qur'an]] dan [[hadis]].<ref name="Abrahamov 2016">{{Cite book|last=Abrahamov|first=Binyamin|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=263–279|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Scripturalist and Traditionalist Theology|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.025|lccn=2016935488|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA263}}</ref><ref name="Halverson-36q">{{Harvard citation text|Halverson|2010}}. "The Atharis can thus be described as a school or movement led by a contingent of scholars (''[[ulama]]''), typically [[Mazhab Hambali|Hanbalite]] or even [[Mazhab Syafi'i|Shafi'ite]], which retained influence, or at the very least a shared sentiment and conception of piety, well beyond the limited range of Hanbalite communities. This body of scholars continued to reject theology in favor of strict textualism well after Ash'arism had infiltrated the Sunni schools of law. It is for these reasons that we must delineate the existence of a distinct traditionalist, anti-theological movement, which defies strict identification with any particular ''madhhab'', and therefore cannot be described as Hanbalite."</ref> Namanya berasal dari kata ''[[Hadis|aṡar]]'' yang berarti "tradisional".<ref name="Abrahamov 2016" /> Penganutnya dikenal sebagai "''Ahli Atsar''", "''[[Ahli Hadis]]''", dll.<ref>{{Cite book|last=Azoulay|first=Rivka|year=2020|title=Kuwait and Al-Sabah: Tribal Politics and Power in an Oil State|location=50 Bedford Square, London, UK|publisher=I.B. Tauris|isbn=978-1-8386-0505-6|page=224}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Vlad Ghiță|first=Adrian|year=2019|title=Revivalismul islamic. Tendinţe înnoitoare|trans-title=Islamic Revivalism: Renewing trends|url=https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=880377|journal=Theology and Life|volume=40|issue=9–12|pages=143|archive-url=|archive-date=|access-date=|url-status=}}</ref><ref>{{Cite book|last=Bishara|first=Azmi|year=2022|title=On Salafism: Concepts and Contexts|location=Stanford, California, USA|publisher=Stanford University Press|isbn=9781503631786|page=2|chapter=1: What is Salafism?|lccn=2021061200}}</ref>
Penganut Atsariyah berkeyakinan bahwa pemaknaan literal dari Al-Qur'an dan hadis merupakan satu-satunya otoritas yang sah dalam memakanai [[Akidah Islam|akidah]] dan [[fikih]];<ref name="Abrahamov 2016"/> serta tidak boleh menggunakan perdebatan rasional, bahkan jika untuk memverifikasi kebenaran.<ref name="Halverson-3637">{{Harvard citation text|Halverson|2010}}.</ref> Atsariyah tidak setuju dengan penafsiran
Mazhab akidah muncul di kalangan ulama hadits yang akhirnya bergabung menjadi gerakan yang disebut ''[[Ahli Hadis]]'' di bawah kepemimpinan [[Ahmad bin Hanbal]] (780–855).<ref name="Lapidus130">{{Harvard citation text|Lapidus|2014|page=130}}</ref>{{Efn|Meskipun Hanbali adalah pendukung kuat dari keyakinan Atsariyah, mazhab ini menjadi pemain penting Dunia Sunni sepanjang sejarah:
Baris 19:
