Bumi Manusia (film): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Tanggapan: Membuat halaman orang; Shandy Gasella Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(72 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|novel berjudul sama tahun 1980|Bumi Manusia (novel)}}
{{Infobox film
| name = Bumi Manusia
|
|
| based on = {{Based on|''[[Bumi Manusia (novel)|Bumi Manusia]]''|[[Pramoedya Ananta Toer]]}}
|
| producer = [[Frederica]]
| narrator =
| starring = {{plainlist|
* [[Iqbaal Ramadhan]]
* [[Mawar
* [[Sha Ine Febriyanti]]
* [[Ayu Laksmi]]
Baris 17:
* [[Bryan Domani]]
* [[Giorgino Abraham]]
* [[Jerome
|
|
|
|
| cinematography = [[Ipung Rachmat Syaiful]]
| editing = {{plainlist|
* Reynaldi Christanto
}}
| studio = [[Falcon Pictures]]
| distributor =
| released = {{Film date|2019|8|9|[[Kota Surabaya|Surabaya]]|2019|8|15}}
| runtime = 181 menit
| country = {{bendera|Indonesia}}
| language = [[bahasa Indonesia|Indonesia]]<br>[[bahasa Jawa|Jawa]]<br>[[bahasa Belanda|Belanda]]
| budget = Rp30 miliar
| gross = Rp52,7 miliar (perkiraan)
| network =
| awards =
}}
'''''Bumi Manusia''''' (secara internasional '''''The Earth of Mankind''''') adalah sebuah [[film biografi]] [[drama sejarah|sejarah]] [[film epos|epos]] Indonesia tahun 2019 yang disutradarai [[Hanung Bramantyo]] dan ditulis [[Salman Aristo]]. Film ini dialihwahanakan dari [[Bumi Manusia (novel)|novel berjudul sama]] karya [[Pramoedya Ananta Toer]]. Film ini dibintangi [[Iqbaal Ramadhan]], [[Mawar de Jongh]], dan [[Sha Ine Febriyanti]]. Film ini menceritakan kegamangan Minke antara kemajuan Eropa dan perjuangan membela tanah airnya serta hubungannya dengan Annelies.
Proses produksi ''Bumi Manusia'' bermula ketika [[Falcon Pictures]] mendapatkan hak alih wahana novel ''[[Bumi Manusia (novel)|Bumi Manusia]]'' dan ''[[Perburuan (novel)|Perburuan]]'' pada 2014. Penggarapan dimulai ketika [[Anggy Umbara]] ditunjuk menjadi sutradara pada 2015, tetapi tidak kunjung terlaksana. Kursi sutradara berganti kepada Hanung dua tahun kemudian, dengan Salman sebagai penulis. Para pemain film mulai terungkap ketika Sha dipilih memerankan Ontosoroh pada Mei 2018, yang disebutnya sebagai keterlibatan pertamanya dalam industri komersial. Iqbaal, Mawar, [[Ayu Laksmi]], dan [[Donny Damara]] terpilih memerankan Minke, Annelies, ibu Minke, dan ayah Minke beberapa hari kemudian, disusul pemeran lainnya di kemudian hari. Pemilihan pemeran ini mendapatkan tanggapan yang biasa saja, kecuali Iqbaal yang memantik pelbagai tanggapan dari warganet. Pemilihan Iqbaal ini juga mementahkan persyaratan awal yang ditetapkan, karena tidak berhasil mendapatkan aktor yang tepat di kemudian hari.
Baris 46 ⟶ 47:
== Alur ==
Pada suatu hari di Surabaya, Minke ([[Iqbaal Ramadhan]]), seorang pribumi, diajak Robert Suurhof ([[Jerome Kurnia]]) melawat ke rumah keluarga Mellema, Boerderij Buitenzorg di [[Wonokromo, Surabaya|Wonokromo]]. Kedatangan Minke disambut dengan penuh kecurigaan oleh Robert Mellema ([[Giorgino Abraham]]) yang justru menyambut Suurhof dengan penuh keakraban, tetapi sebaliknya dengan adiknya Annelies Mellema ([[Mawar de Jongh]]) serta ibunya Ontosoroh ([[Sha Ine Febriyanti]]) yang menerima Minke dengan gembira. Minke mulai menjalin hubungan mesra dengan Annelies dan Ontosoroh, walau Annelies sempat merasa belum terbiasa dengan Minke. Saat makan malam, ayah Annelies Herman Mellema (Peter Sterk) pulang kerumah dan ketika ia melihat Minke bersama putrinya, ia menjadi marah dan menyebut Minke sebagai "monyet", sebuah ucapan yang sangat menghina bagi pribumi. Keributan itu diakhiri dengan Ontosoroh yang menyuruh Herman masuk ke dalam kamarnya.
