Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240809)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
== Teori miasma ==
[[Berkas:Cholera art.jpg|jmpl|Penggambaran wabah kolera oleh [[Robert Seymour (ilustrator)|Robert Seymour]] yang menggambarkan penyebaran penyakit melalui udara beracun.]]
Teori miasma merupakan sebuah teori kedokteran kuno yang menyatakan bahwa beberapa penyakit disebabkan oleh ''miasma''   (μίασμα atau polusi), udara buruk (atau biasa disebut ''night air)'' yang dinilai berbahaya. Udara buruk tersebut diduga berasal dari materi organik yang membusuk.<ref>{{cite book |last1=John |first1=M. |title=A Dictionary of Public Health |url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last |date=2007 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-516090-1}}</ref> Teori ini sebetulnya sudah banyak disampaikan oleh Hippokrates pada Abad ke-4 SM.<ref>{{cite book |last1=van der Eijk |first1=P. J. |title=Hippocrates in Context: Papers Read at the XIth International Hippocrates Colloquium |date=2005 |isbn=9789004377271 |page=17}}</ref> Hippokrates berpendapat bahwa miasma terdapat di dalam udara dan ditransmisikan melalui pernapasan, bukan dengan sentuhan. Akan tetapi, teori ini baru populer dan banyak diyakini orang ketika wabah kolera melanda Britania Raya pada Abad ke-19. Meskipun teori miasma saat ini sudah tergantikan oleh teori yang lebih sahih, teori ini telah memberikan banyak perubahan dalam bidang infrastruktur kota sejak beberapa abad yang lalu.
 
Pada tahun 1842, Edwin Chadwick mengamati kondisi sanitasi penduduk buruh di Britania Raya. Ia menyarankan perbaikan drainase rumah untuk menghilangkan bau busuk di tempat tinggal penduduk. Ia memiliki klaim bahwa semua bau yang intens merupakan penyebab langsung dari berbagai penyakit akut. Di tempat yang berbeda, Sir Francis Head, seorang gubernur kolonial di Kanada mengulas klaim Chadwick dalam sebuah media yang berpengaruh saat itu, yaitu Quarterly Review. Gubernur tersebut sangat mendukung klaim Chadwick dan menyampaikan fakta-fakta terkait miasma yang terjadi di beberapa pemukiman di Amerika. Keyakinan Chadwick akan klaimnya menghasilkan suatu konsep yang baru, yaitu penghilangan bau dari tempat tinggal merupakan sesuatu yang lebih penting daripada memurnikan air.<ref>{{cite journal |last1=Halliday |first1=Stephen |title=Death and Miasma in Victorian London: An Obstinate Belief |journal=British Medical Journal |date=2001 |volume=323 |issue=7327 |page=1469 |pages=1471 |doi=10.1136/bmj.323.7327.1469 |pmid=11751359 |access-date=18 Oktober 2021}}</ref>
Baris 22:
Kondisi yang sama terjadi di benua lainnya. Presiden James Garfield tertembak pada tahun 1881 dan dirawat di Gedung Putih.<ref>{{cite journal |last1=Worthon |first1=James |title='The insidious foe'—sewer gas |journal=West. J. Med |date=2001 |volume=175 |issue=6 |page=427 |pages=428 |doi=10.1136/ewjm.175.6.427 |pmid=11733443 |access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Kondisinya yang memburuk hari demi hari dinilai bukan berasal dari peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Kondisinya yang buruk diduga terjadi karena sistem drainase gedung tersebut yang kurang baik. Dalam surat kabar New York, seorang tukang ledeng yang terkenal berpendapat bahwa terdapat masalah pada saluran pembuangan gas. Garfiled akhinya dipindahkan ke New Jersey, tetapi menghembuskan napas terakhirnya di perjalanan. Chester Arthur, pengganti Garfielld menolak untuk mendiami Gedung Putih sampai masalah pembuangan yang terajadi sebelumnya diselesaikan dengan baik.
 
