Imperium Britania Raya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
YonaBot (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240809)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(217 revisi perantara oleh 82 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox country
[[Berkas:British Empire 1897.jpg|thumb|350px|Imperium Britania pada tahun [[1897]] ditandai dengan warna merah muda, warna tradisional kekuasaan imperium Britania pada peta.]]
| conventional_long_name = Imperium Britania Raya
'''Imperium Britania''' adalah [[imperium]] paling luas di dalam sejarah dunia dan pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia. Imperium ini merupakan produk dari [[era penemuan]] [[Eropa]], yang dimulai dengan penjelajahan maritim global negara-negara [[Iberia]] pada akhir [[abad ke-15]] yang menandai era [[kerajaan global]] Eropa.
| native_name = British Empire
| image_flag = [[Berkas:Flag of Great Britain (1707-1800).svg|145px]]
| image_flag2 = [[Berkas:Flag of the United Kingdom.svg|145px]]
| flag_caption = Bendera [[Kerajaan Britania Raya (1707–1800)|Imperium Britania Raya Pertama]] pada tahun 1707–1800 (kiri), dan bendera [[Union Jack|Imperium Britania Raya Kedua]] sejak 1801 (kanan).
| image_map = British Empire Map (Indonesian).svg
| map_caption = Peta anakronis yang menunjukkan wilayah yang pernah menjadi bagian dari Imperium Britania Raya. [[Wilayah Seberang Laut Britania Raya]] ditandai dengan tulisan merah.
| capital = [[London]]
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
| today =
| map_width = 325px
}}
 
'''Imperium Britania Raya''' ({{lang-en|British Empire}}) adalah suatu [[imperium]] kekuasaan yang terdiri dari wilayah-wilayah [[koloni]], [[protektorat]], [[Mandat (politik)|mandat]], [[dominion]] dan wilayah lain yang pernah diperintah atau dikuasai oleh [[Britania Raya]]. Imperium Britania Raya dimulai pada akhir abad ke-16 sejalan dengan berkembangnya kekuatan [[Angkatan Laut Britania Raya]] dan merupakan [[Daftar imperium terbesar|imperium yang paling luas]] dalam sejarah dunia serta pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia.<ref>{{Cite book|last=Ferguson|first=Niall|year=2004|title=Empire, The rise and demise of the British world order and the lessons for global power|url=https://archive.org/details/empire00nial|publisher=Basic Books|isbn=0-465-02328-2}}</ref> Pada tahun 1922, Imperium Britania Raya mencakup populasi sekitar 458 juta orang, kurang lebih seperlima populasi dunia pada waktu itu,<ref>[[#refMaddison2001|Maddison 2001]], hal.&nbsp;98, 242.</ref> yang membentang seluas lebih dari {{convert|33700000|km2|sqmi|-3|abbr=on}}, atau sekitar seperempat luas total bumi.<ref>[[#refFerguson2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;15.</ref><ref>[[#refElkins2005|Elkins2005]], hal.&nbsp;5.</ref>
Pada tahun [[1921]], Imperium Britania mencakup populasi antara 470 sampai 570 juta orang, kurang lebih seperempat populasi dunia, dan membentang seluas lebih dari 37 juta km², sekitar seperempat luas total bumi. Walaupun wilayah-wilayah tersebut sekarang telah berkembang menjadi [[Negara-Negara Persemakmuran]], pengaruh Britania tetap melekat kuat di seantero dunia: dalam praktek [[ekonomi]], [[hukum]] dan [[sistem pemerintahan]], [[masyarakat]], [[olahraga]] (seperti [[kriket]] dan [[sepakbola]]), serta penggunaan [[bahasa Inggris]] sendiri.
 
ImperiumAkibatnya, pengaruh Britania pernahRaya, terutama Inggris, melekat kuat di seantero dunia: dalam praktik [[ekonomi]], [[hukum]] dan [[sistem pemerintahan]], [[masyarakat]], [[olahraga]] (seperti [[kriket]] dan [[sepak bola]]), serta penggunaan [[bahasa Inggris]]. Imperium Britania Raya pada suatu masa, pernah dijuluki dengansebagai "''kerajaan ditempat mana matahariMatahari tak pernah tenggelam''" karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan menyebabkandengan demikian matahariMatahari selalu bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.
 
Selama [[Zaman Penjelajahan]] pada abad ke-15 dan ke-16, Portugal dan Spanyol mempelopori penjelajahan maritim Eropa ke berbagai belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni. Iri melihat keberhasilan dan kejayaan yang mereka peroleh, Inggris, Prancis dan Belanda mulai membentuk koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;2.</ref> Serangkaian kemenangan dalam peperangan pada abad ke-17 dan 18 dengan Prancis dan Belanda membuat Inggris (kemudian bernama Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707) memperoleh wilayah-wilayah koloni yang dominan di India dan [[Amerika Utara]]. Lepasnya [[Tiga Belas Koloni]] Britania Raya di Amerika Utara pada tahun 1787 setelah [[Perang Revolusi Amerika|perang kemerdekaan]] membuat Britania Raya kehilangan wilayah koloninya yang paling tua dan paling padat penduduknya.
==Latar belakang: Inggris Imperium==
===Perkembangan Imperium seberang lautan ===
[[Image:Johncabotbonavista.jpg|right|thumb|150px|Patung [[John Cabot]] di [[Newfoundland]], koloni seberang lautan pertama Inggris.]]
Imperium Britania seberang lautan (dalam pengertian eksplorasi lautan dan pemukiman Britania di luar Eropa dan [[Kepulauan Britania]]) berakar pada kebijakan-kebijakan yang berakar dalam kebijakan-kebijakan maritim rintisan dari Raja Inggris [[Henry VII dari Inggris|Henry VII]], yang berkuasa dari 1485 hingga 1509. Henry, yang membangun berdasarkan jaringan komersial dalam [[perdagangan wol]] yang dipromosikan pada masa pemerintahan pendahulunya Raja [[Richard III dari Inggris|Richard III]], membangun sistem [[pelaut pedagang]] Inggris yang modern, yang sangat memperluas industri pembangunan kapal Inggris dan pelayarannya. Pelaut pedagang ini juga memasok dasar bagi lembaga pasar yang kelak memainkan peranan penting di [[Kerajaan Inggris|Inggris]] dan, setelah penyatuan dengan [[Skotlandia]] pada [[1707]], perusahaan-perusahaan kerajaan [[Kerajaan Britania Raya|Britania]], termasuk [[Massachusetts Bay Company]] dan [[Perusahaan Hindia Timur Britania]]. Pembaruan finansial Henry membuat [[Perbendaharaan Britania]] makmur, yang membantu menjamin pengembangan Pelaut Pedagang. Henry juga memerintahkan pembangunan [[dok kering]] Inggris pertama, di [[Portsmouth]], dan membuat perbaikan-perbaikan terhadap [[Angkatan Laut Kerajaan |Angkatan Laut]] Inggris yang kecil. Selain itu, Henry juga mensponsori pelayaran-pelayaran pelaut [[Italia]] mariner [[John Cabot]] pada 1496 dan 1497 yang membangun koloni seberang lautan Inggris yang pertama – sebuah pemukiman penangkapan ikan – di [[Newfoundland]], yang diklaim Cabot atas nama Henry.
 
Lepasnya Amerika Utara membuat perhatian Britania Raya beralih ke wilayah-wilayah koloni di Afrika, Asia dan Samudra Pasifik. Setelah kekalahan [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]] dari Prancis pada tahun 1815, Britania Raya berkesempatan untuk memperluas imperiumnya ke seantero dunia dan menjadi negara imperialis paling berjaya dan tak tertandingi pada waktu itu. Beberapa wilayah koloninya dijadikan sebagai koloni imigran [[kulit putih]] dan beberapa di antaranya dijadikan sebagai wilayah dominion.
===Henry VIII dan bangkitnya Angkatan Laut Kerajaan ===
Dasar-dasar kekuatan samudra, setelah dibangun pada masa pemerintahan [[Henry VII dari Inggris|Henry VII]], pelan-pelan diperluas untuk melindungi perdagangan Inggris dan membuka rute-rute baru. Raja [[Henry VIII dari Inggris|Henry VIII]] mendirikan Angkatan Laut Inggris modern (meskipun rencana-rencana untuk melakukan hal itu telah dimulai pada masa pemerintahan ayahnya), lebih dari tiga kali lipat jumlah kapal-kapal perang dan pembangunan kapal-kapal besar yang pertama, dengan meriam-meriam berat dengan daya tembak yang jauh. Ia memulai aparatus administrasi Angkatan Laut yang formal darn tersentralisasi, membangun dok-dok baru, dan membangun jaringan tanda-tanda di laut (beacon) dan [[mercu suar]] yang sangat menolong [[navigasi]] pantai untuk para pelaut pedagang Inggris maupun asing. Dengan demikian Henry membangun [[Angkatan Laut Kerajaan]] yang berbasis persenjataan yang mampu menahan [[Armada Spanyol]] pada 1588, dan inovasi-inovasinya menjadi benih bagi Angkatan Laut Kerajaan di masa mendatang.
 
Kebangkitan Jerman dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 turut menyebabkan pudarnya kejayaan Britania Raya. Ketegangan militer dan ekonomi antara Britania Raya dan Jerman adalah penyebab utama [[Perang Dunia I]], ketika Britania Raya sangat bergantung pada imperiumnya.
<!--===Ireland===
The first substantial achievements of the colonial empire stem from the Act for Kingly Title, passed by the Irish parliament in 1541. This statute converted Ireland from a lordship under the authority of the English crown to a kingdom in its own right. It was the starting point for the [[Tudor re-conquest of Ireland]].
 
Perang tersebut telah menyebabkan hancurnya sistem keuangan Britania Raya dan walaupun Britania Raya masih merupakan negara dengan wilayah jajahan terluas setelah Perang Dunia I, Britania Raya tidak lagi menjadi pemimpin perekonomian dan militer di dunia. [[Perang Dunia II]] menyebabkan sebagian besar koloni Britania Raya di Asia Tenggara diduduki oleh Jepang. Meskipun pada akhirnya Britania Raya dan [[Sekutu]] berhasil memenangkan Perang Dunia II, perang ini turut berdampak pada semakin sempitnya wilayah Imperium Britania Raya. Dua tahun setelah perang berakhir, India—koloni Britania Raya yang paling berharga—memperoleh kemerdekaannya.
By 1550 a committed policy of colonisation of the country had been adopted, which culminated in the Plantation of Ulster in 1610, following the [[Nine Years War (Ireland)|Nine Years war]] (1595-1603). In the meantime, the [[plantations of Ireland]] formed the templates for the empire, and several people involved in these projects also had a hand in the early colonisation of north America e.g. [[Humphrey Gilbert]], [[Walter Raleigh]], [[Francis Drake]] and [[Ralph Lane]].
 
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sebagai akibat dari gerakan [[dekolonisasi]] negara-negara terjajah, Britania Raya memberi kemerdekaan pada sebagian besar koloninya. Proses dekolonisasi ini berakhir dengan diserahkannya [[Hong Kong]] ke tangan [[Republik Rakyat Tiongkok]] pada tahun 1997. Empat belas koloni Britania Raya yang masih tersisa (disebut dengan [[Wilayah Seberang Laut Britania Raya]]) tetap berada di bawah kedaulatan Britania Raya. Setelah kemerdekaan, banyak bekas koloni Britania Raya yang bergabung dengan [[Persemakmuran Bangsa-Bangsa]], yaitu suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh Britania Raya.
===Elizabethan era===
[[Image:Loutherbourg-Spanish_Armada.jpg|300px|thumb|left|''Defeat of the Spanish Armada'', by [[Philippe-Jacques de Loutherbourg]], ''painted 1796.]]
During the reign of the [[Tudor dynasty|Tudor]] [[Elizabeth I of England|Queen Elizabeth I]], Sir [[Francis Drake]] [[circumnavigated the globe]] in the years 1577 to 1580, only the second to accomplish this feat after [[Ferdinand Magellan|Ferdinand Magellan's]] expedition.
 
Enam belas [[Alam Persemakmuran|anggota Persemakmuran]] mengakui [[Raja Charles III]] sebagai Ketua Persemakmuran sekaligus kepala negara.
In [[1579]], Drake landed somewhere in northern [[History of California|California]] and claimed for the [[English Crown]] what he named ''[[Nova Albion]]'' ("New Albion", [[Albion]] being an ancient name for England), though the claim was not followed by settlement. Subsequent maps spell out ''Nova Albion'' to the north of all [[New Spain]]. Thereafter, England's interests outside [[Europe]] grew steadily, promoted by [[John Dee]], who coined the phrase "British Empire". An expert in navigation, he was visited by many of the early English explorers before and after their expeditions. He was a [[Wales|Welshman]], and his use of the term ''"British"'' fitted with the Welsh origins of Elizabeth's Tudor family, although his conception of empire was derived from [[Dante]]'s book ''Monarchia''.
{{TOC limit|limit=3}}
 
== Awal (1497–1583) ==
[[Humphrey Gilbert]] followed on Cabot's original claim when he sailed to Newfoundland in 1583 and declared it an English [[colony]] on [[August 5]] at [[St. John's, Newfoundland and Labrador|St John's]]. [[Sir Walter Raleigh]] organised the first colony in [[North Carolina]] in 1587 at [[Roanoke Island]]. Both Gilbert's Newfoundland settlement and the Roanoke colony were short-lived, however, and had to be abandoned because of food shortages, severe weather, shipwrecks, and hostile encounters with [[Indigenous peoples of the Americas|indigenous]] tribes on the American continent.
[[Berkas:Johncabotbonavista.jpg|ka|jmpl|150px|Patung [[John Cabot]] di [[Newfoundland]], koloni seberang lautan Britania Raya yang pertama.]]
Ide mengenai penjelajahan seberang lautan (dalam pengertian eksplorasi lautan di luar Eropa dan [[Kepulauan Britania Raya]]) sudah dicetuskan saat Inggris dan [[Skotlandia]] masih berada dalam pemerintahan yang terpisah. Pada tahun 1496, [[Henry VII dari Inggris]] ingin mengikuti keberhasilan Spanyol dan Portugal dalam menjelajahi seberang lautan. Ia kemudian menugaskan [[John Cabot]] memimpin pelayaran untuk menemukan rute menuju Asia melalui [[Samudra Atlantik|Samudra Atlantik Utara]].<ref name="ferguson3">[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;3.</ref> Cabot mulai berlayar pada tahun 1497; lima tahun setelah benua Amerika ditemukan oleh [[Christopher Columbus]]. Meskipun pada akhirnya ia berhasil berlabuh di pantai [[Newfoundland]], ia mengira kalau ia sudah mencapai Asia dan pada akhirnya tidak berhasil mendirikan koloni.<ref>[[#refAndrews1985|Andrews 1985]], hal.&nbsp;45.</ref> Cabot memimpin pelayaran lain ke Amerika pada tahun berikutnya namun tidak diketahui lagi kabarnya.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;4.</ref>
 
Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mendirikan koloni Inggris di Amerika hingga memasuki masa pemerintahan [[Elizabeth I]] pada dekade terakhir abad ke-16.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;35.</ref> Adanya gerakan Reformasi [[Protestan]] telah membuat Inggris bermusuhan dengan [[Katolik]] Spanyol.<ref name="ferguson3"/> Pada tahun 1562, Kerajaan Inggris memerintahkan navigator John Hawkins dan [[Francis Drake]] untuk menyerang kapal-kapal Spanyol dan Portugal yang melintas di lepas pantai [[Afrika Barat]] dengan tujuan untuk melumpuhkan sistem perdagangan di Atlantik.<ref>[[#refThomas|Thomas]], hal.&nbsp;155–158</ref> Upaya ini tidak berhasil dan kemudian, saat Perang Inggris-Spanyol terjadi, Elizabeth I memerintahkan penyerangan terhadap pelabuhan Spanyol di Amerika dan kapal-kapal Spanyol yang melintasi Atlantik serta membajak kapal-kapal Spanyol yang sarat dengan harta dari [[Dunia Baru]].<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;7.</ref> Pada saat yang sama, penulis yang berpengaruh seperti Richard Hakluyt dan [[John Dee]] (yang pertama kali menggunakan istilah Imperium Britania Raya) mulai menekan kerajaan agar segera memulai penjelajahan seberang lautan.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;62.</ref> Pada saat itu, Spanyol telah menguasai Amerika, Portugal telah mendirikan pos perdagangan dan benteng di pantai Afrika, Brasil dan Tiongkok, sedangkan Prancis sudah mencapai [[Sungai Saint Lawrence]] dan kemudian mendirikan koloni [[Prancis Baru]].<ref>[[Imperium Britania Raya#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;4–8.</ref>
The [[Elizabethan era]] built on the past century's imperial foundations by expanding Henry VIII's navy, promoting [[Atlantic Ocean|Atlantic]] exploration by English sailors, and further encouraging maritime trade especially with the [[Netherlands]] and the [[Hanseatic League]]. The nearly twenty year [[Anglo-Spanish War (1585)|Anglo-Spanish War]] (1585 - 1604), which started well for England with the sack of [[Cadiz]] and the repulse of the [[Spanish Armada]], soon turned Spain's way with a number of serious defeats which sent the Royal Navy into decline and allowed [[Spain]] to retain effective control of the [[Atlantic]] [[sea lanes]], thwarting English hopes of establishing colonies in [[North America]]. However it did give English sailors and shipbuilders vital experience.
 
===Stuart eraKolonisasi Irlandia ===
Meskipun Inggris jauh tertinggal di belakang negara-negara Eropa lainnya dalam membangun koloni seberang lautan, Inggris telah berhasil menguasai [[Pulau Irlandia|Irlandia]] pada abad ke-16.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;7.</ref><ref>[[#refKenny|Kenny]], hal.&nbsp;5.</ref> Beberapa orang yang berperan dalam kolonisasi Irlandia ini selanjutnya juga berperan dalam proses kolonisasi awal di [[Amerika Utara]], kelompok ini selanjutnya dikenal sebagai "para lelaki dari barat".<ref>[[#refTaylor2001|Taylor]], hal.&nbsp;119,123.</ref>
In 1604, King [[James I of England]] negotiated the [[Treaty of London, 1604|Treaty of London]], ending hostilities with Spain, and the first permanent English settlement followed in 1607 at [[Jamestown, Virginia]]. During the next three centuries, England extended its influence overseas and consolidated its political development at home with the 1707 [[Acts of Union 1707|Acts of Union]], where the [[Parliament of England]] and the [[Parliament of Scotland|Scots Parliament]] were united in [[Westminster]], London, as the [[Parliament of Great Britain]], in turn giving birth to the [[Kingdom of Great Britain]].
 
== Imperium Britania pertama (1583–1783) ==
===Scottish role ===
Pada tahun 1578, [[Elizabeth I|Ratu Elizabeth I]] memerintahkan Humphrey Gilbert untuk memulai penjelajahan seberang lautan.<ref>[[#refAndrews1985|Andrews]], hal.&nbsp;187.</ref> Gilbert kemudian berlayar menuju [[Kepulauan Karibia|Hindia Barat]] dengan tujuan untuk membajak kapal-kapal Spanyol dan memulai kolonisasi di Amerika Utara. Namun, ekspedisi ini dihentikan sebelum mencapai [[Samudera Atlantik]].<ref>[[#refAndrews1985|Andrews]], hal.&nbsp;188.</ref><ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;63.</ref> Pada tahun 1583, Gilbert melakukan pelayaran kedua. Dalam pelayaran itu, ia berhasil mencapai [[Newfoundland]] dan mengklaim wilayah itu sebagai koloni Inggris pertama, meskipun pada saat itu pulau tersebut tidak berpenghuni. Gilbert tidak berhasil kembali ke Inggris, kemudian ia digantikan oleh saudara tirinya, [[Walter Raleigh]], yang diberi mandat oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1584. Raleigh berhasil membangun koloni di [[Koloni Roanoke|Roanoke]] (sekarang [[North Carolina]]), tetapi kurangnya persediaan makanan menyebabkan upaya untuk membangun koloni lebih lanjut gagal dilakukan.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;63–64.</ref>
There were several pre-union attempts at creating a [[Kingdom of Scotland|Scottish]] overseas empire, with various Scottish settlements in [[Scottish colonization of the Americas|North]] and South America. [[Nova Scotia]] was perhaps Scotland's greatest opportunity at establishing a permanent presence in the Americas, but its most infamous was the ill fated [[Darién scheme]] which attempted to establish a settlement colony and trading post in [[Panama]] to foster trade between Scotland and the [[Far East]].
 
Tahun 1603, [[James I dari Inggris|Raja James VI dari Skotlandia]] naik takhta menjadi raja Inggris dan mengesahkan [[Traktat London]] 1604 yang mengakhiri permusuhan dengan Spanyol. Setelah berdamai dengan saingan utamanya, upaya Inggris terfokus untuk mengambil alih wilayah-wilayah koloni negara lain dan membangun koloni seberang lautan sendiri.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;70.</ref> Imperium Britania mulai terbentuk pada awal abad ke-17, yang mencakup wilayah-wilayah di Amerika Utara dan pulau-pulau kecil di [[Karibia]] serta membentuk kongsi dagang bernama ''[[East India Company]]'' (EIC) untuk mengelola dan mengendalikan perdagangan di wilayah koloni Britania. Periode ini hingga terjadinya [[Perang Revolusi Amerika Serikat|Perang Kemerdekaan Amerika Serikat]] yang menyebabkan lepasnya [[Tiga Belas Koloni]] Britania di akhir abad ke-18 disebut sebagai "Imperium Britania pertama".<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;34.</ref>
After the [[Acts of Union 1707]] many [[Scots]], especially in [[Canada]], [[Jamaica]], [[India]], [[Australia]] and [[New Zealand]], took up posts as administrators, doctors, lawyers and teachers in what had become the new British Empire. Progressions in Scotland itself during the [[Scottish enlightenment]] led to advancements throughout the empire. Scots settled across the Empire as it developed and built up their own communities such as [[Dunedin]] in New Zealand.
 