Atsariyah (dari kata bahasa Arab ''aṡar'', berarti "dampak" atau "sisa") adalah istilah lain yang digunakan untuk menyebut teologi tradisionalis.<ref>{{Harvard citation text|Halverson|2010}}; {{Harvard citation text|Brown|2009}}</ref> Istilah "Tradisionisme" juga telah dipakai dalam pemaknaan yang sama,<ref>{{Harvard citation text|Blankinship|2008}}; {{Harvard citation text|El Shamsy|2008}}</ref> meski Binyamin Abrahamov mencanangkan istilah "tradisionis" untuk para ulama hadis, sehingga berbeda dengan "tradisionalis" sebagai mazhab teologis.<ref name="Abrahamov 2016"/> Istilah "[[Ahli Hadis]] " digunakan oleh beberapa penulis dalam pemaknaan yang sama dengan Atsariyah,<ref>{{Harvard citation text|Brown|2009}}</ref> sementara yang lain membatasinya pada tahap awal gerakan ini,<ref>{{Harvard citation text|Esposito|2014}}</ref> atau menggunakannya dalam arti yang lebih luas untuk menunjukkan minat khusus terhadap literatur hadis.<ref>{{Harvard citation text|Leaman|2009}}</ref>
Karena sebagian besar ulama di [[Mazhab|mazhab fikih]] [[Mazhab Hambali|Hambali]] menganut [[Mazhab teologi Islam|mazhab]] [[akidah]] Atsariyah, banyak sumber yang menyebutnya sebagai "mazhab akidah Hambali", meski pakar [[Kajian Islam|studi Islam]] Barat menyatakan bahwa Atsariyah dan Hambali bukanlah sinonim, karena ada ulama mazhab tersebut yang menolak mazhab akidah ini.<ref>{{Harvard citation text|Halverson|2010}}; {{Harvard citation text|Laoust|1986}}</ref> Namun, yang lain juga mencatat bahwa beberapa [[Mazhab Syafi'i|ulama Syafiʽi]] juga termasuk dalam mazhab akidah ini, sedangkan ada ulama Hambali yang mengadopsi mazhab akidah yang lebih rasionalis.<ref>{{Harvard citation text|Halverson|2010}}; {{Harvard citation text|Hoover|2014}}</ref> Selain itu, bentuk-bentuk tradisionalisme ekstrem tidak hanya dijumpai di mazhab Hambali, tetapi juga [[Mazhab Maliki|Maliki]], [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]], dan [[Mazhab Hanafi|Hanafi]].<ref>{{Cite book|last=Abrahamov|first=Binyamin|year=1998|title=Islamic Theology: Traditionalism and Rationalism|url=https://archive.org/details/islamictheologyt0000abra|location=George Square, Edinburgh|publisher=Edinburgh University Press|isbn=0-7486-1102-9|pages=viii-ix|chapter=Introduction|quote=".. pure or extreme traditionalism does not belong exclusively to the Hanbalites, but also to the Shaf'iite, the Malikite and Hanafite scholars"}}</ref> Beberapa penulis menyebut akidah tradsionalisme sebagai "Salafiyah klasik" (dari ''[[salaf]]'', yang berarti "orang-orang (saleh) yang terdahulu").<ref>{{Harvard citation text|Brown|2009b}}; {{Harvard citation text|Shahin|2009}}</ref> Henri Lauzière berpendapat bahwa, meski keyakinan mayoritas Hambali kadang-kadang diidentifikasi sebagai "Salafi" dalam sumber-sumber klasik, menggunakan kata-kata dalam memaknai konteks ini dianggap anakronistik.<ref>{{Harvard citation text|Lauzière|2015}}</ref>
== Sejarah ==
Baris 26:
[[Sejarawan Islam|Sejarawan]] dan [[fakih]] Muslim beranggapan bahwa sahabat Nabi Islam Muhammad, [[Zubair bin Awwam]] adalah salah satu ulama tradisionalis dan tekstualis paling awal yang memengaruhi skolastisisme Atsariyah.<ref name="Alwani Fiqh methodology">{{Harvard citation no brackets|Alwani|DeLorenzo|Al-Shikh-Ali|2003}}</ref> Pendekatan proto-tekstualis Zubair<ref name="Filsafat Hukum Islam dari teori dan implementasi">{{Harvard citation text|Taufiq|2019}}</ref> memengaruhi ulama [[Ahli Hadis]]. Hal ini ditandai dengan pendekatan mereka terhadap kepatuhan literal terhadap teks Al-Qur'an dan hadis, sementara sebagian besar menolak ''[[Kias (fikih)|Qiyas]]'' (analogi) yang diajukan oleh [[Ahlur Ra’yi|Ahlur-Ra'y]] (ahli logika).