Jensen Carr, seorang asisten profesor arsitektur, urbanisme, dan lanskap di Northeastern University berpendapat bahwa ketakutan akan miasma memicu terciptanya lingkungan yang lebih baik.<ref>{{cite web |last1=Widyaningrum |first1=Gita Laras |title=Saat Wabah Kolera Picu Pemerintah untuk Membangun Ruang Terbuka Hijau |url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132167476/saat-wabah-kolera-picu-pemerintah-untuk-membangun-ruang-terbuka-hijau?page=al |website=National Gepgraphic Indonesia |access-date=20 Oktober 2021}}</ref> Carr berpendapat bahwa pemasangan sistem limbah bawah tanah diharapkan dapat menghilangkan penumpukan sampah sebagai sumber miasma. Dalam bukunya, ''The Topography of Wellness: Health and the American Urban Landscape'', Carr menyatakan bahwa saluran air minum dan air kotor akan lebih mudah dipasang jika terdapat sebuah jalanan aspal yang panjang. Pengaspalan wilayah berbatu ini membuat   terjadinya perluasan industri dan perumahan. Terdapat tokoh lain yang sejalan dengan Carr, yaitu, Frederick Law Olmsted, seorang arsitek lanskap yang anaknya meninggal akibat penyakit kolera. Olmsted memperjuangkan adanya ruang terbuka hijau dalam kota sebagai sumber udara segar dan penyaring udara kotor. Omsted berpendapat bahwa dedaunan dan sinar matahari dapat mendesinfeksi kota. Bersama Calvert Vaux, Olmsted membangun Central Park dan ratusan taman umum dan tempat rekreasi di Boston, Buffalo, Chicago, dan Detroit.
== Perkembangan ==
Sepanjang sejarah, manusia telah beberapa kali menghadapi penyakit menular. [[Wabah Yustinianus]] pada tahun 541-542 menjadi pandemi pertama yang diketahui. Kemudian diikuti oleh [[Maut Hitam]] dengan penyakit pes pada abad ke-14. Penyakit lainnya yang ditakuti adalah ''[[smallpox]]'', yang diketahui menyebabkan kematian lebih banyak daripada jumlah kematian yang disebabkan oleh perang sepanjang sejarah. Bukti keberadaan smallpox bahkan telah ditemukan pada mumi berumur 3000 tahun di [[Mesir]] dan orang-orang menyebut penyakit tersebut dengan nama [[poliomielitis]]. Selanjutnya ada [[kolera]] yang menjadi perhatian pada abad ke-19 hingga saat kini, terutama di tempat-tempat seperti [[Bangladesh]]. [[Pandemi influenza 1918]] juga meyebabkan naiknya tingkat mortalitas dan membunuh lebih dari 50 juta nyawa.<ref>{{Cite book|last=Microbial
Baris 123:
Pada tahun 1668, Redi melakukan eksperimen infestasi lalat melalui tiga buah toples. Masing-masing toples diisi sepotong daging dan telur. Satu toples disegel rapat, satu toples ditutup menggunakan kain, dan toples terakhir tidak ditutup atau disegel. Eksperimen ini dilakukan Redi selama beberapa hari. Dari eksperimen tersebut, ia menemukan bahwa daging yang ditempatkan di dalam toples terbuka penuh dengan belatung. Hal serupa terjadi juga pada daging yang ditempatkan pada toples yang hanya ditutup kain karena lalat menaruh benihnya atas permukaan kain dan menyebabkan kain terinfestasi oleh belatung. Sementara, toples yang disegel tidak berbelatung sama sekali. Dari hasil tersebut ditemukan bahwa belatung hanya dapat ditemukan di permukaan yang dapat dijangkau oleh lalat. Redi berpendapat selama buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging, baik dalam keadaan mentah atau matang, jika disimpan di tempat yang tertutup rapat, maka tidak akan terinfestasi oleh larva atau belatung.<ref name="Redi 1687"/> Eksperimen menjelaskan bahwa larva tidak muncul pada hewan mati, kecuali hewan hidup lainnya tidak menaruh benih di dalamnya. Peletakkan benih tersebut dapat dicegah secara efektif menggunakan tempat yang disegel ketat. Berdasarkan eksperimen itu, Redi berhasil menyimpulkan bahwa belatung tidak muncul secara spontan dari daging dan generasi spontan terbukti tidak logis.<ref>{{Cite journal|last=GOTTDENKER|first=PAULA|date=1979|title=FRANCESCO REDI AND THE FLY EXPERIMENTS|url=https://www.jstor.org/stable/44450950|journal=Bulletin of the History of Medicine|volume=53|issue=4|pages=575–592|issn=0007-5140}}</ref>
[[Berkas:Van Leeuwenhoek's microscopes by Henry Baker.jpg|jmpl|Gambar teknis mikroskop oleh [[Antony van Leeuwenhoek]]]]
[[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] secara universal diakui sebagai bapak [[mikrobiologi]]. Dia merupakan seorang penjajak dalam ilmu mikrobiologi, pada tahun 1670-an. Dia berhasil menemukan [[protista]] dan [[bakteri]].<ref>{{Cite journal|last=Leewenhoeck|first=Anton Van|date=1667|title=Observation, communicated to the publisher|journal=Phil. Trans.|volume=12|pages=821– 831|doi=10.1098/rstl.1677.0003}}</ref> Ia adalah orang yang pertama kali melihat dunia ‘makhluk hidup’ yang tak terbayangkan dan yang pertama kali berpikir untuk bisa melihat hal tersebut menggunakan mikroskop berlensa tunggal sederhana. Van Leeuwenhoek dikatakan sebagai orang pertama yang melihat dan menggambarkan bakteri, tanaman khamir/ragi, kehidupan yang mengambang di dalam setetes air, serta sirkulasi sel darah di dalam pembuluh kapiler. Kata "bakteri" pada waktu itu belum ada dan ia menamakan organisme mikroskopik itu sebagai ''animalcule'', yang berarti "binatang kecil". Ia mengisolasi berbagai animalcule itu dari berbagai sumber, seperti air hujan, air sumur dan kolam, serta mulut dan usus manusia.  van Leeuwenhoek sempat mendapatkan keraguan dan cemoohan dari ilmuwan lain karena latar belakangnya yang tidak bersekolah serta metodenya yang tergolong baru dan sulit dipercaya. Ia tetap melaporkan penemuannya dalam lebih dari 100 surat kepada Royal Society of England dan Akademi Prancis. Laporan pertama Leewuwenhoek kepada Royal Society pada tahun 1673 menggambarkan bagian mulut lebah, kutu, dan jamur. Ia mempelajari struktur sel tumbuhan dan kristal, serta struktur sel manusia seperti darah, otot, kulit, gigi, dan rambut. Ia bahkan mengikis plak dari sela-sela giginya untuk mengamati bakteri di sana, yang ditemukan Leewenhoek, mati setelah meminum kopi. Sejak berhasil diverifikasi oleh para filsuf alam dari Royal Society, sains masuk ke dalam aturan dasar baru yang masih menggambarkan biologi masa kini. Penemuan van Leeuwenhoek ditransmisikan secara langsung selama berabad-abad kepada para ahli biologi saat ini. Ahli mikrobiologi dan filogenetik terus berdebat tentang sifat hewan kecil van Leeuwenhoek.<ref>{{Cite journal|last=Lane|first=Nick|date=April 19, 2015|title="The Unseen World: Reflections on Leeuwenhoek (1677) 'Concerning Litlle Animals."|journal=Philosopical Transactions of the Royal Society of London Series B|volume=BIological Sciences 370 (1666)|doi=20140344}}</ref>
 
