Andi Pangerang Petta Rani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(17 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{gaya_bahasa}}
{{Infobox officeholder
| name =
| image = A. Pangerang Pt.Rani.jpg
| caption = Andi Pangerang Pettarani, Gubernur Sulawesi terakhir
Baris 15:
| death_date = {{death date and age|1975|08|12|1903|04|15}}
| death_place = [[Ujung Pandang]], [[Sulawesi Selatan]]
| nationality =
| parents = {{plainlist|
* [[Andi Mappanyukki]] (Bapak)
Baris 24:
* Daeng Karaeng
* Ratna Winis Daeng Carammeng}}
|children = 8<!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel -->
|profession = [[Birokrat]], [[politikus]]
}}
'''[[Andi (gelar)|Andi]] Pangerang Petta Rani''' (juga dikenal sebagai '''Andiʼ Pangerang Daeng Rani''' bagi masyarakat [[Suku Makassar|Makassar]]) yang bernama lengkap '''Andi Pangerang
Sebagai bentuk penghargaan kepada Indonesia, Andi Pangerang Pettarani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Atas jasanya pula pemerintah setempat mengabadikan namanya sebagai nama jalan.
== Latar Belakang ==
Andi Pangerang Petta Rani memiliki tiga istri
*
*
*
== Latar Belakang Keluarga ==
Baris 44:
Sekarang mari kita simak nenek dari Andi Pangerang Pettarani atau Ibu dari Andi Mappanyukki. Nenek Andi Pangerang, I Cella We Tenripada Arung Allita. Dia adalah anak Raja Bone yg ke 27 yang bernama atau bergelar La Parenrengi Ahmad Saleh Arunmpungi Matinroe ri Aja Benteng dan Istrinya bernama Pancai Tana Basse Kajuara Tenriawaru Matinroe ri Majennang. Pancai Tana Basse kemudian menggantikan suami menjadi Raja Ratu) Bone yg ke 28. Jadi dengan demikian , kakek dan Nenek Andi Mappanyukki keduanya adalah Raja Bone Bone 27 dan 28.
== Perjuangan ==
Andi Pangerang Pettarani menjalani profesi sebagai tentara dan turut berjuang melawan penjajah yang pada masa itu tentara Hindia Belanda sempat mengusai kawasan di Sulawesi Selatan bahkan Pemerintah Hindia Belanda memiliki beberapa Benteng pertahanan di yang terletak di beberapa lokasi.Seperti [[Fort Rotterdam|Benteng Fort Rotterdam]] dan [[Benteng Somba Opu|Benteng Somba opu]]▼
Pada bulan Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai anggota delegasi Sulawesi ke Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Dr. Sam Ratulangi dan Andi Sultan Daeng Radja, dia mengikuti rapat '''Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia''' (独立準備委員会 ''Dokuritsu Junbi Iinkai''<sup>[[Bantuan:Bahasa Jepang|?]]</sup>) atau [[PPKI]] yang pada saat itu diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1945.▼
Di lain sisi tepatnya pada saat sekutu mendarat di Makassar, Gubernur Ratulangi mengundang raja raja dan pemimpin partai untuk mendukung kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan RI. Tawaran kerja sama dengan pemerintah Belanda pun ditolak mentah mentah.Dan pertemuan yang dihadiri raja raja termasuk Andi Pangerang Petta Rani ini kembali mengeluarkan pernyataan kalau rakyat sulawesi mendukung sepenuhnya NKRI. Dan atas dasar itulah Belanda dan para sekutunya menahan Andi Pangerang Petta Rani dan keluarganya di Rantepao.▼
