Kesunanan Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(25 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesunanan Surakarta Hadiningrat
| native_name = {{jav|
| common_name = Kesunanan Surakarta
| image_flag = Flag of Sunanate of Surakarta.svg
| symbol_type = {{unbulleted list|Lambang|(''Sri Radya Laksana'')}}
| image_coat = Radyalaksana The Emblem of Surakarta Kingdom.svg
| royal_anthem = ''Ladrang Sri Katon''<ref name=ladrang>[https://www.youtube.com/watch?v=ALUzbvBNoA8 Ldr. Sri Katon Pl. Br. - Gamelan Kraton Kasunanan Surakarta]</ref>
[[File:Ldr. Sri Katon Pl Br - Gamelan Kraton Kasunanan Surakarta.wav|thumb|Ladrang Sri Katon]] | image_map = Mataram Baru 1830.png
| image_map_caption = Wilayah Kesunanan Surakarta sejak tahun
| capital = [[Surakarta]]
| official_languages = [[bahasa Jawa|Jawa]]
Baris 56 ⟶ 57:
}}
'''Kesunanan Surakarta Hadiningrat''' ([[bahasa Jawa]]:
Semula, sejak tahun
Sejak tahun
== Latar Belakang ==
Setelah Kesultanan Mataram yang beribu kota di [[Keraton Plered|Plered]] porak-poranda akibat pemberontakan [[Trunajaya]] tahun
Pada masa [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] memegang tampuk pemerintahan, [[Keraton Kartasura]] mendapat serbuan dari pemberontakan orang-orang [[Tionghoa]] yang mendapat dukungan dari orang-orang [[Jawa]] anti [[VOC]] di tahun
== Pemindahan Keraton dari Kartasura ke Sala ==
Baris 71 ⟶ 72:
=== Alasan Pemindahan ===
Bangunan [[Keraton Kartasura]] yang sudah hancur karena serbuan pemberontak di tahun
Pemindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Pertama, menurut ahli nujum Raden Tumenggung Hanggawangsa, kerajaan itu bisa menjadi baik, ramai, serta makmur. Walaupun kekuasaan raja tidak seberapa luas, namun kekuasaan itu dapat berlangsung lama. Kedua, Desa Sala terletak di dekat ''tempuran'', artinya tempat bertemunya dua sungai, yaitu Sungai Pepe dan [[Bengawan Solo]]. Menurut mistik Jawa, ''tempuran'' mempunyai arti magis dan tempat-tempat di dekatnya dianggap keramat. Ketiga, letak Desa Sala dekat dengan Bengawan Solo, sungai terbesar di Jawa yang sejak zaman dahulu mempunyai arti penting sebagai penghubung antara Jawa bagian tengah dengan Jawa bagian timur. Fungsi Bengawan Solo sebagai penghubung ini dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain ekonomi, sosial, politik, dan militer. Sampai abad ke-19, bepergian lewat sungai ternyata lebih aman daripada melewati jalur darat.