Ada pula kemungkinan bahwa seorang pendeta dan cendekiawan Yesuit dari Jerman, [[Athanasius Kircher]], sudah melihat mikroorganisme sebelum van Leeuwenhoek. Salah satu buku yang ia tulis tahun 1646 dalam bahasa Latin mengandung satu bab yang kalau diterjemahkan menjadi: "Mengenai struktur benda-benda dalam alam, diinvestigasi melalui Mikroskop". Di bab tersebut ia menulis: "siapa yang akan percaya bahwa cuka dan susu ternyata berisi banyak sekali cacing." Kircher mendefinisikan organisme tidak tampak yang ia temukan dari tubuh membusuk, daging, susu, dan sekresi itu sebagai "cacing". Berdasarkan penelitian yang ia lakukan dengan mikroskop ini, ia kemudian menyimpulkan bahwa penyakit dan pembusukan disebabkan oleh tubuh makhluk hidup yang tidak kasatmata. Terdapat kemungkinan bahwa ia adalah orang pertama yang membuat kesimpulan ini. Pada tahun 1646, Kircher menulis bahwa "sejumlah hal mungkin dapat ditemukan di dalam darah pasien demam". Saat Roma terkena wabah pes bubo pada tahun 1656, Kircher menghabiskan beberapa hari berturut-turut untuk merawat orang sakit. Ia menginvestigasi darah para korban wabah di bawah mikroskop, demi mencari obat. Ia mencatat keberadaan "cacing kecil" atau "''animalcule''" di dalam darah dan menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh mikroorganisme. Ia adalah orang pertama yang menghubungkan antara penyakit dengan patogen mikroskopik; secara efektif, ia menciptakan teori kuman penyakit, yang digambarkannya di dalam ''Scruitinium pestis physico-medicum'' (dipublikasikan di Roma tahun 1658).<ref>{{cite web|url=http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|title=The Life and Work of Athanaseus Kircher, S.J.|work=mjt.org|archive-url=https://web.archive.org/web/20160417200844/http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|archive-date=17 April 2016|access-date=18 April 2016|url-status=live}}</ref> Kesimpulan Kircher bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme memang benar, akan tetapi besar kemungkinan bahwa makhluk kecil yang ia pandang di bawah mikroskop adalah sel darah merah atau putih dan bukan sel penyakit itu sendiri. Kircher juga kemudian menggambarkan beberapa peraturan kebersihan untuk menghindari penyebaran wabah, seperti isolasi, karantina, pembakaran penyakit yang digunakan oleh orang sakit, serta penggunaan masker untuk menghindari kuman yang masuk melalui hidung. Kircher adalah orang pertama yang mengatakan bahwa makhluk hidup dapat masuk dan hadir di dalam darah.
Baris 129:
Pada tahun 1700, seorang tabib bernama Nicolas Andry merilis Buku pertamanya, ''De la génération des vers dans les corps de l'homme'', yang diterbitkan pada tahun 1700 dan diterjemahkan ke bahasa Inggris pada tahun 1701 dalam judul ''An Account of the Breeding of Worms in Human Bodies''.<ref>{{Cite journal|last=Andry|first=Nicolas|date=1701|title=An account of the breeding of worms in human bodies; their nature, and several sorts; their effects, symptoms, and prognostics. With the true means to avoid them, and med'cines to cure them, / by Nicholas Andry ... with letters to the author on this subject from M. Nicholas Hartsoeker at Amsterdam, and M. George Baglivi at Rome|journal=London: Printed for H. Rhodes and A. Bell}}</ref> Buku tersebut merupakan catatan eksperimen Andry menggunakan mikroskop, yang dibangun berdasarkan karya Antony van Leeuwenhoek sebelumnya, yang sering dikutip oleh Andry. Tidak seperti van Leeuwenhoek, tujuan Andry memang secara khusus adalah dunia medis. Eksperimennya dengan mikroskop membuatnya percaya bahwa mikroorganisme yang dia sebut sebagai “cacing” bertanggung jawab atas penyakit cacar dan penyakit lainnya.<ref>{{Cite journal|year=1888|title=The History of the Germ Theory|url=https://archive.org/stream/britishmedicaljo11888brit#page/312/mode/2up|journal=The British Medical Journal|volume=1|issue=1415|page=312}}</ref> Selain untuk tujuan medis, buku ini sepertinya ditujukan juga untuk umum. Seperti yang diamati oleh sejarawan medis [[Clara Pinto Correia]], salah satu tujuan utama Andry adalah untuk memberi pembelajaran kepada masyarakat tentang ilmu baru yang muncul dari dunia yang hanya bisa diamati oleh mikroskop. Dia menulis “kita harus mengakui bahwa ada binatang yang seribu kali lebih kecil daripada sebutir debu, yang hampir tidak dapat kita lihat dan kita. Imajinasi kita tenggelam dalam pemikiran ini, takjub pada hal kecil yang aneh; tetapi untuk tujuan apa harus menyangkalnya? Akal meyakinkan kita tentang keberadaan sesuatu yang tidak dapat kita bayangkan.”<ref>{{Cite journal|last=Correia|first=Clara Pinto|date=1997|title=The Ovary of Eve: Egg and Sperm and Preformation|journal=Chicago: University of Chicago Press|volume=pp. 74-76|issue=ISBN 978-0-226-66952-6.}}</ref>
 
