Kuk Norman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
Para kritikus pengusung gagasan kuk Norman sering kali mengedepankan [[Alfred yang Agung|Raja Alfred Agung]] atau [[Edward sang Pengaku|Raja Edward Pengaku Iman]] sebagai cerminan keadilan. Dalam konteks semacam ini, [[Magna Carta]] dipandang sebagai ikhtiar untuk memulihkan hak-hak yang dinikmati bangsa Inggris sebelum ditaklukkan bangsa Norman, sekalipun hanya untuk tuan-tuan tanah. Ketika memperbaiki tatanan kehakiman Inggris, Sir [[Edward Coke]] suka mengeluarkan pernyataan bahwa asas-asas [[hukum umum|hukum adat]] Inggris melampaui ingatan maupun catatan awal mana pun dan mendahului [[penaklukan Inggris oleh Norman|penaklukan bangsa Norman]], sekalipun ia tidak menggunakan frasa "kuk Norman".
Gagasan kuk Norman mencitrakan kaum bangsawan dan tuan-tuan tanah Inggris sebagai keturunan bangsa asing yang datang merenggut dan merusak [[masa keemasan|zaman kegemilangan]] bangsa Saksen-Inggris. Fikrah semacam ini sangat kuat gaungnya di kalangan masyarakat yang lebih miskin di Ingris. Sekalipun Edward Coke, [[John Pym]], [[Lucy Hutchinson]], dan [[Henry Vane Muda|Sir Henry Vane]] memandang hak-hak Magna Carta lebih sebagai hak-hak golongan berharta, argumen-argumen tersebut juga dicuatkan dengan nada lebih radikal pada masa krisis konstitusional yang berlarut-larut pada abad ke-17 di Inggris dan [[Skotlandia]]. Pihak-pihak yang mengemukakan argumen-argumen yang lebih radikal mencakup tokoh-tokoh seperti [[Francis Trigge]], John Hare, [[John Lilburne]], John Warr, dan [[Gerrard Winstanley]] dari [[Kaum Penggali]] yang radikal. Gerrard Winstanley bahkan menyerukan
{{blockquote|Waham hebat apa yang di dalamnya kamu berkubang, wahai orang-orang yang berkuasa di Inggrisǃ Sampai-sampai kendati kamu berlagak menghempaskan kuk Norman itu, serta kuasa Babel, dan sudah berjanji untuk mengentaskan rakyat Inggris yang meratap tangis menjadi bangsa merdeka; masih saja kamu junjung kuk Norman itu, juga tirani perbudakan, dan mengungkung rakyat dengan belenggu, setakat yang diperbuat si Haram Jadah Penakluk itu sendiri beserta angkatan perangnya.}}
Baris 34:
|}
Umat Protestan pada masa pemerintahan Ratu Victoria kadang-kadang mengait-ngaitkan gagasan "kuk Norman" dengan [[anti-Katolik|Antikatolisisme]]. Mereka mengklaim bahwa jemaat Kristen di Inggris lebih bebas dari pengaruh Sri Paus ketika bangsa [[Anglo-Saxon|Saksen-Inggris]] masih berdaulat daripada sesudah kedatangan bangsa Norman.<ref name="dgp">Paz, Dennis G. ''Popular Anti-Catholicism in Mid-Victorian England'', Stanford, [[Stanford University Press]], 1992. {{ISBN|9780804719841}} (hlmn. 2,3,64).</ref> Sebagai buktinya, mereka mengungkit peristiwa-peristiwa seperti [[Paus Aleksander II]] mendukung [[William sang Penakluk|William Penakluk]] dan raja-raja kula[[wangsa Plantagenet]] bersembah bakti kepada [[paus (Gereja Katolik)|Sri Paus]].<ref name="dgp" /> Pengait-ngaitan [[nasionalisme Inggris|nasionalisme]] "Saksen-Inggris" dengan Antikatolisisme memengaruhi penulisan novel [[Charles Kingsley]] yang berjudul ''[[Hereward the Wake]]'' (terbit tahun 1866). Seperti novel ''Ivanhoe'', ''Hereward the Wake'' turut mempopulerkan gambaran tentang negara bangsa Saksen-Inggris yang aman dan makmur diporakporandakan oleh bangsa Norman.<ref name="dgp" /><ref>Simmons, Clare A., ''Reversing the Conquest: Saxons and Normans in Nineteenth-Century British literature'' New Brunswick : [[Rutgers University Press]], 1990. (hlm. 15) {{ISBN|9780813515557}}</ref> Di lain pihak, [[Thomas Carlyle]] justru menafikan gagasan "kuk Norman". Di dalam bukunya, ''[[History of Friedrich II. of Prussia, Called Frederick the Great|History of Friedrich II of Prussia]]'' (terbit tahun 1858), Carlyle menggambarkan penaklukan bangsa Norman sebagai peristiwa yang berfaedah, karena bersumbangsih terhadap penyatuan Inggris.<ref>"Tanpa bangsa Norman, tegas Thomas Carlyle, bakal jadi apa negeri (Inggris) ini? 'Sekabilah orang Juti dan orang Angli yang tamak,
Menurut sejarawan [[Marjorie Chibnall]],
|