Teungku Fakinah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(9 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
'''Teungku Fakinah''' adalah seorang wanita yang menjadi ulama besar dengan nama singkatnya disebut Teungku Faki, pahlawan perang yang ternama dan pembangunan pendidikan ulung. Dia dilahirkan sekitar tahun 1856 M, di Desa Lam Diran kampung Lam Beunot (Lam Krak). Dalam tubuh Dia mengalir darah ulama dan darah penguasa/bangsawan. Ayahnya bernama Datuk Mahmud seorang pejabat pemerintahan dalam zaman Sultan Alaidin Iskandar Syah. Sedangkan ibunya bernama Teungku Muhammad Sa'at yang terkenal dengan Teungku Chik Lam Pucok, pendiri Dayah Lam Pucok, tempatnya pernah [[Teungku Chik di Tiro|Teungku Chik Ditiro]] Muhammad Saman belajar.<ref>{{Cite news|title=Kisah Teungku Fakinah, Ulama Perempuan dan Panglima Perang Paling Ditakuti Belanda|url=https://daerah.sindonews.com/read/766889/29/kisah-teungku-fakinah-ulama-perempuan-dan-panglima-perang-paling-ditakuti-belanda-1652303150|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-05-17}}</ref>
|name = Teungku Fakinah
|image =
|alt =
|caption =
|birth_name =
|birth_date = <!-- {{Birth date and age|YYYY|MM|DD}} --> 1856
|birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Kesultanan Aceh]]
|death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) --> 1938
|death_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Kesultanan Aceh]]
|nationality = <!-- {{negara|Indonesia}} -->
|other_names =
|alma_mater =
|occupation = Ulama
|known_for =
|religion = [[Islam]]
|spouse =
|children =
|parents =
}}
 
[[File:Masjid Teungku Fakinah.jpg|jmpl|400px|Masjid Teungku Fakinah di [[Lamjamee Lamkrak, Simpang Tiga, Aceh Besar|Lamjamee Lamkrak]], [[Simpang Tiga, Aceh Besar|Simpang Tiga]], [[Aceh Besar]]]]
 
[[Teungku]] '''Teungku Fakinah''' adalah seorang wanita yang menjadi ulama besar dengan nama singkatnya disebut Teungku Faki, pahlawan perang yang ternama dan pembangunan pendidikan ulung. Dia dilahirkan sekitar tahun 1856 M, di Desa Lam Diran kampung Lam Beunot (Lam Krak). Dalam tubuh Dia mengalir darah ulama dan darah penguasa/bangsawan. Ayahnya bernama Datuk Mahmud seorang pejabat pemerintahan dalam zaman Sultan Alaidin Iskandar Syah. Sedangkan ibunya bernama Teungku Muhammad Sa'at yang terkenal dengan Teungku Chik Lam Pucok, (nama ibunda Tgk Fakinah koq nama seorang laki-laki...? ) pendiri Dayah Lam Pucok, tempatnya pernah [[Teungku Chik di Tiro|Teungku Chik Ditiro]] Muhammad Saman belajar.<ref>{{Cite news|title=Kisah Teungku Fakinah, Ulama Perempuan dan Panglima Perang Paling Ditakuti Belanda|url=https://daerah.sindonews.com/read/766889/29/kisah-teungku-fakinah-ulama-perempuan-dan-panglima-perang-paling-ditakuti-belanda-1652303150|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2022-05-17}}</ref>
 
== Riwayat Keturunan ==
Baris 42 ⟶ 65:
 
== Mempengaruhi Cut Nyak Dhien ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met Cut Nyak Dhien de vrouw van Teuku Umar na haar gevangenneming TMnr 10018822.jpg|jmpl|300px|Cut Nyak Dhien setelah ditawan Belanda pada tahun 1905]]
 
