Nawawi al-Bantani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 21986574 oleh 36.68.218.239 (bicara): -> referensi sebaiknya berdasarkan rujukan yang kredibel (🕵️‍♂️)
Tag: Pembatalan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(33 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Berbunga-bunga}}{{hatnote|"Syekh Nawawi" beralih ke halaman ini. Artikel ini membahas mengenai biografi [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Untuk [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Suriah]], lihat [[Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi|Imam Nawawi]].}}
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix = Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani
Baris 5 ⟶ 6:
|title =
lihat [[Nawawi al-Bantani#Gelar-gelar|Gelar-gelar]]
|kunya = Abu AbdulAbdil Mu'ti
|name = Muhammad Nawawi
|nasab = bin Umar
Baris 11 ⟶ 12:
|parents = Umar (ayah)<br>Zubaedah (ibu)
|relatives =
|spouse =Nasimah<br>Hamdanah nyai nasimah (istri)
|children =Abdul Mu'ti, Nafisah, Maryam, Rubi'ah, Zuhrah
|birth_name = Muhammad Nawawi
|birth_date = [[1813]] [[Masehi]]
|birth_place = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Kabupaten Serang|Serang]], [[Kesultanan Banten|Banten]]
|death_date = {{Death[[1897]] year and age|1897|1813|}}[[Masehi]]
|death_place = {{flagicon|Kesultanan Utsmaniyah}} [[Mekkah]], [[Hijaz]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]
|death_cause =
|resting_place = [[Jannatul Mu'alla]], [[Mekkah]]
|other_names = Syekh Nawawi<br>Syekh Nawawi Banten
|nationality = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Kesultanan Banten|Banten]]<br>{{negara|IndonesiaHindia Belanda}} [[IndonesiaHindia Belanda]]
|ethnicity = [[Suku Banten|Sunda Banten]]
|era = 12 [[Hijriyah]]
|region = [[Mekkah]], [[Hijaz]]
Baris 37:
|awards =
|influences =
|influenced = [[Hasjim Asy'ari]], [[Kholil al-Bangkalani]], [[Arsyad Thawil al-Bantani]], [[Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]], [[Sulaiman Ar-Rasuli|Sulaiman ar-Rasuli]], [[Nawawi al-Bantani#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]
|module =
|signature =
Baris 92:
# [[Muhammad|Sayyidina Muhammad]] {{SAW}}
 
== Pendidikanpendidikan ==
Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama [[Islam]] langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar [[bahasa Arab]], [[fiqih]], [[tauhid]], [[al-Quran]] dan [[tafsir]]. Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada K.H. Sahal, salah seorang ulama terkenal di [[Banten]] saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada [[Baing Yusuf|Syekh Baing Yusuf]] [[Purwakarta]].{{sfn|Majalah Alkisah edisi 14 September 2003|p=2}}<ref name=':3' />
 
Baris 158:
# K.H. Mas Abdurahman - Pendiri [[Universitas Mathla'ul Anwar|Mathla'ul Anwar]]
# [[Raden Asnawi|K.H. Raden Asnawi]], [[Kudus]]
# [[Abdul Karim Amrullah|Haji Abdul Karim Amrullah]], [[SumatraSumatera Barat]]
# K.H. Thahir Jamaluddin, [[Singapura]]
# K.H. Dawud, [[Perak, Malaysia]]
Baris 215:
# Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
# Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
# Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam[[Sullam At-Taufiq|Sullam al-Taufîq]]
# Kâsyifah al-Sajâ syarah [[Safinatun Najah|Safînah al-Najâ]]
# al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
# ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
Baris 234:
 
Karya tafsirnya, al-Munir, sangat monumental, bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari [[Tafsir al-Jalalain]], karya Imam [[Jalaluddin as-Suyuthi]] dan Imam [[Jalaluddin al-Mahalli]] yang sangat terkenal. Sementara Kasyifah al-Saja merupakan syarah atau komentar terhadap kitab fiqih [[Safinatun Najah]], karya Syekh Salim bin Sumeir al-Hadhramy. Karya-karya dia di bidang Ilmu Akidah misalnya adalah Tijan ad-Darary, Nur al-Dhalam, Fath al-Majid. Sementara dalam bidang Ilmu Hadits misalnya Tanqih al-Qaul. Karya-karya dia di bidang Ilmu Fiqih yakni Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, Kasyifah al-Saja, dan yang sangat terkenal di kalangan para santri pesantren di [[Jawa]] yaitu Syarah ’Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain. Adapun Qami'u al-Thugyan, Nashaih al-'Ibad dan Minhaj al-Raghibi merupakan karya tasawwuf.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 14 September 2003|p=7}}
 
 
Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi yang '''sudah diterjemahkan ke dalam berbahasa Indonesia''' di antaranya adalah sebagai berikut :
Baris 250 ⟶ 249:
Pada suatu waktu di sebuah perjalanan dalam ''syuqduf'' (rumah-rumahan di punggung unta) Syekh Nawawi pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuknya sebagai lampu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya dalam ''syuqduf'' yang ia tumpangi, sementara aspirasi untuk menulis kitab tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada [[Allah]] agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama '''''Maraqi al-'Ubudiyyah''''' syarah Matan '''''Bidayah al-Hidayah''''' itu harus dibayarnya dengan cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.<ref name=':0'>{{citeweb|last=Wicaksono|first=Bayu Aji|url=http://m.viva.co.id/berita/nasional/639044-kisah-syekh-nawawi-kaki-bisa-menyala-jasadnya-tetap-utuh|title=Kisah Syekh Nawawi: Kaki Bisa Menyala, Jasadnya Tetap Utuh|date=17 Juni 2015|website=viva.co.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
 
=== Melihat Ka'bah dari Tempat Lain yang Jauh ===
Karamah lain Syekh Nawawi juga diperlihatkannya di saat ia mengunjungi Masjid [[Pekojan]], [[Jakarta]]. Masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman bin 'Agil bin Yahya al-'Alawi (mufti [[Betawi]] keturunan [[Rasulullah]] {{SAW}}) itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsman sendiri{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=108}}.
 
Tak ayal, saat Syekh Nawawi yang dianggapnya hanya seorang anak remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat, Sayyid Utsman sangat terkejut. Diskusipun terjadi antara keduanya, Sayyid Utsmân tetap berpendirian bahwa kiblat Mesjid Pekojan tersebut sudah benar, sementara Syekh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat haruslah dibetulkan. Saat kesepakatan tidak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syekh Nawawi remaja menarik lengan baju Sayyid Utsmân dan dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat, kemudian berkata:
 
{{cquote2|"Lihatlah Sayyid!, itulah Ka'bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka'bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak ke kiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke arah Ka'bah."}}
 
Sayyid Utsman termangu. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syekh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa takjub dan menyadari bahwa remaja yang bertubuh kecil di hadapannya itu telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya ''nur basyariyyah''. Yang dengan karamah itu, di manapun dia berada Ka'bah akan tetap terlihat.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}} Dengan penuh hormat Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil Syekh Nawawi. Sampai saat ini di Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser dan tidak sesuai aslinya.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}}
=== Jasad yang Tetap Utuh ===
Telah menjadi kebijakan Pemerintah [[Arab Saudi]] bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota dan lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan tersebut dijalankan tanpa pandang bulu hingga menimpa pula pada makam Syekh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya, yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet dan tidak ada tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.<ref name=':0' />
Baris 310 ⟶ 301:
[[Kategori:Ahli hadis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Banten|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Tokoh Sunda|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Imam Masjidil HaramMasjidilharam]]