Selama tahun 1714 hingga 1721, Richard Bradley, yang merupakan Profesor Botani pertama di Universitas Cambridge, mengajukan teori yang unik tentang penyebab penyakit menular pada tumbuhan dan hewan serta wabah manusia. Teorinya berasal dari studi eksperimental tanaman dan penyakit dari pengamatan mikroskopis ''animalcule'' di lingkungan alami dan buatan yang berbeda. Dia mengemukakan bahwa terdapat "serangga" yang hidup dan berkembang biak pada kondisi yang sesuai dan bahwa penyakit menular pada tanaman disebabkan oleh "serangga" tersebut, yang hanya tampak ketika dilihat dengan mikroskop.<ref>{{Cite book|last=Santer|first=Melvin|date=2009|title=Richard Bradley: A Unified, Living Agent Theory of the Cause of Infectious Diseases of Plants, Animals, and Humans in the First Decades of the 18th Century|publisher=in Perspectives in Biology and Medicine|pages=566–578|url-status=live}}</ref>   Karena ada kesamaan struktural dan fungsional antara tumbuhan dan hewan, Bradley menyimpulkan bahwa organisme mikroskopis juga menyebabkan penyakit menular pada manusia dan hewan. Namun, kala itu teori penyakit menular tidak diterima oleh masyarakat ilmiah kontemporer. Sementara itu, pada tahun 1762, seorang dokter Austria, [[Marcus Antonius von Plenciz]], menerbitkan buku berjudul ''Opera medico-physica''. Buku ini menggambarkan teori penyebaran penyakit. Di dalamnya dikatakan bahwa ''animalcule'' yang terdapat di tanah dan udara merupakan penyebab penyakit tertentu. Von Plenciz membuat pembedaan antara penyakit yang dapat menular dan mewabah, seperti campak dan disenteri, dengan penyakit yang menular tetapi tidak mewabah, seperti rabies dan kusta.<ref>{{Cite journal|last=Winslow|first=Charles-Edward Amory|date=1967|title=Conquest of Epidemic Disease: A Chapter in the History of Ideas. Hafner Publishing Co Ltd|url=https://archive.org/details/conquestofepidem0000wins_w2c0|journal=Hadner Publishing Co Ltd|issue=ISBN 978-0028548807}}</ref>  Pada saat itu, pendapat medis yang diterima adalah bahwa penyakit itu disebarkan oleh apa yang dikenal sebagai miasma, uap atau kabut beracun, berbau busuk dan terdiri dari partikel-partikel dari bahan-bahan yang membusuk.<ref>{{Cite web|last=Fone|first=Martin|date=14 Maret 2020|title=Curious Questions: Who first discovered that washing your hands stops the spread of disease?, Country Life|url=https://www.countrylife.co.uk/comment-opinion/curious-questions-who-first-discovered-that-washing-your-hands-stops-the-spread-of-disease-212879|website=Country Life|access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Dia juga mampu membuktikan bahwa bakteri adalah penyebab sepsis fatal yang telah diidentifikasi oleh [[Ignaz Semmelweis]]. Pembuktian ini membuka jalan bagi pengembangan vaksin dan membuka jalan bagi penemuan Fleming yang mengarah pada pengembangan antibiotik.<ref>{{Cite web|last=Grenville|first=Andrew|date=9 April 2020|title=Social Distancing and Germ Theory”: How Good Ideas Spread.|url=https://www.marugroup.net/insights/blog/social-distancing-germ-theory-good-ideas-spread,|website=Maru Group Ltd|access-date=18 Oktober 2021}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Meskipun demikian, teori yang dikemukakan oleh von Plenciz tidak diterima oleh komunitas medis.
 
=== Abad ke-19 dan 20 ===
Baris 138:
Pada tahun 1807, ia mulai melakukan penelitian terhadap penyakit di ulat sutra, ''mal de segno'', yang mulai tahun 1800-an merusak peternakan ulat sutra dan menyebabkan kerugian ekonomi yang serius di Italia dan Prancis. [[Ngengat sutra|Ulat sutra]] (''Bombyx mori'') yang sakit tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sampai mereka hampir mati. Pada titik ini mereka berhenti makan dan gerakan tubuh melambat. Setelah mati, tubuh mereka yang lembut akan menjadi keras, kering, rapuh seperti kaca dan dilapisi bubuk putih. Terkadang, tanda-tanda kematian ini akan muncul pada ulat sutra yang sudah dekat dengan kematiannya. Oleh karena itu, penyakit ini disebut dengan ''sign disease'' (penyakit tanda). Selain itu, karena adanya bubuk putih yang menyelimuti ulat sutra yang mati, disebut juga ''calcinaccio'' (''calce'' berarti kapur).<ref name="Mazzarello"/>
 
Ia kemudian melakukan beberapa eksperimen untuk mereproduksi penyakit calcinaccio berdasarkan asumsi dari pembudidaya bahwa penyakit ini muncul secara spontan melalui faktor lingkungan, seperti: makanan, suasana, dan metode pembudidayaan.<ref>{{Cite journal|last=Porter|first=J R|date=1973-09|title=Agostino Bassi bicentennial (1773-1973)|url=https://journals.asm.org/doi/10.1128/br.37.3.284-288.1973|journal=Bacteriological Reviews|language=en|volume=37|issue=3|pages=284–288|doi=10.1128/br.37.3.284-288.1973|issn=0005-3678|access-date=2021-10-18|archive-date=2021-10-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20211020125641/https://journals.asm.org/doi/10.1128/br.37.3.284-288.1973|dead-url=yes}}</ref> Setelah memberikan berbagai zat beracun, mineral, [[Korosif|zat korosif]] dan [[Natrium hidroksida|kaustik]], tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Pada akhirnya, ia berhasil mereproduksi penyakit yang mirip dengan calcinaccio dengan memasukkan ulat sutra ke dalam kantong kertas dari cerobong asap. Namun, Agostino menyadari bahwa ulat sutra ini tidak mengidap penyakit yang dimaksud.
 
