Anak Krakatau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Menggantikan kategori {{Gunung-stub}} menjadi {{Pulau-stub}} (fix). Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(91 revisi perantara oleh 43 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|kegunaan lain|Krakatau (disambiguasi)}}
{{Infobox mountain
{{kotak info pulau|▼
|
| native_name =
| native_name_lang = id
| photo = Krakatoa eruption 2008.jpg
|koordinat={{coor dms|6|6|0|S|105|25|0|E|}}▼
| photo_caption = Erupsi pada tahun 2008
|negara=[[Indonesia]]▼
| map = Indonesia
| map_caption = Lokasi
| map_relief = 1
▲|dati2=[[Kabupaten Lampung Selatan|Lampung Selatan]]
| coordinates = {{coord|6.102|S|105.423|E|type:mountain_scale:100000|format=dms|display=inline,title}}
| prominence_m = 157
| listing =
| topo =
| coordinates_ref =
| type = [[Kaldera]]
| volcanic_arc/belt = [[Busur Sunda]] / [[Sabuk alpida]]
| age = [[Holosen]] – kini
| last_eruption = 22 April - sekarang
| first_ascent = 29 Desember 1927
| easiest_route =
}}
|image=File:Uprising-mt anak krakatau.jpg
|image_caption=Atas: Anak Krakatau (2012). Bawah: Citra Anak Krakatau dan sekitarnya tanggal 20 Desember 2018, dua hari sebelum [[Tsunami Selat Sunda 2018|tsunami akibat letusannya tahun 2018]]
|image_map=Anak Krakatau 2018-12-20 Landsat 8 T1 SR.jpg
|map=Jawa
| country_admin_divisions_title = Provinsi
| country_admin_divisions = [[Lampung]]
| country_admin_divisions_title_1 = Kabupaten
| country_admin_divisions_1 = [[Kabupaten Lampung Selatan|Lampung Selatan]]
|area_ha=64
|population= 0
}}
'''Pulau Anak Krakatau'''
Tampilan pulau ini didominasi oleh [[gunung api]] yang masih selalu aktif, '''Gunung Anak Krakatau'''. Hampir setiap waktu, hanya dengan jeda beberapa bulan, gunung ini selalu meletus kecil dengan tipe "Stromboli", berupa letusan eksplosif yang memancarkan material baru ke udara, untuk membangun tubuhnya.
== Kemunculan ==
Seusai [[Letusan Krakatau 1883|letusan kataklismik Gunung Krakatau pada tahun 1883]], Pulau Rakata kehilangan kira-kira 2/3 tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, serta menyisakan paruh selatan Gunung Krakatau (yang sekarang tetap disebut Pulau Rakata). Bagian yang "hilang" ini menjadi laut dangkal.▼
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het eiland Anak Krakatau gevormd na de eruptie van de Krakatau TMnr 10004045.jpg|jmpl|280px|Anak Krakatau (Mei 1929)]]
Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, pada awal tahun 1927 mulai tampak aktivitas vulkanik di titik di antara bekas puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, dengan munculnya kepulan asap disertai letusan-letusan kecil. Usia daratan yang sempat muncul hanya seminggu, karena kemudian diruntuhkan kembali oleh gelombang laut. Beberapa bulan kemudian aktivitas vulkanik dimulai lagi hingga membentuk daratan<!-- hingga ketinggian 200 m --><ref name=winchester>Winchester, S. 2005. Krakatoa. The Day The World Exploded 27 August 1883. Penguin Books.</ref>. Karena hujan dan gelombang, daratan ini kembali runtuh di bawah permukaan air laut kembali setelah aktivitas vulkaniknya terhenti. Proses ini berlangsung terus selama sekitar tiga tahun. Baru sejak [[11 Agustus]] [[1930]] pulau ini tidak pernah lagi runtuh dan terus-menerus mengalami letusan-letusan<ref name=pbs>PBS. [https://www.pbs.org/wildindonesia/island/index.html The Wild Indonesia. The birth of an island]. Online book PBS. Diakses 27 Desember 2018.</ref>. Pada tahun [[1935]], pulau ini berbentuk hampir bundar dengan diameter sekitar 1200 m, ketinggian 63 m; pada tahun [[1940]] tingginya sudah 125 m. Pada tahun [[1955]] pulau ini tercatat ketinggiannya menjadi 155 m dari permukaan laut. Pada tahun [[1959]] gunung meletus kembali dan mengeluarkan asap hitam tebal sampai setinggi 600 m.▼
▲Seusai [[Letusan Krakatau 1883|letusan kataklismik Gunung Krakatau pada tahun 1883]], Pulau Rakata kehilangan kira-kira 2/3 tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, serta menyisakan paruh selatan Gunung Krakatau (yang sekarang tetap disebut Pulau Rakata). Bagian yang "hilang" ini menjadi laut dangkal.
