Anak Krakatau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Erupsi 2018 dan aktivitas setelahnya: pembersihan kosmetika dasar |
k Menggantikan kategori {{Gunung-stub}} menjadi {{Pulau-stub}} (fix). Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 16:
| coordinates_ref =
| type = [[Kaldera]]
| volcanic_arc/belt = [[Busur Sunda]] / [[Sabuk alpida]]
| age = [[Holosen]] – kini
| last_eruption = 22 April - sekarang
Baris 54 ⟶ 55:
== Status administratif dan pengelolaan ==
Sebagai anggota gugusan kepulauan Krakatau, [[Pulau Anak Krakatau]] secara administratif merupakan wilayah Kecamatan [[Punduh Pidada, Pesawaran|Punduh Pedada]], [[Kabupaten Pesawaran]], Provinsi Lampung.<ref>{{Cite web|url=http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/874|title=Pulau Anak Krakatau|last=|first=|date=|website=Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia|publisher=Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|access-date=18 Januari 2019}}</ref> Seluruh kawasan kepulauan merupakan kawasan dilindungi secara hukum, sebagai [[Cagar alam|Cagar Alam]] Krakatau yang dikelola oleh BKSDA (Badan Konservasi Sumberdaya Alam) Lampung Selatan. Kawasan ini, terutama Pulau Anak Krakatau, memiliki keistimewaan dari sisi [[ekologi]] karena menjadi laboratorium alam bagaimana suatu ekosistem membangun kembali dirinya dalam situasi yang relatif terisolasi. Dari sisi [[geologi]] pun kawasan ini juga menjadi tempat pembelajaran yang sangat berguna.▼
▲Sebagai anggota gugusan kepulauan Krakatau, Pulau Anak Krakatau secara administratif merupakan wilayah Kecamatan [[Punduh Pidada, Pesawaran|Punduh Pedada]], [[Kabupaten Pesawaran]], Provinsi Lampung.<ref>{{Cite web|url=http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/874|title=Pulau Anak Krakatau|last=|first=|date=|website=Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia|publisher=Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|access-date=18 Januari 2019}}</ref> Seluruh kawasan kepulauan merupakan kawasan dilindungi secara hukum, sebagai [[Cagar alam|Cagar Alam]] Krakatau yang dikelola oleh BKSDA (Badan Konservasi Sumberdaya Alam) Lampung Selatan. Kawasan ini, terutama Pulau Anak Krakatau, memiliki keistimewaan dari sisi [[ekologi]] karena menjadi laboratorium alam bagaimana suatu ekosistem membangun kembali dirinya dalam situasi yang relatif terisolasi. Dari sisi [[geologi]] pun kawasan ini juga menjadi tempat pembelajaran yang sangat berguna.
Aktivitas kegunungapian saat ini dipantau dari dua titik: Pos Pengamatan Pasauran, sebelah utara [[Pantai Carita]], di sisi [[Jawa|Pulau Jawa]] dan Pos Pengamatan Kalianda di sisi Pulau Sumatera. Selain itu, di beberapa titik Pulau Anak Krakatau juga dipasang beberapa alat pemantau aktivitas vulkanik (meskipun berkali-kali rusak karena aktivitas gunung api yang sangat tinggi).
Baris 64 ⟶ 63:
Dimulai sejak 29 Juni 2018, aktivitas vulkanik di pulau ini mulai meningkat kembali, sehingga statusnya meningkat menjadi level II (Waspada). Semua aktivitas manusia dilarang pada radius 3 km dari titik puncak. Frekuensi erupsi semakin meningkat pada bulan Oktober-November, dengan munculnya letusan yang disertai lontaran [[lava]] pijar dan batu, serta [[awan panas]]. Setelah sempat agak mereda, pada pertengahan Desember aktivitas kembali meningkat.