Baris 89 ⟶ 90:
[[Berkas:MsGiyanti.jpg|ka|jmpl|Naskah [[Perjanjian Giyanti]], perjanjian antara [[VOC]] dengan Pangeran Mangkubumi ([[Hamengkubuwana I|Sultan Hamengkubuwana I]]) yang menyebabkan wilayah [[Kesultanan Mataram|Mataram]] terbagi menjadi dua,<ref name="talk"/> yang kemudian masing-masing dikenal sebagai Kesunanan Surakarta dan [[Kesultanan Yogyakarta]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vooraanzicht van de kraton in Soerakarta. TMnr 60002335.jpg|ka|jmpl|Pendopo Dalem Kepatihan Kesunanan Surakarta pada tahun
Kesultanan Mataram yang berpusat di Surakarta sebagai ibu kota pemerintahan kemudian dihadapkan pada [[Perang Takhta Jawa Ketiga|pemberontakan besar]] karena [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]], adik [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]], pada tahun
=== Pakubuwana III ===
Pada awal tahun
Dalam pertemuan di [[Sapen, Mojolaban, Sukoharjo|Jatisari]], Pakubuwana III mengizinkan Mangkubumi untuk memerintah sebagian tanah negeri Mataram Surakarta serta diperbolehkan untuk mempertahankan dan menggunakan budaya Mataram lama; termasuk selanjutnya dilakukan pula pembagian pusaka-pusaka warisan Mataram antara kedua belah pihak, baik pusaka benda maupun tak benda.<ref name="talk"/> Dan sesuai surat persetujuan Susuhunan Pakubuwana III tanggal
=== Pakubuwana IV ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in de kraton van Soerakarta. TMnr 60002681.jpg|jmpl|Bangunan [[Masjid Agung Kraton Surakarta|Masjid Agung Surakarta]], tahun
Sepeninggal Pakubuwana III, penerus takhta Kesunanan Surakarta berikutnya yakni Sri [[Pakubuwana IV|Susuhunan Pakubuwana IV]] (1788–1820), adalah sosok raja yang membenci penjajah dan penuh cita-cita serta keberanian. Pada November 1790, terjadi Peristiwa Pakepung, yakni insiden pengepungan Keraton Surakarta oleh persekutuan VOC, [[Hamengkubuwana I]], dan [[Mangkunegara I]]. Pengepungan ini terjadi karena Pakubuwana IV yang berpaham [[Islamisme|politik Islam]] dan dekat dengan kaum [[santri]], menyingkirkan para pejabat istana yang tidak sepaham dengannya. Para pejabat istana yang merasa disingkirkan kemudian meminta bantuan VOC untuk menghadapi Pakubuwana IV.
VOC akhirnya bersekutu dengan [[Hamengkubuwana I]] dan [[Mangkunegara I]] untuk menghadapi Pakubuwana IV. Pada bulan
=== Pakubuwana V dan Pakubuwana VI ===
[[Berkas:Sri Susuhunan Pakubuwono VI.jpg|jmpl|[[Pakubuwana VI|Susuhunan Pakubuwana VI]], raja Kesunanan Surakarta tahun
Pengganti Pakubuwana IV adalah Sri [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]], yang oleh masyarakat saat itu dijuluki sebagai ''Sunan Ngabehi'', karena baginda yang sangat kaya, baik kaya harta maupun kesaktian. Setelah wafat, pengganti Pakubuwana V adalah Sri [[Pakubuwana VI|Susuhunan Pakubuwana VI]]. Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan [[Pangeran Diponegoro]], yang memberontak terhadap Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah [[Hindia Belanda]] sejak tahun
Ketika pecah [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] sejak pertengahan tahun
Fitnah yang dilancarkan pihak Belanda ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu [[Pakubuwana IX]] dengan putra Mas Pajangswara, yaitu Ranggawarsita. Pakubuwana IX sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke Ambon. Takhta Surakarta kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar Sri [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]].
Baris 127 ⟶ 128:
=== Pakubuwana VIII dan Pakubuwana IX ===
Pemerintahan Pakubuwana VIII berjalan selama tiga tahun hingga akhir hayatnya. Pakubuwana VIII digantikan putra [[Pakubuwana VI]] sebagai raja Surakarta selanjutnya, yang bergelar Sri [[Pakubuwana IX|Susuhunan Pakubuwana IX]]. Hubungan antara Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sendiri kurang harmonis karena fitnah pihak Belanda bahwa Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita yang menjabat sebagai juru tulis keraton) telah membocorkan rahasia persekutuan antara Pakubuwana VI dengan [[Pangeran Diponegoro]]. Akibatnya, Pakubuwana VI pun dibuang ke [[Ambon]]. Hal ini membuat Pakubuwana IX membenci keluarga Mas Pajangswara, padahal juru tulis tersebut ditemukan tewas mengenaskan karena disiksa dalam penjara oleh Belanda. Ranggawarsita sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah ''Serat Cemporet''. Pemerintahan Pakubuwana IX berakhir saat kematiannya pada tanggal 16 Maret
=== Pakubuwana X ===
Baris 135 ⟶ 136:
Masa pemerintahan [[Pakubuwana X]] ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kesunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan dengan perubahan politik di [[Hindia Belanda]]. Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda, Pakubuwana X memberikan kebebasan berorganisasi dan penerbitan media massa. Ia mendukung pendirian organisasi [[Sarekat Islam]], salah satu organisasi pergerakan nasional pertama di [[Indonesia]]. Kongres Bahasa Indonesia I di [[Surakarta]] (1938) diadakan pada masa pemerintahannya.