Agostino kemudian mulai mengeksplorasi hipotesis baru sebagai alternatif hipotesis bahwa penyakit ini terjadi secara spontan melalui lingkungan. Hingga akhirnya, sebelum tahun 1826, para [[naturalis]] menyimpulkan bahwa penyebab penyakit adalah organisme hidup, vegetatif, dan merupakan tanaman dari keluarga [[Kriptogamae|kriptogam]], jamur parasit.<ref name="Mazzarello"/>
Baris 150:
==== Ignaz Semmelweis ====
[[Berkas:Semmelweis Ignác 1857 Canzi Ágost.jpg|kiri|jmpl|[[Ignaz Semmelweis]] awalnya tidak dipercaya ketika ia menyarankan dokter mencuci tangan sebelum membantu persalinan]]
[[Ignaz Semmelweis]] lahir pada tanggal 1 Juli 1818 di Taban, Hungaria. Ignaz Semmelweis dikenal sebagai “Bapak Pengendalian Infeksi”.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Best|first=M|date=2004-06-01|title=Ignaz Semmelweis and the birth of infection control|url=https://qualitysafety.bmj.com/lookup/doi/10.1136/qshc.2004.010918|journal=Quality and Safety in Health Care|language=en|volume=13|issue=3|pages=233–234|doi=10.1136/qshc.2004.010918|issn=1475-3898|pmc=PMC1743827|pmid=15175497}}</ref> Ia adalah seorang dokter kandungan dari [[HongariaHungaria]] yang bekerja di [[Rumah Sakit Umum Wina]] (''Allgemeines Krankenhaus'') pada tahun 1847. Rumah Sakit Umum Wina memiliki dua klinik kebidanan. Di klinik pertama terdapat ahli bedah, dokter, dan mahasiswa kedokteran dan Ignaz bekerja di klinik pertama sebagai ahli bedah, dokter, dan instruktur mahasiswa. Sedangkan, di klinik dua yang bekerja adalah para bidan. Selama bekerja di rumah sakit itu, Ignaz mengamati bahwa di klinik kedua terdapat 10 kali lebih sedikit kematian akibat demam puerperal dibandingkan dengan klinik pertama.<ref>{{Cite journal|last=E., & D|first=Dastur Adi & Tank, P|date=2008|title=Ignaz Philipp Semmelweis and Puerperal Fever|journal=https://jogi.co.in/may_jun_2008/02_milestone_ignaz_philipp.pdf}}</ref> Karena reputasi mengenai klinik pertama yang kurang baik, para pasien memohon dan meminta untuk dimasukkan ke klinik kedua. Ignaz lalu mencatat bahwa terdapat angka kematian ibu yang sangat besar akibat [[demam puerperal]], terutama di klinik pertama.
 
[[Demam puerperal|Demam puerpera]]<nowiki/>l adalah infeksi bakteri yang menyerang saluran reproduksi perempuan setelah terjadinya kelahiran atau keguguran.<ref>{{Cite book|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/871619675|title=Williams obstetrics|location=New York|isbn=978-0-07-179893-8|edition=24th edition|others=F. Gary Cunningham|oclc=871619675}}</ref> Demam ini biasanya terjadi setelah 24 jam dan dalam rentang waktu sepuluh hari setelah kelahiran.<ref>{{Cite book|last=Dutta|first=D. C.|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/872736100|title=DC Dutta's textbook of obstetrics : including perinatology and contraception|location=New Delhi|isbn=978-93-5152-067-2|edition=Enlarged & revised reprint of seventh edition|others=Hiralal Konar|oclc=872736100}}</ref> Angka kematian ibu sangat besar akibat demam puerperal saat proses kelahiran dibantu oleh dokter dan mahasiswa. Sedangkan, saat dibantu oleh bidan, proses kelahiran tampaknya relatif aman. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, Ignaz menyadari bahwa terdapat hubungan antar demam puerperal dan kelahiran yang dibantu dokter. Ia kemudian menyadari bahwa dokter ini biasanya baru saja selesai melakukan [[otopsi]]. Setelah diamati, Ignaz mengambil kesimpulan bahwa sehabis melakukan otopsi, dokter-dokter langsung melakukan pertolongan persalinan kepada pasien dan jarang mencuci tangan, sehingga kuman menular ke pasien yang ditolongnya pada saat persalinan.<ref>{{Cite book|last=Rajab|first=Wahyudi|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=DrTEvxpXLWMC&oi=fnd&pg=PA1&dq=Ignaz+Semmelweis+teori+kuman+penyakit&ots=-hcfUJzSet&sig=w9WSwEo0m_3FTC0nJ9TyXnPsemY&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan|url-status=live}}</ref>
 
Dengan menyatakan bahwa demam puerperal adalah penyakit menular dan zat dari otopsi dapat bercampur dengan tubuh ibu. Lalu, Ignaz meminta para dokter mencuci tangan dengan air limun yang diklorinasi sebelum membantu ibu hamil. Ia kemudian mencatat bahwa terdapat penurunan drastis dan tiba-tiba pada angka kematian ibu,  dari 18% menjadi 2,2% dalam jangka waktu satu tahun. Meskipun memiliki bukti ini, ia dan teorinya ditolak oleh ilmu kedokteran pada waktu itu. Atasannya, Professor Klein, menolak hipotesisnya. Klein berpendapat bahwa penurunan angka kematian disebabkan sistem ventilasi baru di rumah sakit.<ref name=":4" />
 
