Siti Dewi Sutan Assin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Thersetya2021 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
| name = Siti Dewi Suryo Sutan Assin
| image = Siti Dewi.jpg
| imagesize = 200px
| alt =
| caption =
| birth_name = Siti Dewi Gando Nilai
| birth_date = {{Birth date|1926|10|5}}
| birth_place = {{negara|Belanda}} [[Kota Manado|Manado]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|2000|12|20|1926|10|5}}
| death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]]
| nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
| other_names =
| alma_mater =
| occupation =
| known_for =
| religion = [[Islam]]
| spouse = [[Atmono Suryo]]
| children = Harsya Denny Suryo, Andry Riza Suryo, Adwina Arsyita Dewi Armstrong
| parents = [[Sutan Assin]] (ayah)<br>Rky. Limbak Tjahaja (ibu)
| relations = Mansyur Sutan Assin (saudara kandung)<br>[[Juananda Sutan Assin]] (keponakan)
}}
'''Siti Dewi Sutan Assin''' atau '''Siti Dewi Suryo Sutan Assin''' yang bernama lahir '''Siti Dewi Gando Nilai''' dan akrab disapa '''Titik''' ({{lahirmati|[[Kota Manado|Manado]], [[Hindia Belanda]]|5|10|1926|[[Jakarta]]|20|12|2000}}) adalah salah satu dari lima orang anggota [[Paskibraka]] yang pertama setelah terbentuknya korps [[Pasukan Pengibar Bendera Pusaka]] (Paskibraka) yang digagas oleh Mayor ([[Angkatan Laut|Laut]]) [[Husein Mutahar]], ajudan [[Presiden Soekarno]], yang mendapat perintah dari [[Daftar Presiden Indonesia|presiden pertama Indonesia]] itu untuk menyusun acara dalam rangka upacara Peringatan Detik-detik [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang pertama pada [[17 Agustus]] 1946.<ref name="paskibraka-community.com">[http://paskibraka-community.com/siti-dewi-sang-pengibar-bendera-pusaka-1946/ "Siti Dewi, Sang Pengibar Bendera Pusaka 1946"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150709202946/http://paskibraka-community.com/siti-dewi-sang-pengibar-bendera-pusaka-1946/ |date=2015-07-09 }} ''Komunitas Paskibraka'', 19 Juni 2015. Diakses 09 Juli 2015.</ref>
19 Juni 2015. Diakses 09 Juli 2015.</ref>
 