Infrastruktur modern Kesunanan Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwana X, seperti bangunan [[Pasar Gede Harjonagoro|Pasar Gedhe Harjanagara]], [[Stasiun Solo Jebres]], [[Stasiun Solo-Kota]] (Sangkrah), [[Stadion Sriwedari]], [[Taman Sriwedari]], [[Kebun Binatang Jurug|Taman Satwataru Jurug]], Jembatan Jurug yang melintasi [[Bengawan Solo]] di timur kota, gapura-gapura di batas Kota Surakarta, Griya Wangkung (rumah singgah bagi tunawisma), Rumah Sakit Kadipala, rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga [[Tionghoa]], rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, saluran [[Umbul Pengging|air bersih]] dan [[irigasi]] di [[kabupaten|kabupaten-kabupaten]], serta berbagai infrastruktur dan fasilitas publik lainnya. Pakubuwana X meninggal dunia pada
=== Pakubuwana XI ===
[[Berkas:Stamp of Indonesia - 2018 - Colnect 836151 - Radjiman Wediodiningrat.jpeg|jmpl|Potret [[Radjiman Wedyodiningrat|dr. KRT. Rajiman Wedyadiningrat]] dalam [[Prangko Indonesia]] edisi tahun
Pemerintahan [[Pakubuwana XI]] terjadi pada masa sulit, yaitu bertepatan dengan meletusnya [[Perang Dunia Kedua|Perang Dunia II]]. Ia juga mengalami pergantian pemerintah penjajahan dari tangan [[Belanda]] kepada [[Jepang]] sejak tahun
Menjelang kekalahan Jepang dalam [[Perang Dunia Kedua|Perang Dunia II]] dan kemerdekaan [[Indonesia]], Pakubuwana XI meninggal dunia pada tanggal
== Masa Perjuangan Kemerdekaan ==
Baris 149 ⟶ 150:
=== Pakubuwana XII ===
[[Berkas:President Sukarno, Paku Buwono XII, and Prince Mangkunegoro having dinner TimeLife image 651020.jpg|ka|jmpl|[[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]] menerima kunjungan [[Soekarno|Presiden Sukarno]] dan [[Mohammad Hatta|Wakil Presiden Mohammad Hatta]] (tidak terlihat dalam foto) beserta para pejabat pemerintah [[Republik Indonesia]] di [[Keraton Surakarta]], tahun
[[Berkas:Maklumat SISKS PB XII 1945.jpg|ka|jmpl|Plakat marmer Piagam Maklumat Keistimewaan Negeri Surakarta oleh [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]], dipajang di [[Keraton Surakarta|Museum Keraton Surakarta]].]]