Hipotesis Ignaz ini akhirnya diabaikan dan ditolak. Faktor-faktor lain yang menyebabkan hipotesisnya ditolak adalah beberapa dokter merasa tersinggung dengan saran bahwa mereka harus cuci tangan, mereka merasa memiliki status sosial yang tinggi, dan seakan-akan dengan perintah untuk mencuci tangan ini, tangan mereka dianggap bisa tidak bersih.<ref>{{Cite book|last=Carter & Carter|first=R. Codell & Barbara R.|date=1994|url=https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.4324/9781315081434/childbed-fever-codell-carter-barbara-carter|title=Childbed Fever
Baris 170:
Lister mengembangkan bedah antiseptik dengan menggunakan larutan asam karbol. Asam karbol berpotensi mengeliminasi kuman yang terdapat pada luka dengan mencuci, membersihkan, dan menyemprot luka. Peralatan, tangan ahli bedah, dan seluruh lingkungan bedah juga dibersihkan dengan asam karbol.<ref>{{Cite journal|last=Toledo-Pereyra|first=Luis H.|date=2010-09|title=Joseph Lister's Surgical Revolution|url=http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/08941939.2010.520574|journal=Journal of Investigative Surgery|language=en|volume=23|issue=5|pages=241–243|doi=10.3109/08941939.2010.520574|issn=0894-1939}}</ref> Lister pertama kali merancang pengobatan untuk membasmi kuman melalui pembalut yang direndam dalam asam karbol dan menerapkannya pada James Greenlees pada tahun 1865.<ref name=":10" /> James Greenlees, yang pada saat itu berusia 11 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan tulang menonjol dari luka pada kaki kiri bawahnya akibat tertabrak gerobak. Lister kemudian memerintahkan stafnya untuk membalut luka dengan pembalut yang dicelupkan ke dalam asam karbol. Luka tersebut kemudian ditutupi kertas timah untuk mencegah penguapan asam karbol. Empat hari kemudian, Lister memeriksa luka tersebut kembali. Bukannya terbentuk gangren, luka tersebut justru bersih.<ref>{{Cite web|last=Hollingham|first=Richard|title=The pioneering surgeons who cleaned up filthy hospitals|url=https://www.bbc.com/future/article/20200812-the-pioneering-surgeons-who-cleaned-up-filthy-hospitals|website=www.bbc.com|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Mengetahui pembalut dengan asam karbol dapat mencegah infeksi pada Greenlees, Lister melakukan percobaan pada pasien lainya. Sembilan dari 12 percobaan yang Lister lakukan tidak menunjukkan adanya infeksi pada luka.<ref name=":10" /> Jika dibandingkan dari hasil-hasil sebelumnya, hasil yang diperoleh Lister dianggap luar biasa. Hasil ini kemudian dideskripsikan Lister di dalam ''The Lancet.''<ref name="Lister1">{{Cite journal|last=Cope|first=Zachary|date=1967|title=Joseph Lister, 1827-1912|url=https://www.jstor.org/stable/25411706|journal=The British Medical Journal|volume=2|issue=5543|pages=7–8|issn=0007-1447}}</ref> Pada 20 April 1867, Lister melakukan operasi pengangkatan tumor dari lengan. Lister menggunakan larutan asam karbol sebagai losion pada luka mentah dan mengoleskan pasta karbol antiseptik pada luka yang dijahit. Hasil yang diperoleh Lister terbilang bagus. Empat bulan berikutnya Lister berhasil menggunakan metode antiseptik untuk beberapa amputasi dengan hasil yang baik.<ref name="Lister1" />
 
Penerapan metode Lister dalam dunia bedah sangat berpengaruh pada perkembangan dunia bedah modern. Sebelum masa Lister, ungkapan yang umum dalam dunia bedah adalah “operasi berhasil akan tetapi pasien meninggal”. Perkembangan dari sistem antiseptik yang dikembangkan oleh Joseph Lister secara signifikan merubah  risiko kematian dari pascaoperasi yang sebelumnya mencapai 40% menjadi kurang dari 3% pada tahun 1910. Keberhasilan Lister ini dipublikasikan secara luas, sehingga praktisi lainnya dapat melihat bagaimana Lister menggunakan keahliannya dalam membangun metode baru dalam dunia bedah.<ref>{{Cite web|title=Lord Lister, 'Father of antiseptic surgery' {{!}} Feature from King's College London|url=https://www.kcl.ac.uk/lord-lister-father-of-antiseptic-surgery-2|website=www.kcl.ac.uk|language=en-GB|access-date=2021-10-18}}</ref>
 
==== Gideon Mantell ====
Baris 221:
Pada tahun 1855, ia menerbitkan edisi kedua dari artikelnya. Dalam artikel tersebut ia menggambarkan penelitian lebih lanjut mengenai dampak suplai air pada masa wabah tahun 1854 di Soho, London.
 