Keesokan harinya, Minke yang saat itu bersekolah di [[Hogereburgerschool]] (HBS) berkhayal Ontosoroh menghampirinya ketika Magda Peters ([[Angelica Reitsma]]) menerangkan pelajaran, sehingga Magda menyadarkan Minke yang diikuti dengan tertawaan kawan-kawannya, termasuk Suurhof. Sepulang sekolah, Minke menghampiri kawannya berkebangsaan Prancis bernama Jean Marais ([[Hans de Kraker]]) yang melukis dan anaknya May Marais ([[Ciara Nadine Brosnan]]). Keesokan harinya, Annelies menceritakan kehidupan ibunya, Sanikem, yang kemudian mengganti namanya menjadi Ontosoroh yang dijual oleh ayahnya dan menjadi wanita simpanan Herman Mellema. Minke terilhami dan menulis artikel di koran Surabaya dengan nama samaran Max Tollenaar. Malam harinya, Minke tiba-tiba ditangkap polisi karena tulisannya tempo hari yang lalu. Minke akhirnya kembali ke rumah dan disambut dengan kemarahan ayahnya karena berhubungan dengan Annelies; hubungan itu dinilai ayahnya meninggalkan budaya dan tradisi Jawa. Pada saat yang sama di Wonokromo, Ontosoroh menenangkan Annelies yang menangisi kepergian Minke, tetapi Annelies langsung pergi meninggalkan Ontosoroh. Minke mulai dihadapkan dengan perkara yang sudah lama mengganggu hatinya, yang tak lain antara jurang pemisah antara kaum yang "terperintah" (bumiputra) dan "memerintah" (Eropa), serta hubungannya dengan Annelies. Keesokan harinya, ayah Minke diangkat menjadi bupati. Beberapa hari kemudian, Minke meninggalkan ayahnya ke rumah Annelies dan merasa dibuntuti Gendut Sipit di kereta api yang ditumpangi. Di sekolah, identitas Minke sebagai akan Max Tollenaar dibocorkan oleh Suurhof, yang kemudian berujung dengan sebuah perkelahian.
Annelies yang berkeliling pertanian tiba-tiba pingsan, sehingga Annelies dirawat Martinet. Minke tidur sekamar dan bersetubuh dengan Annelies. Keesokan harinya, Minke mengaku kepada Martinet bahwa Minke bukanlah orang pertama yang menyetubuhi Annelies karena sebelumnya Robert pernah memperkosa Annelies. Ketika berangkat ke sekolah, Minke tiba-tiba meminta Darsam kembali ke rumah Annelies dan memutuskan menghabiskan waktu bersama Annelies di sana.
Suatu hari, Gendut Sipit ([[Edward Suhadi]]) didapati penjaga rumah Annelies sedang memata-matai rumah itu, sehingga memancing Darsam, Minke, dan Annelies mengejarnya hingga rumah pelacuran. Di sana, Darsam menemukan Herman yang tewas karena keracunan dan ''maiko'' melarikan diri. Pada akhirnya, Minke harus mengikhlaskan keberangkatan Annelies ke Belanda yang disebabkan karena pernikahan Ontosoroh dan Herman diputuskan tidak sah oleh hakim pengadilan, sehingga Annelies harus diserahkan kepada walinya di Belanda. Beberapa hari kemudian, Minke yang membawa buku berdiri di depan tebing pantai, diiringi dengan senandika dari Minke
== Pemeran ==
{{div col
* [[Iqbaal Ramadhan]] sebagai Minke/[[Tirto Adhi Soerjo|R.M Tirto Adhi Soerjo]]
* [[Mawar
* [[Sha Ine Febriyanti]] sebagai Ontosoroh/Sanikem
** Amanda Khairunnisa sebagai Sanikem muda
* [[Giorgino Abraham]] sebagai Robert Mellema
* [[Bryan Domani]] sebagai Jan Dapperste/Panji Darman
* [[Jerome Kurnia]] sebagai Robert Suurhof
* [[Donny Damara]] sebagai Bupati B, ayah Minke
* [[Ayu Laksmi]] sebagai Ibu Minke
Baris 77 ⟶ 70:
* [[Kelly Tandiono]] sebagai ''[[maiko]]''