=== Amerika, Afrika dan perdagangan budak ===
==Colonisation==
Pada awalnya, [[Karibia]] merupakan koloni Inggris yang paling penting dan menguntungkan,<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;17.</ref> namun itu sebelum upaya kolonisasi di beberapa wilayah mengalami kegagalan. [[Kolonisasi]] di [[Guyana]] pada tahun 1604 hanya berlangsung dua tahun, dan gagal mencapai tujuan utamanya untuk menemukan tambang emas.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;71.</ref> Upaya kolonisasi di [[St. Lucia]] (1605) dan [[Grenada]] (1609) juga tidak berhasil. Namun, tidak semua upaya gagal, koloni Inggris di St. Kitts (1624), [[Barbados]] (1627) dan Nevis (1628) berhasil dibentuk.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;221.</ref> Inggris mengadopsi sistem kolonisasi negara-negara lain kemudian menerapkannya di wilayah-wilayah koloninya. Sistem yang diadopsi itu antara lain upaya [[Portugis]] dalam mengembangkan perkebunan gula di [[Brasil]] yang bergantung pada tenaga [[budak]] serta kebijakan [[Belanda]] dalam penjualan budak dan hasil penjualannya selanjutnya dibelikan gula.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;22–23.</ref> Untuk memastikan kalau keuntungan tetap di tangan Inggris, [[Parlemen Inggris]] pada tahun 1651 memutuskan hanya kapal-kapal Inggris yang boleh melakukan perdagangan di wilayah-wilayah koloninya dan perdagangan dikuasai oleh EIC. Keputusan ini menyebabkan permusuhan dengan Belanda yang membangun koloni di bagian timur, kebijakan ini pada akhirnya semakin memperkuat posisi Inggris di Amerika meskipun hal ini merugikan Belanda.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;32.</ref> Pada tahun 1655, Inggris mencaplok [[Jamaika]] dari [[Spanyol]] dan pada tahun 1666 berhasil menduduki [[Bahama]].<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;33, 43.</ref>
In [[1583]] Sir [[Humphrey Gilbert]] claimed the island of [[Newfoundland]] as England's for Elizabeth I, reinforcing John Cabot's prior claim to the island in [[1497]], for Henry VII, as England's first overseas colony. Gilbert's shipwreck prevented ensuing settlement in Newfoundland, other than the seasonal [[cod]] fishermen who had frequented the island since 1497. However, the Jamestown colonists, led by Captain [[John Smith of Jamestown|John Smith]], overcame the severe privations of the winter in 1607 to found England's first permanent overseas settlement. The empire thus took shape during the early 17th century, with the English settlement of the [[13 colonies|eastern colonies]] of [[North America]], which would later become the original [[United States]] as well as [[Canada]]'s [[Atlantic provinces]], and the colonisation of the smaller islands of the [[Caribbean]] such as [[Saint Kitts]], [[Barbados]] and [[Jamaica]].
[[Berkas:British colonies 1763-76 shepherd1923.PNG|jmpl|kiri|Peta wilayah koloni Inggris di Amerika Utara periode 1763–1776.]]
 
Permukiman permanen pertama para [[imigran]] dari Inggris di Amerika didirikan tahun 1607 di [[Jamestown, Virginia]] yang dipimpin oleh [[John Smith (pengelana)|Kapten John Smith]] dan dikelola oleh perusahaan Inggris bernama ''Virginia Company''. [[Bermuda]] dihuni dan diklaim oleh Inggris setelah adanya kapal dagang yang tenggelam di perairan Bermuda yang menggunakan bendera Inggris pada tahun 1609, kemudian pada tahun 1615, pengelolaan Bermuda diserahkan pada perusahaan Inggris yang baru, ''Somers Isles Company''.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;15–20.</ref> Hak ''Virginia Company'' dicabut pada tahun 1624 dan pengelolaan [[Virginia]] diberikan kepada kerajaan, yang selanjutnya mendirikan Koloni Virginia.<ref>[[#refAndrews1985|Andrews]], hal.&nbsp;316, 324–326.</ref> ''Newfoundland Company'' didirikan pada tahun 1610 dengan tujuan untuk menciptakan sebuah permukiman permanen di [[Newfoundland]], tetapi tidak berhasil.<ref>[[#refAndrews1985|Andrews]], hal.&nbsp;20–22.</ref> Pada tahun 1620, Inggris membentuk Koloni Plymouth sebagai tempat pembuangan bagi kelompok separatis Protestan di Inggris.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;8.</ref> Berikutnya, Inggris mulai membangun koloni-koloni berdasarkan penganut agama. Tahun 1634, [[Maryland]] didirikan sebagai permukiman bagi orang-orang yang menganut [[Katolik Roma]], [[Rhode Island]] (1636) didirikan sebagai koloni yang toleran terhadap semua agama dan [[Connecticut]] (1639) bagi para penganut [[Kongregasional]]. Sedangkan [[Carolina]] didirikan pada tahun 1663. Tahun 1664, Inggris menukar [[Suriname]] di [[Amerika Selatan]] dengan Fort Amsterdam kepada Belanda. Penukaran ini membuat Inggris menguasai koloni Belanda di Belanda-Baru (sekarang [[New York]]).<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;40.</ref> Kemudian, pada tahun 1681, Koloni [[Pennsylvania]] didirikan oleh William Penn. Secara umum, koloni-koloni di Amerika kurang sukses secara finansial dibandingkan dengan koloni Inggris di Karibia, tetapi koloni-koloni di Amerika mempunyai iklim yang sama dengan Eropa serta lahan pertanian yang luas dan subur, hal ini membuat para imigran Inggris lebih suka menetap di Amerika dibanding koloni-koloni lainnya.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;72–73.</ref>
The sugar-producing colonies of the Caribbean, where [[slavery]] became central to the economy, were at first England's most important and lucrative colonies. The American colonies provided [[tobacco]], [[cotton]], and [[rice]] in the south and naval [[materiel]] and [[Fur trade|furs]] in the north were less financially successful, but had large areas of good agricultural land and attracted far larger numbers of English emigrants.
 
[[Berkas:Slaves working in the tobacco sheds on a plantation (1670 painting).jpg|jmpl|Budak dari Afrika yang dipekerjakan di gudang tembakau di [[Virginia]] pada abad ke-17.]]
[[Image:death-wolfe.jpg|thumb|right|300px|''[[The Death of General Wolfe]]'' by [[Benjamin West]].]]
Pada tahun 1670, [[Charles II dari Inggris|Raja Charles II]] memberikan mandat kepada ''Hudson's Bay Company'' untuk [[monopoli|memonopoli]] [[perdagangan bulu]] di wilayah bagian utara yang dinamakan Dataran Rupert—hamparan luas wilayah yang nantinya akan membentuk sebagian besar [[Kanada]]. Benteng dan pos perdagangan didirikan di sana, tetapi sering diserang oleh Prancis, yang juga melakukan perdagangan bulu di [[Prancis Baru]] yang lokasinya berdekatan dengan Dataran Rupert.<ref name="buckner25">[[Imperium Britania#refBuckner2008|Buckner]], hal.&nbsp;25.</ref>
 
Dua tahun kemudian, ''Royal African Company'' ditugaskan oleh Raja Charles II untuk memonopoli pemasokan budak dari koloni Inggris di Karibia.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;37.</ref> Sejak awal, perbudakan sudah menjadi dasar dari Imperium Britania di [[Hindia Barat]]. Sampai adanya kebijakan penghapusan perdagangan budak pada tahun 1807, Inggris bertanggung jawab atas perpindahan sekitar 3,5 juta budak Afrika ke Amerika. Sepertiga dari keseluruhan budak tersebut diangkut melintasi Samudera Atlantik.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;62.</ref> Untuk memfasilitasi perdagangan ini, benteng dan pos-pos pengawasan didirikan di pantai [[Afrika Barat]] seperti Pulau James, Accra dan Pulau Bunce. Di Karibia, persentase penduduk keturunan Afrika meningkat dari 25 persen pada tahun 1650 menjadi sekitar 80 persen pada tahun 1780. Sedangkan di [[Tiga Belas Koloni]] meningkat dari 10 persen menjadi 40 persen pada periode yang sama (sebagian besar di koloni-koloni selatan).<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;228.</ref> Perdagangan budak telah menghasilkan keuntungan yang besar bagi Inggris dan menjadi andalan perekonomian bagi kota-kota di Inggris seperti [[Bristol]] dan [[Liverpool]]; yang kemudian membentuk suatu jalur perdagangan segitiga dengan Afrika dan Amerika. Kondisi kapal yang tidak higienis dalam proses pengangkutan budak serta pekerjaan yang keras dan jam kerja yang panjang mengakibatkan tingkat kematian budak sangat tinggi, rata-rata satu dari tujuh budak meninggal selama pengangkutan maupun selama bekerja.<ref>[[#refOHBEv2|Marshall]], hal.&nbsp;440–64.</ref>
England's American empire was slowly expanded by war and colonisation, England gaining control of [[New Amsterdam]] (later [[New York, New York|New York]]) via negotiations following the [[Anglo-Dutch Wars|Second Anglo-Dutch War]]. The growing American colonies pressed ever westward in search of new agricultural lands.
 
Pada tahun 1695, Parlemen [[Skotlandia]] memberikan mandat kepada ''Company of Scotland'' untuk mengkolonisasi [[Tanah Genting Panama]]. Tetapi proses kolonisasi ini tidak berhasil. Penjelajah Skotlandia dikepung oleh kolonis Spanyol di [[Granada]] dan terserang wabah [[malaria]]. Akibatnya, koloni ini ditinggalkan dua tahun kemudian. Kegagalan Skotlandia dalam pengkolonisasian Tanah Genting Panama ini (yang dikenal dengan sebutan [[Skema Darien|Bencana Darien]]) menyebabkan keruntuhan perekonomian Skotlandia sekaligus mengakhiri harapan Skotlandia untuk membentuk imperium seberang lautan sendiri.<ref>[[#refMagnusson2003|Magnusson]], hal.&nbsp;531.</ref> Peristiwa ini juga memiliki konsekuensi politik yang besar, membuat Pemerintah Inggris dan Pemerintah Skotlandia berunding mengenai penyatuan kedua negara. Hal ini terjadi pada tahun 1707 dengan disahkannya [[Undang-Undang Penyatuan 1707|Undang-Undang Penyatuan]] pembentukan [[Kerajaan Britania Raya]].<ref>[[#refMacaulay1979|Macaulay]], hal.&nbsp;509.</ref>
During the [[Seven Years' War]] the British defeated the French at the [[Plains of Abraham]] and captured all of [[New France]] in 1760, giving Britain control over the greater part of North America.
 
=== Persaingan dengan Belanda di Asia ===
Later, settlement of [[Australia]] (starting with penal colonies from 1788) and [[New Zealand]] (under the crown from 1840) created a major zone of British migration. The entire Australian continent was claimed for Britain when [[Matthew Flinders]] proved [[New Holland (Australia)|New Holland]] and [[New South Wales]] to be a single land mass by completing a circumnavigation of it in 1803. The colonies later became [[self-governing colony|self-governing colonies]] and became profitable exporters of [[wool]] and [[gold]].
[[Berkas:Fort St. George, Chennai.jpg|jmpl|ka|200px|Fort St. George yang didirikan di [[Chennai|Madras]] pada tahun 1639.]]
 
Pada akhir abad ke-16, Inggris dan Belanda mulai menentang monopoli Portugis terhadap perdagangan di Asia dengan bekerjasama membentuk kongsi dagang gabungan antara ''[[East India Company]]'' (EIC) milik Inggris dengan ''[[Vereenigde Oost-Indische Compagnie]]'' (VOC) milik Belanda pada tahun 1602. Tujuan utama dari kongsi-kongsi dagang tersebut adalah untuk menguasai pasar perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan, terutama di kawasan [[Hindia Belanda|Kepulauan Hindia Timur]] serta wilayah sentral jaringan perdagangan di Asia; India. Pada akhirnya, Inggris dan Belanda justru saling bersaing memperebutkan supremasi perdagangan di Asia dari Portugis.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;13.</ref> Meskipun Inggris pada akhirnya bisa mengimbangi posisi Belanda sebagai kekuatan kolonial, dalam waktu singkat sistem keuangan Belanda melesat lebih maju dibandingkan dengan Inggris.<ref name="ferguson19">[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;19.</ref> Serangkaian peperangan antara Belanda dengan Inggris pada abad ke-17 turut memperpanas persaingan mereka di Asia. Permusuhan antara kedua negara ini baru berhenti setelah meletusnya [[Revolusi Agung]] pada tahun 1688, yaitu saat [[William III dari Inggris|William III dari Oranye]] naik tahta menjadi raja Inggris dan mengesahkan kesepakatan damai antara Inggris dan Belanda. Kesepakatan itu menyatakan kalau Belanda berhak menguasai perdagangan rempah-rempah di [[Hindia Timur]], sedangkan Inggris mendapatkan industri tekstil di [[India]]. Meskipun demikian, industri tekstil perlahan-lahan mulai menyalip perdagangan rempah-rempah Belanda dalam hal keuntungan dan penjualan. Kemudian, pada tahun 1720, kejayaan ekonomi Belanda berhasil disusul oleh Britania.<ref name="ferguson19"/>
See also [[British colonisation of the Americas]], [[Scottish colonization of the Americas]], [[Welsh colonization of the Americas]], [[Colonial America|Colonial history of America]]
 
=== Persaingan dengan Prancis ===
==Free trade and "informal empire"==
Perdamaian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1688 menandakan bahwa kedua negara tersebut akan memasuki [[Perang Sembilan Tahun]] sebagai sekutu. Namun, perang tersebut membuat Belanda harus mencurahkan sebagian besar anggaran militernya untuk kepentingan perang, hal ini pada akhirnya membuat kekuasaan kolonial Inggris lebih kuat dari Belanda.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;441.</ref> Pada abad ke-18, Inggris (kemudian menjadi Britania Raya setelah bersatu dengan [[Skotlandia]] pada tahun 1707) berjaya sebagai kekuatan kolonial paling dominan di dunia, dan hanya Prancis yang menjadi saingan utamanya di ranah imperialisme.<ref>[[#refPagden2003|Pagden]], hal.&nbsp;90.</ref>
{{See also|Pax Britannica}}
 
[[Berkas:The Defeat of the French Fireships attacking the British Fleet at Anchor before Quebec.jpg|jmpl|kiri|200px|Kekalahan Prancis dalam Pertempuran Quebec pada tahun 1759.]]
[[Image:Yorktown80.JPG|thumb|300px|''Surrender of Cornwallis at Yorktown'' ([[John Trumbull]], 1797). The loss of the American colonies marked the end of the "first British Empire".]]
Setelah kematian Charles II dari Spanyol pada tahun 1700, tahta Spanyol beserta wilayah-wilayah koloninya jatuh ke tangan [[Philippe V dari Spanyol|Philippe dari Anjou]], cucu dari [[Louis XIV dari Prancis]]. Philippe kemudian mencetuskan ide mengenai prospek penyatuan Spanyol dan Prancis beserta wilayah koloninya masing-masing untuk membentuk suatu aliansi kolonial yang akan mengalahkan Inggris dan tak tertandingi di Eropa.<ref name="shennan11"/> Pada tahun 1701, Inggris, Portugis dan Belanda bergabung dengan [[Kekaisaran Romawi Suci]] untuk melawan Spanyol dan Prancis dalam [[Perang Suksesi Spanyol]]. Perang ini berakhir pada tahun 1713 dengan disahkannya [[Perjanjian Utrecht]],<ref name="shennan11">[[#refShennan1995|Shennan]], hal.&nbsp;11–17.</ref> yang menyatakan bahwa Kerajaan Spanyol-Prancis dibagi-bagi dan Britania mendapatkan bagian terbesar: dari Prancis, Britania mendapatkan [[Newfoundland]] dan Acadia, sedangkan dari Spanyol, Britania mendapatkan [[Gibraltar]] dan [[Menorca]]. Gibraltar (yang saat ini masih dimiliki oleh Britania Raya) dijadikan sebagai pangkalan [[angkatan laut]] penting dan memungkinkan Britania untuk mengontrol jalur perdagangan Atlantik dari dan ke [[Laut Tengah|Mediterania]]. [[Menorca]] dikembalikan kepada Spanyol dalam [[Persetujuan Amiens|Perjanjian Amiens]] pada tahun 1802 setelah dipindah-tangankan sebanyak tiga kali. Spanyol juga menyetujui untuk memberikan hak ''Asiento'', yaitu hak untuk menjual budak-budak di [[Iberia|Spanyol-Amerika]] kepada Britania.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;58.</ref>
 
[[Perang Tujuh Tahun (1756–1763)|Perang Tujuh Tahun]] yang meletus pada tahun 1756 menjadi perang pertama yang berlangsung dalam skala global. Perang ini berlangsung di [[Eropa]], [[India]], [[Amerika Utara]], [[Karibia]], [[Filipina]] dan pesisir Afrika. Penandatanganan [[Perjanjian Paris (1763)|Perjanjian Paris 1763]] yang menandai berakhirnya perang ini memiliki konsekuensi penting terhadap masa depan Imperium Britania. Di Amerika Utara, kejayaan Prancis berakhir seiring dengan diserahkannya [[Tanah Rupert|Dataran Rupert]] (Kanada) kepada Britania.<ref name="buckner25"/> Prancis juga harus merelakan [[Prancis Baru]] jatuh ke tangan Britania (meninggalkan sebagian besar penduduk berbahasa Prancis yang berada di bawah kendali Britania). Sedangkan Spanyol menyerahkan [[Florida]] dan [[Louisiana]] ke tangan Britania. Di India, setelah Perang Carnatic, Prancis memang masih menguasai [[Puducherry|India-Prancis]], tetapi dengan adanya pembatasan militer dan kewajiban untuk mendukung wilayah-wilayah koloni Britania, harapan Prancis untuk menguasai India pun berakhir.<ref>[[#refSekhara2004|Bandyopādhyāẏa]], hal.&nbsp;49–52</ref> Kemenangan Britania atas Prancis dalam [[Perang Tujuh Tahun]] menjadikannya sebagai kekuatan maritim paling kuat di dunia pada saat itu.<ref name="refpagden1">[[#refPagden2003|Pagden]], hal.&nbsp;91.</ref>
The old British colonial system began to decline in the 18th century. During the long period of unbroken [[British Whig Party|Whig]] dominance of domestic political life (1714&ndash;62), the Empire became less important and less well-regarded, until an ill-fated attempt (largely involving [[American Revolution|taxes, monopolies, and zoning]]) to reverse the resulting "salutary neglect" (or "benign neglect") provoked the [[American War of Independence]] (1775&ndash;83), depriving Britain of her most populous colonies, although British investment continued to play a major role in the United States economy until the First World War.
 
== Imperium Britania kedua (1783–1815) ==
The period is sometimes referred to as the end of the "first British Empire", indicating the shift of British expansion from the Americas in the 17th and 18th centuries to the "second British Empire" in Asia and later also Africa from the 18th century. The loss of the [[Thirteen Colonies]] showed that colonies were not necessarily particularly beneficial in economic terms, since Britain could still profit from trade with the ex-colonies without having to pay for their defence and administration.
[[Berkas:Clive.jpg|jmpl|Kemenangan Robert Clive dalam [[Pertempuran Plassey]].]]
=== Penguasaan India ===
Selama abad pertama pengoperasiannnya, ''[[British East India Company]]'' (EIC) cuma terfokus pada perdagangan di [[India]], sama sekali tidak terpikir untuk menantang [[Kesultanan Mughal]], yang memberi izin berdagang pada tahun 1617 karena posisi serta kekuasaannya di India lebih kuat dari Inggris.<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;93.</ref> Namun hal ini berubah pada abad ke-18. Ketika Kesultanan Mughal membatasi hak-hak EIC, Britania dengan EIC berjuang menjatuhkan Kesultanan Mughal—yang dibantu oleh Prancis—dalam Perang Carnatic pada periode 1740-an dan 1750-an. Dalam [[Pertempuran Plassey]] 1757, Britania yang dipimpin oleh Robert Clive berhasil menaklukkan Mughal beserta sekutu Prancisnya. Kemenangan ini menjadikan Britania sebagai penguasa serta kekuatan militer dan politik terbesar di India.<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 17.</ref> Selama [[dekade]] berikutnya, Britania secara bertahap sukses memperluas wilayah teritori yang berada di bawah kekuasaannya di India, baik dengan menguasainya secara langsung ataupun melalui penguasa lokal yang berada di bawah ancaman kekuatan tentara Britania di India.<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 18–19.</ref> [[Kemaharajaan Britania]] (sebutan untuk India Britania) akhirnya tumbuh menjadi harta yang paling berharga bagi Imperium Britania, dijuluki "permata dalam mahkota", mencakup wilayah yang lebih besar dari [[Kekaisaran Romawi]], India menjadi koloni yang paling penting bagi kekuatan Britania, sekaligus membantu mendefinisikan statusnya sebagai imperium terbesar di dunia.<ref name=Brown5>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;5.</ref>
 
=== Lepasnya Tiga Belas Koloni ===
[[Mercantilism]], the economic doctrine of competition between nations for a finite amount of wealth which had characterised the first period of colonial expansion, now gave way in Britain and elsewhere to the ''[[laissez-faire]]'' economic [[classical liberalism|liberalism]] of [[Adam Smith]] and successors like [[Richard Cobden]].
{{see|Perang Revolusi Amerika Serikat}}
Selama periode 1760-an dan 1770-an, hubungan antara [[Tiga Belas Koloni]] dan Britania menjadi semakin tegang, terutama karena Undang-Undang Stempel 1765 yang dikeluarkan oleh Parlemen Britania yang tidak konstitusional. ParlemenBritania menegaskan bahwa mereka punya hak untuk memberlakukan pajak pada para kolonis.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;84.</ref> Kolonis mengklaim bahwa karena mereka penduduk Britania, perpajakan tanpa perwakilan rakyat dianggap ilegal. Kolonis di Tiga Belas Koloni membentuk Kongres Kontinental yang bersatu dan pemerintahan bayangan di setiap koloni serta menyerukan istilah "[[tolak pajak tanpa perwakilan rakyat]]". Pemboikotan kolonis terhadap teh Inggris yang terkena pajak mendorong terjadinya peristiwa [[Pesta Teh Boston]] pada tahun 1773. Perselisihan demi perselisihan pada akhirnya mengakibatkan terjadinya [[Revolusi Amerika Serikat|Revolusi Amerika]] dan pecahnya [[Perang Revolusi Amerika Serikat|Perang Revolusi]] pada tahun 1775. Tahun berikutnya, koloni menyatakan kemerdekaan atas Britania dan dengan bantuan dari Prancis, Tiga Belas Koloni akhirnya berhasil memenangkan perang pada tahun 1783 dan kemudian mendirikan [[Amerika Serikat]].<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;90.</ref>
 
[[Berkas:01 б Битва при Принстоне.jpg|jmpl|kiri|''Tewasnya Jenderal Mercer dalam Pertempuran Princeton'' oleh [[John Trumbull]]. Lepasnya [[Tiga Belas Koloni]] di Amerika Utara menandai berakhirnya Imperium Britania pertama.]]
The lesson of Britain's North American loss &mdash; that trade might be profitable in the absence of [[colony|colonial]] rule &mdash; contributed to the extension in the 1840s and 1850s of [[self-governing colony]] status to white settler colonies in [[Canada]] and [[Australasia]] whose British or European inhabitants were seen as outposts of the "mother country". Ireland was treated differently because of its geographic proximity, and incorporated into the [[United Kingdom of Great Britain and Ireland]] in 1801, which was a result of the [[Irish Rebellion of 1798]] against British rule.
 