<ref name="Alwani Fiqh methodology" /> Pandangan ketat yang diungkapkan oleh az-Zubair mengenai [[Tafsir|penafsiran Al-Qur'an]] muncul dalam biografi besarnya yang disusun oleh para ulama. Termasuk nasihat Zubair kepada salah satu anaknya untuk tidak pernah memperdebatkan pemaknaan teks Al-Qur'an dengan akal. Menurut Zubair, tafsir Al-Qur'an harus disempurnakan dengan pemahaman hadis dan [[sunnah]]. Pandangan anti-rasionalistis, tradisionalistis, dan berorientasi hadis seperti itu juga dimiliki oleh banyak ulama berpengaruh dalam sejarah yang mencapai peringkat [[Ijtihad|mujtahid mutlak]] seperti ulama Syafiʽi [[Ibnu Katsir]], ulama Hanbali [[Ibnu Taimiyah]],<ref>{{Cite book|last=Stowasser|first=Barbara Freyer|date=1996|url=https://books.google.com/books?id=3YhpAgAAQBAJ|title=Women in the Qur'an, Traditions, and Interpretation|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-976183-8|pages=9|language=en}}</ref>{{Sfnp|Spevack|2014}} [[Ibnu Hazm]], [[Muhammad bin Ismail al-Bukhari|al-Bukhari]],<ref name="Lucas, Scott journall bukhari">{{Harvard citation no brackets|Lucas|2006}}</ref> dan juga ulama dari mazhab [[Mazhab Jariri|Jariri]] dan [[Mazhab Zhahiri|Zhahiri]] .<ref name="dEVIN Stewart Zahiri Jariri">{{Harvard citation no brackets|Stewart|2002}}</ref>
Sahabat lainnya yang mendukung pemahaman ''atsar'' adalah [[Abdullah bin Umar|'Abdullah ibn Umar]]. Saat ditanya tentang sekelompok [[Tabiin|murid Tabiin]] tentang pandangannya tentang [[Qadariyah]], Ibnu 'Umar menjawab secara lembut sebagai kelompok ''takfir'' (keluar dari Islam) karena menolak rukun iman ke-6, ''[[Takdir dalam Islam|qadar]]'' (takdir). Dia juga mengutuk penggunaan ''[[qiyas]]'' mereka. Menurut ulama kontemporer, alasan cap Qadariyah oleh Ibnu Umar tersebut kesamaan doktrin mereka dengan [[Zoroastrianisme]] dan [[Maniisme]] karena [[kosmologi dualistik]]nya masing-masing, yang sejalan dengan salah satu riwayat yang berbunyi: “''Qadariyah''
=== Pembentukan ===
Atsariyah muncul sebagai mazhab akidah yang berbeda menjelang akhir abad ke-8 M di antara para ulama hadis yang menganggap Al-Qur'an dan hadis ''shahih'' sebagai satu-satunya sumber hukum yang dapat diterima dalam masalah hukum dan keyakinan.<ref name="Lapidus130"/> Di samping [[Malik bin Anas]], ulama [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Ibnu Idris asy-Syafi'i]] secara luas dianggap sebagai salah satu pemimpin paling awal dari mazhab Atsariyah. Dalam perdebatan antara kelompok kalam dan atsar, asy-Syafi'i berhasil membuktikan keunggulan hadis terhadap hukum lainnya seperti dalil akal, tradisi lokal, adat istiadat, ''ra'y'', dll. sebagai sumber akidah, ilmu pengetahuan, dan tafsir Al-Qur'an.<ref>{{Cite book|last=Schmidtke|first=Sabine|last2=Abrahamov|first2=Binyamin|year=2014|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=New York|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-969670-3|pages=270–271|chapter=Scripturalist and Traditionalist Theology|quote="The first two centuries of the Islamic era witnessed the struggle of four main approaches over the sources of knowledge and their authoritativeness, these being scripturalism, ancient or local traditions, prophetic traditions, and personal or rationalist argumentation. This debate reached its climax by the time of al-Shāfiʿī, who succeeded in persuading his co-religionists to hold the superiority of the prophetic traditions over other devices as a source of legal and theological knowledge and of interpretation of the Qurʾān."