Awal pemerintahan [[Pakubuwana XII]] hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Di awal masa kemerdekaan (1945–1946), Kesunanan Surakarta (dan [[Kadipaten Mangkunegaran]]) sempat menjadi [[daerah istimewa]], yaitu [[Daerah Istimewa Surakarta]] (DIS). Akan tetapi, karena kerusuhan dan agitasi politik saat itu, maka pada tanggal
Penetapan status [[Daerah otonom|Istimewa]] ini dilakukan [[Soekarno|Presiden Sukarno]] sebagai balas jasa atas pengakuan raja-raja Kesunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran yang menyatakan wilayah mereka adalah bagian dari Republik Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945.<ref>Selanjutnya pada tanggal 19 Agustus 1945 di dalam rapat [[PPKI]] diputuskan bahwa wilayah Republik Indonesia dibagi atas sembilan provinsi dan dua daerah istimewa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Daerah Istimewa Surakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendapat tersebut bertentangan dengan Putusan PPKI sebagaimana terdapat dalam buku Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI yang diterbitkan oleh sekretariat negara baik edisi II (1993) maupun III (1995)</ref>
Kemudian pada tanggal
Sebagaimana diketahui, barulah sekitar empat hari setelahnya, yaitu pada tanggal
[[Belanda]] yang tidak merelakan kemerdekaan [[Indonesia]] berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan
Tanggal
Karena banyaknya kerusuhan, penculikan dan pembunuhan, untuk sementara waktu pemerintah [[Republik Indonesia]] membekukan status DIS dan menurunkan kekuasaan raja-raja Kesunanan dan Mangkunegaran serta daerah Surakarta yang bersifat istimewa sebagai keresidenan sebelum bentuk dan susunannya ditetapkan undang-undang. Status [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]] dan [[Mangkunegara|Adipati Mangkunegaran]] menjadi pemangku adat dan simbol pemersatu di tengah masyarakat [[Suku Jawa|Jawa]] dan warga negara Republik Indonesia, serta [[Keraton Surakarta]] dan [[Pura Mangkunegaran]] kemudian lebih berfungsi sebagai pusat pelestarian dan pengembangan [[budaya Jawa]].
Baris 170 ⟶ 171:
=== Setelah Pembekuan Daerah Istimewa Surakarta ===
[[Berkas:Soesoehoenan Pakoe Boewono XII van Solo bij gewonde soldaten.jpg|jmpl|275px|[[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]] menjenguk tentara republik yang terluka dan dirawat di sebuah rumah sakit, sekitar tahun
Terdapat pendapat yang menilai{{who}} bahwa pada awal pemerintahannya, [[Pakubuwana XII]] gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia. Pakubuwana XII saat itu dianggap kurang berdaya dalam menghadapi kelompok anti [[daerah istimewa]] yang gencar bermanuver dalam perpolitikan dan menyebarkan rumor bahwa para bangsawan Surakarta merupakan sekutu pemerintah Belanda, sehingga sebagian rakyat merasa tidak percaya dan memberontak terhadap kekuasaan Kesunanan.<ref>{{cite journal|url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/4950/MTM3NDQ=/Strategi-Komite-Nasional-Indonesia-Daerah-Surakarta-KNIDS-dalam-mengambil-alih-swapraja-1945-1946-babIII.pdf|title=Strategi Komite Nasional Indonesia Daerah Surakarta (KNIDS) dalam mengambil alih Swapraja, 1945-1946|format=[[PDF]]|first=Cahya|last=Putri Musaparsih|journal=Skripsi|publisher=Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta|year=2005}}</ref> Dalam buku seri Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jenderal [[Abdul Haris Nasution]]
[[Berkas:Aankomst Mohammed Hatta met Minister Maarseveen, Bestanddeelnr 903-5388.jpg|jmpl|275px|Kedatangan [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]], [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]] dan [[Perdana Menteri]] [[Mohammad Hatta]] di [[Belanda]] dalam rangka mengikuti [[Konferensi Meja Bundar]] pada tahun
Kenyataannya, selama masa [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]], [[Pakubuwana XII]] tetap memihak pemerintah Republik Indonesia. Ia bahkan memperoleh pangkat militer [[Letnan jenderal (Indonesia)|letnan jenderal]] [[tituler]], dan pada tahun
Selain itu, Pakubuwana XII juga menjadi salah satu anggota delegasi yang diberi kedudukan setingkat menteri negara dalam rombongan delegasi Republik Indonesia pimpinan Mohammad Hatta pada [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]] dari tanggal [[23 Agustus]] hingga 2 November 1949.<ref name=youtube.com>[https://www.youtube.com/watch?v=Do0JBcKv8pk I Gede Putu Wiranegara: PAKU BUWONO XII - Berjuang Untuk Sebuah Eksistensi]</ref> Pada 17 Desember 1949, staf urusan sipil Komando Tentara dan Teritorial Kota Surakarta, mewakili pemerintah Republik Indonesia, bahkan memberikan surat tanda penghargaan dan terima kasih kepada Jawatan Pusat Karti Praja, sebuah badan pekerjaan umum yang dibentuk Pakubuwana XII dalam rangka membuka lapangan kerja bagi masyarakat karena telah ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia selama [[Agresi Militer Belanda II]].<ref name="DIS"/><ref name="raja di alam republik"/> Meski demikian, kedudukan [[Daerah Istimewa Surakarta]] saat itu tetap belum dapat dipertahankan, karena ketidakstabilan politik dan pemerintahan di [[Surakarta]] yang berlangsung berlarut-larut sejak tahun 1945 sampai 1949.