* [[Christian Sugiono]] sebagai Kommers
* [[Hans de Kraker]] sebagai Jean Marais
* [[Ciara Nadine Brosnan]] sebagai May Marais
* [[Edward Suhadi]] sebagai Gendut Sipit
* Jeroen Lezer sebagai dr. Martinet
* Rob Hammink sebagai Maarten Nijman
* Tom de Jong sebagai Herbert de la Croix
Baris 94 ⟶ 87:
* Peter van Luijk sebagai Meneer Telinga
* [[Annisa Hertami]] sebagai Parjiyah
* [[Elang El Gibran]] sebagai Teman kos Minke
{{div col end}}
Angga Okta Rahman (cucu Pramoedya) juga terlibat sebagai [[kameo]].<ref>{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190815151429-220-421634/cerita-keluarga-pramoedya-jadi-kameo-di-bumi-manusia|title=Cerita Keluarga Pramoedya Jadi Kameo di 'Bumi Manusia'|work=[[CNN Indonesia]]|date=15 Agustus 2019|accessdate=14 September 2019|last=Tim}}</ref>
== Produksi ==
Baris 101 ⟶ 95:
=== Pengembangan dan penulisan naskah ===
{{double image|right|Pramoedya Ananta Toer Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essai 1 (1962) p136.jpg|182|Hanung Bramantyo, Jogja-Netpac Asian Film Festival, 2017-12-04 02.jpg|150|[[Hanung Bramantyo]] ''(kanan)'' menyutradarai film ini yang dialihwahana dari novel berjudul sama karya [[Pramoedya Ananta Toer]] ''(kiri)''.}}
Pada 2014, [[Falcon Pictures]] membeli hak alih wahana untuk novel ''Bumi Manusia'' bersamaan dengan karya [[Pramoedya Ananta Toer]] lainnya ''[[Perburuan (novel)|Perburuan]]''.<ref>{{
Pada Februari 2017, Hanung mengunggah sebuah gambar di status Instagram yang menampilkan novel ini, yang menyiratkan dirinya akan menyutradarai film ini.<ref>{{
Penulisan naskah dimulai sejak awal 2017, yang diakui Salman begitu sulit mengingat alur novel cenderung [[alur maju-mundur|maju-mundur]], sementara ia menggunakan [[alur maju]] untuk film.<ref>{{
=== Praproduksi ===
Pada Februari 2018, Salman memastikan seorang pemeran yang dikatakannya sebagai pemain baru.<ref>{{
Pemilihan aktor yang akan memerankan Minke sendiri awalnya mensyaratkan berusia 19 tahun; menguasai bahasa Inggris, Prancis, dan Belanda, selain tentunya bahasa Indonesia; pembaca karya [[William Shakespeare]] dan Multatuli; mengenal konsep [[politik asosiasi]] (kebijakan agar warga Hindia Belanda mendapatkan pendidikan ala Barat) [[Snouck Hurgronje]]; serta mengenal ''[[Sampek Engtay]]'' dan kisah hidup [[Xue Rengui]]. Pemilihan peran tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Hanung kemudian mengundang aktor remaja berusia 19 tahun, tetapi gagal karena aktor-aktor itu dinilainya bahkan tidak mengenal Pramoedya sama sekali.<ref name="CNNIndonesia2"/> Pada akhirnya, Hanung memilih Iqbaal sebelum ''[[Dilan 1990]]'' (2018) ditayangkan atas saran Salman. Pencapaian cemerlang Iqbaal di film itu semakin menguatkan keputusan Hanung memilih Iqbaal.<ref name="CNNIndonesia3"/> Sebelum dipastikan memilih Iqbaal, Hanung sempat memilih tiga aktor, yang juga termasuk Iqbaal dan [[Emir Mahira]].<ref name="Medcom1">{{
=== Pengambilan gambar ===
[[Berkas:Boerderij Buitenzorg - Studio Alam Gamplong - Bumi Manusia.jpg|jmpl|Lokasi pengambilan gambar "Boerderij Buitenzorg" di [[Studio Gamplong]], [[Kabupaten Sleman|Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]]]
