Hasan Basry: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 27:
|allegiance = [[Indonesia]]
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|serviceyearsservicenumber = 17594
|rank = [[Berkas:Pdu brigjendtni_staf.png|25px]] [[Brigadir Jenderal|Brigadir Jenderal TNI]]
|servicenumber = <!--Do not use data from primary sources such as service records.-->
Baris 43:
|module =
|office1=Rektor Universitas Lambung Mangkurat|predecessor1=''Jabatan baru''|successor1=[[Milono]]|term_start1=21 September 1958|term_end1=1963|order1=ke-1}}
'''[[Brigadir Jenderal|Brigjen]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Hasan Basry''' ({{lahirmati|[[Kandangan, Hulu Sungai Selatan]]|17|6|1923|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|15|7|1984}}) adalah seorang tokoh militer dan Pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Simpang Empat, [[Liang Anggang, Banjarbaru|Liang Anggang]], [[Kota Banjarbaru]], [[Kalimantan Selatan]]. Dianugerahi gelar [[Pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal [[3 November]] [[2001]].<ref name="pahnas">PERANGINANGIN, Marlon dkk; '''''Buku Pintar Pahlawan Nasional'''''. [[Batam]]: Scientific Press, [[2007]].</ref>
 
== Riwayat Hidup ==
Baris 56:
Di Haruyan pada tanggal 5 Mei 1946 para pejuang mendirikan Lasykar Syaifullah. Program utama organisasi ini adalah latihan keprajuritan, sebagai pemimpin ditunjuklah Hassan Basry. Pada tanggal 24 September 1946 saat acara pasar malam amal banyak tokoh Lasykar Syaifullah yang ditangkap dan dipenjarakan Belanda. Karena itu Hassan Basry mereorganisir anggota yang tersisa dengan membentuk, '''Benteng Indonesia'''.<ref name="pahnas"/>
 
Pada tanggal 15 Nopember 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M.Mursid anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hassan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Dengan mengerahkan pasukan Banteng Indonesia Hassan Basry berhasil membentuk batalyon ALRI tersebut. Ia menempatkan markasnya di Haruyan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di [[Kalimantan Selatan]] ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.<ref name="pahnas"/><ref name="utama">{{Cite book|last=Bachtiar|first=Harsya W.|date=1988|url=https://books.google.com/books?id=IyQgAAAAMAAJ|title=Siapa dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)|location=Jakarta|isbn=9789794281000|page=82|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di [[Jawa]] menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan [[Perjanjian Linggarjati]] ([[25 Maret]] [[1947]]), Belanda hanya mengakui kekuasaan ''de facto'' RI atas Jawa, [[Pulau Madura|Madura]] dan [[Sumatra]]. Berarti [[Kalimantan]] merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan [[Belanda]]. Akan tetapi, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan [[Belanda]]. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap [[Perjanjian Renville]] ([[17 Januari]] [[1948]]). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke [[Jawa]].<ref name="pahnas"/>
Baris 64:
Pada tanggal 2 September 1949 dilakukan perundingan antara ALRI DIVISI (A) dengan Belanda, beserta penengah UNCI. Pada kesempatan ini, Jenderal Mayor Suharjo atas nama pemerintah mengakui keberadaan ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari Angkatan Perang Indonesia, dengan pemimpin Hassan Basry dengan pangkat Letnan Kolonel.
 
Kemudian pada 1 November 1949, ALRI DIVISI (A) dilebur ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hassan Basry. Ia dilantik pada tanggal 10 November 1949.<ref name="utama" />
 
=== Pasca Revolusi Kemerdekaan ===
Selesai perang kemerdekaan, dia melanjutkan pendidikan agamanya ke [[Universitas Al-Azhar]] tahun 1951 – 1953. Selanjutnya diteruskan di [[Universitas Amerika di Kairo|American University Cairo]] tahun 1953 – 1955.
 
Sekembalinya ke tanah air, pada tahun 1956, Hassan Basry di lantik sebagai Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan Territorial VI Kalsel. Dan padaDua tahun 1959kemudian, ditunjukpada sebagaitanggal 17 Juli 1958 dia dilantik menjadi Panglima [[Komando Daerah Militer X/Lambung Mangkurat]]. Ia memegang jabatan tersebut hingga 24 September 1958. Ia kemudian menjalani pendidikan di [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat]] di [[Kota Bandung|Bandung]] dari September 1958 hingga September 1959. Sekembalinya dari Bandung, pada tanggal 28 September 1959 ia kembali menjabat sebagai Panglima [[Komando Daerah Militer X/ Lambung Mangkurat]].<ref name="utama" />
 
Pada saat suasana politik memanas karena kegiatan PKI dan ormasnya, Hassan Basry mengeluarkan surat pembekuan kegiatan PKI beserta ormasnya pada tanggal 22 Agustus 1960. Keluarnya surat ini sempat ditegur oleh Presiden Sukarno, namun Hassan Basry sebagai kepala Penguasa Perang Daerah Kalsel tidak mentaati teguran presiden. Pembekuan PKI dan ormasnya diikuti oleh daerah [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sumatera Selatan]], peristiwa ini dikenal dengan sebutan Tiga Selatan (SumatraSumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan).
 
PadaHassan tahunBasry mengakhiri masa jabatannya sebagai pangdam pada tanggal 5 September 1961.<ref name="utama" /> Dari 1961 hingga 1963, dia menjabat Deputi Wilayah Komando antar Daerah Kalimantan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Pada tanggal 17 Mei 1961, bertepatan peringatan Proklamasi Kalimantan, sebanyak 11 organisasi politik dan militer menetapkan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Kesepakatan ini diikuti oleh ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 Mei 1962, yaitu ketetapan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.
 
Pada 1960 – 1966, Hassan Basry menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1970, dia diangkat sebagai Ketua Umum Harian Angkatan 45 Kalsel sekaligus sebagai Dewan Paripurna Angkatan 45 Pusat dan Dewan Paripurna Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia. Pada 1978 – 1982, Hassan Basry menjadi anggota DPR.
[[Berkas:Hassan Basry - Makam 001.jpg|jmpl|Makam Hasan Basry di Banjarbaru, Kalimantan Selatan]]
 
Hassan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 setelah sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakaman dia dilaksanakan secara militer dengan inspektur upacara [[Mayjen]] [[A.E. Manihuruk]]. dia dimakamkan di Liang Anggang Banjarbaru Kalimantan Selatan.<ref name="utama" /> Atas jasa-jasanya, dia dianugerahi sebagai Pahlawan Kemerdekaan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 November 2001.
 
== Peran di Bidang Pendidikan ==