Bersamaan dengan aktivitas vulkanik gunung api yang ada di pulau ini, titik tertinggi pulau ini terus meningkat dengan laju 7-9 meter per tahun, dan hingga catatan terakhir bulan September 2018, sebelum terjadi longsoran tubuh, ketinggian yang tercapai adalah 338 meter dari muka laut<ref name=pvmgb20181227>Badan Geologi. 2018. Pers Rilis Aktivitas Gunungapi Anak Krakatau, Kamis 27 Desember 2018. Diakses 27 Desember 2018.</ref>.▼
▲Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, pada awal tahun 1927 mulai tampak aktivitas vulkanik di titik di antara bekas puncak Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan, dengan munculnya kepulan asap disertai letusan-letusan kecil. Usia daratan yang sempat muncul hanya seminggu, karena kemudian diruntuhkan kembali oleh gelombang laut. Beberapa bulan kemudian aktivitas vulkanik dimulai lagi hingga membentuk daratan<!-- hingga ketinggian 200 m -->.<ref name=winchester>Winchester, S. 2005. Krakatoa. The Day The World Exploded 27 August 1883. Penguin Books.</ref>
▲Bersamaan dengan aktivitas vulkanik gunung api yang ada di pulau ini, titik tertinggi pulau ini terus meningkat dengan laju 7-9 meter per tahun, dan hingga catatan
== Status administratif dan pengelolaan ==
Aktivitas
▲Gugusan kepulauan Krakatau, termasuk Anak Krakatau, secara administratif merupakan wilayah [[Kabupaten Lampung Selatan]], Provinsi Lampung. Seluruh kawasan kepulauan merupakan kawasan dilindungi secara hukum, sebagai Cagar Alam Krakatau yang dikelola oleh BKSDA (Badan Konservasi Sumberdaya Alam) Lampung Selatan. Kawasan ini, terutama Pulau Anak Krakatau, memiliki keistimewaan dari sisi ekologi karena menjadi laboratorium alam bagaimana suatu ekosistem membangun kembali dirinya dalam situasi yang relatif terisolasi. Dari sisi geologi pun kawasan ini juga menjadi tempat pembelajaran yang sangat menarik.
== Erupsi 2018 dan aktivitas setelahnya ==▼
▲Aktivitas gunung api saat ini dipantau dari dua titik: Pos Pengamatan Carita di sisi Pulau Jawa dan dari Pos Pengamatan Kalianda di sisi Pulau Sumatera. Selain itu, di beberapa titik PUlau Anak Krakatau juga dipasang beberapa alat pemantau aktivitas vulkanik (meskipun berkali-kali rusak karena aktivitas gunung api yang sangat tinggi.
{{lihat pula|Tsunami Selat Sunda 2018}}
Dimulai sejak 29 Juni 2018, aktivitas vulkanik di pulau ini mulai meningkat kembali, sehingga statusnya meningkat menjadi level II (Waspada). Semua aktivitas manusia dilarang pada radius 3 km dari titik puncak. Frekuensi erupsi semakin meningkat pada bulan Oktober-November, dengan munculnya letusan yang disertai lontaran [[lava]] pijar dan batu, serta [[awan panas]]. Setelah sempat agak mereda, pada pertengahan Desember aktivitas kembali meningkat.
▲== Erupsi 2018 ==
▲Dimulai sejak 29 Juni 2018, aktivitas vulkanik di pulau ini mulai meningkat kembali, sehingga statusnya meningkat menjadi level II (Waspada), sehingga aktivitas manusia dilarang pada radius 3 km dari titik puncak. Frekuensi erupsi semakin meningkat pada bulan Oktober-November, dengan munculnya letusan yang disertai lontaran [[lava]] pijar dan batu, serta [[awan panas]]. Setelah agak mereda, pada pertengahan Desember aktivitas kembali meningkat. Pada tanggal 22 Desember, gunung Anak Krakatau seperti biasa mengalami letusan dengan tinggi asap berkisar 300 - 1500 meter di atas puncak kawah dan mencatatkan gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm). Pada pukul 21.03 WIB terjadi letusan, yang tampaknya disertai dengan longsor tubuh gunung. Selang beberapa menit dilaporkan terjadi [[tsunami Selat Sunda 2018|tsunami di beberapa pantai barat Banten dan selatan Lampung]]. Longsoran yang menyebabkan tsunami ini dikonfirmasi berdasarkan citra satelit yang diterima oleh [[PVMBG]], yang menunjukkan ada luasan seluas minimal 64 hektare yang " hilang" dari citra satelit sehari setelah laporan tsunami.