Andi Pangerang Petta Rani juga termasuk kategori pejuang, nasionalis, patriotik yang kokoh pada pendiriannya, konsekuen sebagai seorang raja dan putra raja dalam menyatakan dukungannya terhadap republik. Dukungan yang diberikan oleh kedua tokoh nasionalis ini tidak hanya dalam ucapan yang berapi-api, tetapi juga dengan perbuatan yang nyata. Masyarakat Sulawesi, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan, mengetahui benar bagaimana sosok ini membina masyarakat, menggelorakan semangat rakyat, mengorbankan api perjuangan kaum muda Sulawei untuk melawan Belanda, bagaiman keduanya mengorbankan hartanya untuk kepentingan perjuangan demi kemerdekaan bangsanya. Fakta yang paling menarik dari keikhlasan membela republik adalah kerelaan hati [[Andi Mappanyukki]] untuk dipecat dari kedudukannya sebagai raja ketimbang menjadi pengkhianat, dan atas diri Andi Pangerang Petta Rani dipecat dari kedudukannya sebagai Kepala Afdeling Bone. Ini merupakan suatu pengorbanan yang tidak kecil artinya bagi kedua tokoh nasionalis itu dalam republik yang dicintainya. Mereka telah dihina oleh [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]] dan dijatuhkan martabatnya di depan keluarga dan masyarakatnya. Akan tetapi, Sebagai seorang yang beriman dan kokoh pendirian serta prinsip perjuangannya, mereka memiliki kepercayaan bahwa atas kuasa Tuhan suatu ketika akhirnya kemenangan itu pasti datang juga. Dan memang, apa yang telah menjadi keyakinannya itu terbukti menjadi kenyataan sejarah. Yaitu, Indonesia diakui kedaulatannya, baik oleh Belanda maupun oleh dunia.▼
Perkara yang menyebabkan NICA menjadi jengkel dan marah kepada Andi Mappanyukki dan Andi Pangerang Petta Rani adalah ditolaknya denga tegas rayuan dan bujukan NICA yang bernaung dibawah kekuasaan pasukan Australia. Bahkan Andi Mappanyukki dengan pengaruh yang dimilikinya menyelenggarakan pertemuan di kalangan kelompok aristokrat di rumahnya di Jongaya, Pertemuan ini dihadiri oleh kelompok aristokrat yang berpengaruh di daerahnya dan termasuk kategori bangsawan tinggi. Adapun kelompok bangsawan yang hadir itu, antara lain :▼
Pertemuan kelompok aristokrat itu mengeluarkan keputusan yang intinya menyatakan bahwa kelompok raja atau kelompok bangsawan di Sulawesi Selatan mendukung sepenuhnya NKRI yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta. Dan mendukung pula Dr. Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi. Pernyataan itu ditandatangani oleh semua peserta. Kemudian diserahkan oleh Andi Mappanyukki kepada Brigjen Iwan Dougherty yang menjabat Komandan Tentara Australia sebagai wakil tentara sekutu di Makassar. Mungkin suatu rahmat yang diperoleh Andi Pengerang Petta Rani dan saudaranya [[Andi Abdullah Bau Massepe]] serta ayahnya, Andi Mappanjukki, atas penangkapan serdadu NICA pada bulan November 1946. Sebab, sekitar tanggal 10 Desember 1946, Westerling yang didatangkan oleh pasukan NICA untuk membungkam dan mematikan perlawanan heroik dari para pejuang republik, melakukan operasi pembersihan dengan ganasnya.Jika seandainya, Andi Pangerang Petta Rani di penjarakan dan Andi Mappanyukki tidak ditangkap oleh serdadu NICA dan diasingkan ke Rantepao pada bulan November 1946, maka besar kemungkinan dia dan ayahnya juga akan mengalami nasib yang sama dengan kelompok bangsawan lainnya yang telah dibunuh dengan kejam oleh Westerling. Namun, Tuhan melindungi beliau bersama ayahandanya dari kekejaman Westerling. Mereka berdua telah diselamatkan oleh Tuhan karena perjalanan hidupnya di dunia telah diatur untuk diberi tanggung jawab memimpin rakyat Sulawei Selatan di zaman kemerdekaan.▼
# Bersama [[Sam Ratulangi|Dr. Ratulangi]] ke Jakarta sebagai Wakil Rakyat dalam memprolakmasikan Kemerdekaan Indonesia, dan di tunjuk sebagai
# Dalam Penjara karena menantang Pemerintah Belanda (N.I.T) 8-11-1946 s/d 17-11-1949.▼
== Karier ==
Baris 58 ⟶ 84:
# Diangkat sebagai Gubernur Militer dengan Pangkat Kolonel Tituler, Ketua Penguasa Perang Daerah Sulawesi Selatan/Tenggara 1 Mei s/d 19 Agustus 1958.