[[Pengambilan gambar utama]] dilakukan pada akhir Juli hingga Agustus 2018. Lokasi pengambilan gambar meliputi [[Studio Gamplong]], [[Kabupaten Sleman|Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]; [[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]]; dan [[Belanda]].<ref name="Antara1"/> Setelah produksi film selesai, rumah Nyai Ontosoroh yang dibangun untuk produksi film ini diresmikan oleh Hanung dan putri Pramoedya, Astuti Ananta, sebagai Museum Bumi Manusia pada 13 Agustus 2019. Peresmian ini merupakan arahan langsung dari Astuti yang menginginkan lokasi pengambilan gambar kembali dihidupkan, sehingga tidak dimaksudkan untuk kepentingan komersial.<ref>{{Cite news|author1=Zahrotustianah|last2=Firmansyah|first2=Wahyu|url=https://www.viva.co.id/showbiz/film/1174785-museum-bumi-manusia-dibuka-di-yogyakarta|title=Museum Bumi Manusia Dibuka di Yogyakarta|work=[[VIVA.co.id]]|date=13 Agustus 2019|accessdate=15 Agustus 2019|last=Zahrotustianah}}</ref> Bahasa yang digunakan di film di antaranya [[bahasa Melayu]], [[bahasa Jawa|Jawa]], dan [[bahasa Belanda|Belanda]].<ref>{{Cite news|last=Yanuar|first=Elang Riki|url=https://www.medcom.id/hiburan/film/nbw7lDDb-film-bumi-manusia-akan-gunakan-tiga-bahasa|title=Film Bumi Manusia akan Gunakan Tiga Bahasa|work=[[Medcom.id]]|date=25 Mei 2018|accessdate=21 September 2019}}</ref>
Dalam proses produksi, Hanung menyebut tidak perlu memberikan buku tebal kepada Iqbaal karena Iqbal dapat memerankan Minke cukup dengan memakai baju adat.<ref>{{
=== Pascaproduksi ===
Produksi film ini menghabiskan dana sekitar Rp30 miliar;<ref>{{
== Penayangan ==
[[Berkas:IWM-SE-5865-tank-Surabaya-19451127.jpg|ka|jmpl|200px|Pemilihan Surabaya sebagai tempat penyelenggaraan penayangan perdana terilhami dari [[Pertempuran Surabaya]] pada 10 November 1945.]]
Film ini ditayangkan secara perdana bersamaan dengan ''Perburuan'' pada 9 Agustus di [[Surabaya Town Square]], [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]. Frederica menuturkan pemilihan Surabaya sebagai tempat penyelenggaraan kedua film ini disebabkan karena dianggap sesuai dengan tema kedua film yang latar belakang cerita tentang sejarah perjuangan Indonesia yang lekat dengan [[Pertempuran Surabaya|pertempuran pada 10 November 1945]] di Surabaya.<ref>{{
''Bumi Manusia'' ditayangkan di bioskop pada 15 Agustus 2019 bersamaan dengan film [[drama sejarah]] ''[[Perburuan (film)|Perburuan]]'' yang juga dialihwahanakan dari penulis yang sama; penayangan kedua film ini memang disengaja untuk merayakan kemerdekaan. Frederica mengaku tak khawatir bila kelak salah satu di antaranya akan lebih mendominasi karena genre yang diusung berbeda. Penayangan film ini sendiri sebelumnya sempat dijadwalkan akan ditayangkan pada Maret 2019, tetapi akhirnya diundur ke Agustus atau September 2019, yang akhirnya dipastikan ditayangkan pada 15 Agustus 2019.<ref>{{
=== Pemasaran ===
Pada 6 September 2018, Falcon meluncurkan gambar-gambar eksklusif yang mewakili sekelumit adegan film.<ref>{{
== Penerimaan ==
=== Sambutan ===
Dalam penayangan perdana film ini, Hanung mendapat sambutan yang meriah dari penonton yang ber[[tepuk tangan berdiri]]; Hanung dan Mawar mengaku sambutan ini merupakan kali pertama dalam pengalamannya.<ref>{{
=== Pencapaian ===
Pada hari pembukaan, ''Bumi Manusia'' berhasil menjaring 93.858 penonton,<ref>{{