Lebih rinci, artikel tersebut berisi penjelasan tentang hasil investigasi Snow pada suplai air di distrik London selatan. Di distrik tersebut, Snow menemukan bahwa orang-orang yang rumahnya disuplai air oleh Perusahaan Lambeth punya kemungkinan 8,5 kali lebih kecil untuk meninggal akibat kolera selama tujuh minggu pertama wabah, serta lima kali lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal di tujuh minggu selanjutnya jika dibandingkan dengan orang-orang yang rumahnya disuplai air oleh Perusahaan Southwark dan Vauxhall. Hal ini karena perusahaan Lambeth telah memindahkan sumber airnya ke hulu Sungai Thames (area yang airnya tidak terkontaminasi), sesuai dengan Undang-Undang Air Metropolis Tahun 1852.<ref>{{Cite book|last=Luckin|first=Bill|date=1986|title=Pollution and Control: A Social History of the Thames in the Nineteenth Century.|url=https://archive.org/details/pollutioncontrol0000luck|location=Adam Hilger, Bristol|isbn=9780852744727|url-status=live}}</ref>
 
Pada buku ini pula, Snow menjelaskan dengan rinci hasil dari investigasinya pada wabah kolera yang terjadi di subdistrik Soho, yaitu di Lapangan Golden yang merupakan lokasi dari Jalan Broad. Snow bahkan mencantumkan peta yang menunjukkan titik-titik lokasi kematian akibat kolera di dalam bukunya itu.<ref name=":20" /> Pada penelitiannya tersebut, Snow menemukan bahwa sumber wabah kolera adalah sebuah pompa umum yang digunakan di Jalan Broad (kini Jalan Broadwick). Meskipun penelitian melalui zat kimia dan mikroskop yang ia lakukan pada sampel air dari pompa itu tidak mampu menyimpulkan adanya bahaya, penelitiannya mengenai pola penyakit cukup untuk meyakinkan otoritas setempat agar menutup pompa itu dengan melepas pegangannya. Aksi ini kini dianggap sebagai tindakan yang mengakhiri wabah, tetapi Snow mengamati bahwa wabah itu sendiri mungkin sudah sangat berkurang.
Baris 240:
Lebih lanjut, Pasteur menunjukkan di antara tahun 1860 dan 1864 bahwa fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme di media tanam tidak terjadi melalui generasi spontan. Ia membuka sebotol kaldu steril di dalam sebuah penampung yang dilengkapi filter yang dapat menghentikan partikel agar tidak masuk dan mencapai kaldu itu. Ia juga melakukan eksperimen lain yang tidak menggunakan filter, melainkan menggunakan tuba yang panjang dan berputar-putar yang dapat menghentikan partikel debu. Berdasarkan eksperimen ini, ia menemukan bahwa tidak ada organisme yang tumbuh di dalam kaldu. Dengan demikian, ia menyimpulkan bahwa organisme yang hidup di dalam kaldu datang dari luar, sebagaimana spora yang bertahan di debu dan tidak muncul dengan tiba-tiba oleh kaldu itu sendiri.
 
Pada tahun 1863, tepatnya sesaat setelah Pasteur diangkat menjadi profesor geologi, fisika, dan kimia di École des Beaux-Arts (Sekolah Seni Rupa), ia mengalihkan perhatiannya ke krisis ulat sutra di Prancis. Pada pertengahan abad ke-19, sebuah penyakit menular yang bernama ‘pebrin’ dan ‘''flacherie''’ menyerang pembiakan ulat sutra.<ref>{{Cite journal|last=Casanova|first=Jean-Laurent|last2=Abel|first2=Laurent|date=2013-08-31|title=The Genetic Theory of Infectious Diseases: A Brief History and Selected Illustrations|url=https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-genom-091212-153448|journal=Annual Review of Genomics and Human Genetics|language=en|volume=14|issue=1|pages=215–243|doi=10.1146/annurev-genom-091212-153448|issn=1527-8204|pmc=PMC4980761|pmid=23724903|access-date=2021-10-18|archive-date=2021-10-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20211018164038/https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-genom-091212-153448|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite book|last=Pasteur|first=Louis|last2=Vallery-Radot|first2=Pasteur|date=1922|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.22971|title=Oeuvres / réunies par Pasteur Vallery-Radot.|location=Paris :|publisher=Masson}}</ref> Akibatnya, telur-telur ulat sutra tersebut tidak bisa diproduksi dan diimpor ke negara lain. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh Eropa, wilayah Kaukasus di Eurasia, Cina, dan Jepang. Penyakit ‘pebrin’ disebabkan oleh organisme mikroskopis (yang kemudian diketahui merupakan protozoa parasit) bernama ''Nosema bombycis''. Sedangkan penyakit serupa yang bernama ‘''flacherie''’ diyakini oleh Pasteur karena sumber nutrisi, dengan proliferasi bakteri usus.<ref name=":13" /> Peristiwa ini menyebabkan industri ulat sutra yang hampir hancur di Prancis dan sebagian kecil di Eropa barat pada tahun 1865. Atas permintaan mentor terdahulunya, Dumas, Pasteur yang hampir tidak mengetahui apapun mengenai ulat sutra menerima tawaran dan berkesempatan untuk mempelajari lebih lanjut terkait penyakit menular itu. Setelah lima tahun penelitian, ia berhasil menyelamatkan industri sutra melalui metode yang memungkinkan pelestarian telur ulat sutra yang sehat dan mencegah kontaminasi oleh organisme penyebab penyakit.<ref>{{Cite journal|last=Schwartz|first=M.|date=2001-10|title=The life and works of Louis Pasteur|url=http://dx.doi.org/10.1046/j.1365-2672.2001.01495.x|journal=Journal of Applied Microbiology|volume=91|issue=4|pages=597–601|doi=10.1046/j.1365-2672.2001.01495.x|issn=1364-5072}}</ref> Metode ini disebut sebagai ‘''graining''’ dengan pemeriksaan mikroskop yang memungkinkan penyeleksian telur ulat sutra yang sehat juga di saat yang bersamaan menghilangkan telur dari betina yang terinfeksi.<ref name=":13" /> Dalam beberapa tahun, metode ini diakui di seluruh Eropa dan masih digunakan hingga sekarang di negara-negara penghasil sutra. Penelitian ini kemudian yang dibawakan Pasteur sebagai teori kuman untuk menjelaskan banyak penyakit menular lainnya.
 