Meskipun gagal secara politik, namun Pakubuwana XII tetap menjadi figur pelindung [[Budaya Jawa|kebudayaan Jawa]]. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, misalnya [[Abdurrahman Wahid|Presiden Abdurrahman Wahid]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]].<ref name=santrigusdur.com>[http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ Abdurrahman Wahid: Keraton dan Perjalanan Budayanya.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200714044651/http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ |date=2020-07-14 }} Dari situs Santri Gus Dur - Komunitas Pemikiran Gusdur.</ref> Pakubuwana XII wafat pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]], dan masa pemerintahannya merupakan yang paling lama di antara para raja-raja Kesunanan terdahulu, yaitu sejak tahun [[1945]] hingga [[2004]].▼
▲Meskipun gagal secara politik, namun Pakubuwana XII tetap menjadi figur pelindung [[Budaya Jawa|kebudayaan Jawa]]. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, misalnya [[Abdurrahman Wahid|Presiden Abdurrahman Wahid]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]].<ref name=santrigusdur.com>[http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ Abdurrahman Wahid: Keraton dan Perjalanan Budayanya.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200714044651/http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ |date=2020-07-14 }} Dari situs Santri Gus Dur - Komunitas Pemikiran Gusdur.</ref> Pakubuwana XII wafat pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]], dan masa pemerintahannya merupakan yang paling lama di antara para raja-raja Kesunanan terdahulu, yaitu sejak tahun
=== Pakubuwana XIII ===
[[Berkas:Tingalan Jumenengan Dalem ke-13 Susuhunan Pakubuwono XIII.jpg|jmpl|275px|[[Pakubuwana XIII|Susuhunan Pakubuwana XIII]] dan [[Pangeran Tejowulan|KGPH. Tejawulan]] bersama keluarga serta beberapa pejabat penting, termasuk [[F.X. Hadi Rudyatmo]] (wali kota [[Surakarta]]), [[Ganjar Pranowo]] (gubernur [[Jawa Tengah]]), [[Subagyo Hadi Siswoyo]] (anggota [[Dewan Pertimbangan Presiden]]), dan [[Daftar Menteri Dalam Negeri Indonesia|Menteri Dalam Negeri]] [[Tjahjo Kumolo]] dalam Upacara ''Tingalan Dalem Jumenengan'' ke-13 tahun 2017.]]
Sepeninggal Susuhunan Pakubuwana XII, sempat terjadi perebutan takhta antara [[Pakubuwana XIII|KGPH. Hangabehi]] dangan [[Pangeran Tejowulan|KGPH. Tejawulan]], yang masing-masing menyatakan diri sebagai Pakubuwana XIII; keduanya mengklaim sebagai pemangku takhta yang sah, dan masing-masing menyelenggarakan acara pemakaman ayahnya secara terpisah. Akan tetapi, konsensus keluarga telah mengakui bahwa Hangabehi yang diberi gelar Sri [[Pakubuwana XIII|Susuhunan Pakubuwana XIII]].