}}</ref> Dari mazhab ini muncul gerakan atsariyah yang cukup kuat melawan ''Ahlur-Ra'y'' dan berbagai manifestasinya.<ref>{{Cite book|last=Glodziher|first=Dr. Ignaz|year=2008|title=The Zahiris, Their Doctrine and their History: A Contribution to the History of Islamic Theology|location=Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands|publisher=Brill Publishers|isbn=978-90-04-16241 9|page=21|chapter=Chapter 3|quote="...apart from the services of Malik b. Anas, Muslims rightfully consider Imam al-Shafi'i as the vindicator of traditionalism. It is from this school, too, that the last vigorous reaction of traditionalism against al-ra'y and against its consequences has arisen..."}}</ref><ref>{{Cite book|last=Schmidtke|first=Sabine|last2=Abrahamov|first2=Binyamin|year=2014|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=New York|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-969670-3|pages=270–271|chapter=Scripturalist and Traditionalist Theology}}</ref> Doktrin para ulama mazhab Syafi'i kelak dilahirkan kembali dalam risalah ulama Hambali kemudian.<ref>{{Cite book|last=Abrahamov|first=Binyamin|year=1998|title=Islamic Theology: Traditionalism and Rationalism|url=https://archive.org/details/islamictheologyt0000abra|location=George Square, Edinburgh|publisher=Edinburgh University Press|isbn=0-7486-1102-9|pages=[https://archive.org/details/islamictheologyt0000abra/page/n14 1]|chapter=Chapter 1: The Foundations of Traditionalism|quote=}}</ref>
Semula ulama-ulama yang ada dalam lingkaran studi ini minoritas, tetapi sejak awal abad ke-9 M, mereka bersatu menjadi gerakan skolastik tradisionalis baru, yang dikenal sebagai [[Ahli Hadis]], di bawah pimpinan [[Ahmad bin Hanbal]].<ref name="Lapidus130"/><ref>{{Harvard citation text|Campo|2009|pages=279}}</ref> Pemimpin ulama kubu tradisionalis yang lainnya pada zaman ini adalah [[Dawud azh-Zhahiri|Dawud bin Khalaf]], pendiri [[mazhab Zhahiri]]. Di bawah kepemimpinan dua ulama ini, kubu Atsariyah memperoleh kekuasaan.<ref name="B. Hallaq 2005 124">{{Cite book|last=B. Hallaq|first=Wael|year=2005|title=The Origins and Evolution of Islamic Law|url=https://archive.org/details/originsevolution0000hall|location=Cambridge, UK|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-80332-8|pages=[https://archive.org/details/originsevolution0000hall/page/124 124]}}</ref> Dalam masalah hukum, kaum tradisionalis ini mengkritik penggunaan pendapat pribadi (''ra'y'') yang umum di antara para fakih [[Mazhab Hanafi|Hanafi]] di Irak serta tradisi lokal yang hidup oleh para fakih [[Mazhab Maliki|Maliki]] di [[Madinah]].<ref name="Lapidus130" /> Mereka menekankan penggunaan ''nash'' Kitab Suci, mencela peran akal manusia dan juga menolak metode fikih yang tidak berdasarkan ''nash'' kitab suci secara literal. Tidak seperti tradisionalis arus utama, Dawud melangkah lebih jauh dengan menyatakan semua bentuk ''[[Kias (fikih)|Qiyas]]'' sama sekali tidak valid.<ref name="Lapidus130" /><ref name="B. Hallaq 2005 124" /> Dalam masalah akidah, kaum tradisionalis terus melawan [[Muktazilah]] dan mazhab teologis lainnya, serta mengutuk banyak pokok-pokok pikiran doktrin mereka serta metode rasionalistik yang mereka gunakan dalam mempertahankannya.<ref name="Lapidus130" />