Lepasnya koloni-koloni Britania yang paling padat penduduknya di Amerika Utara oleh para [[sejarawan]] didefinisikan sebagai masa peralihan dari "Imperium Britania pertama" ke "Imperium Britania kedua".<ref>[[#refOHBEv1|Canny]], hal.&nbsp;92.</ref> Sejak itu, Britania mengalihkan perhatiannya pada koloni-koloninya yang tersebar di Asia, Pasifik dan Afrika. Tahun 1776, [[Adam Smith]] lewat bukunya yang berjudul ''[[An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations|The Wealth of Nations]]'' menyatakan kritik terhadap [[merkantilisme]]. Menurut Smith, ekonomi pasar merupakan sumber utama kemajuan, kerja sama, dan kesejahteraan, sementara campur tangan politik dan peraturan pemerintah merupakan hal yang tidak ekonomis, kemunduran, dan dapat menyebabkan konflik.<ref name="refpagden1"/><ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;120.</ref> Pertumbuhan perdagangan antara Amerika Serikat sebagai negara yang baru merdeka dengan Britania Raya sebagai negara tua sejak tahun 1783 membuktikan teori Smith bahwa kontrol politik tidak diperlukan untuk keberhasilan ekonomi.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;119.</ref><ref>[[#refOHBEv2|Marshall]], hal.&nbsp;585.</ref> Ketegangan antara kedua negara ini meningkat selama berlangsungnya [[Peperangan era Napoleon|Perang Napoleon]]. Britania berusaha untuk memutuskan hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Prancis. Pada tahun 1812, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Britania, dan kedua negara tersebut saling menyerbu. Namun, konflik lebih lanjut di antara kedua negara itu berhasil dicegah dengan disahkannya [[Traktat Ghent]] pada tahun 1815.<ref>[[#refLatimer|Latimer]], hal.&nbsp;8, 30–34, 389–92.</ref>
During this period, Britain also outlawed the [[slave trade]] (1807) and soon began enforcing this principle on other nations. By the mid-19th century Britain had largely eradicated the world slave trade. [[Slavery]] itself was abolished in the British colonies in 1834, though the phenomenon of [[indentured servant|indentured labour]] retained much of its oppressive character until 1920.
 
Serangkaian peristiwa yang terjadi di [[Amerika Serikat]] turut mempengaruhi kebijakan Britania di [[Kanada]].<ref>[[#refZolberg2006|Zolberg]], hal.&nbsp;496.</ref> Sekitar 40.000 hingga 100.000 [[Loyalis (Revolusi Amerika)|Loyalis]] yang telah kalah bermigrasi ke Kanada setelah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat.<ref>[[#refGames2002|Games]], hal.&nbsp;46–48.</ref> Kurang lebih 14.000 Loyalis menetap di sepanjang sungai Saint John dan Saint Croix (sekarang bagian dari [[Nova Scotia]]). Tetapi mereka menganggap kalau lokasinya terlalu jauh dari pusat pemerintahan provinsi di Halifax. Oleh sebab itu, Britania kemudian memekarkan [[New Brunswick]] menjadi satu koloni terpisah pada tahun 1784.<ref>[[#refKelley2010|Kelley & Trebilcock]], hal.&nbsp;43.</ref> Undang-Undang Konstitusi 1791 disahkan untuk membagi Kanada jadi dua bagian, yaitu Provinsi [[Kanada Hulu]] (untuk penduduk [[bahasa Inggris|berbahasa Inggris]]) dan [[Kanada Hilir]] (untuk penduduk [[bahasa Prancis|berbahasa Prancis]]) dengan tujuan meredakan ketegangan antara komunitas Prancis dan komunitas Inggris di Kanada. [[Sistem pemerintahan]] yang diterapkan di Kanada harus berpedoman pada Britania Raya untuk menegaskan kewenangan imperialisnya dan segala jenis kontrol pemerintahan yang dianggap sebagai penyebab Revolusi Amerika tidak diijinkan.<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;28.</ref>
The end of the old colonial and slave systems was accompanied by the adoption of [[free trade]], culminating in the repeal of the [[Corn Laws]] and [[Navigation Acts]] in the 1840s. Free trade opened the British market to unfettered competition, stimulating reciprocal action by other countries during the middle quarters of the 19th century.
 
=== Penjelajahan Pasifik ===
[[Image:Sadler, Battle of Waterloo.jpg|thumb|350px|left|The [[Battle of Waterloo]] marked the end of the [[Napoleonic Wars]] and the beginning of the ''[[Pax Britannica]]''.]]
[[Berkas:Captainjamescookportrait.jpg|jmpl|160px|[[James Cook]], penjelajah Inggris yang menemukan pantai timur di benua selatan baru bernama [[Australia]].]]
Sejak tahun 1718, pembuangan orang-orang Britania ke koloni-koloni di Amerika Utara telah menjadi suatu bentuk hukuman bagi berbagai tindak pidana di Britania. Ribuan orang buangan diangkut setiap tahunnya melewati [[Samudera Atlantik|Atlantik]].<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;20.</ref> Tetapi setelah lepasnya Tiga Belas Koloni pada tahun 1783, Britania dipaksa untuk mencari lokasi alternatif sebagai tempat pembuangan baru bagi orang-orang tahanan. Kemudian, Britania berpaling ke daratan di selatan yang baru ditemukan bernama [[Australia]].<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 20–21.</ref> Pantai barat Australia sebenarnya telah ditemukan oleh seorang penjelajah [[Belanda]] bernama [[Willem Janszoon]] pada tahun 1606 yang kemudian dinamakannya Belanda Baru, tetapi tidak ada usaha lebih lanjut untuk membangun koloni di sana sampai pada tahun 1770, [[James Cook]] menemukan pantai timur Australia dalam perjalanannya menuju [[Samudera Pasifik|Samudera Pasifik Selatan]]. Cook mengklaim benua tersebut atas nama Britania dan menamakannya [[New South Wales]].<ref>[[#refPeters2006|Peters]], hal.&nbsp;5–23.</ref> Pada tahun 1778, [[Joseph Banks]], seorang [[ahli botani]] yang ikut serta dalam pelayaran bersama Cook memberi saran kepada Pemerintah Britania supaya Australia dijadikan sebagai [[koloni tahanan]] yang baru. Selanjutnya, pada tahun 1787, pengiriman perdana para tahanan dari Britania dilakukan dan sampai di New South Wales pada tahun 1788.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;142.</ref> Britania terus mengirim para tahanan ke New South Wales hingga tahun 1840.<ref>[[#refBrittain|''Brittain and the Dominions'']], hal.&nbsp;159.</ref> Seiring perkembangannya, koloni Australia akhirnya menjadi koloni yang sangat menguntungkan, terutama karena produksi wol dan tambang emasnya,<ref>[[#refFieldhouse1999|Fieldhouse]], hal. 145–149</ref> yang turut didukung oleh adanya "demam emas" yang sedang berlangsung di koloni-koloni Victoria. Hal ini menjadikan [[Melbourne]] sebagai kota terkaya di dunia pada saat itu,<ref name="RobertCervero320">{{cite book|last=Cervero|first=Robert B.|title=The Transit Metropolis: A Global Inquiry|url=https://archive.org/details/transitmetropoli0000cerv|publisher=Island Press|year=1998|location=Chicago|page=[https://archive.org/details/transitmetropoli0000cerv/page/320 320]|isbn=1-55963-591-6}}</ref> sekaligus kota terbesar kedua (setelah [[London]]) dalam Imperium Britania.<ref>Statesmen's Year Book 1889</ref>
 
Dalam perjalanannya, Cook juga mengunjungi [[Selandia Baru]], yang ditemukan pertama kali pada tahun 1642 oleh penjelajah Belanda bernama [[Abel Tasman]]. Cook kemudian mengklaim pulau-pulau di [[Pulau Utara|Utara]] dan di [[Pulau Selatan|Selatan]] atas nama [[Kerajaan Britania Raya (1707–1800)|Kerajaan Britania Raya]] pada tahun 1769 dan 1770. Awalnya, interaksi antara [[Suku Māori]]; penduduk asli Selandia Baru dengan orang-orang Eropa terbatas hanya pada transaksi perdagangan.Tetapi, permukiman bagi orang-orang Eropa makin diperluas selama dekade awal abad ke-19 dan pos-pos perdagangan banyak didirikan, terutama di [[Pulau Utara]]. Pada tahun 1839, perusahaan Britania bernama ''New Zealand Company'' menyatakan rencananya untuk membeli lahan yang luas dan mendirikan koloni di Selandia Baru. Pada tanggal 6 Februari 1840, William Hobson dan sekitar 40 orang tokoh adat Māori menandatangani [[Perjanjian Waitangi]].<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 45.</ref> Perjanjian ini dianggap sebagai dokumen awal pendirian negara Selandia Baru,<ref>{{Cite web|url=http://www.nzhistory.net.nz/politics/treaty/waitangi-day|title=Waitangi Day|publisher=History Group, New Zealand Ministry for Culture and Heritage|accessdate=13 December 2008}}</ref> namun penafsiran terhadap teks perjanjian versi Britania dan versi Māori amat berbeda, sehingga tidak ada kesepakatan pada masalah yang telah disetujui dan terus menerus menjadi sumber sengketa hingga saat ini.<ref>[[#refMeinSmith|Mein Smith]], hal.&nbsp;49.</ref><ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;579.</ref>
Some argue that the rise of free trade merely reflected Britain's economic position and was unconnected with any true philosophical conviction. Despite the earlier loss of 13 of Britain's [[British colonisation of the Americas|North American colonies]], the final defeat in [[Europe]] of [[Napoleon I of France|Napoleonic]] [[France]] in 1815 left Britain the most successful international [[power (international)|power]]. While the [[Industrial Revolution]] at home gave her an unrivalled economic leadership, the [[Royal Navy]] dominated the seas. The distraction of rival powers by European matters enabled Britain to pursue a phase of expansion of her economic and political influence through "informal empire" underpinned by [[free trade]] and strategic preeminence.
 
=== Peperangan dengan Napoleon ===
Between the [[Congress of Vienna]] of 1815 and the [[Franco-Prussian War]] of 1870, Britain was the world's sole industrialised power, with over 30% of the global industrial output in 1870. As the "workshop of the world", Britain could produce finished manufactures so efficiently and cheaply that they could undersell comparable locally produced goods in foreign markets. Given stable political conditions in particular overseas markets, Britain could prosper through free trade alone without having to resort to formal rule. In the Americas the informal British trade empire was backed by the shared interests of Britain in the tenets of the United States' [[Monroe Doctrine]], which declared that the New World was no longer open to colonisation or political interference by Europeans. As the United States did not yet have the military strength to enforce this doctrine, the British were largely left with a free hand to enter the new markets in Latin America created after independence from Spain and Portugal, and British commercial supremacy lasted until the outbreak of World War I. <ref>Britain and Latin America, Alan Knight, The Oxford History of the British Empire, Volume III</ref>
{{main|Peperangan era Napoleon}}
[[Berkas:Sadler, Battle of Waterloo.jpg|jmpl|kiri|[[Pertempuran Waterloo]] yang berakhir dengan kekalahan [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]].]]
Britania sekali lagi ditantang oleh Prancis di bawah pemerintahan [[Napoleon Bonaparte]]. Tetapi tidak seperti perang-perang sebelumnya, perang kali ini lebih merupakan suatu kontes ideologi antar kedua negara.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;152.</ref> Perang ini tidak hanya mengancam posisi Britania sebagai pemimpin di kancah imperialisme dunia, tetapi Napoleon mengancam akan menyerang Britania sendiri, seperti yang telah dilakukan oleh pasukannya terhadap negara-negara lainnya di [[Benua Eropa]].<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;161.</ref>
 
Perang Napoleon adalah peperangan pertama yang membuat Britania benar-benar harus menginvestasikan modal dan sumber daya dalam jumlah besar supaya bisa memenangkan peperangan. [[Pelabuhan]] Prancis berhasil diblokade oleh [[Angkatan Laut Britania Raya]], yang selanjutnya menjadi penentu kemenangan Britania atas armada Prancis-Spanyol dalam [[Pertempuran Trafalgar]] pada tahun 1805. Koloni seberang lautan Britania diserang dan diduduki, termasuk pemberian Belanda, yang dianeksasi oleh Napoleon pada tahun 1810. Prancis akhirnya berhasil dikalahkan oleh koalisi tentara Eropa pada tahun 1814.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;115–118.</ref> Setelah kekalahan Napoleon, Britania lagi-lagi memperoleh keuntungan besar dari hasil perjanjian damai: Prancis menyerahkan [[Kepulauan Ionia Serikat|Kepulauan Ionia]], [[Malta]] (yang diduduki pada tahun 1797 dan 1798), [[Mauritius]], [[St. Lucia]], dan [[Tobago]]. Sedangkan Spanyol menyerahkan [[Trinidad]], [[Guyana|Guyana Belanda]] dan [[Afrika Selatan|Koloni Cape]]. Sementara itu, Britania mengembalikan [[Guadeloupe]], [[Martinique]], [[Guyana|Guyana Prancis]] dan [[Réunion]] kepada Prancis serta [[Jawa]] dan [[Suriname]] kepada Belanda.<ref name="refjames182">[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;165.</ref>
==British East India Company==
[[Berkas:George Francis Joseph - Sir Thomas Stamford Bingley Raffles.jpg|jmpl|150px|[[Sir Thomas Stamford Bingley Raffles]].]]
{{Main|British East India Company}}
 
=== Pendudukan Hindia Belanda ===
The British East India Company was probably the most successful chapter in the British Empire's history as it was responsible for the annexation of most of the [[Indian subcontinent]], which would become the British Empire's largest source of revenue, along with the conquest of [[Hong Kong]], [[Singapore]], [[Ceylon]], [[Malaya]] (which was also one of the largest sources of revenue) and other surrounding Asian countries, and was thus responsible for establishing Britain's Asian empire, the most important component of the British Empire.
Pada tahun 1811, tentara Britania melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda, termasuk [[Hindia Timur]] atau yang lebih dikenal dengan [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Pasukan Britania tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda. Selain itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di [[Jawa]]. Serangan itu menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Britania.<ref>{{Cite book|last=Sutrisno|first=Sulastin|year=2001|title=Dari lima penjajahan menuju zaman kemerdekaan|publisher=Indira|isbn=}}</ref> Oleh sebab itu, sejak tahun 1811 Hindia Timur menjadi jajahan Britania Raya dengan kongsi dagang EIC nya yang dipimpin oleh [[Gubernur-Jenderal]] [[Lord Minto]]. Lord Minto kemudian mengangkat [[Thomas Stamford Raffles]] sebagai pemegang kekuasaan atas Pulau Jawa dengan pangkat Wakil Gubernur Jenderal.<ref>{{Cite book|last=Notosusanto|first=Nugroho|year=1994|title=Sejarah nasional Indonesia I|publisher=Depdikbud|isbn=}}</ref>
 
Peristiwa yang terjadi di Eropa selanjutnya turut memengaruhi kekuasaan Britania di Hindia Timur. Napoleon berhasil dikalahkan dalam [[Pertempuran Leipzig]]. Sebagai dampak dari kekalahan Napoleon, pada tahun 1814 Britania harus mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda yang pernah dikuasainya melalui [[Perjanjian London]]. Raffles tidak setuju atas keputusan-keputusan itu.<ref>[[#refSutrisno|Sutrisno]], hal.&nbsp;46.</ref> Ia meletakkan jabatannya dan kemudian digantikan oleh Wakil Gubernur Jenderal [[John Fendall]]. Pada tahun 1816, Fendall menyerahkan Hindia Timur kembali kepada Belanda.<ref>[[#refNotosusanto|Notosusanto]], hal.&nbsp;34.</ref>
The British East India Company originally began as a joint-stock company of traders and investors based in [[Leadenhall Street]], in the [[City of London]], which was granted a [[Royal Charter]] by [[Elizabeth I of England|Elizabeth I]] in 1600, with the intent to favour trade privileges in [[History of India|India]]. The Royal Charter effectively gave the newly created ''Honourable East India Company'' a monopoly on all trade with the [[East Indies]]. The Company transformed from a commercial trading venture to one which virtually ruled India as it acquired auxiliary governmental and military functions, along with a very large private army consisting of local Indian [[sepoys]], who were loyal to their British commanders and were an important factor in Britain's Asian conquest. The British East India Company is regarded by some as the world's first [[multinational corporation]]. Its territorial holdings were subsumed by the British crown in 1858, in the aftermath of the events variously referred to as the [[Sepoy Rebellion]] or the [[Indian Mutiny]]. <sup>[http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FQP/is_4718_133/ai_n8694155]</sup>
 
=== Penghapusan sistem perbudakan ===
After the fall of [[Mughal Empire]], there was no single entity that administered the Indian subcontinent. The area was a patchwork of a multitude of kingdoms. The only common bonds were those of religion as most of the population followed either Hinduism or Islam.
Di bawah tekanan yang meningkat dari gerakan [[abolisionisme]], Pemerintah Britania Raya mengesahkan [[Undang-Undang Perdagangan Budak 1807]] yang menghapuskan [[Perbudakan|perdagangan budak]] di Imperium Britania. Pada tahun 1808, [[Sierra Leone]] ditetapkan sebagai koloni Britania pertama yang secara resmi membebaskan semua budak.<ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;14.</ref> Undang-Undang Penghapusan Perbudakan disahkan pada tahun 1833, dan pada 1 Agustus 1834, sistem perbudakan secara resmi dihapuskan di segenap koloni Britania di seluruh dunia (kecuali [[St. Helena]], [[Sri Lanka]], dan koloni yang dikelola oleh EIC, meskipun pada akhirnya pengecualian ini dicabut). Menurut Undang-Undang Penghapusan Perbudakan, para budak diberi kebebasan dan [[emansipasi]] penuh setelah "magang" selama 4 sampai 6 tahun.<ref>[[#refHinks|Hinks]], hal.&nbsp;129.</ref>
 
== Era keemasan Imperium Britania (1815–1914) ==
It may be noted here that there was no political entity called India at that time. The Indian subcontinent was a patchwork of many kingdoms, and unlike in Europe, there was no concept of the State as a political institution anywhere in this expanse of land. It was indeed with the absorption of British and western ideas that the concept of India as a single nation arose, much later in time.
{{see also|Revolusi Industri}}
[[Berkas:British Empire 1897.jpg|jmpl|320px|Imperium Britania pada tahun 1897 ditandai dengan warna merah muda, warna tradisional kekuasaan Imperium Britania pada peta.]]
[[Berkas:Destroying Chinese war junks, by E. Duncan (1843).jpg|jmpl|250px|''Penghancuran kapal perang Cina dalam [[Perang Candu Pertama]]'' oleh E. Duncan.]]
 
Periode antara tahun 1815 sampai 1914 disebut oleh beberapa [[sejarawan]] sebagai "era keemasan Imperium Britania",<ref>[[#refHyam2002|Hyam]], hal.&nbsp;1.</ref><ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;71.</ref> ketika lebih dari 10.000.000 mil persegi (26.000.000&nbsp;km<sup>2</sup>) luas wilayah dan sekitar 400 juta penduduk menjadi bagian dari Imperium Britania.<ref>[[#refParsons|Parsons]], hal.&nbsp;3.</ref> Kekalahan [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]] pada tahun 1815 membuat Britania tidak memiliki saingan yang berarti, kecuali [[Rusia]] di [[Asia Tengah]].<ref name="#refOHBEv3|Porter, hal. 401">[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;401.</ref> Menjadi yang tak terkalahkan di lautan, Britania kemudian menobatkan dirinya sebagai polisi dunia, yang selanjutnya dikenal sebagai ''[[Pax Britannica]]''.<ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;332.</ref> Bersamaan dengan hak kontrol tidak resmi yang dimilikinya, posisi Britania yang dominan dalam perdagangan dunia berarti bahwa secara efektif Britania bisa mengendalikan perekonomian dari banyak negara, seperti [[Tiongkok]], [[Argentina]], dan Siam ([[Thailand]]). Kondisi ini oleh para sejarawan disebut sebagai "imperium informal".<ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;8.</ref><ref>[[#refMarshall|Marshall]], hal.&nbsp;156–57.</ref>
Thus, until the establishment of a single administrative and gubernatorial entity by the British, the word India must be taken to represent nothing more than a catchall term for the peninsula south of the Himalayas.
 
Era keemasan Imperium Britania didukung oleh berbagai penemuan teknologi selama masa [[Revolusi Industri]] seperti [[kapal uap]] dan [[telegraf]]. Berbagai teknologi baru yang diciptakan pada paruh kedua abad ke-19 memungkinkan Britania untuk mengontrol dan mempertahankan kejayaan imperiumnya. Pada tahun 1902, koloni-koloni di Imperium Britania bisa saling terhubung berkat adanya penemuan jaringan kabel telegraf yang bernama ''"All Red Line"''.<ref>[[#refDalziel2006|Dalziel]], hal.&nbsp;88–91.</ref>
The Company also had interests along the routes to India from [[Great Britain]]. As early as 1620, the company attempted to lay claim to the [[Table Mountain]] region in [[South Africa]], and later it occupied and ruled [[St Helena]]. Other events of note were The Company's colonization of [[Hong Kong]] and [[Singapore]], the employment of infamous [[Captain Kidd]] to combat [[piracy]], the cultivation and production of [[tea]] in [[India]], the sequestoring of [[Napoleon]] [[Buonaparte]] captive on [[Saint Helena]], and it earned the dubious distinction of having its products be the target of the [[Boston Tea Party]] in [[Colonial America]] which was a very influential factor in the minds of many colonials leading up to the [[American Revolution]]. Company "executives" (i.e., leadership, important and influential people within the Company's structure) often amassed large personal fortunes, such [[Elihu Yale]], for whom [[Yale University]] in [[New Haven, CT]] is named in gratitude for a large contribution made by Yale to the school.
 
=== ''East India Company'' di Asia ===
In 1615, Sir [[Thomas Roe]] was instructed by [[James I of England|James I]] to visit the [[Mughal Empire|Mughal]] [[Mughal Emperor|Emperor]] [[Jahangir]] (who ruled over most of the [[Indian subcontinent]] at the time, along with [[Afghanistan]] and parts of eastern [[Iran|Persia]]). The purpose of this mission was to arrange for a commercial treaty which would give the Company exclusive rights to reside and build factories in [[Surat]] and other areas. In return, the Company offered to provide to the emperor goods and rarities from the European market. This mission was highly successful and Jahangir sent a letter to the King through Sir Thomas. The British East India Company found itself completely dominant over the French, Dutch and Portuguese trading companies in the [[Indian subcontinent]] as a result. In 1634, the Mughal emperor [[Shah Jahan]] extended his hospitality to the English traders to the region of [[Bengal]], which had the world's largest textile industry at the time. In 1717, the Mughal Emperor at the time completely waived customs duties for the trade, giving the Company a decided commercial advantage in the Indian trade. By the 1680's the Company's revenues were large enough that it was able to raise its own army, comprised mainly of indigenous Indian people who were placed under the command of British officers who were primarily English or Scottish. Such Indian soldiers were called [[sepoys]].
{{see also|Kemaharajaan Britania|East India Company|Perang Candu}}
[[Berkas:Victoria Disraeli cartoon.jpg|kiri|jmpl|lurus|[[Kartun]] yang menggambarkan [[Benjamin Disraeli]] memberi [[Ratu Victoria]] mahkota baru ketika ia dinobatkan sebagai Maharani India.]]
 
''[[East India Company]]'' (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur secara tidak langsung telah ikut berperan serta dalam mendukung kejayaan Imperium Britania di [[Asia]]. Tentara EIC pertama kali bergabung dengan [[Angkatan Laut Britania Raya|Angkatan Laut Britania]] saat terjadinya [[Perang Tujuh Tahun]], dan kemudian terus bekerja sama dalam berbagai pertempuran di luar India, di antaranya: pengusiran Napoleon dari [[Mesir]] (1799), pengambilalihan [[Jawa]] dari Belanda (1811), akuisisi [[Singapura]] (1819) dan [[Malaka]] (1824) serta pendudukan [[Birma]] (1826).<ref name="#refOHBEv3|Porter, hal. 401"/>
===Expansion===
[[Image:Clive.jpg|250px|thumb|300px|[[Robert Clive]]'s victory at the [[Battle of Plassey]] established the Company as a military as well as a commercial power.]]
 