# Kembali Menjadi Gubernur Provinsi Sulawesi 19 Agustus 1958.
# Diangkat Menjadi [[Dewan Pertimbangan Agung|Anggota Dewan Pertimbangan Agung]] Sementara RI Juni 1959
== Pendidikan ==
Pendidikan umum yang pernah di tempuh oleh Andi Pangerang Pettarani yaitu ketika mengikuti pendidikan di HIS,MULO dan [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]] di Makassar. Ia menamatkan pendidikan OSVIA Makassar.
==
Beberapa tempat dan fasilitas umum di Sulawesi Selatan yang memakai nama Andi Pangerang Petta Rani sebagai penghormatan dalam perjuangannya, diantaranya:
▲Andi Pangerang Pettarani menjalani profesi sebagai tentara dan turut berjuang melawan penjajah yang pada masa itu tentara Hindia Belanda sempat mengusai kawasan di Sulawesi Selatan bahkan Pemerintah Hindia Belanda memiliki beberapa Benteng pertahanan di yang terletak di beberapa lokasi.Seperti [[Fort Rotterdam|Benteng Fort Rotterdam]] dan [[Benteng Somba Opu|Benteng Somba opu]]
'''Nama Jalan'''
▲Pada bulan Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai anggota delegasi Sulawesi ke Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Dr. Sam Ratulangi dan Andi Sultan Daeng Radja, dia mengikuti rapat '''Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia''' (独立準備委員会 ''Dokuritsu Junbi Iinkai''<sup>[[Bantuan:Bahasa Jepang|?]]</sup>) atau [[PPKI]] yang pada saat itu diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1945.
* Jalan Andi Pangerang Pettarani, salah satu jalan utama di Kota Makassar
▲Di lain sisi tepatnya pada saat sekutu mendarat di Makassar, Gubernur Ratulangi mengundang raja raja dan pemimpin partai untuk mendukung kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan RI. Tawaran kerja sama dengan pemerintah Belanda pun ditolak mentah mentah.Dan pertemuan yang dihadiri raja raja termasuk Andi Pangerang Petta Rani ini kembali mengeluarkan pernyataan kalau rakyat sulawesi mendukung sepenuhnya NKRI. Dan atas dasar itulah Belanda dan para sekutunya menahan Andi Pangerang Petta Rani dan keluarganya di Rantepao.
* [https://mtp-group.co.id/portfolio/jalan-tol-layang-ap-pettarani-makassar/ Jalan Tol Layang A.P Pettarani], tol layang di Kota Makassar
* Jalan Andi Pangerang Pettarani, salah satu jalan di Kab. Maros, terletak di Kec. Turikale
* Jalan A.P Pettarani, salah satu jalan di Kab. Sidrap. SMK Negeri 1 Sidrap terletak di jalan ini
* Jalan Andi Pangerang Pettarani, salah satu jalan di Kab. Bone
* Jalan Andi Pangerang Pettarani, salah satu jalan di Kab. Wajo
'''Patung'''
▲Andi Pangerang Petta Rani juga termasuk kategori pejuang, nasionalis, patriotik yang kokoh pada pendiriannya, konsekuen sebagai seorang raja dan putra raja dalam menyatakan dukungannya terhadap republik. Dukungan yang diberikan oleh kedua tokoh nasionalis ini tidak hanya dalam ucapan yang berapi-api, tetapi juga dengan perbuatan yang nyata. Masyarakat Sulawesi, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan, mengetahui benar bagaimana sosok ini membina masyarakat, menggelorakan semangat rakyat, mengorbankan api perjuangan kaum muda Sulawei untuk melawan Belanda, bagaiman keduanya mengorbankan hartanya untuk kepentingan perjuangan demi kemerdekaan bangsanya. Fakta yang paling menarik dari keikhlasan membela republik adalah kerelaan hati [[Andi Mappanyukki]] untuk dipecat dari kedudukannya sebagai raja ketimbang menjadi pengkhianat, dan atas diri Andi Pangerang Petta Rani dipecat dari kedudukannya sebagai Kepala Afdeling Bone. Ini merupakan suatu pengorbanan yang tidak kecil artinya bagi kedua tokoh nasionalis itu dalam republik yang dicintainya. Mereka telah dihina oleh [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]] dan dijatuhkan martabatnya di depan keluarga dan masyarakatnya. Akan tetapi, Sebagai seorang yang beriman dan kokoh pendirian serta prinsip perjuangannya, mereka memiliki kepercayaan bahwa atas kuasa Tuhan suatu ketika akhirnya kemenangan itu pasti datang juga. Dan memang, apa yang telah menjadi keyakinannya itu terbukti menjadi kenyataan sejarah. Yaitu, Indonesia diakui kedaulatannya, baik oleh Belanda maupun oleh dunia.