[[Cut Nyak Dhien]] tidak asing lagi bagi Teungku Fakinah, sejak perang di Aceh Besar berkecamuk, Dia sudah dikenal baik dengan Cut Nyak Dhien, baik dalam pertarungan mereka di Montasik, Lamsi maupun ketika kedatangan Cut Nyak Dhien ke Lam Krak senantiasa mampir ke rumah Teungku Fakinah, untuk beramah tamah dan meminta bantuan perbekalan perang bagi pengikut-pengikut Teuku Umar.
Baris 49 ⟶ 73:
Sementara itu tersiar berita bahwa [[Teuku Umar]] sedang bergerak bersama serdadu Belanda menyerang Kuta Tungkop dan tempat pertahanan daerah XXVI Mukim, yang kemudian akan menyerang daerah pertahanan Teungku Fakinah yang terletak di Ulee Tanoh. Untuk mengantisipasi masalah ini maka segera dibangun tiga buah kuta (benteng) yaitu Cot Pring, Cot Raja, dan Cot Ukam. Kemudian itu datang dua orang wanita dari Bitai mengantar nazarnya untuk perang sabil, bahkan sumbangan yang diserahkan kepada Teungku Fakinah bukan hanya dua orang saja tetapi ada kiriman dan beberapa orang lainnya dari Bitai dan Peukan Bada. Melalui ke 2 orang wanita Bitai itu Teungku Fakinah mengirim salamnya kepada Cut Nyak Dhien selaku rekan lamanya, dengan menyampaikan beberapa kata sindiran sebagai ceumeti yang menusuk dada Cut Nyak Dhien, dengan katakata:
 
"{{quote|''Peugah bak Cut Nyak Dhien haba lon: YuYue Jakjak beu beureujangreujang lakoe gagnyangopnyan Teuku MeulabohMeulabôh, jak prang inong-inong baleebalèe mangat jikalonjikalön ceubeuhceubeueh lee gobgop, bah agam lawan inong baleebalèe''".}}
 
{{quote|Artinya: sampaikan kata saya kepada Cut Nyak Dhien ; suruh datang suaminya Teuku Meulaboh untuk berperang dengan perempuan-perempuan janda supaya orang dapat melihat keberaniannya, bahwa laki-laki melawan wanita janda.}}
 
Setelah cukup pembicaraan dengan kedua wanita Bitai itu, maka kedua wanita ini terus pulang sampai ke kampungnya, tetapi tidak langsung menyampaikan kabar itu kepada Cut Nyak Dhien, melainkan memberitahukan kepada wanita lain yang dipercayanya dan sering masuk ke rumah Cut Nyak Dhien. Setelah mendengar kabar ini, Cut Nyak Dhien sangat cemas hatinya, kemudian disunth panggil kedua wanita Bitai itu melalui wanita kepercayaannya untuk bertemu langsung denganya Dalam hal ini kedua wanita itu tidak mau datang takut ditangkap, selama dua hari di tunggu-tunggu oleh Cut Nyak Dhien, mereka tidak kunjung datang.
Baris 59 ⟶ 83:
Besok paginya berangkatlah kedua wanita itu dari Bitai menuju Lam Krak. Satu orang menjunjung sumpit yang berisikan beras dan yang satu lagi menjunjung satu berkas tikar mensiang yang berisikan barang-barang kiriman Cut Nyak Dhien kepada Teungku Fakinah di Lam Krak. Sesampainya di Lam Krak kedua wanita ini, langsung bertemu dengan Teungku Fakinah, dan menyerahkan barang amanah itu. Dalam pertemuan itu juga, disampaikan pula salam dan pesan-pesan Cut Nyak Dhien yang isinya:
"{{quote|''AteeWatèe Cut Nyak Dhien mantongmantöng lageelagèe soetsöt, lonlôn inseuhinseueh keulangkahkeu langkah lakoe lonlôn nyang yangka kameuseuruekmeusuruek. HubunganHubôngan lidah Nyak Faki nyoe ngon lonlôn yangnyang neuba lee droe neuhdroeneuh mudah-mudahan Tuhan puwoe langkah kamoe lageelagèe soetsöt''".}}
 
{{quote|Artinya "Hati Cut Nyak Dhien seperti semula, saya beri keinsyafan terhadap langkah suami saya yang telah berperosok. Hubungan lidah Nyak Fakinah ini dengan saya yang saudara bawa mudah-mudahan Tuhan kembalikan langkah kami seperti semula".}}
 