Berawal dari basis di [[India]], sejak tahun 1730 EIC lambat laun mulai melebarkan jalur perdagangannya dengan merambah perdagangan [[opium]] (candu) dengan [[Tiongkok]]. Perdagangan ini sangat menguntungkan namun ilegal karena dilarang oleh [[Dinasti Qing]] sejak tahun 1729. Perdagangan opium ini membantu mengembalikan ketidakseimbangan perdagangan Britania akibat impor [[teh]] yang tidak menghasilkan keuntungan di Tiongkok.<ref>[[#refMartin2007|Martin]], hal.&nbsp;146–148.</ref> Pada tahun 1839, sekitar 20.000 peti candu Britania disita oleh Pemerintah Tiongkok, yang memicu meletusnya [[Perang Candu Pertama]]. Tiongkok kalah dalam perang ini, kemudian berdasarkan hasil [[Perjanjian Nanjing]], [[Hong Kong]] diserahkan kepada Britania.<ref>[[#refJanin1999|Janin]], hal.&nbsp;28.</ref>
The decline of the [[Mughal Empire]], which had separated into many smaller states controlled by local rulers who were often in conflict with one another, allowed the Company to expand its territories, which began in 1757, when the Company came into conflict with the [[Nawab]] of [[Bengal]], [[Siraj Ud Daulah]]. Under the leadership of [[Robert Clive]], the Company troops and their local allies defeated the Nawab on [[23 June]] [[1757]] at the [[Battle of Plassey]], mostly because of the treachery of the Nawab's former army chief [[Mir Jafar]]. This victory, which resulted in the conquest of Bengal, established the British East India Company as both a military and commercial power. This event is widely regarded as the beginning of British rule in India. The wealth gained from the Bengal treasury allowed the Company to strengthen its military might significantly. This army (comprised mostly of Indian soldiers, called [[sepoys]], and led by British officers) conquered most of India's geographic and political regions by the mid 19th century and thus the Company's territories were substantially augmented.
 
Pada tahun 1857, di India terjadi [[Pemberontakan Sepoy]] yang dilakukan oleh prajurit-prajurit India (sepoy) yang berada di bawah kekuasaan EIC. Pemberontakan ini berkembang dan meluas menjadi pemberontakan penduduk di dataran [[Gangga]] hulu dan India Tengah dan berakhir dengan pembubaran EIC serta kekuasaan di India dijalankan secara langsung oleh [[Kerajaan Britania Raya]].<ref>[[#refParsons|Parsons]], hal.&nbsp;44–46.</ref> Pemberontakan ini memakan waktu enam bulan sebelum berhasil ditumpas dan memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Setelah pemberontakan usai, [[Kerajaan Britania Raya|Monarki Britania]] memegang kendali langsung atas India, membawa India memasuki periode yang dikenal sebagai Kemaharajaan Britania ''(British Raj)'' dengan seorang gubernur jenderal ditunjuk oleh Pemerintah Britania untuk membawahi India dan [[Ratu Victoria]] dinobatkan sebagai [[Kaisar India|Maharani India]]. EIC dibubarkan pada tahun berikutnya.<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 50–57.</ref>
The Company fought many wars with local Indian rulers during its conquest of India, the most difficult being the four [[Anglo-Mysore Wars]] (between 1766 and 1799) against the [[South India]]n [[Kingdom of Mysore]] ruled by [[Hyder Ali]], and later his son [[Tipu Sultan]] (''The Tiger of Mysore'') who developed the use of rockets in warfare. Mysore was only defeated in the [[Fourth Anglo-Mysore War]] by the combined forces of Britain and of Mysore's neighbours, for which Hyder Ali and especially Tipu Sultan are remembered in India as legendary rulers. There were a number of other states which the Company could not conquer through military might, mostly in the North, where the Company's presence was ever increasing amidst the internal conflict and dubious offers of protection against one another. Coercive action, threats and diplomacy aided the Company in preventing the local rulers from putting up a united struggle against British rule. By the 1850's the Company ruled over most of the Indian subcontinent and as a result, the Company began to function more as a nation and less as a trading concern.
 
India mengalami serangkaian kegagalan panen serius pada akhir abad ke-19, menyebabkan [[Bencana kelaparan besar 1876–78|bencana kelaparan]] yang meluas ke seantero negeri dan diperkirakan lebih dari 15 juta orang meninggal akibat kelaparan. EIC telah gagal mengimplementasikan kebijakan dan kontrol yang terkoordinasi untuk menangani kelaparan selama periode kekuasaannya. Hal ini berusaha diubah selama masa [[Kemaharajaan Britania]], sebuah komisi khusus dibentuk untuk mengatasi dan menerapkan kebijakan baru dalam pengentasan kelaparan, yang memakan waktu hingga awal 1900-an supaya bisa menghasilkan efek.<ref>[[#refMarshall|Marshall]], hal.&nbsp;133–34.</ref>
The Company was also responsible for the illegal [[opium trade]] with [[China]] against the [[Qing]] Emperor's will, which later led to the two [[Opium Wars]] (between 1834 and 1860). As a result of the Company's victory in the [[First Opium War]], it established [[Hong Kong]] as a British territory. The Company also had a number of wars with other surrounding Asian countries, the most difficult probably being the three [[Anglo-Afghan Wars]] (between 1839 and 1919) against [[Afghanistan]], which were mostly unsuccessful from the British perspective.
[[Berkas:Russo-British skirmish during Crimean War.png|jmpl|150px|Tentara Rusia dan tentara Britania dalam [[Perang Krimea]].]]
 
=== Persaingan dengan Rusia ===
:''See: '''[[Company rule in India]]''' in the [[History of South Asia]] series for the history of the Company's rule in India between 1757 and 1857.''
{{main|Permainan Besar}}
Sepanjang abad ke-19, Britania dan [[Rusia]] saling bersaing untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan olah [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]], [[Persia]] dan [[Dinasti Qing]]. Persaingan di [[Eurasia]] ini oleh Arthur Connolly disebut sebagai [[Permainan Besar]] ''(The Great Game)''.<ref>[[#refHopkirk1992|Hopkirk]], hal.&nbsp;1–12.</ref> Kekalahan yang diderita oleh Rusia di Persia dan [[Turki]] memunculkan kekhawatiran Britania akan ambisi imperialis Rusia untuk menguasai [[Asia Tengah]] dan ketakutan akan adanya invasi darat Rusia ke India.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;181.</ref> Pada tahun 1839, Britania mendahului Rusia dengan menginvasi [[Afganistan]], yang memicu meletusnya [[Perang Inggris-Afganistan Pertama|Perang Inggris-Afganistan]], tetapi perang ini adalah bencana bagi Britania.<ref name="refjames182"/> Saat Rusia menginvasi [[Balkan]] pada tahun 1853, kekhawatiran akan adanya dominasi Rusia di [[Laut Tengah|Mediterania]] dan [[Timur Tengah]] memicu Britania dan [[Prancis]] untuk menyerang [[Semenanjung Krimea]] dan melumpuhkan Angkatan Laut Rusia.<ref name="refjames182"/> Peristiwa ini memicu berkobarnya [[Perang Krimea]] yang meletus pada tahun 1854-1856 antara [[Kekaisaran Rusia]] melawan sekutu yang terdiri dari Britania, Prancis, [[Kerajaan Sardinia]], dan [[Kesultanan Utsmaniyah]]. Perang ini dianggap sebagai perang modern pertama dalam sejarah dunia, baik dari segi teknik maupun penggunaan senjata,<ref>[[#refRoyle2000|Royle]], preface.</ref> dan merupakan satu-satunya [[Perang Dunia|perang global]] yang terjadi antara Britania dengan [[imperium]] lainnya selama masa ''Pax Britannica''. Perang ini berhasil dimenangkan dengan gemilang oleh Britania dan sekutunya.<ref name="refjames182"/> Setelah perang usai, situasi di Asia Tengah tetap tidak terselesaikan selama dua dekade lebih. Britania mencaplok [[Baluchistan]] pada tahun 1876 dan Rusia menguasai [[Kirghizia]], [[Kazakhstan]] dan [[Turkmenistan]]. Untuk sementara waktu, perang lain antar kedua negara tersebut memang bisa dihindari, tetapi di sisi lain terjadi perebutan supremasi antar kedua belah pihak di Asia Tengah, terutama dalam penyebaran pengaruh dan ideologi politiknya masing-masing. Kesepakatan antara Britania dan Rusia baru benar-benar bisa tercapai setelah ditetapkannya batas-batas kekuasaan kedua negara dalam Perjanjian Britania-Rusia pada tahun 1907.<ref>{{cite journal|last=Williams|first=Beryl J.|title=The Strategic Background to the Anglo-Russian Entente of August 1907|journal=The Historical Journal|year=1966|volume=9|pages=360–373 |jstor=2637986|doi=10.1017/S0018246X00026698|issue=03}}</ref> Lumpuhnya Angkatan Laut Rusia dalam [[Pertempuran Port Arthur]] saat terjadinya [[Perang Rusia-Jepang]] juga semakin memperbesar peluang Britania dalam menguasai Asia.<ref name="hodge47">[[#refhodge47|Hodge]], hal.&nbsp;47.</ref>
 
===Collapse Dari Cape ke Kairo ===
{{see also|Perebutan Afrika}}
The Company's rule effectively came to an end exactly a century after its victory at Plassey. The [[Indian Mutiny]] of 1857 occurred when the Company's Indian [[sepoy]]s rebelled against their British commanders, likely because of political unrest that was triggered by several political events. One such event that surely seemed trivial to the Company at the time, but that turned out to have dire consequences, was the Company's introduction of the [[P53 Enfield|Pattern 1853 Enfield]] rifle. Its gunpowder containing paper cartridges were claimed to be lubricated with animal fat and had to be bitten open before the powder was poured into the muzzle. Eating cow or pig fat was forbidden for religious reasons for the vast majority of the soldiers. Beef products were forbidden for the Hindu majority, likewise pork for the large Muslim minority.
[[Berkas:Punch Rhodes Colossus.png|jmpl|kiri|''Raksasa Rhodes''—[[Cecil Rhodes]] "melangkah" dari Cape ke Kairo.]]
Belanda sebenarnya telah mendirikan [[Koloni Tanjung Belanda|Koloni Cape]] di ujung selatan [[Afrika]] pada tahun 1652 sebagai pos persinggahan bagi kapal-kapalnya yang sedang dalam perjalanan ke [[Hindia Timur]]. Namun, Britania secara resmi mengakuisisi Koloni Cape pada tahun 1806—termasuk [[Bangsa Boer]] yang berdiam di sana—setelah mendudukinya pada tahun 1795 untuk mencegah koloni tersebut jatuh ke tangan Prancis yang pada saat itu berhasil mengalahkan Belanda.<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;85.</ref> Para imigran dari Kepulauan Britania mulai berdatangan sejak tahun 1820. Hal ini memicu menyingkirnya ribuan Bangsa Boer yang tidak setuju dengan hukum Britania ke arah utara dan mendirikan negara republik bebas sendiri (kebanyakan tidak bertahan lama) pada periode 1830-an sampai awal 1840-an.<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;85–86.</ref> Dalam prosesnya, Bangsa Boer berulang kali bentrok dengan tentara Britania, yang memiliki agenda sendiri sehubungan dengan ekspansi kolonial di [[Afrika Selatan]] dan menguasai permukiman bangsa-bangsa asli Afrika, termasuk Bangsa Sotho dan [[Zulu]]. Pada akhirnya, Bangsa Boer berhasil mendirikan dua negara republik baru yang memiliki umur lebih lama: Republik Afrika Selatan atau [[Republik Transvaal]] (1852-1877; 1881-1902) dan [[Negara Bebas Oranje|Negara Bebas Oranye]] (1854-1902).<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;168, 186, 243.</ref> Pada tahun 1902, Britania berhasil menduduki kedua republik tersebut, yang memicu meletusnya [[Perang Boer Kedua|Perang Boer]].<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;255.</ref>
 
Pada tahun 1869, [[Terusan Suez]] yang menghubungkan [[Laut Tengah]] dengan [[Samudra Hindia]] dibuka oleh [[Napoleon III]]. Pembukaan terusan ini pada awalnya ditentang oleh Britania, tetapi begitu mengetahui nilai strategis terusan ini, Britania langsung berhasrat untuk menguasainya.<ref>[[#refTilby2009|Tilby]], hal.&nbsp;256.</ref> Pada tahun 1875, [[Konservatif|Pemerintah Konservatif]] [[Benjamin Disraeli]] membeli 44 persen—sekitar £4 juta (£{{formatprice|{{inflation|UK|4000000|1875|r=-7}}}} pada tahun {{CURRENTYEAR}})—saham penguasa [[Mesir]]; [[Ismail Pasha]] dalam kepemilikan Terusan Suez. Meskipun pembelian ini tidak memberikan kontrol langsung atas Terusan Suez, Britania secara tidak langsung telah menanamkan pengaruhnya di Mesir. Dengan adanya kontrol dari Prancis dan Britania terhadap keuangan Mesir, Mesir pun akhirnya diduduki penuh oleh Britania Raya pada tahun 1882.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;230–33.</ref> Prancis, yang merupakan pemegang saham mayoritas atas Terusan Suez, berupaya untuk melemahkan posisi Britania,<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;274.</ref> tetapi kedua negara tersebut pada akhirnya berhasil mencapai suatu persetujuan dengan disahkannya Konvensi Konstantinopel pada tahun 1888 yang memutuskan bahwa Terusan Suez adalah wilayah netral.<ref>{{cite web|title=Treaties|url=http://www.mfa.gov.eg/MFA_Portal/en-GB/Foreign_Policy/Treaties/Convention+Respecting+the+Free+Navigation+of+the+Suez+Maritime+Canal.htm|publisher=Egypt Ministry of Foreign Affairs|accessdate=20 October 2010|archiveurl=https://web.archive.org/web/20100915095412/http://www.mfa.gov.eg/MFA_Portal/en-GB/Foreign_Policy/Treaties/CONVENTION+RESPECTING+THE+FREE+NAVIGATION+OF+THE+SUEZ+MARITIME+CANAL.htm|archivedate=2010-09-15|dead-url=no}}</ref>
Although Company and Enfield representatives insisted that neither cow nor pig fat were being used, the rumour persisted and many sepoys refused to follow orders involving the use of the weapons using those particular cartridges. Indian sepoy [[Mangal Pandey]] was hanged as a punishment for having attacked and injured British superiors at the introduction of the rifle increasing tension at a time when Indians had come to resent decades of British rule under which they felt like second class citizens; exploited and seen as incapable of [[Home Rule]].
 
Ketika aktivitas [[Prancis]], [[Belgia]] dan [[Portugis]] di bagian hulu [[Sungai Kongo]] sudah mengancam kedudukan Britania di Afrika, [[Konferensi Berlin]] diadakan pada tahun 1884 dan 1885 dengan tujuan untuk mengatur persaingan antar bangsa-bangsa Eropa di Afrika, yang selanjutnya dikenal sebagai “[[Perebutan Afrika]]” (dalam artian pendudukan efektif agar mendapat pengakuan internasional atas klaim teritorial).<ref>[[#refHerbst2000|Herbst]], hal.&nbsp;71–72.</ref> Perebutan ini berlanjut hingga tahun 1890-an, yang menyebabkan Britania mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menarik diri dari [[Sudan]] pada tahun 1885. Sekompi pasukan gabungan tentara Britania dan Mesir berhasil mengalahkan [[Tentara Mahdi]] pada tahun 1886 dan mencegah usaha Prancis untuk menduduki Fashoda pada tahun 1898. Setelah itu, [[Sudan]] diklaim sebagai Kondominium Britania-Mesir, meskipun pada kenyataannya Sudan merupakan koloni Britania.<ref>[[#Vandervort1998|Vandervort]], hal.&nbsp;169–183.</ref>
In the past, Indians had feuded as much with other Indians as they did with the British. This has greatly aided the British in their conquest, for example, during The [[Battle of Plassey]] in which they benefit from the defection of the opposing army commander. There had yet to occur any sort of unified uprising against British authority. But in 1857, a number of current events such as the Enfield cartridge issue catalyzed the [[Indian Mutiny|Mutiny]] eventually bring about the end of the [[British East India Company]]'s regime in India. Although Indians had achieved a great victory through common purpose in spite of sectional differences, their immediate situation turned for the worse.
 
Kemenangan Britania di [[Afrika Timur]] dan Selatan mendorong [[Cecil Rhodes]]—pelopor ekspansi Britania ke Afrika—untuk membangun sebuah jalur [[kereta api]] dari [[Cape Town|Cape]] ke [[Kairo]] guna menghubungkan [[Terusan Suez]] dengan Afrika bagian selatan yang kaya dengan mineral.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;298.</ref> Pada tahun 1888, Rhodes beserta perusahaannya yang bernama ''British South Africa Company'' mencaplok dan menduduki sebuah wilayah yang kemudian dinamakan sesuai namanya; [[Rhodesia]].<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;215.</ref>
The Company's failure to demonstrate effective control over its conquered Indian territories caused British financial and political entities to become uneasy about the security of their interests in India and what that meant for the future of the Empire. By 1857, India was a tremendously large part of the Empire's economy. The disaster of the Mutiny in particular had a tremendous influence on the Crown's policy regarding the most effective way to govern India. As a result, the Crown and British government assumed direct rule over the Indian sub-continent for 90 years following the dissolution of the Company.
 
=== Perubahan status koloni kulit putih ===
The period of direct rule in India is referred to as the [[British Raj|The Raj]] during which the nations now known as [[India]], [[Pakistan]], [[Bangladesh]], and [[Myanmar]] were collectively known as [[British India]].
Sejak abad ke-18, telah terjadi perbedaan yang nyata antara status koloni Britania yang dihuni oleh penduduk [[kulit putih|berkulit putih]] dengan koloni yang dihuni oleh penduduk non-kulit putih. Saat pemikiran "[[absolutisme tercerahkan]]" berkembang di Eropa, Britania didesak untuk mengubah status koloni-koloni kulit putih agar mengizinkan mereka membentuk pemerintahan sendiri.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;7.</ref>
[[Berkas:Birth of the Irish Republic.jpg|jmpl|210px|''Kelahiran Republik Irlandia'' oleh Walter Paget.]]
Langkah koloni kulit putih untuk memperoleh kemerdekaan dari Imperium Britania dimulai dengan adanya [[Laporan Durham]] pada tahun 1839: dua provinsi di Kanada (Kanada Hulu dan Kanada Hilir) diusulkan untuk di[[Teori unifikasi|unifikasi]] sebagai solusi atas kerusuhan politik yang kerap terjadi di sana.<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;28–29.</ref> Unifikasi ini disahkan dalam Undang-Undang Penyatuan pada tahun 1840, yang kemudian membentuk Provinsi Kanada. Pemerintahan mandiri pertama kali diberikan pada [[Nova Scotia]] pada tahun 1848, kemudian menyusul koloni-koloni Britania lainnya di Amerika utara. Selanjutnya, dengan diberlakukannya Undang-Undang Konstitusi oleh [[Parlemen Britania Raya]] pada tahun 1867, [[Kanada Hulu]], [[Kanada Hilir]], [[New Brunswick]], dan [[Nova Scotia]] disatukan menjadi [[Kanada|Dominion Kanada]], dengan status sebagai Pemerintahan Konfederasi yang menikmati hak penuh kecuali dalam hal [[hubungan internasional]].<ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;187</ref> [[Australia]] dan [[Dominion Selandia Baru|Selandia Baru]] juga memperoleh status yang sama setelah tahun 1900. Koloni-koloni di Australia diunifikasi pada tahun 1901 menjadi Federasi Australia, sedangkan Selandia Baru menyusul setelahnya dengan status sebagai [[Dominion|Pemerintah Dominion]]. Istilah Pemerintahan Dominion sendiri secara resmi baru diperkenalkan dalam [[Konferensi Kekaisaran|Konferensi Kolonial 1907]] di London untuk menegaskan status Kanada, Australia dan Selandia Baru.<ref name="rhodes5"/>
 
Pada dekade terakhir abad ke-19, Britania dihadapkan pada kampanye politik rakyat [[Irlandia]] yang ingin memisahkan diri dari [[Britania Raya]]. Irlandia sendiri telah bergabung dengan Inggris (dan bersama [[Skotlandia]] kemudian membentuk Britania Raya) sejak tahun 1800, setelah meletusnya Pemberontakan Irlandia pada tahun 1798, yang diikuti dengan [[Wabah Kelaparan Besar|bencana kelaparan parah]] pada periode 1845 sampai 1852. Kemerdekaan Irlandia ini didukung oleh [[Daftar Perdana Menteri Britania Raya|Perdana Menteri Britania Raya]], [[William Ewart Gladstone]], yang berharap bahwa Irlandia mungkin bisa mengikuti jejak Kanada sebagai sebuah Pemerintahan Dominion dalam Imperium Britania. Tetapi Rancangan Undang-Undang (RUU) pembebasan Irlandia ditolak oleh Parlemen Britania Raya,<ref name="ReferenceB">[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;213</ref> meskipun RUU ini menawarkan otonomi yang lebih sedikit bagi Irlandia ketimbang Kanada.<ref name="ReferenceB"/> Kebanyakan anggota parlemen takut kemerdekaan Irlandia mungkin akan menimbulkan ancaman keamanan bagi Britania atau menandai awal pecahnya Imperium Britania.<ref name="James, hal. 315">[[#refJames|James]], hal.&nbsp;315.</ref> RUU kemerdekaan kedua juga ditolak dengan alasan yang sama.<ref name="James, hal. 315"/> RUU ketiga berhasil disahkan oleh parlemen, tetapi tidak diproses lebih lanjut karena pecahnya [[Perang Dunia I]].<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 92.</ref> Sementara itu di Afrika, pada tahun 1910, Koloni Cape, Natal, [[Republik Transvaal]] dan [[Negara Bebas Oranje|Negara Bebas Oranye]] bergabung menjadi [[Afrika Selatan|Uni Afrika Selatan]] yang juga diberi status dominion.<ref>[[#refOHBEv3|Porter]], hal.&nbsp;221</ref>
:''See '''[[British Raj]]''' in the [[History of South Asia]] series for the history of British rule in India between 1857 and 1947.''
 
== Perang Dunia (1914–1945) ==
==Breakdown of ''Pax Britannica''==
Pada pergantian abad ke-20, kekhawatiran Britania bahwa mereka tidak lagi mampu mempertahankan kejayaan imperiumnya mulai tumbuh. [[Jerman]] meningkat pesat sebagai kekuatan militer dan industri baru di dunia dan tampaknya akan menjadi lawan yang paling mungkin bagi Britania dalam perang berikutnya.<ref>[[#refOBrien|O'Brien]], hal.&nbsp;1.</ref> Sadar bahwa ia kewalahan di Pasifik dan terancam oleh [[Kaiserliche Marine|Angkatan Laut Jerman]],<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;667.</ref> Britania membentuk [[Aliansi Inggris-Jepang|aliansi dengan Jepang]] pada tahun 1902, dan dengan musuh lamanya, [[Entente Cordiale|Prancis]] dan Rusia pada tahun 1904 dan 1907.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;275.</ref>
As the first country to industrialise, Britain had been able to draw on most of the accessible world for raw materials and markets. But this situation gradually deteriorated during the 19th century as other powers began to industrialise and sought to use the state to guarantee their markets and sources of supply. By the 1870s, British manufactures in the staple industries of the Industrial Revolution were beginning to experience real competition abroad.
 