=== Tema ===
Hanung mengutarakan ia akan mengalihwahanakan novel ''Bumi Manusia'' setepat mungkin. Ia membantah orang yang menganggap novel ini sangat berat karena bahasa yang digunakan sangat tinggi, sembari menyebut novel ini melampaui zamannya. Ia menyebutkan hubungan Minke dengan Annelies itu hubungan cinta seandainya yang menulis novel ini bukan Pramoedya dan judulnya bukan ''Bumi Manusia''.<ref name="CNNIndonesia3"/> Namun, ia menampik film ini hanya mengusung tema itu, dengan menyebut sisi menarik novel ini adalah ketika pembaca membaca sejarah dengan kemasan novel.<ref>{{
Namun, keputusan Hanung ini mendapatkan tanggapan beragam di kalangan pengulas. Erlinda Sukmasari dari ''Cultura'' menyebut banyak hal yang tidak dijelaskan di film, menandakan Hanung kesulitan untuk menerjemahkan karya Pram ke layar lebar, terbukti dari [[lubang alur]] di sana-sini, sehingga film ini tidak lebih dari sekadar film percintaan biasa.<ref name="Cultura1">{{cite web|last=Sukmasari|first=Erlinda|url=https://cultura.id/bumi-manusia-review|title=Bumi Manusia Review: Film Cinta-cintaan Biasa|website=Cultura|date=19 Agustus 2019|accessdate=21 September 2019}}</ref> Shandy Gasella yang menulis untuk ''[[Kumparan.com|Kumparan]]'' menekankan sebuah pesan tentang kedudukan pribadi di mata Belanda dan orang Indo, yaitu penggambaran Robert Mellema sebagai orang Indo yang tidak menyukai Minke yang Jawa asli. Penggambaran tersebut adalah karangan Salman Aristo yang didasarkan pada narasi yang diutarakan Minke dalam benaknya sendiri dalam bab awal novel.<ref name="Kumparan1">{{
=== Tanggapan ===
[[Shandy Gasella]] yang menulis untuk ''[[Kumparan.com|Kumparan]]''—memberikan nilai 4/5—menyebut film ini adalah film terbaik sejauh ini dari Falcon,<ref name="Kumparan1"/> sementara Erlinda memberikan nilai 3,5/5.<ref name="Cultura1"/> Wayan Diananto dari ''Liputan6'' menyebut ada sejumlah dialog masih relevan hingga bertahun-tahun kemudian.<ref>{{
Menilai penggunaan bahasa, Zahrotustianah dari ''[[Viva.co.id|Viva]]'' menilai tidak terlihat kaku bahkan ketika dituturkan pemeran Indonesia.<ref>{{
Menilai pemeranan, umumnya pujian dilontarkan kepada Sha Ine yang dinilai berhasil memerankan Ontosoroh dan juga Ayu Laksmi yang memerankan ibu Minke, sementara Iqbaal dibandingkan dengan citranya sebagai Dilan dari ''[[Dilan 1990]]''. [[Leila Salikha Chudori]] dari ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]'' bahkan menjuluki Iqbaal sebagai "Minke van Dilan", menilai Iqbaal yang menuturkan bahasa Belanda dengan baik dan terlihat cerdas layaknya pemuda-pemudi milenial, tetapi gerak-gerik Iqbaal tetap tidak berhasil meyakinkan sebagai Minke. Walaupun Ayu hanya hadir sekejap, tetapi Leila menyebut Ayu tidak diragukan lagi adalah pilihan yang tepat dan cocok. Bersama Sha Ine, penampilan Ayu dianggap Leila paling meyakinkan dibanding pemeran lainnya.<ref>{{
Menilai busana, tokoh busana Rumi Siddharta lewat akunnya di Instagram mengkritik kostum Annelies, gaya rambut dan jas Minke, dandanan Nyai Ontosoroh, dan busana karakter orang Belanda tidak tepat. [[Retno Ratih Damayanti]] selaku perancang busana film ini menekankan dirinya selalu melakukan penyelidikan sebelum membuat busana-busana itu.<ref>{{
=== Penghargaan ===