Pada tahun
[[Berkas:
Rekonsiliasi damai antara [[Pakubuwana XIII]] dan [[Pangeran Tejowulan|Tejawulan]] awalnya sempat ditentang oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta yang dipimpin oleh [[GKR Wandansari|GKR. Wandansari]].<ref>[http://www.jpnn.com/read/2012/06/17/130902/Prosesi-Jumenengan-di-Tengah-Konflik-Panjang-Keraton-Kasunanan-SoloProsesi-Jumenengan-di-Tengah-Konflik-Panjang-Keraton-Kasunanan-Solo,-Dikawal-Ketat-400-Petugas-Keamanan Prosesi Jumenengan di Tengah Konflik Panjang Keraton Kasunanan Solo.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140908113841/http://www.jpnn.com/read/2012/06/17/130902/Prosesi-Jumenengan-di-Tengah-Konflik-Panjang-Keraton-Kasunanan-SoloProsesi-Jumenengan-di-Tengah-Konflik-Panjang-Keraton-Kasunanan-Solo,-Dikawal-Ketat-400-Petugas-Keamanan |date=2014-09-08 }} ''Jpnn.com''</ref> Sejak tahun
Penyelesaian konflik antara Susuhunan Pakubuwana XIII dengan [[GKR Wandansari|GKR. Wandansari]] dan Lembaga Dewan Adat akhirnya terjadi pada tanggal
== Wilayah Kekuasaan ==
Baris 198 ⟶ 201:
=== Pada Awal Berdirinya ===
[[Berkas:Jawa Setelah Perjanjian Giyanti.png|265px|jmpl|Pembagian wilayah ''Mancanagara'' Kesunanan Surakarta dan [[Kesultanan Yogyakarta]] (termasuk wilayah [[Kadipaten Mangkunegaran]]) pada tahun
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tempels op de Candi Lara Jonggrang oftewel het Prambanan tempelcomplex TMnr 60016393.jpg|265px|jmpl|[[Candi Prambanan|Kompleks Candi Prambanan]] sekitar tahun
Seperti di masa [[Kesultanan Mataram]], pada awal berdirinya (semasa pemerintahan [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] dan [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]) wilayah Kesunanan Surakarta dibagi menjadi daerah ''Kuthagara'' atau ''Kuthanagara'', ''Nagara Agung'', ''Mancanagara'', dan ''Pasisiran''.<ref name="sejarah kerajaan tradisional surakarta">Dwi Ratna Nurhajarini, Restu Gunawan, Tugas Triwahyono. (1999) ''Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta''. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.</ref> Daerah ''Kuthagara'' adalah [[ibu kota]] dan pusat pemerintahan kerajaan, yang juga menjadi tempat tinggal raja beserta keluarganya termasuk para pejabat dan pegawai pemerintahan. Daerah ''Kuthagara'' juga sering disebut sebagai ''Siti Narawita'', yang secara harfiah berarti daerah tempat orang-orang mengabdi. Daerah ''Nagara Agung'' adalah wilayah yang berada di sekitar ''Kuthagara'', yang merupakan daerah [[apanase]] atau ''tanah lungguh'' dari para [[bangsawan|keluarga raja]] dan [[abdi dalem]], termasuk pula daerah ''Siti Narawita'' milik raja. Sedangkan daerah ''Mancanagara'' dan ''Pasisiran'' merupakan wilayah di luar kawasan ''Nagara Agung''; di daerah ini tidak terdapat ''tanah lungguh'', namun pada saat perayaan [[grebeg]] dan tiap-tiap waktu tertentu harus menyerahkan [[pajak]] ke [[Keraton Surakarta|keraton]]. Secara keseluruhan, wilayah Kesunanan Surakarta ketika itu memiliki luas 352.382 ''karya''.<ref name="sejarah kerajaan tradisional surakarta"/>
Baris 225 ⟶ 228:
=== Perkembangan Selanjutnya ===
[[Berkas:Overzichtskaart van de residentie Soerakarta.jpg|265px|jmpl|Peta [[Karesidenan Surakarta]] yang terdiri dari gabungan dari wilayah Kesunanan Surakarta dan [[Kadipaten Mangkunegaran]] (tanpa daerah [[enklave]]), pada tahun