=== Perang Dunia I ===
[[Image:britannia2.jpg|thumb|250px|right|[[Britannia]] became a symbol of Britain's imperial might]]
[[Berkas:6thInfantryBrigadeMontStQuentin1September1918.jpeg|jmpl|220px|Pasukan batalyon 6 Australia dalam [[Pertempuran Kanal St. Quentin]] pada tanggal 1 September 1918.]]
Industrialisation progressed rapidly in [[Germany]] and the [[United States]], allowing them to overtake the "old" British and French economies as world leader in some areas. By 1870, the German textile and metal industries had surpassed those of Britain in organisation and technical efficiency and usurped British manufactures in the domestic market. By the turn of the century, the German metals and engineering industries would even be producing for the free trade market of the former "workshop of the world".
Kekhawatiran Britania Raya terhadap peperangan dengan Jerman terbukti dengan pecahnya [[Perang Dunia I]]. Keputusan Britania untuk melancarkan perang terhadap Jerman dan sekutunya juga melibatkan wilayah-wilayah koloni dan dominionnya, yang menyediakan tenaga militer, dukungan finansial dan material yang tidak ternilai. Lebih dari 2,5 juta tentara Britania diambil dari wilayah-wilayah dominionnya, serta ribuan sukarelawan yang berasal dari koloni-koloninya.<ref>[[#refMarshall|Marshall]], hal.&nbsp;78–79.</ref> Sebagian besar koloni seberang lautan Jerman dengan cepat berhasil direbut dan diduduki. Sementara di Pasifik, Australia dan Selandia Baru berhasil mengambil alih [[Nugini Jerman]] dan [[Samoa]]. Kontribusi Australia, [[Newfoundland]] dan Selandia Baru selama [[Kampanye Gallipoli]] melawan [[Kesultanan Utsmaniyah]] pada tahun 1915 memiliki dampak besar terhadap semangat kebangsaan dan kecintaan mereka terhadap tanah air serta berperan penting dalam proses transisi Australia dan Selandia Baru dari negara koloni menjadi negara yang merdeka. Negara-negara tersebut terus memperingati peristiwa tewasnya ribuan tentara mereka dalam perang ini setiap tahunnya. Kanada juga mengalami hal yang sama saat ikut serta dalam [[Pertempuran Vimy Ridge]] pada tahun 1917.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;277.</ref> Kontribusi penting dari para dominion Britania diakui oleh Perdana Menteri Britania, [[David Lloyd George]]. Pada tahun 1917, ia mengundang semua [[Perdana Menteri]] dari wilayah dominion Britania dan kemudian membentuk Kabinet Perang Imperialis untuk mengkoordinasikan kebijakan militer di Imperium Britania.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;278.</ref>
 
Menurut ketentuan [[Perjanjian Versailles]] 1919, Britania mendapat jatah terbesar dalam pembagian wilayah sengketa perang. Sekitar {{convert|1800000|sqmi|km2}} dan 13 juta penduduk baru ditambahkan ke kekuasaan Imperium Britania.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;315.</ref> Koloni-koloni Jerman dan [[Kesultanan Utsmaniyah]] dibagi-bagikan ke [[Sekutu]] sebagaimana keputusan dari [[Liga Bangsa-Bangsa]]. Britania mendapatkan mandat atas [[Palestina]], [[Transyordania]], [[Irak]], sebagian [[Kamerun]] dan [[Togo]], serta [[Tanganyika]]. Wilayah dominion Britania juga mendapat bagian tersendiri: [[Afrika Barat Daya]] (sekarang [[Namibia]]) diserahkan kepada [[Afrika Selatan]], Australia memperoleh [[Nugini Jerman]], sedangkan Selandia Baru memperoleh [[Samoa Barat]]. [[Nauru]] ditetapkan sebagai milik gabungan antara Britania dan dua dominion Pasifiknya.<ref>[[#refFox2008|Fox]], hal.&nbsp;23–29, 35, 60.</ref>
While invisible exports (banking, insurance and shipping services) kept Britain "out of the red," her share of world trade fell from a quarter in 1880 to a sixth in 1913. Britain was losing out not only in the markets of newly industrialising countries, but also against third-party competition in less-developed countries. Britain was even losing her former overwhelming dominance in trade with India, China, [[Latin America]], or the coasts of Africa.
 
=== Periode antar-perang ===
Britain's commercial difficulties deepened with the onset of the "[[Long Depression]]" of 1873&ndash;96, a prolonged period of price deflation punctuated by severe business downturns which added to pressure on governments to promote home industry, leading to the widespread abandonment of free trade among Europe's powers (in Germany from 1879 and in France from 1881).
Berbagai perubahan yang terjadi pasca Perang Dunia I, khususnya pertumbuhan [[Amerika Serikat]] dan [[Jepang]] sebagai kekuatan baru angkatan laut dunia dan munculnya gerakan-gerakan kemerdekaan di [[India]] dan [[Irlandia]] menyebabkan kebijakan imperial Britania Raya dikaji ulang.<ref>[[#refGoldstein|Goldstein]], hal.&nbsp;4.</ref> Britania harus memilih apakah mau bersekutu dengan Jepang atau Amerika Serikat. Kemudian, Britania memilih tidak memperpanjang aliansi dengan Jepang dan dengan disahkannya [[Traktat Angkatan Laut Washington|Perjanjian Laut Washington 1922]], Britania secara resmi menyetujui persekutuan dengan [[Angkatan Laut Amerika Serikat]].<ref name="reflouis302">[[#refLouis2006|Louis]], hal.&nbsp;302.</ref> Keputusan ini menjadi sumber perdebatan di Britania Raya sepanjang tahun 1930;<ref>[[#refLouis2006|Louis]], hal.&nbsp;294.</ref> pemerintahan militer sudah diberlakukan di Jepang dan Jerman, dan didukung oleh sedang berlangsungnya era [[Depresi Besar]], dikhawatirkan Britania tidak akan bertahan menghadapi serangan dari kedua negara tersebut.<ref>[[#refLouis2006|Louis]], hal.&nbsp;303.</ref> Meskipun masalah keamanan imperiumnya menjadi perhatian serius bagi Britania, pada saat yang sama imperium juga sangat penting bagi perekonomian Britania, terutama dalam menghadapi perang.<ref>[[#refLee1996|Lee 1996]], hal.&nbsp;305.</ref>
 
==== Perang Kemerdekaan Irlandia ====
The resulting limitation of both domestic markets and export opportunities led government and business leaders in Europe and later the US to see the solution in sheltered overseas markets united to the home country behind imperial tariff barriers: new overseas subjects would provide export markets free of foreign competition, while supplying cheap raw materials. Although she continued to adhere to free trade until [[1932]], Britain joined the renewed scramble for formal empire rather than allow areas under her influence to be seized by rivals.
{{see also|Perang Kemerdekaan Irlandia}}
Perang Dunia I menyebabkan pelaksanaan Undang-Undang Kemerdekaan Irlandia tertunda dan hasilnya, [[Irlandia]] memproklamasikan kemerdekaannya sendiri pada tahun 1919. [[Sinn Féin]], partai prokemerdekaan Irlandia, berhasil memenangkan mayoritas suara dalam Pemilihan Umum 1918 dan kemudian memproklamasikan kemerdekaan Irlandia. Britania tidak mengakuinya, dan hal ini memicu meletusnya [[Perang Kemerdekaan Irlandia]]. Para tentara Republik Irlandia secara bersamaan memulai [[Gerilya|perang gerilya]] melawan Pemerintah Britania.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;143.</ref> Perang ini berakhir pada tahun 1921 dengan jalan buntu dan menghasilkan [[Traktat Anglo-Irlandia]]. Dua puluh enam ''county'' di Irlandia Selatan kemudian mendirikan [[Negara Bebas Irlandia]], yang selanjutnya ditetapkan sebagai wilayah dominion dalam Imperium Britania, yang berdiri sebagai negara bebas namun secara konstitusional dan kelembagaan masih merupakan bagian dari [[Kerajaan Britania Raya]].<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 95.</ref> Sedangkan enam ''county'' di [[Irlandia Utara]] memilih untuk tetap menjadi bagian dari Pemerintahan Britania Raya.<ref>[[#refMagee|Magee]], hal.&nbsp;108.</ref>
[[Berkas:ImperialConference.jpg|jmpl|430px|ka|[[George V dari Britania Raya|Raja George V]] (depan tengah) bersama Perdana Menteri Britania Raya dan para dominionnya dalam Konferensi Imperial 1926. Berdiri dari kiri ke kanan: Walter Stanley Monroe (Newfoundland), Gordon Coates (Selandia Baru), Stanley Bruce (Australia), J. B. M. Hertzog (Uni Afrika Selatan), W.T. Cosgrave (Negara Bebas Irlandia). Duduk: Stanley Baldwin (Britania Raya), Raja George V, William Lyon Mackenzie King (Kanada).]]
 
==== Status koloni di Asia ====
==Britain and the New Imperialism==
Perjuangan kemerdekaan yang sama juga berlangsung di [[India]] saat Undang-Undang Pemerintahan India 1919 gagal dalam memenuhi tuntutan kemerdekaan rakyat India.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;330.</ref> Kekhawatiran terhadap penyebaran [[komunis]] dan campur tangan asing dalam [[Konspirasi Ghadar]] menyebabkan disahkannya Undang-Undang Rowlatt.<ref name="refjames416">[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;416.</ref> Hal ini menyebabkan ketegangan, terutama di daerah [[Punjab]], tempat ketegangan berubah menjadi tragedi berdarah pada tahun 1919 yang dikenal dengan peristiwa [[Pembantaian Amritsar]]. Di Britania, peristiwa ini dilihat sebagai tindakan untuk menyelamatkan India dari aksi anarki, tetapi banyak pihak—termasuk [[Winston Churchill|Churchill—]]<nowiki/>yang menganggapnya sebagai tindakan yang tidak berperikemanusiaan.<ref name="refjames416"/> Keadaan terus bergejolak hingga bulan Maret 1922 diikuti oleh [[insiden Chauri Chaura]] dan terus berlanjut sampai 25 tahun ke depan.<ref>{{cite journal|last=Low|first=D.A.|title=The Government of India and the First Non-Cooperation Movement-—1920–1922|url=https://archive.org/details/sim_journal-of-asian-studies_1966-02_25_2/page/241|journal=The Journal of Asian Studies|date=February 1966|volume=25|issue=2|pages=241–259|doi=10.2307/2051326}}</ref> Pada tahun 1922, [[Mesir]], yang dinyatakan sebagai wilayah [[protektorat]] Britania setelah Perang Dunia I, diberikan kemerdekaan resmi, tetapi tetap menjadi negara satelit Britania sampai tahun 1954. Tentara Britania tetap ditempatkan di Mesir sampai ditandatanganinya [[Perjanjian Inggris-Mesir 1936|Perjanjian Inggris-Mesir]] pada tahun 1936,<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 104.</ref> yang menyepakati bahwa Britania akan menarik tentaranya dari Mesir, tetapi Britania tetap berhak menduduki dan memiliki [[Terusan Suez]]. Sebagai imbalannya, Mesir dibantu untuk bergabung dengan [[Liga Bangsa-Bangsa]].<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;292.</ref> Sementara itu, [[Irak]], wilayah mandat Britania sejak tahun 1920 yang kaya dengan minyak juga dibantu menjadi anggota Liga Bangsa-Bangsa setelah diberi kemerdekaan pada tahun 1932.<ref>[[#refrefSmith1998|Smith]], hal. 101.</ref>
{{Main|New Imperialism}}
[[Image:old_disraeli.jpg|left|framed|[[Victoria of the United Kingdom|Queen Victoria]] and [[Benjamin Disraeli, 1st Earl of Beaconsfield|Benjamin Disraeli]].]]
 
==== Kemerdekaan domini ====
The policy and ideology of European colonial expansion between the 1870s and the outbreak of [[World War I]] in 1914 are often characterised as the "New Imperialism". The period is distinguished by an unprecedented pursuit of what has been termed "empire for empire's sake", aggressive competition for overseas territorial acquisitions and the emergence in colonising countries of doctrines of [[race|racial]] superiority which denied the fitness of subjugated peoples for self-government.
Keinginan para dominion untuk memerdekakan diri dari Britania ditanggapi dengan diadakannya [[Konferensi Kekaisaran|Konferensi Imperial 1923]].<ref>[[#refMcIntyre|McIntyre]], hal.&nbsp;187.</ref> Permintaan Britania atas bantuan militer dalam menghadapi [[Krisis Chanak]] pada tahun sebelumnya ditolak oleh [[Kanada]] dan [[Afrika Selatan]]. Kanada juga menolak isi [[Perjanjian Lausanne|Perjanjian Lausanne 1923]].<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;68.</ref><ref>[[#refMcIntyre|McIntyre]], hal.&nbsp;186.</ref> Setelah adanya tekanan dari [[Selandia Baru]] dan [[Afrika Selatan]], Britania menyelenggarakan Konferensi Imperial 1926 dan mengeluarkan [[Deklarasi Balfour 1926|Deklarasi Balfour]], yang menyatakan bahwa "semua dominion merupakan komunitas swatantra dalam Britania Raya, sama dalam kedudukan, dengan tiada yang lebih rendah antara satu dengan lainnya dalam tiap aspek urusan dalam maupun luar negerinya, meski dipersatukan oleh kesetiaan umum pada Raja, dan secara bebas terhubung sebagai anggota negara-negara [[Persemakmuran Britania]]".<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;69.</ref> Deklarasi ini disahkan secara hukum dalam [[Undang-Undang Westminster 1931]].<ref name="rhodes5">[[#refRhodes2009|Rhodes, Wanna & Weller]], hal.&nbsp;5–15.</ref> Kanada, Australia, Selandia Baru, Uni Afrika Selatan, Negara Bebas Irlandia dan [[Newfoundland]] akhirnya menjadi negara yang merdeka dan memiliki parlemen yang bebas dari kontrol [[legislatif]] Britania. Mereka tidak lagi terikat kepada undang-undang Britania dan Britania tidak boleh mengesahkan undang-undang yang berkaitan dengan negara-negara tersebut tanpa mendapat persetujuan mereka.<ref>[[#refTurpin2007|Turpin & Tomkins]], hal.&nbsp;48.</ref> Newfoundland kembali menjadi koloni Britania pada tahun 1933 akibat kesulitan keuangan selama masa [[Depresi Besar]].<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;300.</ref> Sedangkan [[Irlandia]] menjauhkan diri dari Britania dengan mengesahkan konstitusi baru pada tahun 1937 dan berdiri sebagai [[Republik|negara republik]] serta berusaha melepaskan diri dari semua pengaruh Britania.<ref>[[#refKenny|Kenny]], hal.&nbsp;21.</ref>
 
=== Perang Dunia II ===
During this period, Europe's powers added nearly 8,880,000 square miles (23,000,000 km²) to their overseas [[colony|colonial]] possessions. As it was mostly unoccupied by the [[western civilisation|Western]] powers as late as the [[1880s]], [[Africa]] became the primary target of the "new" imperialist expansion, although conquest took place also in other areas &mdash; notably [[south-east Asia]] and the [[East Asia]]n seaboard, where [[Japan]] joined the European powers' scramble for territory.
[[Berkas:Bosbritsurrendergroup.jpg|jmpl|250px|kiri|Menyerahnya tentara Britania pada tentara Jepang dalam [[Pertempuran Singapura]], 1942.]]
Keputusan Britania dalam menyatakan perang terhadap [[Nazi|Jerman Nazi]] pada bulan September 1939 juga mengikutsertakan seluruh koloninya, tetapi tidak secara otomatis menyertakan dominionnya. Australia, Kanada, Selandia Baru dan Afrika Selatan memilih untuk menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi Negara Bebas Irlandia memilih untuk tetap netral secara legal selama perang berlangsung.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;313–14.</ref> Setelah [[Pertempuran Prancis|pendudukan Jerman atas Prancis]] pada tahun 1940, Britania dan imperiumnya berjuang sendiri dalam melawan Jerman, sampai masuknya [[Uni Soviet]] ke dalam kancah peperangan pada tahun 1941. [[Perdana Menteri Britania]], [[Winston Churchill]], berhasil melobi [[Presiden Amerika Serikat]], [[Franklin D. Roosevelt]] agar mengirimkan bantuan militer bagi Britania, tetapi Roosevelt belum siap melibatkan Amerika Serikat dalam peperangan.<ref>[[Imperium Britania#refGilbert2005|Gilbert]], hal.&nbsp;234.</ref> Pada Agustus 1941, Churchill dan Roosevelt mengadakan perundingan dan menandatangani [[Piagam Atlantik]], yang menyatakan bahwa "hak bagi semua bangsa untuk memilih bentuk pemerintahan tempat mereka tinggal harus dihormati" (hak untuk menentukan nasib sendiri). Namun kata-kata ini bermakna ambigu, entah yang dimaksudkan itu mengenai penjajahan Jerman atas Eropa atau penjajahan negara-negara Eropa atas negara-negara lainnya. Pada akhirnya, kata-kata ini diinterpretasikan secara berbeda oleh Britania, Amerika Serikat, dan [[Nasionalisme|gerakan nasionalisme]] negara-negara terjajah.<ref name="reflloyd316">[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;316.</ref><ref>[[#refJames|James]], hal.&nbsp;513.</ref>
 
Pada bulan Desember 1941, Jepang dengan cita-cita [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Timur Raya]]<nowiki/>nya secara berurutan melancarkan serangan terhadap koloni Britania di [[Pertempuran Malaya|Malaya]], [[Hong Kong]] dan pangkalan laut Amerika Serikat di [[Pengeboman Pearl Harbor|Pearl Harbor]]. Amerika Serikat pun kemudian ikut serta dalam peperangan. Reaksi Churchill atas masuknya Amerika Serikat dalam kancah peperangan adalah bahwa sekarang Britania yakin akan kemenangan dan keberlangsungan imperiumnya pada masa depan,<ref>[[#refGilbert2005|Gilbert]], hal.&nbsp;244.</ref> namun cara Britania yang cepat menyerah memberi kesan buruk bagi kedudukan dan statusnya sebagai penguasa imperial.<ref>[[#refLouis2006|Louis]], hal.&nbsp;337.</ref><ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;319.</ref> [[Pertempuran Singapura|Jatuhnya Singapura]] ke tangan Jepang pada tahun 1942 adalah kekalahan yang paling memalukan bagi Britania karena Singapura dianggap sebagai benteng pertahanan Britania yang tak tertembus dan setara dengan [[Gibraltar]] di Laut Tengah.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;460.</ref> Sadar akan posisi Britania yang tidak mampu lagi mempertahankan imperiumnya, Australia dan Selandia Baru yang semakin terancam oleh Jepang kemudian menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat. Hubungan ini selanjutnya diwujudkan dengan disahkannya [[ANZUS|Pakta ANZUS]] 1951 antara Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat, tanpa melibatkan Britania Raya.<ref name="reflloyd316"/>
Britain's entry into the new imperial age is often dated to 1875, when the [[Conservative Party (UK)|Conservative]] government of [[Benjamin Disraeli, 1st Earl of Beaconsfield|Benjamin Disraeli]] bought the indebted [[Egypt]]ian ruler [[Ismail Pasha|Ismail's]] shareholding in the [[Suez Canal]] to secure control of this strategic waterway, a channel for shipping between Britain and India since its opening six years earlier under Emperor [[Napoleon III]]. Joint Anglo-French financial control over Egypt ended in outright British occupation in 1882.
 
== Dekolonisasi dan keruntuhan (1945–1997) ==
Fear of [[Russia]]'s centuries-old southward expansion was a further factor in British policy: in 1878 Britain took control of [[Cyprus]] as a base for action against a Russian attack on the [[Ottoman Empire]], after having taken part in the [[Crimean War]] 1854&ndash;56 and invading [[Afghanistan]] to forestall an increase in Russian influence there. Britain waged three bloody and unsuccessful wars in Afghanistan, as ferocious popular rebellions, invocations of [[jihad]] and inscrutable terrain frustrated British objectives. The [[First Anglo-Afghan War]] led to one of the most disastrous defeats of the Victorian military when an entire British army was wiped out by Russian-supplied Afghan [[Pashtun]] tribesmen during the 1842 retreat from Kabul. The [[Second Anglo-Afghan War]] led to the British débâcle at [[Maiwand]] in 1880, the siege of Kabul and British withdrawal into India. The [[Third Anglo-Afghan War]] of 1919 stoked a tribal uprising against the exhausted British military on the heels of World War I and expelled the British permanently from the new Afghan state. The "[[Great Game]]" in [[Inner Asia]] ended with a bloody British expedition against [[Tibet]] in 1903&ndash;04.
Walaupun Britania Raya dan imperiumnya berhasil memenangkan [[Perang Dunia II]], efek dari konflik yang terjadi memengaruhi Britania baik di dalam maupun luar negeri. Hampir keseluruhan kejayaan negara-negara Eropa—benua yang mendominasi dunia selama berabad-abad lamanya—berada di ambang keruntuhan, digantikan oleh [[Amerika Serikat]] dan [[Uni Soviet]] yang tumbuh sebagai kekuatan global baru. Britania sendiri terpuruk dan mengalami [[kebangkrutan]], dan baru bisa diselamatkan setelah mendapat pinjaman sebesar $3,5 miliar dari Amerika Serikat; [[negara adidaya]] baru yang dulu pernah menjadi koloninya.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;331.</ref> Pinjaman itu sendiri baru berhasil dilunasi oleh Britania pada tahun 2006.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/magazine/4757181.stm|title=What's a little debt between friends?|publisher=BBC News|date=10 May 2006|accessdate=20 November 2008}}</ref>
 
Pada saat yang sama, gerakan antikolonial berkembang di negara-negara koloni Eropa. Situasi ini makin diperumit seiring berlangsungnya [[Perang Dingin]] antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada prinsipnya, kedua negara tersebut sama-sama menentang kolonialisme Eropa, tetapi pada kenyataannya sentimen [[komunisme|antikomunis]] lebih diutamakan ketimbang [[imperialisme|antiimperialis]] sehingga Amerika Serikat tetap mendukung keberlangsungan Imperium Britania.<ref>[[#refLevine|Levine]], hal.&nbsp;193.</ref>
At the same time, some powerful industrial lobbies and government leaders in Britain, later exemplified by [[Joseph Chamberlain]], came to view formal empire as necessary to arrest Britain's relative decline in world markets. During the [[1890s]] Britain adopted the new policy wholeheartedly, quickly emerging as the front-runner in the scramble for tropical African territories.
 