Sehari sebelum ditayangkan di seluruh Indonesia, ''Bumi Manusia'' mendapatkan penghargaan Award of Excellence dari [[Sinematek Indonesia]]; Sinematek menilai film ini memiliki keunggulan untuk diarsipkan, karena bermuatan nilai-nilai sejarah, budaya, kearifan lokal, dan juga memiliki kaidah sinematografi yang memadai.<ref>{{
{| class="wikitable" style="font-size: 95%;"
Baris 164 ⟶ 159:
| rowspan="12" | [[Festival Film Indonesia 2019|8 Desember 2019]]
| Film Cerita Panjang Terbaik
|
| {{nom}}
|-
| Sutradara Terbaik
| [[Hanung Bramantyo]]
| {{nom}}
|-
| Pemeran Utama Wanita Terbaik
| [[Sha Ine Febriyanti]]
| {{nom}}
|-
| Pemeran Pendukung Pria Terbaik
| [[Jerome
| {{nom}}
|-
Baris 188 ⟶ 183:
|-
| Penata Musik Terbaik
| [[Andhika Triyadi
| {{nom}}
|-
Baris 208 ⟶ 203:
|-
| Penyunting Gambar Terbaik
| [[Sentot Sahid]], Reynaldi Christanto
| {{nom}}
|-
Baris 225 ⟶ 220:
| {{nom}}
|-
| rowspan="14" | [[Piala Maya]]
| rowspan="14" | [[Piala Maya 2019|8 Februari 2020]]
| Film Cerita Panjang/Film Bioskop Terpilih
| Bumi Manusia
| {{nom}}
|-
| Penyutradaraan Terpilih
| Hanung Bramantyo
| {{nom}}
|-
| Aktris Utama Terpilih
| Sha Ine Febriyanti
| {{nom}}
|-
| Aktor Pendukung Terpilih
| [[Whani Darmawan]]
| {{nom}}
|-
| Aktor Pendatang Baru Terpilih
| Jerome Kurnia
| {{nom}}
|-
| Penulisan Skenario Adaptasi Terpilih
| [[Salman Aristo]]
| {{nom}}
|-
| Tata Kamera Terpilih
| [[Ipung Rachmat Syaiful]]
| {{nom}}
|-
| Penyuntingan Gambar Terpilih
| Sentot Sahid dan Reynaldi Christanto
| {{won}}
|-
| Tata Suara Terpilih
| Krisna Purna, Khikmawan Santosa, Satrio Budiono, dan Wahyu Tri Purnomo
| {{nom}}
|-
| Tata Musik Terpilih
| Andhika Triyadi
| {{nom}}
|-
| Tata Kostum Terpilih
| Retno Ratih Damayanti
| {{won}}
|-
| Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih
| Jerry Octavianus
| {{nom}}
|-
| Tata Artistik Terpilih
| Allan Sebastian
| {{nom}}
|-
| Tata Efek Khusus Terpilih
| Raiyan Laksamana
| {{nom}}
|-
| rowspan="8" |[[Festival Film Bandung]]
| rowspan="8" |[[Festival Film Bandung 2020|14 November 2020]]
|Film Bioskop Terpuji
|Bumi Manusia
| {{won}}
|-
|Sutradara Terpuji Film Bioskop
|Hanung Bramantyo
| {{won}}
|-
|Pemeran Utama Pria Terpuji Film Bioskop
|[[Iqbaal Ramadhan]]
| {{won}}
|-
|Pemeran Pembantu Pria Terpuji Film Bioskop
|Jerome Kurnia
| {{nom}}
|-
|Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Film Bioskop
|Sha Ine Febriyanti
| {{nom}}
|-
|Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop
|Salman Aristo
| {{won}}
|-
|Penata Artistik Terpuji Film Bioskop
|Allan Sebastian
| {{nom}}
|-
|Penata Kamera Terpuji Film Bioskop
|Ipung Rachmat Syaiful
| {{won}}
|}
== Sekuel ==
Hanung mengaku tertarik untuk memfilmkan ketiga novel lanjutannya, yaitu ''[[Anak Semua Bangsa]]'', ''[[Jejak Langkah]]'', dan ''[[Rumah Kaca (novel)|Rumah Kaca]]'', tetapi semua itu bergantung terhadap Frederica yang menganggap proyek lanjutan itu harus mempertimbangkan tanggapan penonton atas ''Bumi Manusia''.<ref>{{
== Rujukan ==
Baris 242 ⟶ 328:
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2019]]
[[Kategori:Film yang
[[Kategori:Film yang disutradarai Hanung Bramantyo]]
[[Kategori:Film drama]]
[[Kategori:Film Indonesia]]
[[Kategori:Film Falcon Pictures]]
[[Kategori:Film berbahasa Indonesia]]
|