Aktivitas erupsi setelah longsor besar tetap berlangsung dengan [[frekuensi tinggi]] tetapi tipe erupsi tidak lagi tipe Stromboli melainkan tipe Surtsey, yaitu bercampurnya [[magma]] dengan air laut.<ref>Erik Klemetti. [http://blogs.discovermagazine.com/rockyplanet/2018/12/31/time-to-award-the-2018-pliny-for-volcanic-event-of-the-year/#.XDrWHlwzbb0 Announcing the 2018 Volcanic Event of the Year] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190113232232/http://blogs.discovermagazine.com/rockyplanet/2018/12/31/time-to-award-the-2018-pliny-for-volcanic-event-of-the-year/#.XDrWHlwzbb0 |date=2019-01-13 }}. Blog Rocky Planet. December 31, 2018 10:28 am. Diakses 13 Januari 2019.</ref> Pada tanggal 26 Desember 2018 dilaporkan terjadi hujan [[Abu vulkanik|debu vulkanik]] di kawasan Cilegon (Banten) yang telah dikonfirmasi. Pihak berwenang sejak pukul 06.00 tanggal 27 Desember 2018 menaikkan status Gunung Anak Krakatau menjadi level III (Siaga). Pada status ini, semua aktivitas pada radius 5
Pengamatan visual dan perkiraan berdasarkan citra satelit yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2018 menunjukkan
Memasuki tahun 2019, tercatat aktivitas letusan yang meskipun masih tinggi, namun semakin melemah. Aktivitas yang tinggi ini menyulitkan pengamatan morfologi pulau karena asap dan abu tebal menghalangi pandangan mata. Foto satelit yang dipublikasi PlanetLabs Inc. menunjukkan perubahan morfologi yang pesat dari 30 Desember sampai 4 Januari 2019. Di bekas runtuhan gunung sempat terbentuk [[laguna]] ke dalam, tetapi kemudian laguna itu terpotong daratan baru sehingga terbentuk semacam [[danau kawah]].<ref>Resa Eka Ayu Sartika. [https://sains.kompas.com/read/2019/01/11/180200023/citra-satelit-tunjukkan-anak-krakatau-tumbuh-kembali-pasca-longsor Citra Satelit Tunjukkan Anak Krakatau "Tumbuh" Kembali Pasca-Longsor]. Kompas.com - Edisi 11/01/2019, 18:02 WIB. Diakses 15 Jan 2019.</ref><ref>Jonathan Amos. [https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46743383 Foto-foto satelit ungkap wujud terbaru Gunung Anak Krakatau]. BBC Indonesia daring. Edisi 3 Januari 2019. Diakses 13 Januari 2019.</ref> Pada tanggal 5 Januari 2019 pukul 11:11 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] terjadi lagi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 m di atas puncak.<ref>Badan Geologi. [http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2589-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau]. Edisi 05 Januari 2019.</ref> Seri foto dan rekaman video menggunakan satelit pada tanggal dron oleh seorang fotografer pada tanggal 11 Januari 2019 yang diunggah di media sosial menunjukkan dengan jelas danau kawah yang terbentuk dan kerusakan vegetasi yang ditimbulkan oleh longsoran, tsunami, dan letusan tanggal 22 Desember 2018 di pulau-pulau anggota gugus Krakatau.<ref>[https://twitter.com/EarthUncutTV/status/1083710547164418048 Rekaman dron oleh @EarthUncuttv]</ref>
Setelah "beristirahat" selama sekitar satu bulan, Gunung Anak Krakatau kembali memperlihatkan aktivitasnya. Tercatat dua kali erupsi kecil pada dini hari tanggal 14 Februari<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2658-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau]. Berita singkat Laman Badan Geologi. 14 Februari 2019. Diakses 23 Feb. 2019.</ref> dan siang hari 18 Februari 2019;<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2666-informasi-erupsi-gunungapi-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau]. Berita singkat Laman Badan Geologi. 18 Februari 2019. Diakses 23 Feb. 2019.</ref> dengan yang terakhir menghasilkan menara asap setinggi 500 m.