=== Robert Koch ===
Robert Koch dikenal sebagai pemrakarsa empat kriteria dasar (yang dikenal sebagai Postulat Koch) untuk menentukan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh organisme tertentu. Postulat-postulat ini muncul dari karya seminalnya mengenai [[antraks]] menggunakan kultur murni patogen tersebut yang diisolasi dari binatang.
 
Postulat Koch dikembangkan pada abad ke-19 dan berlaku sebagai metode dasar pengidentifikasian patogen yang dapat diisolasi dengan teknik yang tersedia pada masanya.<ref>{{cite journal|year=2006|title=Koch's postulates and infectious proteins|journal=Acta Neuropathologica|volume=112|issue=1|pages=1–4|doi=10.1007/s00401-006-0072-x|pmid=16703338|vauthors=Walker L, Levine H, [[Mathias Jucker (neuroscientist)|Jucker M]]}}</ref> Bahkan pada zaman Koch, orang sudah umum mengetahui bahwa beberapa agen infeksius memang menjadi penyebab penyakit, meskipun agen tersebut tidak memenuhi seluruh kriteria yang disebutkan postulat Koch.<ref name="Koch 18932">{{cite journal|author=Koch Robert|year=1893|title=Über den augenblicklichen Stand der bakteriologischen Choleradiagnose|url=https://zenodo.org/record/2077681|journal=Zeitschrift für Hygiene und Infektionskrankheiten|language=German|volume=14|pages=319–33|doi=10.1007/BF02284324}}</ref><ref name="Koch1884">{{cite book|title=Mittheilungen aus dem Kaiserlichen Gesundheitsamte|author=Koch Robert|year=1884|volume=2|pages=1–88|chapter=Die Aetiologie der Tuberkulose}}</ref> Di akhir abad ke-19, ada percobaan untuk menggunakan postulat Koch secara kaku untuk mendiagnosa penyakit viral. Pada masa itu, virus belum dapat terlihat atau diisolasi di dalam kultur. Percobaan ini diperkirakan menjadi penyebab mundurnya perkembangan bidang virologi.<ref>{{cite journal|author=Evans AS|date=May 1976|title=Causation and disease: the Henle-Koch postulates revisited|journal=Yale Journal of Biology and Medicine|volume=49|issue=2|pages=175–95|pmc=2595276|pmid=782050}}</ref><ref>{{cite book|title=Robert Koch: a life in medicine and bacteriology|url=https://archive.org/details/robertkochlifein0000broc_t5s7|author=Brock TD|publisher=American Society of Microbiology Press|year=1999|isbn=1-55581-143-4|location=Washington DC|author-link=Thomas D. Brock}}</ref> Di zaman sekarang, beberapa agen infeksius tetap dinyatakan sebagai penyebab penyakit meskipun tidak memenuhi seluruh postulat Koch.<ref>{{cite journal|year=2002|title=Natural history of ''Bartonella'' infections (an exception to Koch's postulate)|journal=Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology|volume=9|issue=1|pages=8–18|doi=10.1128/CDLI.9.1.8-18.2002|pmc=119901|pmid=11777823|vauthors=Jacomo V, Kelly P, Raoult D}}</ref> Meskipun postulat Koch memiliki kepentingan sejarah dan sampai sekarang tetap digunakan untuk pendekatan diagnosis mikrobiologis, kini pemenuhan keempat kriteria dalam postulat tersebut tidak dibutuhkan untuk menggambarkan sebab-akibat.
 
Postulat Koch juga memengaruhi ilmuwan yang hendak meneliti patogenesis mikrobial dari sudut pandang molekuler. Pada tahun 1980-an, berkembang sebuah versi molekuler postulat Koch yang digunakan untuk mengidentifikasi gen mikrobial yang mengenkod faktor virulen.<ref>{{cite journal|author=Falkow S|year=1988|title=Molecular Koch's postulates applied to microbial pathogenicity|url=https://semanticscholar.org/paper/acbf3cc939b002c9eda19269219be1a42fc69b12|journal=Reviews of Infectious Diseases|volume=10|issue=Suppl 2|pages=S274–76|doi=10.1093/cid/10.Supplement_2.S274|pmid=3055197}}</ref>
Baris 290:
== Penyangkalan ==
{{Main|Penyangkalan teori kuman penyakit}}
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi teori kuman penyakit, namun ada orang-orang yang menyangkal teori ini. Kepercayaan yang menolak teori kuman penyakit, dalam bahasa Inggris, disebut sebagai ''germ theory denialism'' (denialisme teori kuman penyakit).   Kepercayaan ini berawal dari [[Antoine Béchamp]], seorang biokimiawan asal Prancis yang menghasilkan berbagai hasil penelitian pada pertengahan tahun 1800-an. Béchamp mempostulasikan bahwa mikroorganisme bukan merupakan penyebab dari penyakit, namun sebaliknya, jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya mikroorganisme. Sehingga, kesehatan dari suatu organisme, atau disebut ''terrain'', adalah penentu utama sakit atau tidaknya organisme tersebut, bukan keberadaan mikroorganisme. Ide ini disebut sebagai teori pleomorfik penyakit yang saat ini hanya digunakan oleh orang-orang yang menolak vaksinasi dan pengobatan alternatif yang mempercayai bahwa makanan adalah obat.<ref>{{Cite news|last=Pontin|first=Jason|title=The 19th-Century Crank Who Tried to Tell Us About the Microbiome|url=https://www.wired.com/story/the-19th-century-crank-who-tried-to-tell-us-about-the-microbiome/|newspaper=Wired|language=en-US|issn=1059-1028|access-date=2021-10-20}}</ref>
 
== Lihat pula ==