* Patung Andi Pangerang Pettarani, terletak di [[Pantai Losari]]
▲Perkara yang menyebabkan NICA menjadi jengkel dan marah kepada Andi Mappanyukki dan Andi Pangerang Petta Rani adalah ditolaknya denga tegas rayuan dan bujukan NICA yang bernaung dibawah kekuasaan pasukan Australia. Bahkan Andi Mappanyukki dengan pengaruh yang dimilikinya menyelenggarakan pertemuan di kalangan kelompok aristokrat di rumahnya di Jongaya, Pertemuan ini dihadiri oleh kelompok aristokrat yang berpengaruh di daerahnya dan termasuk kategori bangsawan tinggi. Adapun kelompok bangsawan yang hadir itu, antara lain :
'''Aula Pertemuan'''
▲1. [[Andi Abdullah Bau Massepe]]
* [https://identitasunhas.com/alkisah-baruga-andi-pangerang-pettarani/ Baruga Andi Pangerang Pettarani], terletak di [[Universitas Hasanuddin]]
▲2. Andi Pangerang Petta Rani
* [https://sulsel.fajar.co.id/2022/03/14/diresmikan-rektor-unm-auditorium-amanagappa-kini-bernama-gedung-hall-andi-pangeran-pettarani/ Hall Andi Pangerang Pettarani], terletak di [[Universitas Negeri Makassar]]
▲3. [[Andi Djemma]]
▲4. Andi Makkasau (Datu Suppa Tua)
▲5. Ibu Deppu (Maradia Balanipa/Arajang Balanipa)
▲6. Maradia Campalagiang
▲7. Arung Gilireng
▲8. Karaeng Polongbangkeng
▲9. Andi Sultan Daeng Raja (Karaeng Gantarang)
▲Pertemuan kelompok aristokrat itu mengeluarkan keputusan yang intinya menyatakan bahwa kelompok raja atau kelompok bangsawan di Sulawesi Selatan mendukung sepenuhnya NKRI yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta. Dan mendukung pula Dr. Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi. Pernyataan itu ditandatangani oleh semua peserta. Kemudian diserahkan oleh Andi Mappanyukki kepada Brigjen Iwan Dougherty yang menjabat Komandan Tentara Australia sebagai wakil tentara sekutu di Makassar. Mungkin suatu rahmat yang diperoleh Andi Pengerang Petta Rani dan saudaranya [[Andi Abdullah Bau Massepe]] serta ayahnya, Andi Mappanjukki, atas penangkapan serdadu NICA pada bulan November 1946. Sebab, sekitar tanggal 10 Desember 1946, Westerling yang didatangkan oleh pasukan NICA untuk membungkam dan mematikan perlawanan heroik dari para pejuang republik, melakukan operasi pembersihan dengan ganasnya.Jika seandainya, Andi Pangerang Petta Rani di penjarakan dan Andi Mappanyukki tidak ditangkap oleh serdadu NICA dan diasingkan ke Rantepao pada bulan November 1946, maka besar kemungkinan dia dan ayahnya juga akan mengalami nasib yang sama dengan kelompok bangsawan lainnya yang telah dibunuh dengan kejam oleh Westerling. Namun, Tuhan melindungi beliau bersama ayahandanya dari kekejaman Westerling. Mereka berdua telah diselamatkan oleh Tuhan karena perjalanan hidupnya di dunia telah diatur untuk diberi tanggung jawab memimpin rakyat Sulawei Selatan di zaman kemerdekaan.