== Riwayat ==
=== Paskibraka 1946 ===
Karena situasi [[politik]] yang memanas di [[Jakarta]], pada tahun 1946 [[ibukotaibu kota]] [[Republik Indonesia]] berada di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. AtasPresiden perintahSoekarno presidenmemerintahkan pertama RIajudannya, SoekarnoHusein Mutahar, agaruntuk disusunmenyusun berbagai acara dalam rangka upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang pertama pada tahun 1946. Oleh karena itu, Husein Mutahar merancang acara pengibaran bendera pusaka oleh tiga orang putra dan dua putri yang berstatus pelajar dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sedang bersekolah di Yogyakarta sebagai wakil dari seluruh Indonesia. Itulah yang menjadi cikal-bakal Korps Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
Pada upacara yang bersejarah di halaman [[Gedung Agung|Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta]] tersebut, Siti Dewi dipercaya sebagai pembawa nampan yang menerima [[Bendera Pusaka]] dari presiden Indonesia. Penampilannya yang elegan dan cerdas telah membuat Mutahar "kepincut" dan memilihnya sebagai pembawa nampan Bendera Pusaka. Begitu terkesannya [[Husein Mutahar|Mutahar]] pada Siti Dewi sehingga sampai masa tuanya ia selalu mengingat nama Titik Dewi, dan dalam setiap kesempatan ia selalu mengingatkan bahwa Titik Dewi adalah bagian dari Paskibraka yang harus diketahui oleh seluruh mantan anggota Paskibraka yang merupakan pelajar-pelajar pilihan dari berbagai daerah di [[Tanah Air]].<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
=== Kehidupan ===
Siti Dewi<ref>{{Cite book|last=Hasril Chaniago, Rahmat Irfan Denas|first=Dkk|date=2023-09-22|url=https://umsbpress.umsb.ac.id/berita/detail_buku/36-d0e63c2613ae933ef4ba1b27603a96d1|title=Ensiklopedia tokoh 1001 orang Minang|location=Padang|publisher=UMSB PRESS|isbn=978-623-8416-00-4|url-status=live}}</ref> lahir pada 5 Oktober 1926 di Manado, Sulawesi Utara. Putri dari pasangan [[Sutan Assin]] (ayah) bersuku Minangkabau (asal [[Lintau]]) dan Rangkayo [[Limbak Tjahaja]] (ibu) bersuku [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] ([[Suku Pitopang|Pitopang]], Kubu Gadang, Nagari Koto Nan Ompek, Kota [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]]) ini bersekolah di Yogyakarta setelah ayahnya yang berprofesi [[dokter]] berpindah tugas dari Manado. Di samping bersekolah, ia juga aktif sebagai relawan di [[Palang Merah]], [[kepanduan]], dan dapur umum. Pada tahun 1950, setelah ibukotaibu kota Indonesia kembali di Jakarta, perempuan yang menguasai [[bahasa Belanda]], [[bahasa Inggris|Inggris]] dan [[bahasa PerancisPrancis|PerancisPrancis]] ini melanjutkan pendidikannya di bidang keguruan dan pendidikan di [[Belanda]], sesuai dengan cita-citanya yang ingin memajukan pendidikan di Tanah Air.<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
Setelah kepulangannya dari Belanda, Siti Dewi bertemu kakak kelasnya ketika di Yogyakarta, [[Atmono Suryo]]. Pada [[29 September]] 1959 mereka menikah,<ref name="geni.com">[http://www.geni.com/people/Siti-Dewi-Suryo-SUTAN-ASSIN/6000000001160245233 "Siti Dewi Suryo Sutan Assin"] ''Geni.com''. Diakses 09 Juli 2015.</ref> dan Siti Dewi pindah ke [[Amerika Serikat]] mendampingi suaminya yang bekerja di salah satu perwakilan Indonesia di sana. Karier suaminya terus menanjak sehingga ditunjuk menjadi [[duta besar]] di berbagai negara sahabat. Siti Dewi juga ikut berpindah-pindah domisili dan mendampingi suaminya dengan setia. Sebagai istri seorang [[diplomat]], Siti Dewi dikenal sebagai seorang yang ramah dan punyamemiliki kepedulian yang tinggi padaterhadap masyarakat kecil.<ref name="paskibraka-community.com"/>
[[Berkas:Batu Nisan Siti Dewi.jpg|270px|right|Batu Nisan Siti Dewi di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak|TPU Karet]], [[Jakarta Pusat]]]]
 
Dalam pernikahannya dengan Atmono Suryo, mereka dikaruniai tiga anak yang bernama Denny Suryo, Adwina Armstrong, dan Riza Suryo.<ref name="geni.com"/> Siti Dewi meninggal dunia pada 20 Desember 2000 di Jakarta. Ia dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak|Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet]], [[Jakarta Pusat]].<ref name="paskibraka-community.com"/>
Setelah kepulangannya dari Belanda, Siti Dewi bertemu kakak kelasnya ketika di Yogyakarta, [[Atmono Suryo]]. Pada [[29 September]] 1959 mereka menikah,<ref name="geni.com">[http://www.geni.com/people/Siti-Dewi-Suryo-SUTAN-ASSIN/6000000001160245233 "Siti Dewi Suryo Sutan Assin"] ''Geni.com''. Diakses 09 Juli 2015.</ref> dan Siti Dewi pindah ke [[Amerika Serikat]] mendampingi suaminya yang bekerja di salah satu perwakilan Indonesia di sana. Karier suaminya terus menanjak sehingga menjadi [[duta besar]] di berbagai negara sahabat. Siti Dewi juga ikut berpindah-pindah domisili dan mendampingi suaminya dengan setia. Sebagai istri seorang [[diplomat]], Siti Dewi dikenal sebagai seorang yang ramah dan punya kepedulian yang tinggi pada masyarakat kecil.<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
== Referensi ==
Dalam pernikahannya dengan Atmono Suryo, mereka dikaruniai anak yang bernama Denny Suryo.<ref name="geni.com"/> Siti Dewi meninggal dunia pada 20 Desember 2000 di Jakarta. Ia dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak|Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet]], [[Jakarta Pusat]].<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
{{negara-bio-stub|Indonesia}}
 
[[Kategori:Anggota Paskibraka]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Manado]]
[[Kategori:Sutan Assin]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]