Istilah "angin perubahan yang berhembus di negara-negara koloni Britania" berarti bahwa kejayaan Imperium Britania sudah berada di ambang keruntuhan. Britania mulai menggunakan cara aman untuk menghadapi keruntuhannya, yaitu dengan memberikan kemerdekaan pada satu-persatu negara koloninya jika mereka sudah stabil serta tidak condong pada paham [[komunis]]. Cara ini berbeda dengan negara-negara Eropa lain seperti [[Prancis]], [[Belanda]] dan [[Portugal]], yang mengobarkan perang berbiaya mahal untuk tetap mempertahankan koloninya namun pada akhirnya gagal menjaga keutuhan imperium mereka. Antara periode 1945 sampai 1965, jumlah penduduk yang berada di bawah kekuasaan Britania (di luar Britania Raya) merosot dari angka 700 juta ke angka 5 juta, dan 3 juta di antaranya berada di [[Hong Kong]].<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;330.</ref>
Britain's adoption of the New Imperialism may be seen as a quest for captive markets or fields for investment of surplus capital, or as a primarily strategic or pre-emptive attempt to protect existing trade links and to prevent the absorption of overseas markets into the increasingly closed imperial trading blocs of rival powers. The failure in the 1900s of Chamberlain's [[Tariff Reform League|Tariff Reform campaign]] for Imperial protection illustrates the strength of free trade feeling even in the face of loss of international market share. Historians have argued that Britain's adoption of the "New imperialism" was an effect of her relative decline in the world, rather than of strength.
 
===British colonialAwal policykemunduran ===
==== Kemerdekaan India ====
British colonial policy was always driven to a large extent by Britain's trading interests. While settler economies developed the infrastructure to support balanced development, some tropical African territories found themselves developed only as raw-material suppliers. British policies based on comparative advantage left many developing economies dangerously reliant on a single cash crop, which others exported to Britain or to overseas British settlements. A reliance upon the manipulation of conflict between ethnic, religious and racial identities, in order to keep subject populations from uniting against the occupying power — the classic "[[divide and rule]]" strategy — left a legacy of partition and/or inter-communal difficulties in areas as diverse as Ireland, India, Zimbabwe, Sudan, and Uganda.
{{see also|Gerakan Kemerdekaan India}}
[[Berkas:Jinnah Gandhi.jpg|jmpl|ka|[[Muhammad Ali Jinnah]] dan [[Mahatma Gandhi]], tokoh pemimpin [[Gerakan Kemerdekaan India]].]]
[[Partai Buruh (Britania Raya)|Partai Buruh]] yang prodekolonisasi berhasil memenangkan Pemilihan Umum Britania Raya 1945. [[Clement Attlee]], pemimpin Partai Buruh yang terpilih sebagai Perdana Menteri segera bertindak cepat untuk menyelesaikan masalah penting negara, yaitu kemerdekaan India.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;322.</ref> Dua organisasi [[Gerakan Kemerdekaan India|pergerakan kemerdekaan India]]; [[Kongres Nasional India]] dan [[Liga Muslim India]] telah mengampanyekan kemerdekaan India berdekade-dekade lamanya, tetapi tidak menemui kesepakatan soal bagaimana pelaksanaannya. Kongres menginginkan India yang bersatu tetapi Liga menginginkan negara yang terpisah bagi penduduk [[Muslim]] karena takut akan adanya dominasi oleh mayoritas [[Hindu]]. Meningkatnya kerusuhan sipil dan pemberontakan dari Angkatan Laut India pada tahun 1946 membuat Attlee menjanjikan kemerdekaan bagi India paling lambat tahun 1948. Namun, situasi yang makin mendesak dan ancaman akan adanya perang saudara membuat [[Louis Mountbatten]], Maharaja India yang baru dilantik (sekaligus yang terakhir) memproklamasikan kemerdekaan India lebih awal pada tanggal [[15 Agustus]] [[1947]].<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;67.</ref> Perbatasan yang dibuat oleh Britania untuk [[Pemisahan India|membagi India]] ke dalam kawasan untuk penduduk Hindu dan Islam tidak menghiraukan nasib berpuluh-puluh juta minoritas di India dan [[Pakistan]].<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;325.</ref> Akibatnya, jutaan Muslim kemudian menyeberang dari India ke Pakistan dan Hindu ke arah sebaliknya, dan bentrokan yang terjadi antar dua komunitas tersebut menyebabkan lebih dari dua ratus ribu nyawa melayang. [[Srilanka|Sri lanka]] dan [[Myanmar]], yang merupakan bagian dari [[Kemaharajaan Britania]], memperoleh kemerdekaan pada tahun 1948. India, Pakistan dan Sri lanka selanjutnya bergabung menjadi anggota [[Negara-Negara Persemakmuran]], tetapi Myanmar memilih untuk tidak bergabung.<ref>[[#refMcIntyre|McIntyre]], hal.&nbsp;355–356.</ref>
 
==== Status Palestina ====
==Britain and the scramble for Africa==
[[Mandat Britania atas Palestina]], tempat mayoritas Arab tinggal berdampingan bersama minoritas [[Yahudi]], juga menimbulkan masalah yang sama dengan India.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;327.</ref> Hal tersebut makin dipersulit dengan sejumlah besar pengungsi Yahudi yang menginginkan tempat tinggal di Palestina setelah peristiwa [[Holocaust]], sementara komunitas Arab menentang pembentukan negara Yahudi. Frustrasi atas kerumitan masalah tersebut dan diserang oleh organisasi paramiliter Yahudi serta meningkatnya biaya untuk mempertahankan militernya di Palestina, Britania mengumumkan pada tahun 1947 menarik diri dari kasus Palestina dan menyerahkan perkara tersebut pada [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] untuk diselesaikan.<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;328.</ref> [[Majelis Umum PBB]] kemudian menyikapinya dengan [[Rencana Pembagian Palestina]] menjadi dua bagian, yaitu negara Arab ([[Palestina]]) dan negara Yahudi ([[Israel]]).<ref>[[#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;332.</ref>
{{main|Scramble for Africa}}
[[Image:Rhodes.Africa.jpg|thumb|205px|right|[[Cecil Rhodes]] spanning "Cape to Cairo".]]
 
==== Kemerdekaan Malaysia ====
In 1875 the two most important European holdings in Africa were French controlled [[Algeria]] and Britain's [[Cape Colony]]. By 1914 only [[Ethiopia]] and the republic of [[Liberia]] remained outside formal European control. The transition from an "informal empire" of control through economic dominance to direct control took the form of a "scramble" for territory by the nations of Europe. Britain tried not to play a part in this early scramble, being more of a trading empire rather than a colonial empire; however, it soon became clear it had to gain its own African empire to maintain the balance of power.
Setelah [[Menyerahnya Jepang|kekalahan Jepang]] dalam Perang Dunia II, kemunculan gerakan perlawanan anti-Jepang di [[Malaya]] mengalihkan perhatian penduduk Malaya dari Britania, yang dengan cepat merebut kembali kendali atas koloni Malaya, terutama karena menilai wilayah itu sebagai sumber karet dan timah.<ref name="ReferenceA">[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;335.</ref> Fakta bahwa gerakan gerilya yang terjadi di Malaya sebagian besar didukung oleh komunis Melayu-Tionghoa menandakan bahwa upaya Britania untuk memadamkan pemberontakan tersebut didukung oleh mayoritas Melayu-Muslim, dengan artian bahwa setelah pemberontakan itu berhasil dipadamkan, kemerdekaan Malaya akan dikabulkan.<ref name="ReferenceA"/> [[Kedaruratan Malaya]] diberlakukan dari tahun 1948 sampai tahun 1960. Tetapi pada tahun 1957, Britania sudah merasa cukup percaya diri untuk memberikan kemerdekaan pada [[Federasi Malaysia|Federasi Malaya]]. Pada tahun 1963, 11 negara bagian Federasi Malaya, beserta [[Singapura]], [[Sarawak]] dan [[Borneo Utara]], bergabung untuk membentuk [[Malaysia]]. Tetapi pada tahun 1965, Singapura yang didominasi oleh komunitas [[Tionghoa]] keluar dari federasi menyusul ketegangan antara komunitas Melayu dan Tionghoa. [[Brunei]], yang menjadi [[protektorat]] Britania sejak tahun 1888 menolak untuk bergabung dengan federasi dan mempertahankan statusnya sampai memperoleh kemerdekaan pada tahun 1984.<ref name="ReferenceA"/>
 
=== Krisis Suez dan dampaknya ===
As French, [[Belgium|Belgian]] and [[Portugal|Portuguese]] activity in the lower [[Congo River]] region threatened to undermine orderly penetration of tropical Africa, the [[Berlin Conference, 1884-85|Berlin Conference]] of 1884&ndash;85 sought to regulate the competition between the powers by defining "effective occupation" as the criterion for international recognition of territorial claims, a formulation which necessitated routine recourse to armed force against indigenous states and peoples.
{{see|Krisis Suez}}
[[Berkas:Eden, Anthony.jpg|jmpl|lurus|kiri|[[Anthony Eden]].]]
Pada tahun 1951, [[Partai Konservatif (Britania Raya)|Partai Konservatif]] kembali berkuasa di Britania di bawah kepemimpinan [[Winston Churchill]]. Churchill dan Konservatif percaya bahwa posisi Britania sebagai kekuatan dunia bergantung pada keberlangsungan imperiumnya, dan hal ini ditentukan oleh [[Terusan Suez]] yang memungkinkan Britania untuk mempertahankan posisi unggulnya di [[Timur Tengah]], meskipun sudah kehilangan India. Namun, Churchill tidak bisa meremehkan [[Revolusi|Pemerintahan Revolusioner]] baru bentukan [[Gamal Abdul Nasser]] di Mesir yang meraih kekuasaan pada tahun 1952 dan berusaha mengusir Britania dari Mesir. Pada tahun berikutnya, disepakati bahwa pasukan Britania akan menarik diri dari Terusan Suez dan nasib [[Sudan]] akan ditentukan pada tahun 1955.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;339–40.</ref> Sudan kemudian diberi kemerdekaan pada tanggal 1 Januari 1956.
 
Bulan Juli 1956, Nasser secara sepihak menasionalisasi Terusan Suez. Perdana Menteri Britania yang baru, [[Anthony Eden]], menanggapinya dengan membuat kesepakatan bersama Prancis untuk mengatur serangan dari [[Israel]] ke Mesir yang selanjutnya akan memberi alasan bagi Britania dan Prancis untuk campur tangan dan merebut kembali Terusan Suez.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;581.</ref> Tindakan Eden yang tidak meminta nasihat dari sekutunya, Amerika Serikat, menyebabkan Presiden AS, [[Dwight D. Eisenhower]] marah dan menolak mendukung invasi tersebut.<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;355.</ref> Eisenhower juga mencemaskan kemungkinan perang dengan [[Uni Soviet]] setelah [[Nikita Khrushchev]] menyatakan dukungannya pada Mesir. Eisenhower menerapkan [[Opsi (keuangan)|opsi keuangan]] dengan mengancam akan menjual cadangan AS dalam [[poundsterling]] dan dengan demikian akan memicu kejatuhan mata uang Britania. Walaupun invasi militer tersebut berhasil merebut kembali Terusan Suez,<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;583.</ref> adanya campur tangan PBB dan tekanan dari Amerika Serikat memaksa Britania untuk menarik pasukannya dengan memalukan dari Terusan Suez dan diikuti dengan pengunduran diri Eden pada tahun 1957.<ref>[[#refCombs2008|Combs]], hal.&nbsp;161–163.</ref><ref>{{cite web|title=Suez Crisis: Key players |url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/5195582.stm|publisher=BBC News|accessdate=19 October 2010|date=21 July 2006}}</ref>
Britain's 1882 military occupation of [[Egypt]] (itself triggered by concern over the [[Suez Canal]]) contributed to a preoccupation over securing control of the [[Nile]] valley, leading to the conquest of the neighbouring [[Sudan]] in 1896&ndash;98 and confrontation with a French military expedition at [[Fashoda Crisis|Fashoda]] (September 1898).
 
[[Krisis Suez]] ini sangat terpublikasi dan dengan sendirinya memperlihatkan kelemahan Britania kepada dunia, dan menandakan kemerosotan kekuasaannya di pentas dunia. Krisis Suez juga menunjukkan bahwa Britania tidak boleh bertindak tanpa persetujuan atau dukungan dari Amerika Serikat.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;342.</ref><ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;105.</ref><ref>[[#refBurk2008|Burk]], hal.&nbsp;602.</ref> Peristiwa Suez ini membuat Britania "terluka" secara nasional. Seorang anggota Parlemen Britania menggambarkannya sebagai peristiwa "[[Pertempuran Waterloo|Waterloo]] Britania",<ref name="#refOHBEv4|Brown, hal. 343">[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;343.</ref> dan menyatakan kalau Britania sudah menjadi "satelit Amerika Serikat".<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;585.</ref> [[Margaret Thatcher]] kemudian mendeskripsikan pola pikir yang menimpa pendirian politik Britania sebagai "sindrom Suez", sejak Britania yang terpuruk sampai berhasil merebut kembali [[Kepulauan Falkland]] dari [[Argentina]] pada tahun 1982.<ref>[[#refThatcher|Thatcher]].</ref>
In 1899 Britain completed its takeover of what is today [[South Africa]]. This had begun with the annexation of the [[Cape of Good Hope|Cape]] in 1795 and continued with the conquest of the [[Boer Republics]] in the late 19th century, following the [[Second Boer War]]. [[Cecil Rhodes]] was the pioneer of British expansion north into Africa with his privately owned [[British South Africa Company]]. Rhodes expanded into the land north of South Africa and established [[Rhodesia]]. Rhodes' dream of a railway connecting [[Cape Town]] to [[Alexandria]] passing through a British Africa covering the continent is what led to his company's pressure on the government for further expansion into Africa.
 
Krisis Suez memang menyebabkan kekuatan Britania di Timur Tengah melemah, tetapi imperiumnya tidak runtuh.<ref>[[#refSmith1998|Smith]], hal.&nbsp;106.</ref> Britania mengatur kembali pengiriman pasukannya ke Timur Tengah dengan intervensi di [[Oman]] (1957), [[Yordania]] (1958) dan [[Kuwait]] (1961), dan tentunya dengan persetujuan dari Amerika Serikat,<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;586.</ref> yang menjadi kebijakan luar negeri Perdana Menteri Britania yang baru, [[Harold Macmillan]], untuk tetap kuat bersekutu dengan Amerika Serikat.<ref name="#refOHBEv4|Brown, hal. 343"/> Britania mempertahankan kehadirannya di Timur Tengah selama satu dekade berikutnya dan baru menarik diri dari [[Aden]] pada tahun 1967 dan dari [[Bahrain]] tahun 1971.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;370–371.</ref>
British gains in southern and [[East Africa]] prompted Rhodes and [[Alfred Milner, 1st Viscount Milner|Alfred Milner]], Britain's High Commissioner in South Africa, to urge a "Cape-to-[[Cairo]]" empire linking by rail the strategically important Canal to the mineral-rich South, though German occupation of [[Tanganyika]] prevented its realisation until the end of [[World War I]]. In 1903, the [[All Red Line]] telegraph system communicated with the major parts of the Empire.
 
=== Angin perubahan ===
Paradoxically, Britain, the staunch advocate of free trade, emerged in 1914 with not only the largest overseas empire thanks to her long-standing presence in India, but also the greatest gains in the "scramble for Africa", reflecting her advantageous position at its inception. Between 1885 and 1914 Britain took nearly 30% of Africa's population under her control, compared to 15% for France, 9% for Germany, 7% for Belgium and 1% for [[Italy]]: [[Nigeria]] alone contributed 15 million subjects, more than in the whole of [[French West Africa]] or the entire German colonial empire.
[[Berkas:British Decolonisation in Africa.png|jmpl|[[Dekolonisasi]] Inggris di Afrika. Pada akhir tahun 1960-an, semua negara kecuali [[Rhodesia]] (sebelum menjadi [[Zimbabwe]]) dan mandat Afrika Selatan di [[Afrika Barat Daya]] ([[Namibia]]) memperoleh kemerdekaan.]]
Perdana Menteri Britania Raya yang baru, Harold Macmillan, berpidato di [[Cape Town]], [[Afrika Selatan]] pada bulan Februari 1960, ketika dia mengatakan tentang "angin perubahan yang bertiup di benua ini."<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;616.</ref> Macmillan ingin menghindari perang kolonial seperti yang dihadapi oleh Prancis di [[Aljazair]], dan menjanjikan bahwa di bawah pemerintahannya, proses [[dekolonisasi]] akan berjalan dengan cepat.<ref>[[#refLouis2006|Louis]], hal.&nbsp;46.</ref> Banyak koloni Britania yang diberinya kemerdekaan pada tahun 1950-an dan 1960-an, termasuk [[Sudan]], Pantai Emas (sekarang [[Ghana]]) dan [[Malaysia]].<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;427–433.</ref>
 
Koloni Britania yang tersisa di Afrika, kecuali [[Rhodesia|Rhodesia Selatan]], semuanya diberikan kemerdekaan pada tahun 1968. Penarikan pasukan Britania dari bagian selatan dan timur Afrika bukanlah proses yang damai. Kemerdekaan [[Kenya]] didahului oleh [[Pemberontakan Mau Mau]] selama delapan tahun. Di [[Rhodesia]], deklarasi kemerdekaan sepihak tahun 1965 oleh minoritas kulit putih menyebabkan perang saudara antara penduduk kulit hitam dan kulit putih yang berlangsung hingga disahkannya Perjanjian Lancaster 1979 yang meletakkan Rhodesia di bawah kuasa Britania. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun berikutnya dimenangkan oleh [[Robert Mugabe]], yang kemudian menjadi Perdana Menteri bagi negara merdeka yang kini bernama [[Zimbabwe]].<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;618–621.</ref>
==Home rule in white-settler colonies==
Britain's empire had already begun its transformation into the modern [[Commonwealth of Nations|Commonwealth]] with the extension of [[Dominion]] status to the already [[self-governing colony|self-governing colonies]] of [[Canada]] (1867), [[Australia]] (1901), [[New Zealand]] (1907), [[Newfoundland and Labrador|Newfoundland]] (1907), and the newly-created [[Union of South Africa]] (1910). Leaders of the new states joined with British statesmen in periodic Colonial (from 1907, Imperial) [[Imperial Conferences|Conferences]], the first of which was held in [[London]] in 1887.
 
Di Laut Tengah, perang gerilya oleh penduduk Siprus-Yunani berakhir pada tahun 1960 dengan pembentukan negara merdeka [[Siprus]], tetapi Britania tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan militernya di [[Akrotiri dan Dhekelia]]. Sedangkan [[Malta]] dan [[Gozo]] diberikan kemerdekaan pada tahun 1964.<ref>[[#refSpringhall2001|Springhall]], hal.&nbsp;100–102.</ref>
The foreign relations of the Dominions were still conducted through the Foreign Office of the [[United Kingdom]]: Canada created a Department of External Affairs in 1909, but diplomatic relations with other governments continued to be channelled through the Governors-General, Dominion High Commissioners in [[London]] (first appointed by Canada in 1880 and by Australia in 1910) and British legations abroad. Britain's declaration of war in [[World War I]] applied to all the Dominions.
 
Sebagian besar koloni Britania di [[Hindia Barat]] memperoleh kemerdekaan setelah keluarnya [[Jamaika]] dan [[Trinidad]] dari [[Federasi Hindia Barat]] pada tahun 1961 dan 1962. Pada awalnya, Federasi Hindia Barat didirikan pada tahun 1958 dalam upaya menyatukan koloni-koloni Britania di [[Karibia]] di bawah satu pemerintahan, tetapi federasi ini dibubarkan setelah kehilangan dua anggota terbesarnya.<ref name="knight14">[[#refKnight1989|Knight & Palmer]], hal.&nbsp;14–15.</ref> [[Barbados]] memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966 dan pulau-pulau lain di Karibia menyusul pada tahun 1970-an dan 1980-an.<ref name="knight14"/> Tetapi, [[Anguilla]] dan [[Kepulauan Turks dan Caicos|Kepulauan Turks & Caicos]] memilih untuk kembali ke pangkuan Britania dalam perjalanan menuju kemerdekaannya.<ref>[[#refClegg2005|Clegg]], hal.&nbsp;128.</ref> [[Kepulauan Virgin Britania Raya]],<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;428.</ref> [[Kepulauan Cayman]] dan [[Montserrat]] juga memilih untuk tetap bersama Britania.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;622.</ref> [[Guyana]] memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966. Koloni terakhir Britania di daratan Amerika, [[Honduras Britania]], menjadi koloni berpemerintahan sendiri pada tahun 1964 dan dinamai [[Belize]] pada tahun 1973, sebelum meraih kemerdekaan penuh pada tahun 1981. Perselisihan antara Belize dengan [[Guatemala]] mengenai klaim atas Belize yang tersisa masih belum terselesaikan hingga saat ini.<ref>[[Imperium Britania#refLloyd1996|Lloyd]], hal.&nbsp;401, 427–429.</ref>
But the Dominions did enjoy a substantial freedom in their adoption of foreign policy where this did not explicitly conflict with British interests: Canada's [[Liberal Party of Canada|Liberal]] government negotiated a bilateral free-trade [[Canadian-American Reciprocity Treaty|Reciprocity Agreement]] with the United States in 1911, but went down to defeat by the [[Progressive Conservative Party of Canada|Conservative]] opposition.
 
Teritori Britania di [[Pasifik]] memperoleh kemerdekaan pada tahun 1970 ([[Fiji]]) dan 1980 ([[Vanuatu]]). Proses pemberian kemerdekaan setelah itu mengalami penundaan karena adanya konflik politik antara penduduk yang berbahasa Inggris dengan penduduk yang berbahasa Prancis.<ref>[[#refMacdonald1994|Macdonald]], hal. 171–191.</ref> Fiji, [[Tuvalu]], [[Kepulauan Solomon]] dan [[Papua Nugini]] memilih menjadi anggota [[Negara-Negara Persemakmuran]] setelah merdeka.
In defence, the Dominions' original treatment as part of a single imperial military and naval structure proved unsustainable as Britain faced new commitments in Europe and the challenge of an emerging [[German High Seas Fleet]] after 1900. In 1909 it was decided that the Dominions should have their own navies, reversing an 1887 agreement that the then Australasian colonies should contribute to the [[Royal Navy]] in return for the permanent stationing of a squadron in the region.
 