Kelompok ini cenderung menghindari perlindungan hak-hak mereka oleh negara serta aktivisme sosial.<ref name="Lapidus130"/> Mereka berusaha mengikuti perintah "[[Amar makruf nahi mungkar|mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran]] " dengan menyebarkan [[asketisme]] dan melakukan [[Vigilante|pemusnahan]] botol anggur, alat musik, dan papan catur.<ref name="Lapidus130" /> Pada tahun 833, khalifah [[Ma'mun ar-Rasyid|al-Ma'mun]] mencoba untuk memaksakan teologi Muktazilah pada semua ulama dan melembagakan sebuah ''mihnah'' yang mewajibkan ulama untuk menerima doktrin Muktazilah bahwa [[Al-Qur'an adalah makhluk]], yang secara implisit membuat Al-Qur'an tunduk pada tafsir para khalifah dan ulama.<ref>{{Harvard citation text|Blankinship|2008}}; {{Harvard citation text|Lapidus|2014}}</ref> Ibnu Hanbal berupaya memimpin kaum tradisionalis melawan kebijakan ini, menegaskan di bawah penghukuman oleh penguasa bahwa Al-Qur'an tidak diciptakan dan karenanya sama abadinya dengan Tuhan.<ref>{{Harvard citation text|Blankinship|2008|pages=49, 51}}; {{Harvard citation text|Lapidus|2014}}</ref> Meskipun Muktazilah bertahan sebagai doktrin resmi negara sampai 851, upaya pemaksaannya hanya mempolitisasi dan memperkeruh kontroversi teologis.<ref>{{Harvard citation text|Blankinship|2008}}</ref> Gagalnya kampanye ''Mihnah'' menjadi tanda kekalahan telak[[Muktazilah|kaum Mu'tazilah]] dan kemenangan doktrin tradisionalis yang teraniaya, yang didukung rakyat. Selain kecaman terhadap doktrin Al-Qur'an sebagai makhluk; akal ditentang dalam hal penafsiran agama karena harus mengikuti ''nash'' [[Wahyu]] ''d''alam paradigma hermeneutis Sunni.<ref>{{Cite book|last=B. Hallaq|first=Wael|year=2005|title=The Origins and Evolution of Islamic Law|url=https://archive.org/details/originsevolution0000hall|location=Cambridge, UK|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-80332-8|pages=
=== Munculnya ilmu kalam ===
Baris 55:
=== Terhadap taklid ===
Sikap Atsariyah terhadap prinsip agama membuat mereka membedakan dua istilah yang hampir mirip: ''[[Taklid]]'' dan ''Ittiba''. Taklid, yang merupakan kepatuhan kepada ulama tanpa dalil kitab suci (''ra'y''), dikutuk keras. Selain itu, Atsariyah memahami ''Ittiba'' sebagai mengikuti ajaran kenabian dengan menggunakan bukti kitab-kitab yang disusun oleh para ulama. Banyak penganut Atsariyah seperti [[Ahmad bin Hanbal]] (wafat 855), seorang ulama besar yang mengartikulasikan ''[[Ijtihad]]'' dan menolak ''Taqlid'', menggunakan dalil ''nash'' Al-Qur'an dan ''sunnah'' tetapi juga dalam beberapa kasus, dalil
Penentangan kelompok Atsariyah terhadap taklid telah mencapai puncaknya dalam tulisan-tulisan ulama abad ke-8/14, [[Ibnu Taimiyah|Ibnu
=== Penggunaan akal ===
Baris 74:
=== Sifat-sifat Allah ===
{{Allah}}
Atsariyah mengakui keberadaan [[Allah (Islam)|sifat-sifat Allah]] dan menganggap seluruhnya kekal dan setara. Mereka menerima ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis sebagaimana mestinya tanpa melakukan analisis lanjut atau elaborasi rasional <ref name="Zulfiqar">{{Harvard citation text|Ali Shah|2012}}</ref> Menurut Atsariyah, pemaknaan yang sesungguhnya dari sifat-sifat Allah harus diserahkan hanya kepada Allah (''tafwidh'').<ref name="Halverson-3637"/> Dalam metode ini, orang harus berpegang teguh pada ''nash'' Al-Qur'an dan meyakini bahwa itu adalah kebenaran, tanpa memaknainya
