Tuanku Rao: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(41 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Tuanku]] '''
== Kehidupan pribadi ==
Fakih Muhammad kemudian menikah dengan seorang wanita bangsawan, puteri Yang Dipertuan Rao. Karena mertuanya bukan seorang penganut Wahabi, dan tidak bersemangat untuk menentang penjajahan [[Hindia-Belanda]], maka pimpinan pemerintahan Rao diambil alih oleh menantunya, yang kemudian bergelar Tuanku Rao.<ref>Mohammad Said, Sisingamangaradja XII</ref>▼
Tuanku Rao lahir dari pasangan [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang berasal dari [[Rao, Pasaman]], [[Sumatera Barat]]. Ayahnya berasal dari Tarung-Tarung, Rao, sedangkan ibunya dari Padang Mantinggi, Rao.<ref>Marjohan, Mempertimbangkan Kepahlawanan Tuanku Rao, Padang Today, 2-4-2009</ref>
Pada masa remaja, Tuanku Rao mendalami ilmu agama Islam di surau [[Tuanku Nan Tuo]], [[Koto Tuo, IV Koto, Agam|Koto Tuo]], [[Kabupaten Agam|Agam]], dan kemudian melanjutkannya di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]]. Setelah menyelesaikan ilmu ''fiqihu al-Islam'' dengan predikat ''thayyib jiddan'' (sangat memuaskan), ia dianugerahi gelar "Fakih Muhammad".
▲Fakih Muhammad kemudian menikah dengan seorang wanita bangsawan,
== Gerakan Paderi ==
Pada tahun 1816, Tuanku Nan Barampek mengiringi Fakih Muhammad pulang ke kampung halamannya untuk
Kemudian bersama kemenakannya, Bagindo Suman dan Kali Alam,
Tuanku Rao merupakan salah satu panglima [[Perang Padri]] yang tangguh, dengan gigih melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial [[Hindia
▲Tuanku Rao merupakan salah satu panglima [[Perang Padri]] yang tangguh, dengan gigih melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial [[Hindia-Belanda]] di wilayah Pasaman, Kotanopan, Padang Lawas, hingga Padang Sidempuan. Setelah pasukan Belanda menaklukan [[Matur, Agam|Matur]] dan Lubuk Sikaping, pada bulan Oktober 1832 Rao berhasil ditaklukan. [[Henricus Johannes IJsbrand Engelbert van Bevervoorden|Letnan Bevervoorden]], seorang komandan pasukan Belanda, menemui Tuanku Rao dan membujuknya agar menyerah. Dalam pertemuan itu, Tuanku Rao berdalih akan pergi haji dan menyerahkan kembali pimpinan pemerintahan Rao kepada mertuanya, Yang Dipertuan Rao.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pusataka, 1964</ref>
Setelah pertemuan itu, Tuanku Rao menarik diri dan bersembunyi di dalam hutan. Namun semangat yang dibawakan Tuanku Tambusai yang baru saja pulang dari [[Mekkah]], menyemangatinya untuk terus berjuang melawan Belanda. Untuk memuluskan penyebaran paham Paderi ke tanah Batak, Tuanku Rao melakukan penyerangan terhadap pertahanan Belanda di Air Bangis. Pada tanggal 29 Januari 1833, Tuanku Rao dihadang oleh pasukan Belanda. Perlawanannya dapat dipatahkan,
== Kontroversi ==
Dalam buku ''Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao: Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, 1816-1833'', Mangaradja Onggang Parlindungan menulis riwayat hidup Tuanku Rao dan sejarah Perang Paderi.<ref>Mangaradja Onggang Parlindungan, Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao: terror agama Islam mazhab Hambali di tanah Batak, 1816-1833, Tandjung Pengharapan, 1964</ref> Namun di dalam buku itu, banyak terdapat kejanggalan serta fakta-fakta yang tak dapat diterima oleh sejarawan.
Namun buku tersebut telah dibantah oleh banyak ahli sejarah dan agama Islam. Antara lain
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Rao, Tuanku}}
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]▼
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]▼
[[Kategori:Kelahiran 1790]]
[[Kategori:Kematian 1833]]
▲[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
|