=== Akhir Imperium Britania ===
==The impact of the First World War==
{{see also|Perang Falkland}}
[[Image:BritishEmpireWW1MemorialBrussel Copyright2004KaihsuTai.jpg|thumb|right|British Empire memorial for the First World War in the Brussels cathedral.]]
Pemberian kemerdekaan kepada Rhodesia (sebagai Zimbabwe), Hebrides Baru (sebagai Vanuatu) pada tahun 1980, dan Belize pada tahun 1981 menandakan bahwa selain pulau-pulau kecil yang bertaburan, proses [[dekolonisasi]] koloni-koloni Britania yang dimulai setelah Perang Dunia II sudah selesai. Tetapi pada tahun 1982, tekad Britania untuk mempertahankan wilayah seberang lautannya yang tersisa diuji ketika [[Argentina]] menyerang [[Kepulauan Falkland]], yang disebutnya sebagai klaim atas "warisan" dari [[Imperium Spanyol]] yang gagal pada tahun 1810.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;624–625.</ref> Britania merespon dengan mengerahkan pasukan militernya untuk merebut kembali pulau-pulau tersebut dan kemudian memicu meletusnya [[Perang Falkland]]. Britania berhasil mempertahankan Kepulauan Falkland dari Argentina. Kemenangan ini dipandang oleh banyak pihak telah memberikan kontribusi dalam mengembalikan status Britania sebagai kekuatan dunia.<ref>[[#refJames2001|James]], hal.&nbsp;629.</ref> Sementara itu pada tahun yang sama, [[Kanada]] memutuskan untuk tidak lagi melibatkan Britania dalam urusan konstitusionalnya.<ref name="refohbev594">[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;594.</ref> Tindakan serupa juga dilakukan oleh [[Australia]] dan [[Selandia Baru]] pada tahun 1986. Pada 1984, [[Brunei]], protektorat Britania terakhir di Asia, diberikan kemerdekaan.<ref>[[#refOHBEv4|Brown]], hal.&nbsp;689.</ref>
 
Pada bulan September 1982, [[Perdana Menteri]] [[Margaret Thatcher]] berkunjung ke [[Beijing]] untuk berunding dengan Pemerintah [[RRT]] mengenai masa depan [[Hong Kong]] yang pada saat itu merupakan koloni seberang laut Britania terakhir yang paling besar dan paling padat penduduknya.<ref>[[Imperium Britania#refBrendon|Brendon]], hal.&nbsp;654.</ref> Menurut ketentuan [[Perjanjian Nanking|Perjanjian Nanking 1842]], Pulau Hong Kong diberikan "selama-lamanya" kepada Britania, namun mayoritas koloni itu dibentuk oleh [[Hong Kong#Geografi|Teritori Baru]] yang diperoleh dalam sewa selama 99 tahun sejak tahun 1898 dan akan berakhir pada tahun 1997.<ref>[[#refJoseph2010|Joseph]], hal.&nbsp;355.</ref><ref>[[#refRothermund2006|Rothermund]], hal.&nbsp;100.</ref> Thatcher awalnya berniat untuk mempertahankan Hong Kong di bawah Pemerintahan Britania tetapi berada di bawah kedaulatan Tiongkok, tetapi hal ini ditolak oleh Pemerintah Tiongkok.<ref>[[Imperium Britania#refBrendon|Brendon]], hal.&nbsp;654–55.</ref> Sebuah kesepakatan akhirnya berhasil dicapai pada tahun 1984 dengan ditandatanganinya [[Deklarasi Bersama Tiongkok-Britania]]; Hong Kong ditetapkan sebagai [[Daerah administratif khusus|Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Tiongkok]] yang diizinkan untuk mempertahankan gaya hidupnya sekurang-kurangnya 50 tahun.<ref>[[Imperium Britania#refBrendon|Brendon]], hal.&nbsp;656.</ref> [[Upacara penyerahan Hong Kong]] pada tahun 1997 ditandai oleh banyak pihak, termasuk [[Pangeran Charles]],<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/4740684.stm|title=Charles' diary lays thoughts bare|publisher=BBC News|accessdate=13 December 2008|date=22 February 2006}}</ref> sebagai "akhir Imperium Britania".<ref name="refohbev594"/><ref>{{Cite web|url=http://www.bbc.co.uk/history/british/modern/endofempire_overview_07.shtml|title=BBC - History - Britain, the Commonwealth and the End of Empire|publisher=BBC News|accessdate=13 December 2008}}</ref>
The aftermath of [[World War I]] saw the last major extension of British rule, with Britain gaining control through [[League of Nations Mandate]]s in [[British Mandate of Palestine|Palestine]] and [[British Mandate of Iraq|Iraq]] after the collapse of the [[Ottoman Empire]] in the Middle East, as well as in the former German colonies of [[Tanganyika]], South-West Africa (now [[Namibia]]) and [[New Guinea]] (the last two actually under South African and Australian rule respectively). The British zones of occupation in the German [[Rhineland]] after World War I and West Germany after World War II were not considered part of the Empire.
 
== Peninggalan ==
But although Britain emerged among the war's victors, and her rule expanded into new areas, the heavy costs of the war undermined her capacity to maintain the vast empire. The British had suffered millions of casualties and liquidated assets at an alarming rate, which led to debt accumulation, upending of capital markets and manpower deficiencies in the staffing of far-flung imperial posts in Asia and the African colonies. Nationalist sentiment grew in both old and new Imperial territories, fuelled by pride at Empire troops' participation in the war.
Britania Raya mempertahankan kedaulatannya atas 14 [[teritori]] di luar Kepulauan Britania, yang selanjutnya berganti nama menjadi [[Wilayah Seberang Laut Britania]] pada tahun 2002.<ref>[[#refFAC|House of Commons Foreign Affairs Committee Overseas Territories Report]], hal.&nbsp;145–147</ref> Beberapa dari teritori tersebut tidak berpenghuni kecuali untuk tujuan militer atau penelitian ilmiah sementara, sedangkan sisanya berupa pemerintahan sendiri yang bergantung pada Britania dalam hal [[hubungan internasional|hubungan luar negeri]] dan pertahanan. Pemerintah Britania telah menyatakan kesediaannya untuk membantu setiap Wilayah Seberang Lautnya yang ingin memperoleh kemerdekaan.<ref>[[#refFAC|House of Commons Foreign Affairs Committee Overseas Territories Report, hal.&nbsp;146,153]]</ref> Beberapa Wilayah Seberang Laut Britania tidak diakui oleh tetangga geografisnya; [[Gibraltar]] diklaim oleh Spanyol, [[Kepulauan Falkland]] dan [[Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan]] diklaim oleh Argentina, sedangkan [[Wilayah Samudra Hindia Britania]] diklaim oleh [[Mauritius]] dan [[Seychelles]].<ref>{{Cite web|url=https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/io.html|title=British Indian Ocean Territory|work=[[The World Factbook]]|publisher=CIA|accessdate=13 December 2008|archive-date=2018-12-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20181225012124/https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/io.html%20|dead-url=yes}}</ref> Wilayah Antartika Britania secara bersamaan diklaim oleh Argentina dan [[Chili]], sementara sebagian besar negara tidak mengakui klaim teritorial Britania atas Antartika.<ref>[[#refFAC|House of Commons Foreign Affairs Committee Overseas Territories Report]], hal.&nbsp;136</ref>
[[Berkas:Anglospeak.svg|kiri|jmpl|Persebaran negara-negara penutur [[bahasa Inggris]]:{{legend|#0000ff|Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional}}
{{legend|#8ddada|Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi tetapi bukan bahasa utama}}]]
Sebagian besar negara-negara bekas koloni Britania adalah anggota [[Negara-Negara Persemakmuran]], yaitu suatu organisasi nonpolitik yang sifatnya sukarela. Lima belas anggota yang tergabung dalam [[Wilayah Persemakmuran]] berbagi [[kepala negara]] dengan Britania Raya.<ref>{{Cite web|url=http://www.thecommonwealth.org/Internal/150757/head_of_the_commonwealth/|title=Head of the Commonwealth|publisher=Commonwealth Secretariat|accessdate=9 October 2010}}</ref>
 
Selama berabad-abad, Pemerintah Britania dan imigrannya telah meninggalkan jejaknya pada negara-negara merdeka yang muncul dari Imperium Britania. Pengaruh yang paling besar terlihat dalam penyebaran [[bahasa Inggris]] di berbagai wilayah di seantero dunia. Saat ini, bahasa Inggris merupakan bahasa utama bagi lebih dari 400 juta penduduk di dunia dan dituturkan oleh sekitar satu setengah miliar orang sebagai bahasa pertama, kedua atau bahasa internasional.<ref>[[#refHogg|Hogg]], hal.&nbsp;424 chapter 9 ''English Worldwide'' by David Crystal: "approximately one in four of the worlds population are capable of communicating to a useful level in English."</ref> Penyebaran bahasa Inggris sejak paruh kedua abad ke-20 juga turut dibantu oleh pengaruh budaya [[Amerika Serikat]], yang awalnya juga terbentuk dari koloni Britania. Dalam sistem pemerintahan, dengan pengecualian di hampir semua bekas koloni Britania di Afrika yang sekarang telah mengadopsi [[sistem presidensial]], [[sistem parlementer]] Inggris telah menjadi model umum bagi negara-negara bekas koloni Britania, demikian juga [[hukum Inggris|sistem hukum Inggris]].<ref>[[#refFergusonEmpire2004|Ferguson 2004]], hal.&nbsp;307.</ref> Komisi Yudisial Dewan Privi juga masih berfungsi sebagai pengadilan tertinggi di beberapa bekas koloni Britania di Karibia dan Pasifik. Tentara dan [[Pegawai Negeri Sipil]] Britania selama masa kolonisasi juga turut menyebarkan dan membentuk [[Komuni Anglikan]] di seluruh benua. [[Arsitektur]] kolonial Britania seperti gereja, stasiun kereta api dan bangunan pemerintah masih berdiri kokoh di banyak kota yang pernah menjadi bagian dari Imperium Britania.<ref>[[#refMarshall|Marshall]], hal.&nbsp;238–40.</ref> Cabang-cabang olahraga yang berasal dari Kepulauan Britania, khususnya [[sepak bola]], [[kriket]], [[tenis]] dan [[golf]], turut serta diekspor.<ref>[[#refTorkildsen2005|Torkildsen]], hal.&nbsp;347.</ref> Penggunaan sistem pengukuran dan sistem imperial Inggris terus digunakan di beberapa negara yang diadopsi dalam berbagai cara. Konvensi [[Arah lalu lintas|mengemudi di sisi kiri jalan]] juga masih dipertahankan oleh sebagian besar negara-negara bekas Imperium Britania.<ref>[[#refParsons|Parsons]], hal.&nbsp;1.</ref>
The 1920s saw a rapid transformation of Dominion status. Although the Dominions had had no formal voice in declaring war in 1914, each was included separately among the signatories of the 1919 peace [[Treaty of Versailles]], which had been negotiated by a British-led united Empire delegation. In 1922 Dominion reluctance to support British military action against [[Turkey]] influenced Britain's decision to seek a compromise settlement.
 
Batas-batas politik yang diciptakan oleh Britania tidak selalu mencerminkan kehomogenan etnis atau agama, justru sering kali memberikan kontribusi bagi konflik di daerah-daerah yang pernah menjadi koloni Britania. Imperium Britania juga bertanggung jawab atas [[migrasi]] jutaan penduduk dari Kepulauan Britania (terutama Inggris dan Irlandia) ke Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Para [[imigran]] ini secara perlahan-lahan menanggalkan identitas Britania mereka setelah terbentuknya negara baru. Imigrasi besar-besaran selama masa kejayaan Imperium Britania sering kali menyebabkan ketegangan antar etnis dan semakin tersingkirnya minoritas asli di wilayah koloni seperti [[Aborigin]] di Australia, [[Indian]] di Amerika Utara dan sebagainya. Jutaan jiwa bermigrasi dari dan ke wilayah-wilayah koloni Britania. Sejumlah besar orang [[India]] beremigrasi ke bagian lain dari imperium, seperti ke [[Malaysia]] dan [[Fiji]]. [[Emigrasi]] warga [[Tionghoa]], terutama dari [[Tiongkok Selatan]], menyebabkan terbentuknya mayoritas Tionghoa di Singapura dan minoritas Tionghoa di Karibia. Sementara itu, komposisi penduduk Britania Raya sendiri berubah setelah terjadinya [[Perang Dunia II]], yaitu terjadi gelombang migrasi besar-besaran dari negara-negara koloni ke [[Kepulauan Britania]].<ref>[[#refDalziel2006|Dalziel]], hal.&nbsp;135.</ref>
Full Dominion independence was formalised in the 1926 [[Balfour Declaration 1926|Balfour Declaration]] and the 1931 [[Statute of Westminster 1931|Statute of Westminster]]: each Dominion was henceforth to be equal in status to Britain herself, free of British legislative interference and autonomous in international relations. The Dominions section created within the Colonial Office in [[1907]] was upgraded in 1925 to a separate Dominions Office and given its own Secretary of State in [[1930]].
 
[[Berkas:Bogor kebun raya.jpg|jmpl|300px|[[Kebun Raya Bogor]], salah satu peninggalan Imperium Britania di Indonesia.]]
[[Image:BritishEmpire1921.png|right|thumb|300px|Map showing British Empire in 1921 coloured pink.]]
Di Indonesia, meski masa kekuasaannya singkat, Imperium Britania juga turut mewariskan beberapa pengaruh dan peninggalannya. Saat [[Raffles]] berkuasa, ia membagi [[Pulau Jawa]] menjadi 16 karesidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Sistem karesidenan ini tetap dipakai sampai tahun 1964. Raffles juga membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Selain itu, Raffles juga tertarik kepada sejarah, kebudayaan dan kesenian Jawa. Ketertarikannya ini diwujudkan dalam sebuah buku karangannya mengenai sejarah Jawa yang berjudul ''[[Sejarah Pulau Jawa|History of Java]]''. Warisan Raffles lainnya adalah sebuah kebun di ''Paleis Buitenzorg'' ([[Istana Bogor]]), yang merupakan tempat kediaman Raffles di Indonesia (saat itu bernama [[Hindia Belanda]]). Berawal dari dari kebun istana ini, Raffles berkeinginan untuk mengumpulkan bermacam- macam tanaman yang ada di Indonesia hingga akhirnya kelak menciptakan [[Kebun Raya Bogor]].<ref>[[#refSutrisno|Sutrisno]], hal.&nbsp;48.</ref>
[[Canada]] led the way, becoming the first Dominion to conclude an international treaty entirely independently (1923) and obtaining the appointment (1928) of a British High Commissioner in [[Ottawa]], thereby separating the administrative and diplomatic functions of the Governor-General and ending the latter's anomalous role as the representative of the head of state and of the British Government. Canada's first permanent diplomatic mission to a foreign country opened in [[Washington, DC]] in 1927: Australia followed in [[1940]].
{{clear}}
 
== Lihat pula ==
[[Egypt]], formally independent from [[1922]] but bound to Britain by treaty until 1936 (and under partial occupation until 1956) similarly severed all constitutional links with Britain. [[Iraq]], which became a British Protectorate in 1922, also gained complete independence ten years later in 1932.
{{Portal|Sejarah|Britania Raya}}
{{Commons category|British Empire}}
* [[Kolonialisme]]
* [[Imperialisme]]
* [[Daftar imperium terbesar]]
* [[Zaman Penjelajahan]]
* [[Kolonisasi Britania di Amerika]]
* [[Kolonisasi Eropa di Amerika]]
* [[Ordo Imperium Britania]]
* [[Daftar Negara Jajahan Kerajaan Britania Raya]]
 
== Referensi ==
===The end of British rule in Ireland===
=== Catatan kaki ===
[[Image:Warofindep.jpg|thumb|right|150px||An [[Anglo-Irish War]] memorial in [[Dublin]].]]
{{reflist|4}}
 
=== Bibliografi ===
Despite [[Irish home rule]] (but ''not'' Irish constitutional independence) being guaranteed under the [[Home Rule Act 1914|Third Irish Home Rule Act]] in 1914, the onset of World War I delayed its implementation. On Easter Monday 1916 an initially unsuccessful armed uprising was staged in Dublin by a mixed group of nationalists, including [[Michael Collins (Irish leader)|Michael Collins]]. After his release from prison in 1919, Collins led Irish [[guerrilla warfare|guerrillas]], known as the [[Irish Republican Army]] in a military campaign against British rule. The ensuing [[Anglo-Irish War]] ended in 1921 with a stalemate and the signing of the [[Anglo-Irish Treaty]]. The treaty divided Ireland into two states, most of the island (26 counties) became the [[Irish Free State]], an independent dominion nation within the [[Commonwealth of Nations|British Commonwealth]], while the six counties in the north with a largely loyalist, Protestant community remained a part of the [[United Kingdom]] as [[Northern Ireland]].
{{Refbegin}}
 
{{MultiCol}}
In [[1949]] [[Republic of Ireland|Ireland]] became a [[republic]], fully independent from the [[United Kingdom]], and withdrew from the Commonwealth. Ireland's [[Irish constitution|Constitution]] claimed the six counties of [[Northern Ireland]] as a part of the [[Republic of Ireland]] until 1998. The issue over whether Northern Ireland should remain in the United Kingdom or join the Republic of Ireland has divided Northern Ireland's people and led to a long and bloody conflict known as [[the Troubles]].
* {{Cite book|first=David|last=Abernethy|title=The Dynamics of Global Dominance, European Overseas Empires 1415–1980|publisher=Yale University Press|year=2000|isbn=0-300-09314-4|url=http://books.google.com/?id=ennqNS1EOuMC|ref=refAbernethy2000|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{Cite book|first=Kenneth|last=Andrews|title=Trade, Plunder and Settlement: Maritime Enterprise and the Genesis of the British Empire, 1480–1630|publisher=Cambridge University Press|year=1984|isbn=0-521-27698-5|url=http://books.google.com/?id=iTZSFcfBas8C|ref=refAndrews1985|accessdate=22 July 2009}}
However the [[Good Friday Agreement]] of 1998 brought about a ceasefire between most of the major organisations on both sides, creating hope for a peaceful resolution.
* {{cite book|last=Bandyopādhyāẏa|first=Śekhara|title=From Plassey to partition: a history of modern India|year=2004|isbn=81-250-2596-0|ref=refSekhara2004|publisher=Orient Longman}}
 
* {{Cite book|first=Piers|last=Brendon|title=The Decline and Fall of the British Empire, 1781–1997|publisher=Random House|year=2007|isbn=0-224-06222-0|url=http://books.google.com/?id=cbqkQgAACAAJ&dq=editions:NnSn4TwzubsC|ref=refBrendon|accessdate=6 October 2010}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
==Decolonisation and decline==
* {{cite book|title=Brittain and the Dominions|year=n.d.|publisher=Cambridge University Press|ref=refBrittain}}
[[Image:Mohandas_Gandhi_resized_for_biography.jpg|left|thumb|100px|[[Mahatma Gandhi]], one of the leaders of the [[Indian independence movement]].]]
* {{Cite book|first=Judith|last=Brown|title=The Twentieth Century, The Oxford History of the British Empire Volume IV|publisher=Oxford University Press|year=1998|isbn=0-19-924679-3|url=http://books.google.com/?id=CpSvK3An3hwC|ref=refOHBEv4|accessdate=22 July 2009}}
The rise of anti-colonial [[nationalism|nationalist]] movements in the subject territories and the changing economic situation of the world in the first half of the 20th century challenged an imperial power now increasingly preoccupied with issues nearer home. The Empire's end began with the onset of the Second World War, when a deal was reached between the British government and the [[Indian independence]] movement, whereby the Indians would co-operate and remain loyal during the war, after which they would be granted independence. Following India's lead, nearly all of Britain's other colonies would become independent over the next two decades.
* {{Cite book|first=Phillip|last=Buckner|title=Canada and the British Empire|publisher=Oxford University Press|year=2008|isbn=978-0-19-927164-1|url=http://books.google.com/?id=SJA7OIinf4MC|ref=refBuckner2008|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{Cite book|first=Kathleen|last=Burk|title=Old World, New World: Great Britain and America from the Beginning|publisher=Atlantic Monthly Press|year=2008|isbn=0-87113-971-5|url=http://books.google.com/?id=UxGnPvSe_n8C|ref=refBurk2008|accessdate=22 January 2012}}
The end of Empire gathered pace after Britain's efforts during [[World War II]] left the country all but exhausted and found its former allies disinclined to support the colonial ''status quo''. Economic crisis in 1947 made many realise that the [[The Labour Party (UK)|Labour]] government of [[Clement Attlee]] should abandon Britain's attempt to retain all of its overseas territories. The Empire was increasingly regarded as an unnecessary drain on public finances by politicians and civil servants, if not the general public.
* {{Cite book|first=Nicholas|last=Canny|title=The Origins of Empire, The Oxford History of the British Empire Volume I|publisher=Oxford University Press|year=1998|isbn=0-19-924676-9|url=http://books.google.com/?id=eQHSivGzEEMC|ref=refOHBEv1|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{cite book|last=Clegg|first=Peter|title=Extended Statehood in the Caribbean|year=2005|publisher=Rozenberg Publishers|isbn=90-5170-686-3|editor=de Jong, Lammert; Kruijt, Dirk|ref=refClegg2005|chapter=The UK Caribbean Overseas Territories}}
Britain's declaration of hostilities against Germany in September 1939 did not automatically commit the Dominions. All the Dominions except Australia and Ireland issued their own declarations of war. The Irish Free State had negotiated the removal of the [[Royal Navy]] from the [[Treaty Ports]] the year before, and chose to remain [[Irish neutrality|legally neutral]] throughout [[The Emergency|the war]]. Australia went to war under the British declaration.
* {{cite book|last=Combs|first=Jerald A.|title=The History of American Foreign Policy: From 1895|url=https://archive.org/details/historyofamerica0003comb|year=2008|publisher=M.E. Sharpe|isbn=978-0-7656-2056-9|ref=refCombs2008}}
 
* {{Cite book|first=Nigel|last=Dalziel|title=The Penguin Historical Atlas of the British Empire|publisher=Penguin|year=2006|isbn=0-14-101844-5|url=http://books.google.com/?id=u0wUAQAAIAAJ|ref=refDalziel2006|accessdate=22 July 2009}}
The [[World War II]] can be best described as a [[Pyrrhic victory]] to the British Empire. The economical costs of WWII were far greater to British Empire than those of WWI, Britain was heavily bombed and the [[tonnage war]] cost the Empire almost its whole merchant fleet. World War II fatally undermined Britain's already weakened commercial and financial leadership and heightened the importance of the Dominions and the [[United States]] as a source of military assistance. Australian prime minister [[John Curtin]]'s unprecedented action (1942) in successfully demanding the recall for home service of Australian troops earmarked for the defence of British-held [[Myanmar|Burma]] demonstrated that Dominion governments could no longer be expected to subordinate their own national interests to British strategic perspectives. Curtin had written in a national newspaper the year before that Australia should look to the United States for protection rather than Britain {{fact}}.
* {{Cite book|first=Saul|last=David|title=The Indian Mutiny|publisher=Penguin|year=2003|isbn=0-670-91137-2|url=http://books.google.com/?id=H2KOAAAACAAJ|ref=refDavid2003|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{cite book|last=Elkins|first=Caroline|title=Imperial Reckoning: The Untold Story of Britain's Gulag in Kenya|year=2005|publisher=Owl Books|isbn=0-8050-8001-5|ref=refElkins2005}}
After the war, Australia and New Zealand joined with the United States in the [[ANZUS]] regional security treaty in 1951 (although the US repudiated its commitments to New Zealand following a 1985 dispute over port access for nuclear vessels). Britain's pursuit (from 1961) and attainment (1973) of [[European Community]] membership weakened the old commercial ties to the Dominions, ending their privileged access to the UK market.
* {{Cite book|first=Niall|last=Ferguson|title=Colossus: The Price of America's Empire|publisher=Penguin|year=2004|isbn=1-59420-013-0|url=http://books.google.com/?id=Uy23kBDD7WcC|ref=refFerguson2004|accessdate=22 July 2009}}{{Pranala mati|date=September 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
* {{Cite book|first=Niall|last=Ferguson|title=Empire|publisher=Basic Books|year=2004|isbn=0-465-02329-0|url=http://books.google.com/?id=luSjXeSByHEC|ref=refFergusonEmpire2004|accessdate=22 July 2009}}
The independence of [[India]] in [[1947]] ended a 40-year struggle by the [[Indian National Congress]], first for self-government and later for full sovereignty, though the land's partition into [[India]] and [[Pakistan]] entailed violence costing hundreds of thousands of lives. The acceptance by Britain, and the other Dominions, of India's adoption of republican status (1950) is now taken as the start of the modern Commonwealth. Owing to this declaration, 31 [[Commonwealth Republic]]s are now members of the Commonwealth.
* {{cite book|last=Fieldhouse|first=David Kenneth|title=The West and the Third World: trade, colonialism, dependence, and development|url=https://archive.org/details/westthirdworldtr0000fiel_n6z1|year=1999|publisher=Blackwell Publishing|isbn=0-631-19439-8|ref=refFieldhouse1999}}
 