== Mengungsi ke Tangse ==
Demikianlah kata filsafat dalam pertemuan diplomatik antara kedua pengantar kata, dari hati ke hati antara dua orang Srikandi ulung Pahlawan Tanah air yakni Teungku Fakinah dari Lam Krak dan [[Cut Nyak Dhien]] dari Lam Pisang. Pindah Ke [[Tangse, Pidie|Tangse]] Sesudah jatuhnya Seulimum, Teungku Fakinah mengungsi ke lammeulo (Cubok), mula-mula ia tinggal di Tiro bersama dengan Teuku Tjik di Tiro Mat Yeet, setelah itu pindah ke Tangse dan sekaligus membangun tempat tinggalnya di Blang Peuneuleun (Pucok Peuneuleun). Daerah ini merupakan daerah yang sangat indah dan lahan yang sangat subur, sehingga ditempat ini dijadikan perkampungan dan sekaligus membuka lahan pertanian. Semua sisa harta benda, emas dan perlengkapan senjata diangkut ke daerah baru ini, dan didaerah ini juga dibangun Deah (perguruan/Pasantren) tempat wanita mengaji Al-Qur'an. Namun dalam tahun 1899 perkampungan ini diserang oleh tentara Belanda dan rumah tempat tinggal Teungku Fakinah diobrak abrik dan sebagian emas milik Teungku Fakinah diambil oleh serdadu Belanda, sementara
dia terlepas dari kepungan serdadu tersebut.
Baris 68 ⟶ 93:
Semenjak itu Teungku Fakinah tidak lagi membuat kuta (benteng), tetapi hanya bergerilya basama-sama Pocut lam gugob istri dari Tuanku Hasyim banta Sultan, Pocut Awan yaitu ibu dari Tengku Panglima Polem dan dengan wanita-wanita lain yang masih aktif bergerilya mengikuti jejak suaminya mengarungi hutan belantara, berpindah-prndah sampai kepegunungan Pasai, dan Gayo Luas, serta tempat-tempat lain disekitar Laut Tawar, dalam pengawasan Tengku Nyak Mamat Peureulak. Sekalipun Teungku Fakinah tidak lagi memegang peranan sebagai Panglima Perang, tetapi dia tetap aktif dalam bidang pendidikan agama, terutama mengajar wanita-wanita yang turut bergerilya dengan cara berpindahpindah.
 
== Kembali ke Lam Krak ==
Kembali ke Lam Krak Sesudah Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan Teuku Raja Keumala dapat ditundukkan oleh [[Joannes Benedictus van Heutsz|Van Heutz]], maka pada tanggal [[21 Mei 1910]] atas permintaan [[Panglima Polem IX|Teuku Panglima Polem]], supaya Teungku Fakinah pulang kembali ke kampung halaman untuk membuka kembali deah/pesantren di Beuha (Lam Krak). Dengan demikian pada tahun 1911 Teungku Fakinah kembali ke Lam Krak dan membuka kembali Deah/Pesantren, yang mendapat sambutan baik dari masyarakat umum. Dalam pembangunan pesantren ini, banyak pihak masyarakat dengan secara sukarela mengeluarkan zakat dan sumbangan pribadi, sehingga pembangunan ini berjalan dengan lancar. Setelah deah ini berdiri, maka banyak yang berdatangan
dari berbagai penjuru Aceh seperti halnya: seluruh pelosok 3 segi Aceh Besar, Meulaboh, Calang, Aceh Timur, Pidie dan Samalanga, terutama janda-janda dan gadis-gadis untuk belajar mengaji ke Lam Krak.
Baris 75 ⟶ 101:
 
== Naik Haji ==
[[File:Grave of Teungku Fakinah.jpg|jmpl|300px|Makam Teungku Fakinah di [[Lambunot, Simpang Tiga, Aceh Besar|Lambunot]], [[Simpang Tiga, Aceh Besar|Simpang Tiga]], [[Aceh Besar]]]]
 
Dalam tahun 1914 Teungku Fakinah berhasrat untuk menunaikan rukun kelima yaitu naik Haji. Sebelum dia berangkat terlebih dahulu mencari muhrimnya. Dengan demikian dia kawin dengan seorang yang bernama Ibrahim, yang merupakan suaminya yang ketiga. Dalam bulan Juli 1915 dia berangkat menuju tanah suci [[Mekkah]]. Di Mekkah dia menumpang di rumah wakaf Aceh, jalan Kusya Syiah yang diurus oleh Syech Abdul Gani yang berasal dari Aceh Besar. Selesai melaksanakan rukun Haji, dia masih menetap di Mekkah untuk menuntut ilmu Pengetahuan sekaligus memperdalam ilmu Fikih pada Teungku Syech Muhammad Saad yang berasal dari Peusangan. Kuliah yang diberikan oleh gurugurunya dilakukan di dalam Masjidil Haram Mekkah kepada murid-muridnya.
 
Baris 86 ⟶ 114:
 
== Pranala luar ==
[http://www.nad.go.id/images/stories/file/Pejuang/T%20Fakinah.pdf Situs Resmi Pemda Aceh]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{lifetime|1856|1938|}}
Baris 93 ⟶ 121:
 
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Ulama Aceh Besar]]