=== Rujukan ===▼
Terhitung sejak 25 Maret 2019, aras bahaya Gunung Anak Krakatau diturunkan ke aras 2 (waspada) karena aktivitas yang semakin menurun.<ref name="Ramdhani">{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/d-4544244/gunung-anak-krakatau-erupsi-status-masih-waspada|title=Gunung Anak Krakatau Erupsi, Status Masih Waspada|last=Ramdhani|first=Jabbar|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2019-05-12}}</ref> Pada kondisi ini, BPPT mencanangkan pemasangan buoy "Merah Putih" pada jarak 5 km dari puncak Gunung Anak Krakatau sebagai bagian dari sistem pendeteksian gempa bumi dan tsunami.<ref>{{Cite news|url=http://www.tribunnews.com/nasional/2019/04/12/bppt-buoy-merah-putih-diletakkan-5-km-dari-gunung-anak-krakatau|title=BPPT: Buoy Merah Putih diletakkan 5 KM Dari Gunung Anak Krakatau|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-05-12|first=Fitri|last=Wulandari|editor-last=Gunawan|editor-first=Hendra}}</ref>
▲{{Commonscat|Anak Krakatau}}
{{indo-pulau-stub}}▼
Namun demikian, pada tanggal 1 Mei dan beberapa hari berikutnya [[seismometer]] (yang telah dipasang kembali di pulau) mencatat aktivitas kegempaan vulkanik dari Gunung Anak Krakatau.<ref name="Ramdhani"/><ref>{{Cite news|url=https://news.okezone.com/read/2019/05/02/337/2050528/gunung-anak-krakatau-digoyang-11-kali-gempa-saat-may-day|title=Gunung Anak Krakatau Digoyang 11 Kali Gempa saat May Day|last=Akhmad|work=[[Okezone.com]]|language=id-ID|access-date=2019-05-12|first=Harits Tryan}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://news.okezone.com/read/2019/05/07/337/2052450/gunung-anak-krakatau-digoyang-14-kali-gempa-di-awal-ramadan-1440-h|title=Gunung Anak Krakatau Digoyang 14 Kali Gempa di Awal Ramadan 1440 H|last=Rizky|work=[[Okezone.com]]|access-date=2019-05-12|first=Muhamad}}</ref> Aktivitas ini tidak mengubah status bahaya gunung api tersebut.
Setelah beberapa bulan tidak memperlihatkan gejala vulkanik tampak, mulai 22 Agustus 2019 PVMBG melaporkan aktivitas vulkanik berupa semburan kolom abu dan asap teramati kembali, meskipun tidak terlalu besar<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2625-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 22 August 2019]. Rilis pers PVMBG 22 Agustus 2019.</ref> Ini diikuti dengan erupsi pada tanggal 24 September 2019<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2665-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 24 September 2019]. Rilis pers PVMBG 24 September 2019</ref> yang diikuti letupan pada tanggal 25<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2667-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 25 September 2019]. Rilis pers PVMBG 25 September 2019</ref> dan 30 September 2019,<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2676-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 30 September 2019]. Rilis pers PVMBG 30 September 2019</ref> 27 Oktober 2019,<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2717-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 27 Oktober 2019]. Rilis pers PVMBG 27 Oktober 2019</ref> dan 31 Desember 2019.<ref>[https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2827-informasi-erupsi-g-anak-krakatau Informasi Erupsi G. Anak Krakatau 31 Desember 2019]. Rilis pers PVMBG 31 Desember 2019</ref> Catatan aktivitas berlanjut pada tahun 2020 dengan laporan letusan kecil pada tanggal 7 Januari 2020 dan 7 Februari 2020.<ref>[https://kabar6.com/gunung-anak-krakatau-meletus-status-waspada/ Gunung Anak Krakatau Meletus, Status Waspada]. kabar6.com edisi 7 Januari 2020</ref><ref>Yanti Deslatama. [https://www.liputan6.com/news/read/4173711/gunung-anak-krakatau-kembali-erupsi-ketinggian-kolom-abu-tak-teramati Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Ketinggian Kolom Abu Tak Teramati]. liputan6.com edisi 7 Februari 2020</ref>
{{references}}
== Pranala luar ==
* [https://www.youtube.com/watch?v=BBdxof7_BlU  Rekaman video Pulau Anak Krakatau dari helikopter oleh BPNB pada tanggal 13 Januari 2019]
[[Kategori:Pulau di Indonesia|Anak Krakatau]]▼
[[Kategori:Pulau di Lampung|Anak Krakatau]]
[[Kategori:Kabupaten Lampung Selatan]]
[[Kategori:Gunung di Selat Sunda]]
[[Kategori:Pulau di Selat Sunda]]
[[Kategori:Gunung berapi di Indonesia]]
[[Kategori:Pulau tak berpenghuni di Indonesia]]
{{Commonscat|Anak Krakatau}}
{{Pulau di Lampung}}
|