* {{cite book|last=Fox|first=Gregory H.|title=Humanitarian Occupation|url=https://archive.org/details/humanitarianoccu0000foxg|year=2008|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85600-3|ref=refFox2008}}
In the Caribbean, Africa, Asia and the Pacific, post-war decolonisation was accomplished with almost unseemly haste in the face of increasingly powerful (and sometimes mutually conflicting) nationalist movements, with Britain rarely fighting to retain any territory. Britain's limitations were exposed to a humiliating degree by the [[Suez Crisis]] of 1956 in which the [[United States]] opposed British, [[France|French]] and [[Israel]]i intervention in Egypt, seeing it as a doomed adventure likely to jeopardise American interests in the [[Middle East]].
* {{cite book|last=Games|first=Alison|title=The British Atlantic world, 1500–1800|year=2002|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=0-333-96341-5|ref=refGames2002|editor=Armitage, David; Braddick, Michael J}}
 
* {{cite book|last=Sutrisno|first=Sulastin|title=Dari Lima Penjajahan Menuju Zaman Kemerdekaan|year=2001|publisher=Indira|isbn=|ref=Sutrisno|editor=}}
[[Singapore]] became independent in two stages. The British did not believe that Singapore would be large enough to defend itself against others alone. Therefore, Singapore was joined with [[Malaya]], [[Sarawak]] and [[North Borneo]] to form [[Malaysia]] upon independence from the Empire. This short-lived union was dissolved in 1965 when Singapore left [[Malaysia]] and achieved complete independence.
* {{cite book|last=Torkildsen|first=George|title=Leisure and recreation management|url=https://archive.org/details/leisurerecreatio0000tork|year=2005|publisher=Routledge|isbn=978-0-415-30995-0|ref=refTorkildsen2005}}
 
* {{cite book|last=Turpin|first=Colin|title=British government and the constitution (6th ed.)|year=2007|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-69029-4|ref=refTurpin2007|coauthors=Tomkins, Adam}}
[[Myanmar|Burma]] achieved independence (1948) outside the Commonwealth; Burma being the first colony to sever all ties with the British; [[Ceylon]] (1948) and [[Malaya]] (1957) within it. Britain's [[British Mandate of Palestine|Palestine]] Mandate ended (1948) in withdrawal and open warfare between the territory's [[Jew]]ish and [[Arab]] populations. In the Mediterranean, a guerrilla war waged by [[Greek Cypriot]] advocates of [[enosis|union]] with [[Greece]] ended (1960) in an independent [[Cyprus]], although Britain did retain two military bases - [[Akrotiri and Dhekelia]].
{{ColBreak}}
 
* {{Cite book|title=HC Paper 147-II House of Commons Foreign Affairs Committee: Overseas Territories, Volume II|publisher=The Stationery Office|year=2008|isbn=0-215-52150-1|url=http://books.google.com/?id=HhsZSMEH5DoC|ref=refFAC|accessdate=22 July 2009|author1=Gapes, Mike}}
[[Image:Insight may03 focus beaton large.jpg|thumb|right|200px|The reign of [[Elizabeth II of the United Kingdom|Queen Elizabeth II]], the current Queen, has seen the gradual dismantling of the Empire]]
* {{Cite book|first=Sir Martin|last=Gilbert|title=Churchill and America|isbn=0-7432-9122-0|publisher=Simon and Schuster|year=2005|url=http://books.google.com/?id=vF7wGAzgwfQC|ref=refGilbert2005|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{Cite book|first=Erik|last=Goldstein|title=The Washington Conference, 1921–22: Naval Rivalry, East Asian Stability and the Road to Pearl Harbor|publisher=Routledge|year=1994|isbn=0-7146-4559-1|url=http://books.google.com/?id=dDmJPPGjfJMC|ref=refGoldstein|accessdate=22 July 2009}}
The end of Britain's Empire in Africa came with exceptional rapidity, often leaving the newly-independent states ill-equipped to deal with the challenges of sovereignty: [[Ghana]]'s independence (1957) after a ten-year nationalist political campaign was followed by that of [[Nigeria]] and [[Somaliland]] (1960), [[Sierra Leone]] and [[Tanganyika]] (1961), [[Uganda]] (1962), [[Kenya]] and [[Zanzibar]] (1963), [[The Gambia]] (1965), [[Botswana]] (formerly Bechuanaland) and [[Lesotho]] (formerly Basutoland) (1966) and [[Swaziland]] (1968).
* {{Cite book|last=Goodlad|first=Graham David|title=British foreign and imperial policy, 1865–1919|publisher=Psychology Press|year=2000|isbn=0-415-20338-4|url=http://books.google.com/?id=clnBkEo7za4C|ref=refGoodlad|accessdate=18 September 2010}}
 
* {{cite book|last=Herbst|first=Jeffrey Ira|title=States and power in Africa: comparative lessons in authority and control|url=https://archive.org/details/statespowerinafr0000herb|year=2000|publisher=Princeton University Press|isbn=0-691-01028-5|ref=refHerbst2000}}
British withdrawal from the southern and eastern parts of Africa was complicated by the region's white settler populations: Kenya had already provided an example in the [[Mau Mau Uprising]] of violent conflict exacerbated by white landownership and reluctance to concede majority rule. White minority rule in [[South Africa]] remained a source of bitterness within the Commonwealth until the Union of South Africa left the Commonwealth in 1961.
* {{Cite book|first=Peter|last=Hinks|title=Encyclopedia of antislavery and abolition|publisher=Greenwood Publishing Group|year=2007|isbn=978-0-313-33143-5|url=http://books.google.com/?id=_SeZrcBqt-YC|ref=refHinks|accessdate=1 August 2010}}
 
* {{Cite book|last=Hodge|first=Carl Cavanagh|title=Encyclopedia of the Age of Imperialism, 1800–1914|publisher=Greenwood Publishing Group|year=2007|isbn=0-313-33404-8|url=http://books.google.com/?id=-hOkx7Gi4OoC|ref=refhodge47|accessdate=22 July 2009}}
Although the white-dominated [[Federation of Rhodesia and Nyasaland]] ended in the independence of [[Malawi]] (formerly [[Nyasaland]]) and [[Zambia]] (the former Northern Rhodesia) in 1964, Southern Rhodesia's white minority (a [[self-governing colony]] since 1923) declared independence with their [[Unilateral Declaration of Independence (Rhodesia)|UDI]] rather than submit to equality with [[black African]]s. The support of South Africa's apartheid government kept the Rhodesian regime in place until 1979, when agreement was reached on majority rule in an independent [[Zimbabwe]].
* {{Cite book|first=Richard|last=Hogg|title=A History of the English Language|publisher=Cambridge University Press|year=2008|isbn=978-0-521-66227-7|url=http://books.google.com/?id=U5FDi8WksqYC|ref=refHogg|accessdate=13 April 2010}}
 
* {{Cite book|first=Peter|last=Hopkirk|title=The Great Game: The Struggle for Empire in Central Asia|publisher=Kodansha International|year=2002|isbn=4-7700-1703-0|ref=refHollowell2002|accessdate=22 July 2009}}
Most of Britain's Caribbean territories opted for eventual separate independence after the failure of the [[West Indies Federation]] (1958&ndash;62): [[Jamaica]] and [[Trinidad and Tobago]] (1962) were followed into statehood by [[Barbados]] (1966) and the smaller islands of the eastern Caribbean (1970s and 1980s). Britain's Pacific dependencies such as the [[Gilbert Islands]] (which had seen the last attempt at human colonisation within the Empire - the [[Phoenix Islands Settlement Scheme]]) underwent a similar process of decolonisation in the latter decades.
* {{Cite book|first=Jonathan|last=Hollowell|title=Britain Since 1945|url=http://books.google.com/?id=VxQxFMV_3IUC|publisher=Blackwell Publishing|year=1992|isbn=0-631-20968-9|ref=refHopkirk1992}}
 
* {{Cite book|first=Ronald|last=Hyam|title=Britain's Imperial Century, 1815–1914: A Study of Empire and Expansion|publisher=Palgrave Macmillan|year=2002|isbn=978-0-7134-3089-9|url=http://books.google.com/?id=2eMoHQAACAAJ|ref=refHyam2002|accessdate=22 July 2009}}
As decolonisation and the [[Cold War]] were gathering momentum during the 1950s, an uninhabited rock in the Atlantic Ocean, [[Rockall]], became the last territorial acquisition of the United Kingdom. Concerns that the [[Soviet Union]] might use the island to spy on a British missile test [http://www.sages.unimelb.edu.au/staff/pdf/Rockall.pdf] prompted the [[Royal Navy]] to land a party and officially claim the rock in the name of the Queen in 1955. In 1972 the [[Isle of Rockall Act 1972|Isle of Rockall Act]] formally incorporated the island into the United Kingdom.-->
* {{Cite book|first=Lawrence|last=James|title=The Rise and Fall of the British Empire|year=2001|publisher=Abacus|isbn=978-0-312-16985-5|url=http://books.google.com/?id=4DMS3r_BxOYC|ref=refJames2001|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{cite book|last=Janin|first=Hunt|title=The India–China opium trade in the nineteenth century|year=1999|publisher=McFarland|isbn=0-7864-0715-8|ref=refJanin1999}}
Pada [[1982]], tekad Britania untuk mempertahankan wilayah seberang lautannya diuji ketika [[Argentina]] menyerang [[Kepulauan Falkland]], mewujudkan klaimnya yang lama yang berasal jauh di Imperium Spanyol. Jawaban militer Britania yang akhirnya berhasil untuk membebaskan kepulauan itu dalam [[Perang Falklands]] yang terjadi sesudahnya membuat pers AS menerbitkan berita dengan judul "Imperium memukul balik" ("The Empire strikes back" - seperti judul dalam film "Star Wars"), dan dipandang oleh banyak orang telah ikut menyumbang dalam membalikkan citra Britania Raya yang mulai merosot sebagai suatu [[kekuatan utama dunia]].<ref> Lawrence James, The Rise and Fall of the British Empire (Abacus, 1994), p629</ref>
* {{cite book|last=Joseph|first=William A.|title=Politics in China|year=2010|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-533530-9|ref=refJoseph2010}}
 
* {{cite book|last=Kelley|first=Ninette|title=The Making of the Mosaic (2nd ed.)|year=2010|publisher=University of Toronto Press|isbn=978-0-8020-9536-7|ref=refKelley2010|coauthors=Trebilcock, Michael}}
Pada [[1997]], wilayah seberang lautan penting Britania, [[Hong Kong]], menjadi [[Daerah administratif khusus (Republik Rakyat Tiongkok)|Wilayah Administratif Khusus]] dari [[Republik Rakyat Tiongkok]] di bawah syarat-syarat [[Pernyataan Bersama Tiongkok-Britania]] yang disepakati tiga belas tahun sebelumnya. Empat belas [[wilayah seberang lautan Britania]], [[Negara-Negara Persemakmuran]] dan [[persatuan pribadi]] yang masih bertahan dengan [[Commonwealth Realms]] itulah yang masih tersisa dari Imperium Britania.
* {{Cite book|first=Kevin|last=Kenny|title=Ireland and the British Empire|publisher=Oxford University Press|year=2006|isbn=0-19-925184-3|url=http://books.google.com/?id=qhW7-vYt8PsC|ref=refKenny|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{cite book|last=Knight|first=Franklin W.|title=The Modern Caribbean|year=1989|publisher=University of North Carolina Press|isbn=0-8078-1825-9|ref=refKnight1989|coauthors=Palmer, Colin A.}}
== Rujukan ==
* {{Cite book|first=Jon|last=Latimer|title=War with America|publisher=Harvard University Press|year=2007|isbn=0-674-02584-9|url=http://books.google.com/?id=wneIGAAACAAJ|ref=refLatimer|accessdate=22 July 2009}}
 
* {{Cite book|first=Alan|last=Taylor|title=American Colonies, The Settling of North America|publisher=Penguin|year=2001|isbn=0-14-200210-0|url=http://books.google.com/?id=SOqfIAAACAAJ|ref=refTaylor2001|accessdate=22 July 2009}}
=== Tinjauan umum ===
* {{Cite book|first=Nugroho|last=Notosusanto|title=Sejarah Nasional Indonesia I|publisher=Depdikbud|year=1994|isbn=929-781-365-7|url=|ref=Notosusanto|accessdate=}}
* Bryant, Arthur. ''The History of Britain and the British Peoples'', 3 jilid (London, 1984–90).
* {{Cite book|first=Hugh|last=Thomas|title=The Slave Trade: The History of The Atlantic Slave Trade|publisher=Picador, Phoenix/Orion|year=1997|isbn=0-7538-2056-0|url=http://books.google.com/?id=mRFTZ3iz_ncC|ref=refThomas|accessdate=22 July 2009}}
* Ferguson, Niall. ''Empire: The Rise and Demise of the British World Order and the Lessons for Global Power'' (2002),
* {{cite book|last=Tilby|first=A. Wyatt|title=British India 1600–1828|year=2009|publisher=BiblioLife|isbn=978-1-113-14290-0|ref=refTilby2009}}
* Hyam, Ronald. ''Britain's Imperial Century, 1815-1914: A Study of Empire and Expansion'' (Macmillan, 1993).
{{EndMultiCol}}
* James, Lawrence. ''The Rise and Fall of the British Empire'' (St. Martin's Griffin, 1997).
{{Refend}}
* Judd, Denis. ''Empire: The British Imperial Experience, From 1765 to the Present'' (London, 1996).
* Lloyd; T. O. ''The British Empire, 1558-1995'' Oxford University Press, 1996
* Louis, William. Roger (editor umum), ''The Oxford History of the British Empire'', 5 jilid (Oxford, 1998–99).
* Marshall, P. J. (ed.), ''The Cambridge Illustrated History of the British Empire'' (Cambridge, 1996).
* Olson, James S. dan Robert S. Shadle; ''Historical Dictionary of the British Empire'' 1996
* Rose, J. Holland, A. P. Newton and E. A. Benians (editor umum), ''The Cambridge History of the British Empire'', 9 jilid (Cambridge, 1929–61).
* Smith, Simon C. ''British Imperialism 1750-1970'' Cambridge University Press, 1998. singkat
 
=== Populer ===
* Ritchie, Harry; ''The Last Pink Bits: Travels Through the Remnants of the British Empire'' Sceptre Press, 1997
* Winchester, Simon; ''Outposts: Journeys to the Surviving Relics of the British Empire'' Harper Perennial, 2004
 
=== Studi ilmiah khusus ===
* Andrews, Kenneth R., Trade, Plunder and Settlement: Maritime Enterprise and the Genesis of the British Empire, 1480–1630 (Cambridge, 1984).
* David Armitage; ''The Ideological Origins of the British Empire'' Cambridge University Press, 2000.
* Armitage, David, 'Greater Britain: A Useful Category of Historical Analysis?' American Historical Review, 104 (1999), 427–45.
* Armitage, David (ed.), Theories of Empire, 1450–1800 (Aldershot, 1998).
* Charles A. Barone, Marxist Thought on Imperialism: Survey and Critique (London: Macmillan, 1985)
* Bernard Bailyn and Philip D. Morgan (eds.), ''Strangers within the Realm: Cultural Margins of the First British Empire'' (Chapel Hill, 1991)
* Barker, Sir Ernest, The Ideas and Ideals of the British Empire (Cambridge, 1941).
* W. Baumgart, ''Imperialism: The Idea and Reality of British and French Colonial Expansion, 1880-1914'' (Oxford University Press, 1982)
* C. A. Bayly, ''Imperial Meridian: The British Empire and the World, 1780-1831'' (Longman, 1989).
* Bennett, George (ed.), ''The Concept of Empire: Burke to Attlee, 1774–1947'' (London, 1953).
* J. M. Blaut, The Colonizers' Model of the World, London 1993
* Elleke Boehmer; ed. ''Empire Writing: An Anthology of Colonial Literature, 1870-1918'' Oxford University Press, 1998
* [[Patrick Brantlinger]], ''Rule of Darkness: British Literature and Imperialism, 1830-1914'' (Ithaca: Cornell UP, 1988).
* Chris Brooks and Peter Faulkner (eds.), ''The White Man's Burdens: An Anthology of British Poetry of the Empire'' (Exeter UP, 1996).
* Constantine, Stephen. "British Emigration to the Empire-commonwealth since 1880: from Overseas Settlement to Diaspora?" ''Journal of Imperial and Commonwealth History'' [Great Britain] 2003 31(2): 16-35. Issn: 0308-6534
* Philip Darby, ''The Three Faces of Imperialism: British and American Approaches to Asia and Africa, 1870-1970'' (Yale University Press, 1987
* Michael W. Doyle, ''Empires'' (Cornell UP, 1986).
* Elliott, J.H., ''Empires of the Atlantic World: Britain and Spain in America 1492-1830'' (New Haven: Yale University Press, 2006).
* Gould, Eliga H., ''The Persistence of Empire: British Political Culture in the Age of the American Revolution'' (Chapel Hill: University of North Carolina Press, 2000).
* Harlow, V. T., ''The Founding of the Second British Empire, 1763–1793'', 2 vols. (London, 1952–64).
* Heinlein, Frank. ''British Government Policy and Decolonisation, 1945-1963: Scrutinising the Officiial Mind'' Routledge, 2002.
* Hyam, Ronald. ''Empire and Sexuality: The British Experience'' (Manchester UP, 1990).
* Edward Ingram. ''The British Empire as a World Power'' (2001)
* Lawrence James, The Rise and Fall of the British Empire (Abacus, 1994).
* Robert Johnson. ''British Imperialism'' Palgrave Macmillan, 2003. historiography
* Kennedy, Paul, ''The Rise and Fall of British Naval Mastery'' (London, 1976).
* Kenny, Kevin, ed. ''Ireland and the British Empire'' Oxford U. Press 2004.
* Knorr, Klaus E., ''British Colonial Theories 1570–1850'' Toronto, 1944).
* Levine, Philippa, ed. ''Gender and Empire'' Oxford U. Press, 2004.
* McDevitt, Patrick F. ''May the Best Man Win: Sport, Masculinity, and Nationalism in Great Britain and the Empire, 1880-1935'' Palgrave Macmillan, 2004.
* Mehta, Uday Singh, ''Liberalism and Empire: A Study in Nineteenth-Century British Liberal Thought'' (Chicago, 1999).
* Morgan, Philip D. and Hawkins, Sean, ed. ''Black Experience and the Empire '' Oxford U. Press, 2004.
* [[Jan Morris]], ''The Spectacle of Empire: Style, Effect and Pax Britannica'' (Faber, 1982).
* [[John Pocock|Pocock, J. G. A.]], 'The Limits and Divisions of British History: In Search of the Unknown Subject', ''American Historical Review'', 87 (1982), 311–36.
* Porter, Andrew. ''Religion Versus Empire?: British Protestant Missionaries and Overseas Expansion, 1700-1914'' Manchester U. Press 2004
* Potter, Simon J. ''News and the British World: The Emergence of an Imperial Press System.'' Clarendon, 2003
* Rüger, Jan. "Nation, Empire and Navy: Identity Politics in the United Kingdom 1887-1914" ''Past & Present'' 2004 (185): 159-187. Issn: 0031-2746
* Spurr, David. ''The Rhetoric of Empire: Colonial Discourse in Journalism, Travel Writing and Imperial Administration'' (Duke UP, 1993).
* Joanna Trollope, ''Britannia's Daughters: Women of the British Empire'' (Hutchinson, 1983).
* Wilson, Kathleen, ed. ''A New Imperial History: Culture, Identity and Modernity in Britain and the Empire, 1660-1840'' Cambridge U. Press 2004.
 
==Catatan ==
<references/>
 
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.ualberta.ca/~janes/EMPIRE.html Imperium Britania di Internet Gateway]
* {{en}} [http://www.britishempire.co.uk/ Sumber-sumber dokumen Imperium Britania]
* {{en}} [http://www.engelsklenker.com/british_empire_history_resource.php Imperium Britania di TheEnglishCollection.com] {{Webarchive|url=https://archive.today/20121205003208/http://www.engelsklenker.com/british_empire_history_resource.php |date=2012-12-05 }}
{{Wilayah Seberang Laut Britania}}{{Colonialism}}
{{Empires}}
 
{{AP}}
{{commonscat|British Empire}}
* {{en}} [http://www.britishempire.co.uk Extensive information on the British Empire]
* {{en}} [http://www.hostkingdom.net/earthrul.html Sizes of various empires and quasi-empires]
* {{en}} [http://www.direct.gov.uk/Gtgl1/GuideToGovernment/InternationalBodies/InternationalBodiesArticles/fs/en?CONTENT_ID=4003092&chk=JXlogH The Commonwealth - UK government site]
 
{{sejarah-stub}}
 
[[Kategori:Imperium Britania| ]]<!--mohon tinggalkan ruang kosong sebagai standar-->
[[Kategori:Bekas kekaisaran]]
[[Kategori:Imperialisme]]
[[Kategori:Era Victoria]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1583 di Imperium Britania]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1583]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang dibubarkan tahun 1997]]
[[Kategori:Kekaisaran seberang laut]]
[[Kategori:Sejarah Britania Raya]]
[[Kategori:Bekas negara di Irlandia]]
 
[[Kategori:Kekaisaran lintas benua historis]]
[[af:Britse Ryk]]
[[ang:Bryttisc Rīce]]
[[ar:إمبراطورية بريطانية]]
[[bg:Британска империя]]
[[ca:Imperi britànic]]
[[cy:Yr Ymerodraeth Brydeinig]]
[[da:Britiske Imperium]]
[[de:Britisches Imperium]]
[[en:British Empire]]
[[eo:Brita imperio]]
[[es:Imperio Británico]]
[[eu:Britainiar Inperioa]]
[[fi:Brittiläinen imperiumi]]
[[fr:Empire britannique]]
[[he:האימפריה הבריטית]]
[[hi:ब्रिटिश साम्राज्य]]
[[hu:Brit Birodalom]]
[[it:Impero britannico]]
[[ja:イギリス帝国]]
[[kn:ಬ್ರಿಟೀಷ್ ಸಾಮ್ರಾಜ್ಯ]]
[[ko:대영 제국]]
[[la:Imperium Britannicum]]
[[mt:Imperu Britanniku]]
[[nl:Britse Rijk]]
[[nn:Det britiske imperiet]]
[[no:Det britiske imperiet]]
[[pl:Imperium brytyjskie]]
[[pt:Império britânico]]
[[ro:Imperiul Britanic]]
[[ru:Британская империя]]
[[sh:Britanski Imperij]]
[[simple:British Empire]]
[[sk:Britské impérium]]
[[sl:Britanski imperij]]
[[sr:Британска империја]]
[[sv:Brittiska imperiet]]
[[tr:Britanya İmparatorluğu]]
[[ur:سلطنت برطانیہ]]
[[vi:Đế quốc Anh]]
[[zh:大英帝国]]