Dalam sebuah riwayat, Ahmad bin Hanbal menyatakan: "Sifat-sifat-Nya berasal dari-Nya dan milik-Nya sendiri, kami tidak melampaui batas-batas Al-Qur'an dan perbuatan para Nabi dan para sahabatnya; kami juga tidak mengetahui bagaimana pemaknaannya, kecuali dengan pengakuan dari Rasul dan penegasan Al-Qur'an".<ref name="Halverson-3637"/>
Baris 104:
== Referensi ==
<references
== Daftar pustaka ==
Baris 113:
* {{Cite book|last=Agwan|first=A. R.|last2=Singh|first2=N. K.|year=2000|title=Encyclopedia of the Holy Qur'an|publisher=Global Vision Publishing House|isbn=8187746009}}
* {{Cite encyclopedia|last=Belo|editor=Ibrahim Kalin|encyclopedia=The Oxford Encyclopedia of Philosophy, Science, and Technology in Islam|publisher=Oxford University Press|year=2014}}
* {{Cite book|last=Berkey|first=Jonathan Porter|year=2003|title=The Formation of Islam: Religion and Society in the Near East, 600-1800|url=https://archive.org/details/formationofislam0000berk_i3a0|publisher=Cambridge University Press|edition=Kindle}}
* {{Cite encyclopedia|last=Berkey|volume=4: Islamic Cultures and Societies to the End of the Eighteenth Century|publisher=Cambridge University Press|year=2010|editor=Robert Irwin}}
* {{Cite book|last=Blankinship|first=Khalid|year=2008|title=The early creed|publisher=Cambridge University Press|editor-last=Tim Winter|edition=Kindle|volume=The Cambridge Companion to Classical Islamic Theology|author-link=Khalid Yahya Blankinship}}
* {{Cite book|last=Brown|first=Jonathan A.C.|year=2009|title=Hadith: Muhammad's Legacy in the Medieval and Modern World|url=https://archive.org/details/hadithmuhammadsl0000brow|publisher=Oneworld Publications|edition=Kindle}}
* {{Cite encyclopedia|last=Brown|encyclopedia=Oxford Bibliographies|publisher=Oxford University Press|year=2009b}}
* {{Cite book|year=2010|url=https://books.google.com/books?id=iV-dWv_WhG0C|title=Creation and the God of Abraham|publisher=Cambridge University Press|isbn=9781139490788|editor-last=Burrell|editor-first=David B.|editor-last2=Cogliati|editor-first2=Carlo|editor-last3=Soskice|editor-first3=Janet M.|editor-last4=Stoeger|editor-first4=William R.}}
Baris 141:
* {{Cite encyclopedia|last=Spevack|editor=Sabine Schmidtke|encyclopedia=The Oxford Handbook of Islamic Theology|publisher=Oxford University Press|year=2016|isbn=9780199696703}}
* {{Cite journal|last=Stewart|first=Devin|date=2002|title=Muḥammad b. Dāwūd al-Ẓāhirī's Manual of Jurisprudence: Al-Wuṣūl ilā maʿrifat al-uṣūl|url=https://doi.org/10.1163/9789047400851_009|journal=Studies in Islamic Legal Theory|volume=15|pages=99–158|doi=10.1163/9789047400851_009|isbn=9789047400851|access-date=24 November 2021}}
* {{Cite book|last=Taufiq|first=Muhammad|date=2019|url=https://books.google.com/books?id=RRD2DwAAQBAJ|title=Filsafat Hukum Islam dari teori dan implementasi|publisher=Duta Media Publishing|isbn=9786237161479|access-date=16 November 2021}}{{Pranala mati|date=Juli 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Cite book|last=Waines|first=David|year=2003|title=An Introduction to Islam|url=https://archive.org/details/introductiontois0000wain_y8x7|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521539064}}
{{Topik Islam}}
|