▲# Bersama [[Sam Ratulangi|Dr. Ratulangi]] ke Jakarta sebagai Wakil Rakyat dalam memprolakmasikan Kemerdekaan Indonesia, dan di tunjuk sebagai Panitia Persiapan Kemerdekaaan Indonesia 1945 (PPKI).
▲# Dalam Penjara karena menantang Pemerintah Belanda (N.I.T) 8-11-1946 s/d 17-11-1949.
== Kepemimpinan ==
Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang menyatu dengan rakyat, sehingga rakyat Sulsel terutama warga kota makassar memberi julukan
'''Hidup Sederhana'''
Baris 104 ⟶ 117:
[[Hidup sederhana]] memang melekat dalam diri pemimpin yang satu ini. Tanah warisannya lebih banyak dia bagikan kepada rakyatnya. Dan suatu saat ia dihadiahkan sebuah rumah yang cukup mewah oleh seseorang. Tapi pemberian tersebut ditolaknya dengan bijak, dia mengatakan, “''saya lebih suka tinggal dirumah sendiri''”.
Karena orang itu memang berniat memberikan hadiah dengan ikhlas
== Tanda Kehormatan ==
# Piagam Tanda Kehormatan '''[[Satyalancana Kebudayaan|Satya Lantjana Kebudayaan]]''' dari Presiden RI Soeharto 17 Desember 1971
# Piagam Tanda Kehormatan '''[[Bintang Mahaputera Pratama|Bintang Mahaputra Pratama]]''' dari Presiden RI Soeharto 27 Januari
# Piagam Tanda Kehormatan '''[[Bintang Mahaputera Utama|Bintang Mahaputra Utama]]''' dari Presiden RI Soeharto 12 Agustus
# Piagam Tanda Kehormatan '''Satya
# Piagam Tanda Kehormatan '''[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bahayangkara Tingkat III]]''' dari Presiden RI Soeharto 12 Desember 1970
# Piagam Tanda Kehormatan '''[[Satyalancana Karya Satya|Satya Lantjana Karya Satya Tingkat II]]''' dari An. Presiden / Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI Wakil Perdana Menteri II [[Johannes Leimena|Dr. J. Leimena
# Piagam Penghargaan '''[[Legiun
# Piagam Tanda '''Kehormatan
# Piagam Tanda Kehormatan '''Bintang
# Gelar '''Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI''' dari Menhamkam Pangab (Wapangab) Laksamana [[Sudomo]] 30 Oktober 1981
# Piagam Tanda '''Penghargaan [[Satyalancana Perang Kemerdekaan I|Satya Lantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kesatu]]''' dari Menteri Pertahanan [[Djuanda Suraatmadja|Djuanda]] 5 Oktober
# Piagam Tanda '''Penghargaan [[Satyalancana Perang Kemerdekaan II|Satya Lantjana Peristiwa Perang
# '''Surat Penghargaan Kepala Staf Angkatan Darat''' Letnan Djenderal
# '''Tanda Djasa Pahlawan''' dari Presiden Republik Indonesia
# '''Piagam Anggota Dewan Kehormatan Kodam Hasanuddin''' [[Hasan Slamet|Mayjen Hasan Slamet]] 20 Januari 1975
# '''Piagam Penghargaan''' dari Gubernur KDH Propinsi Sulawesi Selatan [[A. A. Rifai|A.A.Rivai]] 17 September 1966
# '''Utjapan Terima''' Kasih Gubernur KDH Propinsi Sulawesi Selatan [[Achmad Lamo]] 27 September 1971
# '''Piagam Tanda Penghargaan dan Mengangkat Sebagai Warga Taulan Prop. Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan''' dari Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Selatan [[Achmad Lamo]] 15 Agustus 1975
# '''Piagam Arsip Nasional RI kepala Arsip Nasional'''
# '''Piagam Penghargaan
# '''Piagam Penghargaan Kota Madya Ujung Pandang “Ucapan Terima Kasih”''' dari
== Referensi ==
{{reflist}}
Baris 143 ⟶ 156:
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Pratama]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Kebudayaan]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Karya Satya]]
|