Wilayah kekuasaan Kesunanan Surakarta selanjutnya semakin berkurang pada masa pemerintahan raja-raja berikutnya, termasuk setelah adanya [[Perjanjian Giyanti]] tahun
Di era [[Hindia Belanda]], status Kesunanan Surakarta beserta [[Mangkunegaran]] merupakan [[Swapraja|Daerah Swapraja]] setingkat [[
[[Berkas:KITLV A636 - De regent van Klaten legt een steen, vermoedelijk als fundament voor een toegoe, vanwege de openstelling van een ten zuidoosten van Klaten gelegen wegdeel, KITLV 53958.tiff|265px|jmpl|[[Daftar Bupati Klaten|Bupati Klaten]] (tengah) tampak melakukan peletakan batu pertama ketika seremoni dimulainya pembangunan
▲Wilayah kekuasaan Kesunanan Surakarta selanjutnya semakin berkurang pada masa pemerintahan raja-raja berikutnya, termasuk setelah adanya [[Perjanjian Giyanti]] tahun [[1755]] dan [[Perjanjian Salatiga]] tahun [[1757]], yang mengakibatkan Kesunanan Surakarta harus menyerahkan beberapa wilayah kekuasaannya kepada [[Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Kadipaten Mangkunegaran]], serta menyerahkan wilayah ''Pasisiran'' kepada [[VOC]]. Usai [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] pada tahun [[1830]], seluruh wilayah ''Mancanagara'' dirampas oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], menyisakan wilayah ''Nagara Agung'' dan ''Kuthagara''.<ref name="sejarah kerajaan tradisional surakarta"/> Wilayah yang tersisa tersebut, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa [[kabupaten]] dan [[kawedanan]].
Sejak masa pemerintahan [[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwana X]] pada abad ke-20, wilayah Kesunanan Surakarta meliputi:
▲Di era [[Hindia Belanda]], status Kesunanan Surakarta merupakan [[Swapraja|Daerah Swapraja]] setingkat [[Karesidenan]], yang di [[Pulau Jawa]] juga dikenal sebagai [[Vorstenlanden]] (Daerah Kerajaan-Kerajaan), yaitu daerah yang berhak memerintah sendiri alias tidak diatur oleh undang-undang pemerintah kolonial Hindia Belanda seperti daerah lain, tetapi diatur dengan kontrak politik antara [[Gubernur Jenderal]] dan Sri Susuhunan. Ada dua macam kontrak politik, yaitu kontrak panjang tentang kesetaraan kekuasaan keraton dengan Belanda, dan pernyataan pendek tentang pengakuan atas kekuasaan Belanda. Kesunanan Surakarta diatur dalam kontrak panjang, sementara [[Kadipaten Mangkunegaran]] diatur dalam pernyataan pendek. Sejak era Gubernur Jenderal [[Joannes Benedictus van Heutsz]] (1904-1909), setiap terjadi pergantian raja, maka diadakan pembaharuan kontrak. Kontrak terakhir untuk Kasunanan diatur dalam S 1939/614, sedangkan untuk [[Mangkunegaran]] diatur dalam S 1940/543.<ref name="samroni">Imam Samroni, dkk. "Daerah Istimewa Surakarta", Pura Pustaka Yogyakarta, Februari 2010</ref>
# [[Kota Surakarta]] (sebagai ''kuthanagara'' atau [[ibu kota]] kerajaan)
▲[[Berkas:KITLV A636 - De regent van Klaten legt een steen, vermoedelijk als fundament voor een toegoe, vanwege de openstelling van een ten zuidoosten van Klaten gelegen wegdeel, KITLV 53958.tiff|265px|jmpl|[[Daftar Bupati Klaten|Bupati Klaten]] (tengah) tampak melakukan peletakan batu pertama ketika seremoni dimulainya pembangunan tugu tapal batas dan jalan raya yang menghubungkan [[Kabupaten Klaten]] (Surakarta) dengan [[Kabupaten Gunung Kidul]] ([[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]]), tahun [[1936]].]]