Pada tanggal 22 Desember, gunung Anak Krakatau seperti hari-hari sebelumnya mengalami rangkaian letusan dengan tinggi asap berkisar 300 - 1500 meter di atas puncak kawah dan mencatatkan gempa [[tremor]] terus-menerus dengan [[amplitudo]] ''overscale'' (58 mm). Letusan yang terjadi pada pukul 21.03 WIB, yang tak teramati secara visual maupun terdeteksi oleh alat pencatat kegempaan [[Tektonika lempeng|tektonik]], tampaknya menimbulkan peristiwa luar biasa berupa longsoran tubuh gunung yang masuk ke laut, yang berakibat fatal. Selang beberapa menit dilaporkan terjadi [[tsunami Selat Sunda 2018|tsunami di beberapa pantai barat Banten dan selatan Lampung]]. Longsoran yang menyebabkan tsunami ini dikonfirmasi berdasarkan [[Pencitraan satelit|citra satelit]] yang diterima oleh [[PVMBG]] sehari setelah tsunami terjadi. Diperkirakan ada luasan minimal 64 hektare yang " hilang", yang diukur melalui tafsiran citra satelit sehari setelah laporan tsunami.
Aktivitas erupsi setelah longsor besar tetap berlangsung dengan [[frekuensi tinggi]] tetapi tipe erupsi tidak lagi tipe Stromboli melainkan tipe Surtsey, yaitu bercampurnya [[magma]] dengan air laut.<ref>Erik Klemetti. [http://blogs.discovermagazine.com/rockyplanet/2018/12/31/time-to-award-the-2018-pliny-for-volcanic-event-of-the-year/#.XDrWHlwzbb0 Announcing the 2018 Volcanic Event of the Year] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190113232232/http://blogs.discovermagazine.com/rockyplanet/2018/12/31/time-to-award-the-2018-pliny-for-volcanic-event-of-the-year/#.XDrWHlwzbb0 |date=2019-01-13 }}. Blog Rocky Planet. December 31, 2018 10:28 am. Diakses 13 Januari 2019.</ref> Pada tanggal 26 Desember 2018 dilaporkan terjadi hujan [[Abu vulkanik|debu vulkanik]] di kawasan Cilegon (Banten) yang telah dikonfirmasi. Pihak berwenang sejak pukul 06.00 tanggal 27 Desember 2018 menaikkan status Gunung Anak Krakatau menjadi level III (Siaga). Pada status ini, semua aktivitas pada radius 5 km dari puncak harus ditiadakan.<ref name="pvmgb20181227" /> Level ini adalah level bahaya tertinggi yang dapat diberikan untuk gunung ini.
Pengamatan visual dan perkiraan berdasarkan citra satelit yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2018 menunjukkan perubahan morfologi besar. Ketinggian puncak Gunung Anak Krakatau tinggal 110 m dari muka laut, dan volume daratan yang longsor ke dalam laut diperkirakan 150 juta sampai 180 juta meter kubik, menyisakan bagian daratan sebesar 40 juta sampai 70 juta meter kubik.<ref name="vsi181229">Kasbani. [https://magma.vsi.esdm.go.id/press/view.php?id=173 PERS RILIS AKTIVITAS GUNUNG ANAK KRAKATAU, 28 DESEMBER 2018]. PVMBG, 29 Desember 2018 16:37 WIB</ref> Dengan ketinggian baru ini, Pulau Anak Krakatau sejak 26 Desember 2018 memiliki puncak tertinggi lebih rendah daripada pulau-pulau tetangganya, Pulau Sertung (182 m dpl) dan Pulau Panjang (132 m dpl).
Baris 87 ⟶ 86:
* [https://www.youtube.com/watch?v=BBdxof7_BlU  Rekaman video Pulau Anak Krakatau dari helikopter oleh BPNB pada tanggal 13 Januari 2019]
{{Commonscat|Anak Krakatau}}▼
[[Kategori:Pulau di Lampung|Anak Krakatau]]
[[Kategori:Kabupaten Lampung Selatan]]
Baris 97 ⟶ 93:
[[Kategori:Gunung berapi di Indonesia]]
[[Kategori:Pulau tak berpenghuni di Indonesia]]
▲{{Commonscat|Anak Krakatau}}
{{Pulau di Lampung}}
{{Pulau-stub}}
|