# [[Kabupaten Sukoharjo]] (Kabupaten Kutha Surakarta)
# [[Kabupaten Sragen]]
# [[Kabupaten Boyolali]]
# [[Kabupaten Klaten]] (yang juga mencakup wilayah [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]] dan [[Imogiri, Bantul|Imogiri]], selaku [[enklave]] atau daerah kantong yang berada di wilayah [[Kesultanan Yogyakarta]])
Setelahnya, di masa pemerintahan [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]] wilayah Kesunanan Surakarta mendapat kedudukan sebagai sebuah [[daerah istimewa]] dan menjadi [[Daerah Istimewa Surakarta]], yang bertahan selama beberapa bulan pada tahun
== Daftar Susuhunan (Sunan) Surakarta ==
Baris 244 ⟶ 255:
|'''Nama'''
|'''Jangka Hidup'''
|'''Awal
|'''Akhir Memerintah'''
|'''Keterangan'''
Baris 283 ⟶ 294:
* [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]], ayah
* GKR. Kencana, ibu
| [[File:
|-
|'''[[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]'''
Baris 380 ⟶ 391:
|'''[[Pakubuwana XIII|Susuhunan Pakubuwana XIII]]'''
* Raden Mas Suryo Partono
|28 Juni 1948 (umur
|2004
|Petahana
Baris 394 ⟶ 405:
<gallery>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret tijdens een bezoek van Koning Chulalongkorn van Siam aan Pakoe Boewono X de Susuhunan van Solo TMnr 60001421.jpg|[[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwana X]] bersama [[Chulalongkorn|Raja Chulalongkorn]] (Rama V) dari [[Thailand]] di [[Keraton Surakarta]], tahun
Berkas:KITLV A1292 - P.R.W. van Gesseler Verschuir (met tropenhelm vlak achter soesoehoenan links vooraan), gouverneur van Jogjakarta, bij soesoehoenan Pakoe Boewono X van Soerakarta bij de opening van de ni, KITLV 49772.tiff|[[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwana X]] bersama para pejabat dan keluarga [[keraton]] saat meresmikan [[Pasar Gede Harjonagoro|Pasar Gedhe Harjanagara]], [[Surakarta]], tahun
Berkas:KITLV A621 - Soesoehoenan Pakoe Boewono XI, Mangkoe Nagoro VII en K.J.A. Orie, gouverneur van Soerakarta, bij de opening van de Christelijke HBS te Soerakarta.jpg|[[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]] dan [[Mangkunegara VII|Adipati Mangkunegara VII]] menghadiri acara peresmian [[Hoogere Burgerschool]] (HBS) [[Surakarta]], tahun
Berkas:Honorable Royal Guests A.JPG|Para tamu agung pada perhelatan ''Pisowanan Ageng Tingalan Dalem Jumenengan'' [[Pakubuwana XIII|Susuhunan Pakubuwana XIII]] yang ke-4, tahun
Berkas:Grebeg Maulud of Keraton Surakarta.jpg|Suasana [[Grebeg|Grebeg Mulud]] di [[Keraton Surakarta]] dalam rangka memperingati hari kelahiran [[Nabi Muhammad]], tahun
</gallery>
Baris 412 ⟶ 423:
* [[Kadipaten Mangkunagaran]]
* [[Kadipaten Pakualaman]]
* [[Vorstenlanden]]
== Referensi ==
Baris 435 ⟶ 447:
{{Kerajaan di Jawa}}
[[Kategori:Kesunanan Surakarta Hadiningrat| ]]
[[Kategori:Kota Surakarta]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jawa Tengah]]
|